Anda di halaman 1dari 28

OTITIS MEDIA SUPURATIF

KRONIK DAN KOMPLIKASI

Fikram Ahmad Fauzan


Pembimbing: dr. Hj. Abla Ghanie, Sp T.H.T.K.L(K), FICS
Wahyudi Teguh Rejeki Purba
1
PENDAHULUAN
Let’s start with the first set of
slides
2
LATAR BELAKANG

Otitis media akut dengan perforasi Secara umum, prevalensi OMSK


membran timpani dapat menjadi di Indonesia adalah 3,8% dan
otitis media supuratif kronik pasien OMSK merupakan 25%
apabila prosesnya sudah melebihi dari pasien-pasien yang berobat
dari 2 bulan di poliklinik THT

Pada penelitian yang dilakukan di enam wilayah


besar di Indonesia, didapatkan bahwa otitis media
sangat signifikan terjadi pada anak usia sekolah,
dengan prevalensi kejadian 27/1000 anak
3
2
TINJAUAN PUSTAKA
Let’s start with the second set of
slides
4
Gambar 1. Anatomi telinga
5
Gambar 2. Membran timpani

6
Otitis media supuratif kronis (OMSK), dahulu disebut otitis media
perforate atau dalam bahasa awam disebut conge, adalah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Sekret dapat berbentuk encer atau kental, bening atau berupa
nanah.

7
• Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membrane timpani  otitis
media supuratif kronis apabila telah terjadi lebih dari 2 bulan.
• Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif
subakut.

8
• Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media
yaitu 25% pada anak-anak.
• Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan
puncaknya pada tahun pertama masa sekolah dengan prevalensi
kejadian OMSK adalah 27/1000 anak.
• OMSK aktif tertinggi ditemukan pada usia 10-12 tahun yaitu
sebanyak 23.5 per 1000 anak, sedangkan OMSK inaktif
prevalensi tertinggi pada anak usia 6-9 tahun yaitu sebanyak 62.9
per 1000 anak.
9
Etiologi

biasanya berasal dari ▰ lingkungan,


nasofaring: ▰ genetik,
▰ Adenoiditis, ▰ adanya riwayat otitis
▰ tonsilitis, media sebelumnya,
▰ rhinitis dan ▰ infeksi saluran napas
▰ sinusitis atas,
▰ autoimun, alergi,
▰ serta gangguan fungsi
tuba Eustachius 10
Patogenesis

Infeksi saluran napas  menyebar lewat tuba


eustachius  inflamasi tuba  mukosa tuba menebal
 oklusi tuba  inflamasi terjadi pada telinga bagian
tengah  inflamasi  sekret menumpuk pada telinga
tengah karena oklusi  menekan saluran telinga
hingga membrane timpani  perforasi

11
Klasifikasi

1. Tipe tubotimpani (OMSK non kolesteatoma)


Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala
klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
• Pada fase aktif, terdapat sekret pada telinga dan tuli.
• Pada fase tidak aktif/fase tenang dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat pada pemeriksaan fisik telinga.

12
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman =
OMSK dengan kolesteatoma
Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin menghasilkan
kolesteatoma.
Tanda-tanda klinis OMSK pada tipe ini adalah adanya abses atau fistel retroaurikular,
adanya jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani,
terdapat pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatoma), serta pada foto
rontgen mastoid terdapat gambaran kolesteatoma.
13
Letak Perforasi

Gambar 6. Jenis-jenis perforasi membran timpan 14


Diagnosis

Diagnosis OMSK didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan


telinga (pemeriksaan otoskopik) dengan atau tanpa pemeriksaan
kultur bakteri. Anamnesis meliputi riwayat nyeri pada telinga, sekret
yang keluar dari telinga atau rasa sakit saat telinga disentuh atau
ditekan. Suspek OMSK juga pada pasien dengan riwayat sakit
tenggorokan, batuk dan gejala ISPA.

15
Diagnosis

Anamnesis
• Hampir sepertiga pasien OMSK asimtomatik dan akan
mengetahui jika ia terkena OMSK pada pemeriksaan rutin.
• Pasien OMSK yang menunjukkan gejala biasanya
mengalami otorrhea dan kehilangan pendengaran.
• Rasa nyeri jarang ada namun bisa saja mengindikasikan
adanya otitis eksterna atau kemungkinan ada komplikasi
intratempporal dan intrakranial.

