Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

DOKTER MUDA THT


KAMIS, 13 OKTOBER 2016
Pukul 11.00 12.00 WIB

Amalia Noor Zafira Nst


PENDAHULUAN
OMSK ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan dengan
adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah
dapat terus menerus atau hilang timbul

Otitis media supuratif kronik ( OMSK)


di dalam masyarakat Indonesia
dikenal dengan istilah congek, teleran
atau telinga berair

Data dari subbagian otology RSMH dari tahun 2006-2008 telah dilakukan 6
operasi paresis saraf facial dan semuanya disebabkan oleh OMSK dengan
kolesteatom
ANATOMI TELINGA
ANATOMI TELINGA
ANATOMI TELINGA
FISIOLOGI PENDENGARAN

membran Getaran ini


Getaran suara timpani diteruskan ke
ditangkap oleh timpani tulang-tulang
daun telinga bergetar pendengaran

Membran reisner Skala stapes


mendorong Vestibuli : menggerakkan
endoplimf dan Getaran tingkap lonjong
membran basal ke perilimf (foramen ovale)
bawah

Skala Timpani : Membentuk aliran


Pada waktu istirahat
perilimf
ujung sel rambut listrik cabang n.VII
bergerak pusat sensorik
berkelok-kelok, dan
round window pendengaran diotak (
dengan berubahnya
terdorong ke area 39-40) pd lobus
membran basal ujung sel
arahluar temporalis.
rambut menjadi lurus
Otitis Media Supuratif Kronis

Otitis Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga


tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel
Media sel mastoid

Otitis Segala perubahan pada system telinga tengah


Media yang berhubungan pada defek permanen di
membrane timpani yang berlangsung lebih dari 3
Supuratif bulan
Kronik

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus


aureus, Haemophylus influenzae atau Klebsiella
Etiologi dan Pseudomonas
Kolesteatoma yaitu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).

Kolesteatoma kongenital
Kolesteatoma akuisital
Kolesteatoma akuisital
primer
(Teori Invaginasi)
Kolesteatoma akuisital
sekunder
(Teori migrasi & Teori
metaplasia)
Patofisiologi
OMSK penyakit yang berlangsung Perforasi pada
lama, berawal dari episode OMA membrane timpani
dengan perforasi dan perforasi ini
gagal untuk sembuh sendiri
bakteri yang
berasal dari
telinga luar dapat
Mesotympanic menginfeksi telinga
cholesteatoma tengah dan

hilangnya fungsi
proteksi terhadap
bakteri dari
nasofaring akibat
fungsi tuba yang
kurang baik

Mucoid effusion and primary OMSK


Normal TM acquired cholesteatoma
Tipe Perforasi Membran Timpani
Perforasi Membran Timpani
Klasifikasi OMSK Manifestasi Klinis

OMSK

Hearing Nyeri
Othorea Loss Pada
Mastoid

Tubotimpanic Attikoantral
atau Jinak atau Maligna
atau Benign atau Ganas
Proses peradangan terbatas pada Disertai kolesteatoma
mukosa saja
Letak perforasi di marginal atau di
Biasanya tidak mengenai tulang atik
Perforasi terletak di sentral Kadang-kadang terdapat juga
Umumnya jarang menimbulkan kolesteatoma pada OMSK dengan
komplikasi yang berbahaya perforasi subtotal
Tidak terdapat kolesteatoma Sebagian besar komplikasi yang
berbahaya atau fatal
Diagnosis CT Scan Imaging

Pemeriksaan
Anamnesis
Otoskopi

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Radiologi
Audiologi
(CT SCAN)
Komplikasi
Komplikasi di telinga tengah Komplikasi di telinga dalam Komplikasi Komplikasi ke susunan
ekstradural saraf pusat

1. Perforasi membran 1. Fistula labirin 1. Abses 1. Meningitis


timpani persisten 2. Labirinitis supuratif ekstradural 2. Abses otak
2. Erosi tulang pendengaran 3. Tuli saraf sensorineural 2. Trombosis sinus 3. Hidrosefalus otitis
3. Paralisis nervus fasialis lateralis
3. Petrositis
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas
nya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas:
Konservatif
Operasi

OMSK beningna tenang


tidak memerlukan pengobatan,
Edukasi jangan mengorek telinga
air jangan masuk ke telinga
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas.
fasilitas memungkinkan Operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan
pendengaran.
Penatalaksanaan
OMSK beningna aktif
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (aural
toilet)

