Bagian Penyakit Mata RSRM/FK UNJA disampaikan 30 desember 2013 REFRAKSI MATA DEFINISI: REFRAKSI MATA : adalah perubahan jalannya cahaya, akibat media refrakta mata, dimana mata dalam keadaan istirahat.
Mata dalam keadaan istirahat berarti mata
dalam keadaan tidak berakomodasi AKOMODASI Akomodasi adalah : kesanggupan mata untuk memperbesar daya pembiasannya.
Mekanisme AKOMODASI ada 2 teori:
1. Teori Helmholzt : Kalau mm siliaris berkontraksi, maka iris dan badan siliare, digerakkan kedepan bawah , sehingga zonulla zinii jadi kendor, lensa menjadi lebih cembung, karena elastisitasnya sendiri. Banyak yang mengikuti teori ini. 2. Teori Tschering : Bila mm, siliaris berkontraksi, maka iris dan badan siliaris digerakkan kebelakang atas shinhgga zonula Zinii menjadi tegang, juga bagian perifer lensa menjadi tegang sedang bagian tengahnya didorong kesenteral dan menjadi cembung. MATA dapat dianggap sebagai KAMERA POTRET ,dimana sistem refraksinya menghasilkan bayangan kecil terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel batang dan kerucut di retina, yang diteruskan melalui saraf optik ke korteks serebri pusat penglihatan , yang kemudian tampak sebagai bayangan yang tegak. ALAT REFRAKSI MATA PERMUKAAN KORNEA AKUOS HUMOR ( CAIRAN BILIK MATA ) PERMUKAAN ANT & POST LENSA. KORPUS VITREUS ( BADAN KACA )
Daya refraksi kornea hampir sama dengan akuos
humor sedang daya refraksi lensa hampir sama pula dengan badan kaca. Keseluruhan sistem refraksi mata ini membentuk lensa yang cembung dengan fokus 23 mm.. ISTILAH DALAM REFRAKSI JARAK TAK TERHINGGA : jarak sejauh 5 – 6 meter dari mata, sinar yang datang dari jarak ini jalannya sejajar sampai dimata. PUNGTUM REMOTUM ( R ) : titik yang ter jauh, yang dapat dilihat dengan nyata tanpa akomodasi. Pada Emetropia R letaknya dititik tak terhingga. PUNGTUM PROKSIMUM ( P) : titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal. DAERAH AKOMODASI ( A ) : jarak antara P - R ISTILAH DALAM REFRAKSI NODAL POINT ( N ) : merupakan pusat optik dari sistem refraksi mata,letaknya dekat polus posterior lensa, 7 mm dari kornea. Cahaya yang melalui titik ini tidak dibiaskan. POSTERIOR PRINSIPAL FOKUS (F) : adalah titik pada aksis mata , dimana cahaya yang datang sejajar, setelah melalui sistim refraksi mata bertemu. Letaknya dibagian dalam makula lutea, 23 mm dibelang kornea. AKSIS OPTIKA ( AF ) : merupakan garis yang menghubungkan pusat kornea, nodal point dan posterior principal focus. GARIS VISUALIS ( OM ) : adalah garis yang menghubungkan benda yang kita lihat , nodal point dan makula lutea. SUDUT GAMMA : adalah sudut yang dibentuk oleh aksis optik dan aksis visual. LENSA adalah suatu medium yang mempunyai daya pembiasan. 1. LENSA SFERIS ( S, sf ) : 2. LENSA SILINDERIS ( SIL & CYL )
LENSA SFERIS POSITIF : jika sinar-sinar yang
jalannya sejajar dengan sumbu utama lensa ( principal axis ) dibias pada suatu titik. Titik tersebut dinamakan titik api, atau titik bakar ( fokus kedua ) sedangkan fokus pertama ialah titik yang sinar – sinarnya setelah dibias oleh lensa tersebut melanjutkan diri sebagai sinar- sinar sejajar dengan sumbu utama lensa. LENSA SFERIS LENSA SFERIS NEGATIF : akan membias sinar – sinar yang jatuhnya sejajar dengan sumbu utama, seolah olah datangnya dari 1 titik yang juga dinamakan titik apinya ( fokus kedua , F 2 ). Letak titik apinya adalah satu titik yang tidak nyata karena dibentuk oleh sinar divergen. LENSA SILINDER LENSA SILINDER : adalah lensa yang mempunyai poros ( axis ) . SEMUA SINAR YANG TERLETAK DALAM BIDANG YANG MELALUI POROS LENSA SILINDER TIDAK DIBIAS. SINAR – SINAR DALAM BIDANG TEGAK LURUS TERHADAP POROS AKAN DIBIAS SESUAI DENGAN APAKAH SILINDER TERSEBUT POSITIF ATAU NEGATIF SIFAT PEMBIASAN LAINNYA MAKIN BESAR DAYA PEMBIASAN LENSA MAKIN DEKAT LETAK TITIK APINYA DAYA PEMBIASAN LENSA DINYATAKAN DENGAN DIOPTRI ( D ) DAYA PEMBIASAN 2 D MENGHSLKAN TTK API PADA JARAK 100/2 CM SINAR MELALUI SUMBU UTAMA LENSA TIDAK DIBIAS. SINAR – SINAR YANG MELALUI SUMBU UTAMA SEKUNDER PADA LENSA TIPIS JUGA BOLEH DIANGGAP TIDAK DIBIAS KLASIFIKASI 1. EMETROPIA : Keadaan refraksi mata, dimana semua sinar yang sejajar, yang datang dari jarak tak terhinga, dan jatuh pada mata yang dalam keadaan istirahat, akan dibiaskan tepat di retina. 2. AMETROPIA : Keadaan refraksi mata, dimana sinar sejaajr yang datang dari jarak tak terhingga dan jatuh dimata dalam keadaan istirahat tak pernah dikumpulkan tepat di retina AMETROPIA
