Anda di halaman 1dari 22

Otitis Media Supuratif Kronik

(OMSK)
Steven Hartanto Kurniawan (112019106)
Pendahuluan
 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronik
di telinga tengah dengan adanya perforasi membran
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul
 OMSK di dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan
istilah congek, teleran atau telinga berair
 OMSK di Indonesia adalah 3,8 % dan pasien OMSK
merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di
poliklinik THT rumah sakit di Indonesia
 Kebanyakan  penderita OMSK menganggap penyakit ini
merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan
sembuh sendiri, namun mempunyai potensi untuk menjadi
serius karena komplikasinya yang dapat mengancam
kesehatan dan dapat menyebabkan kematian
Anatomi
Telinga bagian tengah terdiri dari :
1.Membrana timpani
Bagian luar diliputi oleh epitel dari liang telinga dan
bagian dalam diliputi oleh mukosa dari cavum timpani.
2.Cavum timpani
Disini terdapat tulang-tulang pendengaran (malleus,
incus, stapes)
3.Processus mastoideus dengan cellulae mastoisea yang
berhubungan dengan cavum timpani
4.Tuba eustachius yang menghubungkan cavum
timpani dengan nafosaring.
Fisiologi Pendengaran
Getaran suara membran timpani Getaran ini
ditangkap oleh  timpani diteruskan ke tulang-
daun telinga bergetar tulang pendengaran

Membran reisner
Skala stapes
mendorong
Vestibuli : menggerakkan
endoplimf dan
Getaran tingkap lonjong
membran basal ke
perilimf (foramen ovale)
bawah

Membentuk aliran
Skala Timpani : Pada waktu istirahat ujung sel listrik  cabang n.VII
perilimf bergerak  rambut berkelok-kelok, dan  pusat sensorik
round window dengan berubahnya membran pendengaran diotak
terdorong ke basal ujung sel rambut ( area 39-40) pd lobus
arahluar menjadi lurus temporalis.
Otitis Media Supuratif Kronis
Definisi
Otitis media supuratif kronik merupakan radang
telinga tengah dengan perforasi membrana timpani
disertai keluarnya sekret yang terus menerus atau hilang
timbul, sekret mungkin encer, bening atau berupa nanah,
dan biasanya dijumpai adanya gangguan pendengaran.
Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara
umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor
sosio-ekonomi
Lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh
negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat,
Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik
Survei prevalensi di seluruh dunia, menunjukkan beban
dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan
telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita
kurang pendengaran yang signifikan
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%
dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien
yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia
Etiologi
Mukosa yang tidak normal
Penyakit-penyakit telinga yang timbul waktu masih
bayi
Tuba yang tertutup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya otitis
media supuratif kronik :
1.Sifat dan hebatnya peradangan
2.Keadaan tuba auditiva
3.Infeksi sekunder melalui perforasi
4.Daya tahan tubuh individu
5.Adanya adenoid
6.Bronkhitis kronik, sinusitis, rhinitis
7.Palatoschisis juga faktor penting mengapa penyakitnya
menjadi kronik
Patogenesis
Klasifikasi OMSK
OMSK tipe benigna/tipe aman
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja
Biasanya tidak mengenai tulang
Perforasi terletak di sentral
Umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya
Tidak terdapat kolesteatoma
OMSK tipe maligna
Disertai kolesteatoma
Letak perforasi di marginal atau di atik
Kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK
dengan perforasi subtotal
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah suatu
kista epiterial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus
lalu menumpuk sehingga
kolesteatomnya bertambah
besar
Jenis
Kolesteatoma kongenital
Kolesteatoma akuisital
 Kolesteatoma akuisital primer
(Teori Invaginasi)
 Kolesteatoma akuisital sekunder
(Teori migrasi & Teori metaplasi)
Gejala Klinik
Otorrhoe: mucous sampai purulen dan berbau khas.
Vertigo.
Tinitus.
Perforasi membrana timpani.
Rasa penuh di telinga.
Cholesteatoma.
Fistel atau abses.
Gangguan pendengaran
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna

Adanya Abses atau fistel retroaurikular 


Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang
berasal dari kavum timpani
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma
kolesteatom)
Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Bakteriologi
Diagnosis
Diagnosis otitis media supuratif kronik ditegakkan dari
anamnesa, gejala dan hasil pemeriksaan klinik pada
telinga dengan otoskop dan dibantu oleh pemeriksaan
radiologi atau rontgen mastoid atau CT scan kepala
dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran
infeksi ke struktur di sekeliling telinga. Pemeriksaan
bakteriologi dan tes pendengaran diperlukan untuk
evaluasi
Penatalaksanaan
Prinsip  pengobatan  tergantung  dari  jenis  penyakit  dan
 luasnya  infeksi,  dimana pengobatan dapat dibagi atas:
Konservatif
Operasi

OMSK beningna tenang


tidak memerlukan pengobatan,
Edukasi jangan mengorek telinga
air jangan masuk ke telinga
segera berobat bila  menderita  infeksi  saluran  nafas.
fasilitas  memungkinkan  Operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan
pendengaran.
OMSK beningna aktif
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani
2. Pemberian antibiotika
 Topikal
 Sistemik
OMSK maligna
Pengobatan  yang  tepat  untuk  OMSK  maligna  adalah
 operasi
Pengobatan konservatif  dengan  medikamentosa (terapi
 sementara sebelum dilakukan pembedahan)

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang


dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik
tipe benigna atau maligna, antara lain:
 Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
 Mastoidektomi radikal
 Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
 Miringoplasti
 Timpanoplasti
 Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)
KOMPLIKASI

1.Komplikasi ditelinga tengah :


Perforasi persisten.
Erosi tulang pendengaran.
Paralisis nervus facialis.
2.Komplikasi ditelinga dalam :
Fistel labirin.
Labirinitis.
Tuli syaraf (sensorineural).
3.Komplikasi di ekstradural :
Abses ekstradural.
Trombosis sinus lateralis.

Anda mungkin juga menyukai