I. Aural toilet secara kering ( dry mopping)


II. Aural toilet secara basah ( syringing)
III. Aural toilet dengan pengisapan ( suction toilet)
2. Pemberian antibiotika
Topikal
Sistemik
Penatalaksanaan
OMSK maligna
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah
operasi
Pengobatan konservatif dengan medikamentosa
(terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan)

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi


yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis
kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
Mastoidektomi radikal
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Miringoplasti
Timpanoplasti
Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach
tympanoplasty)
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Tn.FR IGD -- Primary survey 27 Oktober
Jenis kelamin : Laki-laki 2016 (20.00):
Umur : 33 tahun
Status : Belum menikah
Suku : Aceh
Agama : Islam
Airway (A) = Bebas
Alamat : Kuta alam
Breathing (B) = Spontan, RR 20 x/mnt
Pekerjaan : Peternak Circulation (C) = N 85 x/menit, reguler
No. RM : 1-07-71-40 Disability (D) = GCS 15 (E4M6V5)
Tgl masuk : 27 Oktober Exposure (E) =-
2016
Tgl pemeriksaan: 28 Oktober
2016
Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri telinga kanan
Keluhan Tambahan:
Kelemahan sisi wajah
sebelah kanan, nyeri
kepala, batuk sesekali
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan. Nyeri telinga
timbul sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri telinga diikuti dengan berdenging yang
timbul sesekali. Telinga awalnya terasa gatal, kemudian pasien berulang kali
membersihkan dengan cotton bud setiap hari. Pasien sempat membersihkan
telinga dengan cotton bud terlalu dalam sehingga setelahnya keluar darah
dari telinga kanan. Darah keluar selama 20 hari. Pasien sempat berobat ke
dokter THT namun keluhan nyeri tidak hilang. Pasien juga sempat mengeluhkan
telinga berair. Cairan yang keluar bewarna bening, dan tidak disertai dengan
pus ataupun darah, Frekuensi keluarnya cairan 2 kali seminggu dan
berlangsung selama 2 bulan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri kepala juga dialami pasien 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri kepala
seperti tertekan. Nyeri kepala berlangsung selama 5 sampai 10 menit.
Pasien juga mengeluhkan pipi bengkak sebelah kanan sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Pasien sulit untuk menutup mata serta tidak dapat mengkerutkan dahi.
Tidak ada keluhan pada saat menelan, dan tidak ada gangguan untuk perasa. Tidak
ada keluhan di telinga kiri, tidak ada keluhan untuk hidung.
Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk sejak 3 bulan, namun batuk hanya dirasakan
sesekali dan tidak berdahak. Demam dirasakan sejak 20 hari yang lalu. Demam naik
turun, demam naik terutama di malam hari. Demam tidak disertai dengan menggigil.
Pasien juga sering berkeringat di malam hari. Pasien juga mengalami penurunan berat
bedan 8 kg dalam 3 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang


Hipertensi disangkal
mengalami keluhan yang sama. Riwayat TB
Diabetes melitus disangkal dalam keluarga tidak ada.
Stroke disangkal
Riwayat TB disangkal

Riwayat Penggunaan Obat Riwayat Kebiasaan Sosial

Pasien pernah berobat ke dokter THT Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 15
sebelumnya dan mendapat obat tetes tahun yang lalu. Pasien belum berhenti dan
telinga dan obat minum namun pasien memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus
tidak ingat nama obatnya. Riwayat perhari.
penggunaan OAT sebelumnya tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Laju Nadi : 86 kali per menit
Laju nafas : 20 kali per menit
SuhuTubuh : 36.80 C
Kepala : Dalam batas normal
Wajah : Inspeksi saat istirahat: wajah tampak asimetris, pipi sebelah
kanan lebih bengkak dibandingkan sebelah kiri.
Pergerakan: Dahi sebelah kanan tidak dapat dikerutkan
Mata kanan tidak dapat menutup sempurna
Mulut tampak miring ke kiri saat tersenyum
Leher : pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Fisik
Cavum Nasi (Rhinoskopi Anterior)
Mukosa : merah muda / merah muda
Sekret : tidak ada /tidakada
Massa : tidak ada / tidak ada
Konka : eutrofi/eutrofi
Septum nasi : tidak ada deviasi
Pasase udara : lancar / lancar

Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan


Orofaring
Tonsil : T1/T1
Kripta : tidak melebar/tidak melebar
Detritus : tidak ada / tidak ada
Perlengketan : tidak ada / tidak ada
Sikatrik : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Faring
Mukosa : merah muda
Granul : tidak ada
Bulging : tidak ada
Reflek muntah : ada
Arcus Faring : merah muda
Palatum : palatum molle dan durum merah muda dan baik

Laring
Laringoskopi indirect : tidak dilakukan

Thoraks :
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : fremitus taktil kanan < fremitus taktil kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara Pernapasan : vesikuler di kedua lapangan paru
Suara tambahan : rhonki (+) wheezing (-)
Pemeriksaan Fisik Status Lokalisata
Cor : BJ I < BJ II, reguler, bising (-) Telinga :
Auris dextra sinistra
Abdomen : CAE : lapang/lapang
Inspeksi : distensi (-) simetris (+)
Serumen : -/+
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Sekret :+/-
Perkusi : timpani (+)
MT : sulit dinilai/sulit dinilai
Auskultasi : Peristaltik (+)
Retroauricular : nyeri tekan (+) / (-)

Ekstremitas :
Motorik : Atas 5555/5555
Bawah 5555/5555
Pemeriksaan Penunjang Tanggal 31 Oktober 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Haemoglobin(Hb) 9,6 g/dl 13-16 Menurun
Hematokrit (Ht) 31% 40-58 Menurun
Eritrosit 2700/mm3 4700-61000 Menurun
Leukosit 10300/mm3 4000-11000 Normal
Trombosit 514000/mm3 150000-450000 Normal
Eosinofil 0 0-6 Normal
Basofil 0 0-2 Normal
Netrofil Segmen 85 50-70 Normal
Limfosit 6 20-40 Normal
Monosit 9 2-8 Normal
CT/BT 4/8 1-7 menit Normal
Kreatinin 0,60 mg/dl 0,6-1,3 Normal
Ureum 23 mg/dl 10-50 Normal
Billirubin direct 0,11 mg/dl <0,52 Normal
Pemeriksaan Penunjang Tanggal 31 Oktober 2016
SGOT 30 U/L <35 Meningkat
SGPT 28 U/L <45 Normal
Protein total 4,7 g/dl 6,4 8,3 Normal
Albumin 2,62 g/dl 3,5 -5.2 Normal
Globulin 2,08 g/dl Normal
Kolesterol total 137 mg/dl < 200 Normal
Natrium 138 mmol/L 135-145 Normal
Kalium 4,9 mmol/L 3,5-4,5 Meningkat
Clorida 101 mmol/L 90-110 Normal
Gula darah puasa 90 mg/dl 60-110 Normal
Gula darah 2 jam PP 123 mg/dl 100-140 Normal
Pemeriksaan Penunjang Tanggal 16 Oktober 2016
Hasil Nilai normal Interpretasi
Haemoglobin(Hb) 11,0 g/dl 13-16 Menurun
Hematokrit (Ht) 35 % 40-58 Menurun
Eritrosit 4300/mm3 4700-61000 Normal
Leukosit 10300/mm3 4000-11000 Normal
Trombosit 588000/mm3 150000-450000 Normal

Eosinofil 0 0-6 Normal


Basofil 0 0-2 Normal
Netrofil Segmen 89 50-70 Normal
Limfosit 3 20-40 Normal
Monosit 8 2-8 Normal
Natrium 138 mmol/L 135-145 Normal
Kalium 3,7 mmol/L 3,5-4,5 Normal
AUDIOMETRI FOTO THORAX

Hasil audiogram pada pasien. Foto Toraks. Kesan TB paru


Kesan: tuli konduktif derajat sangat berat
pada telinga kanan, telinga kiri normal
CT SCAN

Kesimpulan : cholesteatoma pada mastoid kanan


Diagnosis Banding Diagnosis Kerja
1. Otitis media supuratif kronis tipe
bahaya Otitis media supuratif kronis tipe
2. Otitis media tuberculosa bahaya pada auris dextra + susp.
TB paru
3. Otitis eksterna difusa

Tatalaksana Prognosis
Suportif: IVFD RL 20 gtt/I Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam: Dubia ad malam
Farmakologis
Ceftriaxon 1 gr/12 jam Quo ad Sanactionam: Dubia ad malam
Ketorolac 3%/8 jam
Asamtraneksamat 500 mg/12 jam
Methylprednisolon 125 mg/12 jam