1. HIPERMETROPIA .
2. MIOPIA .
3. ASTIGMATISMA .
4. PRESBIOPIA . HIPERMETROP
Kelainan refraksi dimana sinar yang
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata yang dalam keadan istirahat dibiaskan dibelakang retina MIOPIA
Kelainan refraksi dimana sinar yang
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata yang dalam keadaan istirahat dibiaskan di depan retina ASTIGMATISMA Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat dibias tak tertentu, refraksi dalam tiap meridian tak sama. PRESBIOPIA Kelainan refraksi dimana pungtum proksimum telah begitu jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus sukar dilakukan akibat berkurangnya daya akomodasi. Disini sinar yang divergen yang datang dari jarak dekat dibiaskan dibelakang retina. PEMERIKSAAN REFRAKSI BERTUJUAN UNTUK MEMPEROLEH KETAJAMAN PENGLIHATAN YANG SETINGGI-TINGGINYA DENGAN MENGGUNAKAN LENSA ADA DUA CARA : CARA OBJEKTIF : dengan menggunakan oftalmoskope , retinoskope , autorefraktometer. CARA SUBJEKTIF: dengan memakai optotipe Snellen dan trial lenses PEMERIKSAAN REFRAKSI CARA OBJEKTIF: OFTALMOSKOPI: bila terdapat kelainan refraksi , fundus tak dapat terlihat jelas,pada funduskopi, terkecuali jika diputarkan lensa koreksi pada lubang penglihatannya. Besarnya lensa koreksi menetukan macam dan besarnya kelainan refraksi secara kasar. Tetapi harus diperhitungkan pula keadaan refraksi pemeriksanya. PEMERIKSAAN REFRAKSI CARA OBJEKTIF RETINOSKOPI : pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak- anak, orang yang tak dapat membaca, bisu karena tak dibutuhkan kerjasama dari penderita. Dapat dilakukan cepat dan tepat . Yang dinilai gerakan cahaya pada pupil yang disebut refleks fundus . Biasanya pasien duduk dengan jarak 50 cm dari pemeriksa. Dengan memakai lensa bantu maka ukuran refraksi dapat ditentukan. AUTOREFRAKTOMETER. KERATOMETER . Untuk lensa kontak. PEMERIKSAAN REFRAKSI CARA SUBJEKTIF: pemeriksaan dengan menggunakan alat : Optotipe dari Snellen : dapat berupa : huruf – huruf angka – angka gambar – gambar. tanda – tanda E lingkaran Landolt. Trial lenses .
Cara inilah yang umumnya dipergunakan.
