Anda di halaman 1dari 19

Definisi

 Kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel


 Dinamakan pertama kali oleh Johannes Mueller (1838)
 Dipercaya sebagai suatu tumor dan salah satu
komponen utamanya adalah kolesterol
 “a pearly tumor of fat...among sheets of polyhedral cells”
 Nama yang lebih sesuai diajukan oleh para ahli yang
lain adalah keratoma (Schucknecht)
Patofisiologi
 Terdiri dari :
 Deskuamasi epitel skuamosa (keratin)
 Jaringan granulasi yang mensekresi enzim proteolitik
 Dapat memperluas diri dengan mengorbankan
struktur disekelilingnya
 Erosi tulang terjadi oleh dua mekanisme utama :
 Efek tekanan  remodelling tulang
 Aktivitas enzim  meningkatkan proses osteoklastik
pada tulang  meningkatkan resorpsi tulang
Patofisiologi
 Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
kuman  infeksi
 Infeksi pelepasan sitokin yang menstimulasi sel-sel
keratinosit matriks kolesteatoma menjadi
hiperproliferatif, destruktif, dan mampu
berangiogenesis
 Desakan massa + reaksi asam oleh pembusukan
bakteri  nekrosis tulang  komplikasi
Patogenesis dan Klasifikasi
 Klasifikasi kolesteatoma
 Kongenital
 Akuisital
 Primer
 Sekunder

 Patogenesis kolesteatom
 Banyak teori yang berusaha menjelaskan terbentuknya
kolesteatoma :
 Teori Invaginasi
 Teori Migrasi
 Teori Metaplasi
 Teori Implantasi
Kolesteatoma Kongenital
 Definisi
 Epitel skuamosa yang terperangkap di dalam tulang
temporal selama embriogenesis
 Mebrana tympani normal (intak)
 Tidak ada riwayat infeksi
 Tidak ada riwayat tindakan operatif otologi
 Paling sering ditemukan pada mesotimpanum anterior,
petrosus mastoid, dan cerebellopontin angle
Kolesteatoma Kongenital
Kolesteatoma
 Primer
Akuisital
 Terbentuk sebagai akibat
dari retraksi membran
tympani (teori Invaginasi)
 Berawal dari retraksi pras
flaksida membran tympani
yang mencapai epitimpanum
 Skutum terkikis  defek pada
dinding lateral epytimpanum
yang perlahan meluas
 Retraksi berlanjut  melewati
tulang-tulang pendengaran
dan epitimpanum posterior 
membentuk retraction pocket
Kolesteatoma Akuisital
 Sekunder
 Terbentuk setelah perforasi membrana tympani
 Teori Migrasi
masuknya epitel dari kulit liang telinga atau dari pinggir
perforasi ke telinga tengah
 Teori Metaplasi
metaplasi mukosa kavum tympani karena iritasi yang
lama
 Teori Implantasi
epitel skuamosa terimplantasi di auris media pasca
tindakan operatif
Presentasi Klinis
 Anamnesis
 Otorrhea tanpa nyeri yang berulang/terus menerus
 Gangguan pendengaran
 Obstruksi nasal
 Tinnitus
 Vertigo
 Riwayat otitis media kronik
 Riwayat pembedahan otologi
Presentasi Klinis
 Pemeriksaan Otologi
 Otorrhea dan jaringan granulasi yang tidak responsif
terhadap antimikroba
 Perforasi membran tympani (90%)
 CAE penuh berisi pus mukopurulen dan jaringan
granulasi
 Retraksi membran tympani pada pars flaksida
 Audiometri  tuli konduktif
 Tes Penala  dicocokkan dengan audiometri
 Timpanometri  compliance MT menurun atau
perforasi
Pemeriksaan Pencitraan
 Rontgen konvensional posisi Waters dan Stenvers
 CT scan
 Densitas kolesteatoma hampir sama dengan LCS
(-2 sampai +10 HU)  efek dari massa itu sendiri yang
lebih berperan dalam diagnosis
 Defek yang dapat dideteksi :
 Erosi skutum
 Fistula labirin
 Erosi pada tegmen tympani
 Keterlibatan tulang-tulang pendengaran
 Anomali atau invasi ke saluran tuba
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan Pencitraan
 MRI
 Digunakan apabila diperkirakan dapat melibatkan
jaringan lunak sekitarnya
 Dapat mendeteksi :
 Invasi duramater
 Abses epidural atau subdural
 Herniasi otak ke rongga mastoid
 Peradangan pada labirin membran atau saraf fasialis
 Trombosis sinus sigmoid
Penatalaksanaan
 Terapi Medis
 Pembersih telinga
 Hidrogen peroksida 3%, asam asetat 1-2%, povidon iodine
5%
 Antimikroba topikal
 Golongan quinolon  hati-hati pada anak usia kurang
dari 12 tahun
 Antimikroba sistemik
 Disesuaikan dengan kuman penyebab
 Pseudomonas : ampisilin-sulbaktam, kotrimoksazol,
ciprofloxacin
 Kuman anaerob : metronidazol, klindamisin,
kloramfenikol
 Sukar ditentukan : kotrimoksazol, amoksisilin-klavulanat
Penatalaksanaan
 Terapi Pembedahan
 Timpanoplasti dinding utuh
 Timpanoplasti dinding runtuh
Komplikasi
 Komplikasi segera  Komplikasi lambat
 Parese nervus fasialis  Kolesteatoma rekuren
 Kerusakan korda  Reperforasi
timpani  Lateralisasi tandur
 Tuli saraf  Stenosis liang telinga
 Gangguan luar
keseimbangan  Displasia atau lepasnya
 Fistula labirin prostesis tulang
 Trauma pada sinus pendengaran
sigmoid
 Infeksi pasca-operasi
Prognosis
 Hampir selalu dapat dieliminasi
 Timpanoplasti dinding runtuh menjanjikan tingkat
rekurensi yang sangat rendah (5% kasus)
 Merupakan penyebab umum relatif tuli konduktif
permanen
Referensi
 Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25,
2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
 Moore K, Agur AMR. Anatomi Klinis Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit Hipokrates;
2002
 Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008
 Waizel S. Temporal Bone, Aquired Cholesteatoma. Emedicine. May 1, 2007 (cited August
27, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/384879-overview
 Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Edisi Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2005
 Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997
 DeSouza CE, Menezes CO, DeSouza RA, Ogale SB, Morris MM, Desai AP. Profile of
congenital cholesteatomas of the petrous apex. J Postgrad Med [serial online] 1989 [cited
2009 Sep 5];35:93. Available from:
http://www.jpgmonline.com/text.asp?1989/35/2/93/5702
 Makishima T, Hauptman G. Cholesteatoma. University of Texas Medical Branch
Department of Otolaryngology. January 25, 2006 (cited August 25, 2009). Available at
www.utmb.edu/otoref/grnds/Cholest.../Cholest-slides-060125.pdf

Anda mungkin juga menyukai