Operatif : Mastoidektomi
PEMBAHASAN
KASUS PEMBAHASAN

Pasien, laki-laki, berusia 33 tahun yang datang Keluarnya cairan dari telinga menunjukkan
ke IGD dengan keluhan: adanya perforasi membran timpani. Perforasi
membran timpani dapat terjadi akibat adanya
-nyeri telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. - peningkatan tekanan pada telinga tengah
-perdarahan akibat mengorek telinga yang seperti pada infeksi pada telinga tengah (otitis
terjadi 20 hari yang lalu. media) yang berlangsung lama.
-keluar cairan dari telinga yang telah dialami
sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan keluar cairan dari telinga kanan
sudah dialami pasien selama dua bulan yang
menunjukkan perforasi membran timpani sudah
dialami pasien setidaknya sekitar 2 bulan.
Berdasarkan lama terjadinya, infeksi telinga
tengah pada pasien ini dapat dikatakan
sebagai otitis media supuratif kronik.
KASUS PEMBAHASAN

Pasien, laki-laki, berusia 33 tahun yang datang OMSK dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu
ke IGD dengan keluhan: tipe aman dan tipe bahaya. Pada kasus ini,
terdapat kolesteatoma pada mastoid kanan
-nyeri telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. pasien yang terlihat pada gambaran CT-scan
-perdarahan akibat mengorek telinga yang mastoid. Letak perforasi dan kolesteatom pada
terjadi 20 hari yang lalu. liang telinga sulit dinilai pada pemeriksaan fisik
-keluar cairan dari telinga yang telah dialami karena adanya sekret yang banyak pada
sejak 2 bulan yang lalu. telinga kanan pasien.

Pada kasus ini juga terdapat paresis nervus


fasialis dextra tipe perifer. Paresis nervus
fasialis dapat terjadi sebagai komplikasi
OMSK. Pada OMSK kerusakan nervus fasialis
terjadi akibat erosi tulang oleh kolesteatom
atau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi
ke dalam kanalis fasialis tersebut.
KASUS PEMBAHASAN

Pasien, laki-laki, berusia 33 tahun yang datang Pada kasus ini wajah pasien terlihat asimetri
ke IGD dengan keluhan: baik pada saat istirahat maupun pergerakan.
Berdasarkan klasifikasi House-Brackmann,
-Wajah pasien terlihat asimetri baik pada saat pasien mengalami paresis nervus fasialis
istirahat maupun pergerakan. derajat V pada sisi wajah sebelah kanan.
-Pada saat disuruh mengerutkan dahi dan
mengangkat alis ke atas, hanya sisi sebelah kiri
yang bergerak, sedangkan dahi sebelah kanan
tidak tampak adanya kerutan.
-Kelopak mata kanan pasien tidak dapat
menutup sempurna, sedangkan kelopak mata
sebelah kiri berfungsi baik.
-Pada saat disuruh tersenyum, mulut pasien
tampak asimetri, yaitu mulut pasien lebih
tertarik ke sisi kiri
KASUS PEMBAHASAN

Pasien, laki-laki, berusia 33 tahun yang datang Prinsip terapi pada OMSK tipe bahaya adalah
ke IGD dengan keluhan: pembedahan, yaitu mastoidektomi. Terapi
konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum
nyeri telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. -- dilakukan pembedahan. Pada pasien ini,
perdarahan akibat mengorek telinga yang tindakan mastoidektomi dilakukan pada
terjadi 20 hari yang lalu. tanggal 3/11/2016
-keluar cairan dari telinga yang telah dialami
sejak 2 bulan yang lalu.
-Wajah pasien terlihat asimetri baik pada saat
istirahat maupun pergerakan.
-Pada saat disuruh mengerutkan dahi dan
mengangkat alis ke atas, hanya sisi sebelah kiri
yang bergerak, sedangkan dahi sebelah kanan
tidak tampak adanya kerutan.
-Kelopak mata kanan pasien tidak dapat
menutup sempurna, sedangkan kelopak mata
sebelah kiri berfungsi baik.
-Pada saat disuruh tersenyum, mulut pasien
tampak asimetri, yaitu mulut pasien lebih
tertarik ke sisi kiri
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai