MIGRAIN
Pembimbing:
Disusun oleh:
JAKARTA
1
Pendahuluan
Menurut International Headache Society, sakit kepala dibagi menjadi dua kategori utama,
yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Sakit kepala primer adalah sakit kepala
tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan dengan penyakit lain. Contohnya adalah sakit
kepala tipe tension, migraine, dan cluster. Sedangkan sakit kepala sekunder adalah sakit kepala
yang disebabkan oleh penyakit lain seperti akibat infeksi virus, adanya massa tumor, cairan otak,
Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam.
Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat
dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan"atau fotofobia dan fonofobia.
Migraine secara umum dibagi menjadi 2, yaitu migraine klasik dan migraine umum dimana
migraine umum 5 kali lebih sering terjadi daripada migraine klasik. Migraine dapat terjadi pada
Prevalensi tertinggi berada diantara umur 25-55 tahun. Migraine timbul pada 11%
masyarakat Amerika Serikat yaitu kira-kira 28 juta orang. Migraine lebih sering terjadi pada anak
laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan sebelum usia 12 tahun, tetapi lebih sering
ditemukan pada wanita setelah pubertas, yaitu paling sering pada kelompok umur 25-44 tahun.
Pada referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai migraine dengan tujuan menambah
pengetahuan akan gejala yang ditimbulkan, kriteria diagnosis, dan juga penatalaksanaan yang
tepat.
Definisi
Nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP) merupakan perasaan
sensori atau emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan baik
2
yang sudah terjadi maupun yang berpotensi terjadi. Salah satu alasan tersering pasien mengunjungi
Definisi lainnya merupakan nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama
4-72 jam. Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah
berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual dan atau fotofobia dan fonofobia.1,14
The International Headache Society (IHS) pada tahun 2013 membagi nyeri kepala menjadi
dua kategori utama yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer
adalah nyeri kepala tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan dengan penyakit lain,
Sedangkan nyeri kepala sekunder terjadi akibat gangguan organik lain, seperti infeksi, trauma,
Migrain diartikan sebagai nyeri kepala berulang yang penyebabnya belum diketahui secara
pasti dengan kelainan yang kompleks (neruovaskular) ditandai dengan sakit kepala berulang,
unilateral, dan pada beberapa kasus dikaitkan dengan adanya aura yang timbul sebelum atau
Epidemiologi
Menurut Nuprin Pain Report sebanyak 73% nyeri pada kepala adalah tipe nyeri yang
paling sering dialami. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lipton, Steward, dan Korff (1997)
menyatakan bahwa migren mengenai hampir 30 juta orang di Amerika Serikat dan menyebabkan
kerugian langsung dan tidak langsung lebih dari 13 milyar US$ per tahun. Diperkirakan 14% dari
populasi dunia menderita migren dan pada tahun 2010-2011 diperkirakan sekitar 8,3% dari 2,7
3
Migraine dapat terjadi pada 18% dari wanita dan 6% dari pria sepanjang hidupnya.
Prevalensi tertinggi berada diantara umur 25-55 tahun. Migraine timbul pada 11% masyarakat
Amerika Serikat yaitu kira-kira 28 juta orang. Prevalensi migraine ini beranekaragam bervariasi
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Migraine dapat tejadi dari mulai kanak-kanak sampai
dewasa. Migraine lebih sering terjadi pada anak laki -laki di bandingkan dengan anak perempuan
sebelum usia 12 tahun, tetapi lebih sering ditemukan pada wanita setelah pubertas, yaitu paling
sering pada kelompok umur 25-44 tahun. Onset migraine muncul pada usia di bawah 30 tahun
pada 80% kasus. Migraine jarang terjadi setelah usia 41 tahun. 4,14
Etiologi
Penyebab terjadinya migren masih belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan terjadinya migren, antara lain (2, 5, 6):
1. Riwayat anggota keluarga dengan riwayat nyeri kepala (faktor genetik diyakini kuat
2. Perubahan hormon (esterogen dan progesterone) pada wanita, khususnya pada fase
oral
3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah dan natrium nitrat), vasokonstriktor
(keju dan coklat), serta zat tambahan pada makanan (monosodium glutamat dan
4
7. Alkohol dan merokok
Faktor Risiko
Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dapat dihubungkan dengan perkembangan pada nyeri kepala primer.