16
Diagnosis

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


• Jika terdapat cairan yang keluar dari telinga (otorrhea),
maka dapat dilakukan microsuction untuk membersihkan
liang telinga dan mengidentifikasi penyebab keluar cairan
tersebut.
• Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya
didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli
sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.
• Tes audiometri dilakukan dengan menggunakan masking.
Pemeriksaan audiometri speech discrimination dapat
dilakukan untuk mengetahui apakah pasien bisa menjadi
kandidat rekonstruksi telinga atau tidak.
17
Diagnosis

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


• Timpanometri digunakan untuk mengetahui apakah
membran timpani masih intak atau tidak.
• Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan tujuan untuk
melihat dengan potongan axial; sinus timpani, facial recess,
lateral SCC, ossicles, N. VII pars horizontal, dan dengan
potongan coronal; Prussak’s space, tegmen timpani, tulang-
tulang pendengaran, perigeniculata, N. VII pars vertikal.
• Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan
kerusakan tulang oleh karena kolesteatoma.
• Pemeriksaan kultur dan resistensi bakteriologi juga dapat
dilakukan untuk menunjang diagnosis dan tatalaksana dari
otitis media.
18
Penatalaksanaan

OMSK tipe aman (OMSK non kolesteatoma)


▰ OMSK Non Kolesteatoma Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan dianjurkan untuk
tidak mengorek telinga, mencegah air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila
menderita infeksi saluran napas atas. Bila fasilitas
memungkinkan dapat dilakukan operasi rekonstruksi
(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang
serta gangguan pendengaran.
19
Penatalaksanaan

▰ OMSK Non Kolesteatoma Aktif


▰ 1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpani (aural toilet)
Pembersihan kavum timpani dengan menggunakan cairan
pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Garam
faal diberikan agar lingkungan bersifat asam sehingga menjadi
media yang buruk untuk pertumbuhan kuman.

20
Penatalaksanaan

▰ 2. Pemberian antibiotik topical


Cara pemilihan antibiotika yang paling baik adalah berdasarkan
kultur kuman penyebab dan uji resistensi.
Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam
bentuk tetes telinga dan mengandung antibiotika tunggal atau
kombinasi, jika perlu ditambahkan kortikosteroid untuk mengatasi
manifestasi alergi lokal

21
Penatalaksanaan

▰ 3. Antibiotik oral
Secara oral, dapat diberikan antibiotika golongan ampisilin atau
eritromisin sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi
yang dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin,
dapat diberikan ampisilin-asam klavulanat. Pemberian antibiotika
tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai dengan pembersihan
sekret

22
Penatalaksanaan

OMSK tipe bahaya (OMSK dengan kolesteatoma)


Pada OMSK, baik dengan atau tanpa kolesteatoma, dapat
dipertimbangkan tindakan pembedahan. Tujuannya adalah untuk
mengeradikasi infeksi atau bahkan memperbaiki pendengaran
▰ Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
▰ Timpanoplasti (termasuk miringoplasti dan rekonstruksi)

23
3
KESIMPULAN
Let’s start with the third set of
slides
24
• Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan peradangan
atau infeksi kronis yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani, ditandai dengan perforasi membran
timpani, sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.

• Berdasarkan anamnesa, pasien dapat mengeluhkan keluarnya


cairan dari telinga (ottorhea) yang hilang timbul, dimana sekret
awalnya berwarna putih, encer dan tidak berbau, kemudian
menjadi agak kental, kekuningan, dan berbau.
25
• Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari
derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran yang terjadi.

• Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat pula terjadi tuli


sensorineural.

• Terapi OMSK memerlukan waktu lama dan harus berulang.


Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan
pada faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya.
26
• Bila didiagnosis kolesteatoma, maka mutlak harus dilakukan
operasi, tetapi obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol
infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis
penyakit dan luas infeksi, dimana pengobatannya dibagi atas
konservatif dan pembedahan.

27
THANKS!
Any questions?

28

Anda mungkin juga menyukai