VISUS = TAJAM PENGLIHATAN Optotipe Snellen : terdiri dari satu kartu ( huruf, gambar dsb )..projector berurut makin kecil kebawah (50 m, 30,20,15,..5 m ) ukuran standar internasional. Snellen membuat sedemikian rupa sehinga 2 titik dapat dilihat sebagai dua titik bila merangsang 2 sel retina. Hal ini dapat dicapai , bila kedua titik itu dengan nodal point membentuk sudut 1 derajat. Sudut ini disebut sudut visual. Setiap persegi empat dari huruf Snellen membuat sudut satu derajat dengan nodal point dan setiap huruf membuat sudut 5 derajat dan makin jauh dari mata, hurufnya makin besar MENENTUKAN TAJAM PENGLIHATAN ( VISUS ) Pemeriksaan dalam keadaan tenang dengan jarak pemeriksaan 5 – 6 meter. ASIES VISUS ( AVOD/AVOS ) =
Jarak antara penderita dengan huruf optotipe Snellen
Jarak yang seharusnya dilihat oleh penderita yang normal
visus normal dinyatakan dengan :
6/6 , 5/5 , 20/20. bahkan 7/6 visus 5/30 artinya penderita hanya dapat membaca pada jarak 5 m sementara orang normal dapat membacanya pada jarak 30 meter. Visus 5/ 50, 5/10, 5/7,5 dst………………………. VISUS Bila tidak dapat membaca Huruf Snellen maka dilakukan menghitung jari pemeriksa yang oleh mata normal dapat dilihat pada jarak 60 meter. Visus 2/60 : penderita hanya dapat menghitung jari pemeriksa pada jarak 2 meter . ( visus 1/60….5/60 ) Bila tidak dapat hitung jari maka dilakukan dengan penderita disuruh lihat gerakan tangan kesegala arah.( atas bawah dan kiri kanan Visus 1/300 : bila penderita hanya dapat melihat gerakan tangan sejauh 1 meter. Bila gerak tangan tidak dapat dilihat maka dilakukan dengan menyalakan senter . Visus 1/ tak terhingga proyeksi baik : bila penderita dapat menentukan arah sinar dengan baik. Bila cahaya tidak dapat dilihat sama sekali maka visusnya disebut O PERKEMBANGAN VISUS BAYI/ANAK
1 bulan : memperhatikan objek besar dan
dekat, sepertiwajah ibunya dan benda lain yang di dekatkan beberapa inchi didepannya. 2 bulan : dapat memfiksasi matanya pada objek dengan jarak sekitar 1/3 – 1 meter. 3 bulan : mulai tertarik dengan warna cerah. 4 bulan : akan melihat objek yang menarik dan akan menggerakkan tangannya. 5 bulan : objek yang menarik akan diambil dan dibawa ke mulutnya dan akan menangis bila di tinggal ibunya. 6 -7 bulan : sudah dapat melihat jauh . PERKEMBANGAN VISUS BAYI/ANAK 8 bulan : lebih sensitif terhadap perubahan situasi, seperti perhatian terhadap orang sekitarnya, sudah ada memori dan identifikasi seperti panggilan nama dan akan menangis melihat susu.. 10 bulan : memberikan respon terhadap perubahan situasi .. 21 bulan : orientasi ruang semakin bertambah . 24 bulan : sudah dapat berlari tanpa jatuh . 3 tahun : dapat diperiksa dengan E Chart . 5 tahun : sudah dapat diperiksa dengan huruf Snellen . PERKIRAAN VISUS ANAK
2 bulan : 20/40 ( 6/120 )
6 bulan : 20/200 ( 6/60 ) 1 tahun : 20/100 ( 6/30 ) 2 tahun : 20/60 ( 6/18 ) 3 tahun : 20/30 ( 6/9 ) 4- 5 tahun : 20/20 ( 6/6 ) HIPERMETROP
Kelainan refraksi dimana sinar yang
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata yang dalam keadan istirahat dibiaskan dibelakang retina HIPERMETROPIA HIPERMETROP . Hipermetropia Kelainan refraksi dimana bayangan jatuh di belakang retina Ketidakseimbangan terjadi: Aksis bola mata pendek Pembiasan lebih lemah HYPERMETROPIA . KLASIFIKASI etiologi 1. HIPERMETROP AKSIALIS: sumbu mata terlalu pendek. Kongenital : mikroftalmi Akwisita : jarak lensa ke retina terlalu dekat Retinitis sentralis Ablasio retina.
2. HIPERMETROP PEMBIASAN : aksis normal
tapi daya biasnya berkurang. Kornea : lengkung kornea kurang dari normal Lensa : sklerosis atau afakia Cairan mata : daya bias berkurang ..DM KLASIFIKASI HIPERMETROP MANIFES.. tanpa sikloplegi.
HIPERMETROP TOTAL .. Dengan sikloplegi
Hipermetrop laten : selisih antara Hipermerop
Total dan Manifes …. Menunjukkan kekuatan tonus dari mm siliaris. GEJALA HIPERMETROP Umumnya tidak ada keluhan kecuali hipermetrop tinggi. Gejala “astenopia akomodatif” timbul setelah melakukan pekerjaan dekat seperti menulis, membaca, menjahit karena memerlukan akomodasi berlebihan. Biasanya sakit seputar mata,sakit kepala sampai occiput dan frontal serta bagian lain, Margo palpebra dan konjungtiva merah, lakrimasi, fotopobi ringan, mata terasa panas, berat, mengantuk dan kabur pada penglihatan dekat. GEJALA OBJEKTIF KARENA AKOMODASI TERUS MENERUS MAKA TERJADI HIPERTROPI OTOT DI CORPUS SILIARE SHG COA DANGKAL AKOMODASI, MIOSIS, KONVERGENSI…TRIAS AKOMODATIV MATA HIPEREMIS FUNDUS MERAH PSEUDOPAPILITIS PENYULIT GLAUKOMA. STRABISMUS KONVERGENS AMBLIOPIA.