Dalam beberapa penelitian terakhir, insidensi nyeri kepala dengan onset yang baru dikorelasikan
Siklus menstruasi
Migrain menstrual tidak termasuk istilah pada International Headache Society. Migraine
menstrual biasanya didefinisikan sebagai serangan migraine yang dimulai dari dua hari sebelum
menstruasi sampai har terakhir menstruasi. banyak wanita dengan migraine menstrual timbul
gejala saat proses ovulasi. Kemungkinan migraine dengan siklus menstruasi dapat dihubungkan
dengan kadar esterogen. Pengambilan kembali hormonest ergen dengan pelepasan prostaglandin
pada saat men struasi, melewati beberapa mekanisme, cenderung untuk mengubah persepsi nyeri.
Kehamilan
Migraine bukanlah faktor risiko pada kehamilan atau janin. Meskipun fakta mengatakan
bahwa lebih dari 50% terjadi pada kehamilan yang tidak terencana dan banyak dari penderita
migraine melanjutkan terapi nyeri kepala mereka dengan tatalaksana seperti biasa pada fase
awal kehamilannya, tidak meningkatkan insidensi toxemia, kelahiran abnormal, lahir mati atau
kelainan kongenital telah dilaporkan pada wanita hamil dengan migraine. Selama kehamilan,
migraine biasanya cenderung meningkat pada 60% - 70% kasus dan sebagian besar pada trimester
kedua dan ketiga. Kemungkinan penyebabnya adalah yang mempunyai riwayat migraine peri
5
menstrual atau migraine pada saat menarche. Migraine dapat memburuk pada saat kehamilan,
Menopause
Pada dasarnya, menopause adalah masa yang cukup kritis dalam hidup penderita migraine.
menunjukkan akselerasi pada frekuensi dan tingkat keparahan selama fase awal menopause.
Berarti ini memang benar berpengaruh pada wanita yang mempunyai riwayat migraine menstrual.
Ada beberapa penelitian yang telah mengkaji ini secara detail. Sebaliknya, migraine dapat lebih
Klasifikasi(3)
Saraf Indonesia) yang merupakan adaptasi International Headache Society tahun 2013:
Migraine tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum. Sakit kepalanya hampir
sama dengan migraine dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala
dan bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia dan fonofobia. Nyeri kepala
Migraine dengan aura disebut juga sebagai migraine klasik. Diawali dengan
adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala
unilateral, mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan manifestasi
nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit.
Sindrom periodik pada anak yang pada umumnya menjadi prekursor migraine
6
Cyclical vomiting
Migren Abdominal
Migren retinal
Komplikasi migren
Migren Kronik
Migrenous infark
Migrene-Triggered Seizure
Probable Migrain
Dalam makalah ini, yang menjadi pembahasan pokok terutama migrain dalam kelompok
Patifisiologi
Mekanisme pasti terjadinya migrain belum sepenuhnya diketahui, dan sampai saat ini masih
terus berkembang. Hal ini diakibatkan banyaknya faktor genetik dan lingkungan serta proses
neurovaskular yang terjadi pada migrain turut memberikan kontribusi terhadap kejadian penyakit.
Prinsip utama yang dapat dipahami disini bahwa, adanya perangsangan pada struktur peka nyeri
intracranial (seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya) oleh stimulasi mekanis, kimia,
struktur peka nyeri. Asal nosiseptor tersebut terbagi dua bagian, untuk struktur supratentorial
berasal dari nervus trigeminus pars ophtalmica, dan untuk infratentorial berasal dari nervus spinalis
C1-C3. Belum jelasnya mekanisme migraine membuat para pakar neurologi melakukan penelitian
7
yang berkesinambungan dan menghasilkan beberapa teori yang menjelaskan terjadinya migrain.
1. Teori Vaskular
Teori vaskular merupakan teori pertama yang berkembang pada sejarah penelitian migrain.
Teori ini dikembangkan oleh Wolf dkk tahun 1940-an yang mengemukaan bahwa adanya
gangguan kaliber pembuluh darah menyebabkan terjadinya nyeri kepala migren. Disebutkan
bahwa dengan adanya faktor pencetus oleh mekanisme yang belum diketahui, menyebabkan
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah serebral. Hal ini menjelaskan timbulnya aura pada
sebagian kasus di mana ambang untuk terjadinya aura rendah. Setelah vasokonstriksi, diikuti
dengan vasodilatasi pembuluh darah yang menekan dan mengaktifkan nosiseptor perivaskular di
intracranial, yang mencetuskan terjadinya nyeri kepala. Nyeri kepala yang terjadi bersifat
unilateral dengan kualitas berdenyut, disebabkan oleh perangsangan saraf nyeri di dinding
pembuluh darah.7,8,9
Namun, teori ini masih belum dapat menjelaskan gejala prodromal dan gejala lain yang
terjadi sebelum serangan migrain. Selain itu, obat-obat yang dapat meredakan nyeri kepala, tidak
semuanya bekerja melalui vasokonstriksi pembuluh darah, dan belakangan diketahui dengan
8
penelitian menggunakan teknik pencitraan mutakhir untuk melihat aliran darah otak, ditemukan
bahwa kejadian migrain tanpa aura memiliki aliran darah serebral yang konstan pada sebagian
besar pasien.7,10
Belakangan diteliti lebih lanjut oleh Schoonman dkk, disimpulkan bahwa vasodilatasi
pembuluh intrakranial tidak berperan dalam patogenesis migrain, kemudian oleh Elkind dkk
didapatkan bahwa mekanisme nyeri kepala sangat ditentukan oleh diameter dinding pembuluh
darah ekstrakranial. Dalam penelitiannya (Elkind dkk) didapatkan aliran darah frontotemporal
meningkat pada subjek dengan nyeri kepala dibandingkan dengan kontrol (P<0,005), dan nyeri
kepala mereda setelah diberikan ergotamin tartrat disertai dengan penurunan alirah darah
Teori neurovaskular pada prinsipnya menjelaskan bahwa adanya migrain disebabkan oleh
vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus pada
pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene-related peptide). CGRP akan
9
berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaran mediator
inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi steril pada neuron. CGRP juga bekerja pada arteri
serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. 8,9
Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second order neuron yang bertindak
sebagai transmisi impuls nyeri. Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan
lokus sereleus sehingga terjadi peningkatan kadar epinefrin. Selanjutnya, sistem ini juga
mengaktifkan nukleus dorsal sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar
epinefrin dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan
aliran darah di otak. Penurunan aliran darah di otak akan merangsang serabut saraf
trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat terjadi aura. Apabila terjadi penurunan
kadar serotonin maka akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial
Cortical Spreading Depression (CSD) merupakan teori yang pertama kali dikemukakan
oleh Leao (1944) yang menjelaskan mekanisme migrain dengan aura. CSD adalah gelombang
neuron eksitatorik pada substansia grisea korteks dari daerah cetusan asal (biasanya dimulai di
regio occipital) dengan kecepatan rambat 2-6 mm/ menit, yang kemudian menyebabkan periode
refrakter pada area yang telah dilewari arus. Depolarisasi yang terjadi ini menyebabkan terjadinya
fase aura, yang kemudian mengaktifkan nervus trigeminal, yang menyebabkan fase nyeri kepala.
Mekanisme neurokimia yang terjadi selama fase perambatan yaitu pengeluaran kalium ke
ekstrasel, atau pengeluaran glutamat (asam amino eksitatorik) dari jaringan saraf. Hal ini
menyebabkan terjadinya depolarisasi yang merambat dan merangsang jaringan sekitarnya untuk
10
Pada pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET) terlihat bahwa aliran darah
cenderung berkurang selama fase aura/CSD. Fase ini juga menurunkan laju metabolisme sel.
Walaupun selama CSD terjadi perambatan impuls saraf disertai penurunan laju metabolisme yang
menyebabkan terjadinya aura, adakalanya oligemia yang terjadi tidak mencapai ambang dalam
selanjutnya akan merangsang nosiseptor pada pembuluh darah duramater untuk mengeluarkan zat
pemicu nyeri, seperti calcitonin-gene related peptide (CGRP), substansia P, vasoactive intestinal
peptide (VIP) dan neurokinin A, yang kemudian berperan dalam terjadinya sterile inflammation
Sebagai tambahan, melalui beberapa jalur mekanisme, CSD meningkatkan ekspresi gen
pengkode siklooksigenase (COX-2), Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), interleukin 1β, dan enzim
menyebabkan pengeluraran kalium, nitrit oksida, adenosin, dan produk lain yang dihasilkan akibat
CSD mejangkau dan merangsang ujung sarafbebas nervus trigeminal terutama pada perivaskular
duramater.
11
Manifestasi klinis
Serangan dimulai dengan nyeri kepala berdenyut di satu sisi dengan durasi serangan selama
4-72 jam. Nyeri bertambah berat dengan aktivitas fisik dan diikuti dengan nausea dan atau
Sekita 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai (suatu periode yang disebut aura), gejala-gejala
depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual atau hilangnya nafsu makan muncul padasekitar 20%
penderita. Penderita yang lainnya mengalami hilangnya penglihatan pada daerah tertentu (bintik
buta atau scotoma) atau melihat cahaya yang berke apkelip. Ada juga penderita yang mengalami
perubahan gambaran, seperti sebuah benda tampak lebih kecil atau lebih besar dari sesungguhnya.
Beberapa penderita merasakan kesemutan atau kelemahan pada lengan dan tungkainya. Biasanya
gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit kepala dimulai, tetapi kadang timbul
bersamaan dengan munculnya sakit kepala. Nyeri karena migraine bisa dirasakan pada salah satu
sisi kepala atau di seluruh kepala. Kadang tangan dan kaki teraba dingin dan menjadi kebiru-
biruan. Pada penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi sakit kepalanya pada setiap serangan
12
migran adalah sama. Migraine bisa sering terjadi selama waktu yang panjang tetapi kemudian
Fase prodromal terjadi beberapa hari hingga beberapa jam sebelum nyeri kepala. Fase ini
merupakan gejala-gejala non-spesifik yang biasanya dialami penderita seperti lemas, terus
mengantuk, rasa haus, anorexia, sangat sensitif terhadap cahaya, aroma, dan suara, sering
Fase Aura yaitu fase yang dialami oleh penderita migrain dengan aura (migrain klasik).
Aura merupakan sekelompok manifestasi neurologi fokal yang muncul maksimal selama
60 menit pada saat sebelum serangan nyeri atau bersamaan dengan munculnya nyeri.
Aspek neurologi yang terkena itu visual, sensorik, dan berbahasa, baik itu bersifat positif
atau negatif, dan cenderung reversibel. Contoh gejalanya yaitu terdapat skotoma multipel
atau soliter, defek lapang pandang homonim hemianopia, gangguan penglihatan total,
gejala sensorik seperti parestesia mulai dari tangan hingga kewajah yang dapat diikuti oleh
rasa baal, serta gejala gangguan berbahasa. Fase ini dapat tidak ada pada pasien dengan
Fase nyeri kepala, berlangsung 4-72 jam dengan intensitas nyeri sedang-berat, berdenyut,
Fase postdromal merupakan gejala ikutan pasca serangan nyeri kepala, dapat berlangsung
hingga 24 jam, dengan karakteristik pasien merasa lelah, mood tidak stabil, nyeri otot, dan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
13
Dilakukan untuk menying kirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit struktural,
metabolik, dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama dengan migraine. Selain itu,
pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan apakah ada penyakit komorbid yang dapat
Pencitraan
CT-scan dan MRI dapat dilakukan dengan indikasi tertentu seperti: pasien baru pertama kali
mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi serta derajat keparahan sakit kepala,
pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya pemeriksaan neurologis
abnormal, pasien tidak merespon terhadap pengobatan, sakit kepala unilateral selalu pada sisi yang
Pungsi Lumbal
Indikasinya adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, sakit kepala yang
dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala rekuren, onset cepat, progresif,
kronik, dan sulit disembuhkan. Sebelum dilakukan LP seharusnya dilakukan CT-scan atau MRI
terlebih dulu untuk menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat meningkatkan tekanan
intracranial.15
Diagnosis
Diagnosis migraine, baik itu migraine tanpa aura (common migraine) maupun migraine
klasik (classic migraine) sepenuhnya berdasarkan gejala klinik. Gejala yang paling utama adalah
adanya keluhan nyeri kepala unilateral di regio frontotemporal (meskipun nyeri bilateral juga