BILA TERDAPAT ANISOMETROP :
KOREKSI MONOKULER DIBERI UKURAN
PENUH, BILA BINOKULER TAK BISA DIBERI UKURAN PENUH ,,,ASTENOPIA MIOPIA
Kelainan refraksi dimana sinar yang
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata yang dalam keadaan istirahat dibiaskan di depan retina MIOPIA Miopia Kelainan refraksi dimana bayangan jatuh di depan retina Ketidakseimbangan terjadi: Aksis bola mata panjang Pembiasan lebih kuat MYOPIA . KLASIFIKASI etiologi 1. MIOPIA AKSIALIS: sumbu mata terlalu panjang dek. Anak –anak membaca terlalau dekat maka berkonvergensi berlebihan , muskulus rektus internus berkontraksi berlebihan, bola mata relatif terjepit oleh otot mata sehingga bagian lemah akan memanjang. Muka yang lebar menyebakan konvergensi berlebihan bila mengerjakan pekerjaan dekat. Bendungan , peradangan, dan menyababkan tekanan tinggi, terutama bila membaca sambil tidur, tengkurap, terlalu menunduk dlsb. 2. MIOPIA PEMBIASAN : aksis normal tapi daya biasnya tinggi. Kornea : lengkung kornea Lensa : subluksasi atau katarak imatur Cairan mata : daya bias bertambah ..DM KLASIFIKASI…dioptri MIOPIA SANGAT RINGAN …..1 D MIOPIA RINGAN ………………1 - 3 D MIOPIA SEDANG ……….……3 - 6 D MIOPIA TINGGI ………………6 – 10 D MIOPIA SANGAT TINGGI…….> 10 D MIOPIA SIMPLEKS MIOPIA PROGRESIV MIOPIA MALIGNA GEJALA OBJEKTIV Pupil midriasis Vitreous floaters = obscuratio corpus vitreus ( badan kaca mencair ). Stafiloma sklera posterior Fundus tigroid Kresen miopia Perdarahan ke vitreus Ablatio retina Forster – Fuchs ( proliferasi sel pigmen ) Bola mata yang mungkin lebih menonjol Bilik mata depan dalam Gejala subjektiv Gejala astenovergens Lekas lelah Pusing Silau Ngantuk Melihat kilatan cahaya. Strabismus divergenci ASTIGMATISMA Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat dibias tak tertentu, refraksi dalam tiap meridian tak sama. ASTIGMATISMA Astigmatisma Kelainan kelengkungan kornea Berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik ASTIGMATISMA . ASTIGMATISME ASTIGMATISME MIOPIKUS SIMPLEKS ASTIGMATISME MIOPIKUS KOMPOSITUS ASTIGMATISME HIPERMETROPIA SIMPLEKS ASTIGMATISME HIPERMETROPIA KOMPOSITUS, ASTIGMATISME MIKTUS. PENYEBAB KELAINAN KORNEA = PLACIDO TEST. = 90 % KELAINAN KORNEA
KELUHAN HAMPIR SAMA DENGA
KELUHAN LAINNYA. PRESBIOPIA Kelainan refraksi dimana pungtum proksimum telah begitu jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus sukar dilakukan akibat berkurangnya daya akomodasi. Disini sinar yang divergen yang datang dari jarak dekat dibiaskan dibelakang retina. PRESBIOPIA
PROSES INI DIANGGAP KEADAAN
FISIOLOGIS FAKTOR USIA MENYEBABKAN LENSA BERKURANGNYA AKOMODASI DAYA KONTRAKSI OTOT SILIAR BERKURANG. TERAPI PRESBIOPIA DENGAN KACAMATA SFERIS POSITIF
Umur 40 tahun keatas….diberi S +1
Umur 45 tahun …………. diberi S + 1,5 Umur 50 tahun……………diberi S + 2 Umur 55 tahun …………..diberi S + 2,5 Umur 60 tahun …………. Diberi S + 3 Maksimal + 3 ….. Jarak baca 33 cm to be a doctor or to get a doctor or together TERIMAKASIH SENSE OF CHANGE ILMU SEMAKIN DIGALI SEMAKIN TERASA KURANGNYA TIDAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA MOHON MAAF & TERIMA KASIH