terdapat pada sebagian kecil kasus), yang terjadi secara tiba-tiba akibat faktor pencetus dengan
kualitas berdenyut berintensitas nyeri sedang-berat. Adapun kriteria diagnosis untuk migraine
14
A. Sedikitnya terdapat 5 serangan nyeri kepala, DAN memenuhi criteria B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (belum diobati atau sudah diobati
1. Lokasi unilateral
2. Berdenyut
4. Keadaan diperberat oleh aktivitas fisik atau aktivitas di luar kebiasaan rutin
D. Selama serangan nyeri kepala, minimal terdapat satu dari gejala berikut
Selain migraine tanpa aura, dikenal juga migraine dengan aura (classic migraine). Aura
sendiri diartikan sebagai gejala disfungsi serebral fokal yang pulih menyeluruh dalam jangka
waktu < 60 menit yang dapat terjadi sebelum serangan nyeri kepala (sebagian besar kasus),
pada saat serangan atau setelah serangan. Adapun kriteria diagnosis migraine dengan aura,
yaitu2,3:
1. Visual
2. Sensorik
15
4. Motorik
5. Batang Otak
6. Retinal
1. Sedikitnya satu gejala aura yang berkembang secara bertahap selama ≥ 5 menit,
4. Gejala aura bersamaan atau diikuti dengan gejala nyeri kepala sesuai dengan
D. Tidak berkaitan dengan nyeri kepala akibat penyakit lain dan Transient Ischemic Attack
Diagnosis banding
Migrain termasuk nyeri kepala primer yang dimana penyebabnya belum diketahui secara
pasti. Untuk mendiagnosisnya pun menurut PERDOSSI cukup dengan gejala klinis saja sesuai
kriteria diagnosis yang telah ditetapkan. Sehingga, butuh pengenalan lebih lanjut mengenai
gejala dan tanda khas dari migrain agar dapat membedakannya dengan nyeri kepala tipe lain.
Berikut adalah tabel perbandingan masing-masing nyeri kepala yang dipertimbangkan sebagai
16
Tabel 1. Diagnosis Banding Migrain11
17
Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan migrain terbagi dalam terapi farmakologis dan non-
pencetus serangan, seperti perubahan pola tidur (kurang tidur/ tidur berlebih), makanan yang
Untuk terapi farmakologis, dibagi dalam dua bagian, yaitu terapi abortif dan terapi
profilaksis.
Terapi abortif bertujuan untuk menangani serangan nyeri akut. Terapi lini pertama adalah
sebagai obat abortif nonspesifik untuk serangan ringan sampai sedang atau serangan berat atau
berespons baik terhadap obat yang sama, dapat dipakai golongan analgesik atau NSAID yang
Ketorolac 60 mg IM tiap 15-30 menit, maksimal 120 mg/hari, tidak boleh lebih dari 5 hari
Sodium naproksen 275 – 550 mg/ 2-6 jam, dosis maksimal 1,5 gr/ hari
Steroid seperti dexametahson atau methylprednisolon dapat menjadi pilihan pada pasien
Terapi lini kedua adalah sebagai obat abortif spesifik apabila tidak responsif terhadap
analgesik dan NSAID (obat abortif nonspesifik) seperti golongan triptan dan dihidroergotamin
(DHE). Golongan triptan digunakan pada migren sedang sampai sedang atau migren ringan
sampai sedang yang tidak responsif terhadap analgesik atau NSAID. Sedangkan golongan
dehidroergotamin seperti alkaloid ergot (ergotamin tartat) walaupun efikasinya tidak lebih baik
18
dari triptan namun golongan tersebut memiliki rekurensi yang lebih rendah pada beberapa
pasien. Selain itu, alkaloid ergot dapat menginduksi drug overuse headache sangat cepat pada
dosis sangat rendah sehingga penggunaannya dibatasi hanya sampai 10 hari per bulan dan tidak
boleh diberikan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuer dan cerebrovaskuler, hipertensi,
gagal ginjal, kehamilan, dan masa laktasi. Obat golongan triptan bekerja dengan cara agonisasi
dari reseptor 5HTIB/ID seperti sumatriptan 6 mg subkutan atau 50-100 mg per oral, atau derivat
ergot seperti ergotamin 1-2 mg yang dapat diberikan secara oral, subkutan ataupun rektal. 13
Pemberian antiemetik diberikan pada serangan migren akut untuk mengatasi nausea dan
anak.12
Terapi profilaktik umumnya diindikasikan apabila pasien mengalami lebih dari dua kali
serangan migren per bulan atau yang aktivitas sehari-harinya terganggu akibat nyeri kepala.
Obat yang dapat digunakan antara lain amitriptilin, propranolol, dan nadolol sebagai lini
pertama. Untuk lini kedua dapat digunakan topiramat, gabapentin, venlafaksin, kandesartan,
lisinopril, magnesium, dan riboflavin. Untuk lini ketiga, dapat dipakai flunarizin,pizotifen, dan
meliputi ada tidaknya hipertensi atau penyakit kardiovaskuler, gangguan mood, insomnia,
kejang, obesitas, kehamilan, dan toleransi rendah terhadap efek samping medikasi.12
Prognosis
Untuk banyak orang, migraine dapat remisi dan menghilang secara utuhpada akhirnya,
terutama karena faktor usia. Penurunan kadar estrogen setelah menopause bertanggungjawab atas
remisi ini bagi beberapa wanita. Walaupun demikian, migraine juga dapat meningkatkan faktor
19
risiko seseorang terkena stroke, baik bagi pria maupun wanita terutama sebelum usia 50 tahun.
Sekitar 19% dari seluruh kasus stroke terjadi pada orang-orang dengan riwayat migraine. Migrain
dengan aura lebih berisiko untuk terjadinya stroke khususnya pada wanita. Selain itu, migraine
juga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Para peneliti menemukan bahwa 50% pasien
dengan Patent Foramen Ovale menderita migraine dengan aura dan operasi perbaikan pada pasien
Komplikasi dari migrain yaitu meningkatnya resiko untuk terserang stroke. Didapatkan
bahwa pasien migrain baik perempuan maupun laki-laki beresiko 2-5 kali untuk mendapatkan
stroke subklinis serebellum, terutama yang mengalami migrain dengan aura. Selain itu, migrain
juga dapat memicu timbulnya komplikasi penyakit metabolik pada seseorang seperti diabetes
Kesimpulan
Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam.
Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat
dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
Migraine secara umum dibagi menjadi 2 yaitu migraine klasik dan migraine umum dimana
20
Daftar Pustaka
1. Hartwig M WL. Nyeri. In: Price S WL, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2015. p. 1063-101.
2. (IHS) IHS. Headache Classification. International Headache Society. 2013;33(9):629-
808.
3. Arifputra A AT. Migrain. In: Chris Tanto d, editor. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius; 2014. p. 967.
4. Ramage-Morin PL GH. Prevalence of migraine in the canadian household population.
. Canada: Stat Can. 2014.
5. un-Edelstein C MA. "Foods and supplements in the management of migraine
headaches". The Clinical Journal of Pain 2009;25(5):446-52.
6. Lay CB, SW "Migraine in women". Neurologic Clinics 2009;27(2):503-11.
7. Guyton. Guyton textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier; 2009.
8. Cutrer F, Charles, A. The Neurogenic Basis of Migraine. Headache: The Journal of
Head and Face Pain. 2008;48:1411-4.
9. Shevel E. The Extracranial Vascular Theory of Migraine. HeadacheMedscape.
2011;51(3):409-17.
10. Goadsby, P. Pathophysiology of migraine. Ann Indian Acad Neurol. 2012 Aug;
15(Suppl 1): S15–S22.
11. Ropper, A., Brown, R. Adams and Victor’s Principles of Neurology ed 8th. USA:
McgrawHill; 2005
12. Anurogo D. Penatalaksanaan migren. RS PKU Muhammadiyah Palangkaraya,
Kalimantan Tengah, 2012.
13. Adams and VictorG’s Neurology
14. Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migraine and related headache. (Internet)
:2010 Mar 29 (cited 2020 Nov 17).
Available from:http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview
15. Chawla J. Migraine Headache: Differential Diagnoses & workup. (Internet); 2010 Jun
3 (cited 2020 Nov 17).
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis
21