Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN ANATOMI LENGKAP DAN FUNGSINYA

Mata merupakan salah satu organ tubuh paling penting, Struktur Mata dibentuk untuk
menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabut-
serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, untuk
ditafsirkan, anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu

1. Adneksa Mata

Jaringan bagian pendukung mata yang terdiri dari beberapa bagian mata seperti :

Kelopak mata

Bagian pelindung bola mata karena berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola mata
anterior yang menyebarkan air mata ke konjungtiva dan kornea sehingga dapat mencegah
mata menjadi kering. Kelopak mata memiliki rambut/bulu yang tumbuh tepi kelopak.
Kelopak mata memiliki kulit yang lebih tipis dibandingkan dengan kulit pada bagian tubuh
lainnya . Kelopak mata terdiri dari jaringan fibrosa yang ditutupi kulit dan dibatasi oleh
membran mukosa.
Bagian tepi kelopak ditumbuhi rambut (bulu mata) yang mencegah masuknya debu,
serangga. Pada kelopak mata terdapat otot-otot orbicularis dimana otot polos ini dipersarafi
oleh sistem saraf simpatis, sehingga jika terjadi kerusakan oleh persarafan simpatis akan
terjadi ptosis ringan. Tepi kelopak mata merupakan sambungan mukotan, sambungan ini
mengandung muara kelenjar minyak Meibom yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini
mensekresi komponen lipid dari film air mata.

Bagian medial pada kelopak mata atas dan bawah dimana dua pungta kecil membentuk
bagian awal sistem drainse lakrimal membentuk 14 kanalikulus komunis sebelum memasuki
sakus lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berjalan dari sakus ke hidung. Drainase air mata
merupakan proses aktif, setiap kedipan kelopak mata akan membantu memompa air mata
melalui sistem ini.

2. Bola Mata

Konjungtiva

Merupakan bagian terluar bola mata yang memiliki pembuluh darah.Membrane mukosa
(selaput lendir) yang melapisi kelopak dan melindungi bola mata bagian luar. Konjungtiva
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu konjungtiva palpebral (melapisi kelopak mata) dan konjungtiva
bulbi (menutupi bagian depan bola mata). Konjungtiva berfungsi sebagai proteksi pada sclera
dan memberi pelumas pada bola mata.

Kornea

Merupakan selaput bening mata, jika mengalami kekeruhan akan sangat mengganggu
penglihatan. Jendela bening yang melindungi struktur halus yang berada dibelakangnya serta
membantu memfokuskan bayangan pada retina. Kornea memiliki ketebalan ± 0,5 mm dan
tidak mengandung pembuluh darah. Kornea memfokuskan bayangan dengan membiaskan
atau membelokkan berkas cahaya. Besarnya pembiasan (refraksi) bergantung pada
kelengkungan permukaannya dan kecepatan cahaya pada lensa dibandingkan pada benda
sekitar (indeks bias relatif). Indeks bias hampir konstan untuk semua kornea, tetapi
kelengkungan cukup bervariasi pada setiap orang dan berperan besar dalam gangguan
penglihatan. Kornea yang terlalu melengkung mata akan berpenglihatan dekat, sedang jika
kelengkungan pada kornea kurang maka mata akan berpenglihatan jauh. kelengkungan yang
tidak merata akan menyebabkan astigmatisme.
Sklera

Jaringan ikat dengan serat yang kuat berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan
bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola mata. Sklera
terbentuk dari serabut kolagen yang saling berkaitan dengan lebar yang berbeda-beda,
terletak diatas substansi dasar dan dipertahankan oleh fibrolas. Ketebalan sclera bervariasi, 1
mm disekitar papil saraf optic dan 0,3 mm tepat di posterior insersi otot.

Retina

Retina merupakan mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung


nervusoptikus bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata) maka berkas-berkas
cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus guna
merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak
melalui traktus optikus menuju daerah visuil dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah
visuil menerima berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk . Sel
Kerucut pada retina bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari, sel-sel ini terkonsentrasi
di fovea yang bertanggung jawab untuk penglihatan detail seperti membaca huruf kecil. Sel
batang berfungsi pada penglihatan malam hari, sel-sel ini sensirif terhadap cahaya dan tidak
seperti sel kerucut yang memberikan sinyal informasi panjang gelombang (warna). Sel batang
menyusun sebagian besar fotoreseptor diretina bagian lainnya

Uvea

Lapisan vascular di dalam bola mata yang terdiri dari 3 bagian yaitu iris, korpus siliar dan
koroid. Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang dapat berubah ukurannya
dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Lapisan yang dapat bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam
mata .Iris memiliki lapisan batas anterior yang tersusun dari fibroblast dan kolagen serta
stroma selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya yang dipersarafi oleh sistem saraf
parasimpatis.

Badan siliar berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan koroid
merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada
bagian mata. Proses akomodasi dipengaruhi oleh M.Ciliaris, dimana otot ini berperan untuk
berkontraksi sehingga terjadi pengenduran dari Zonula zinnia yang berakibat pencembungan
lensa karena elastisitasnya, sehingga menambah kekuatan refraksinya. Otot siliaris dipersarafi
oleh sistem parasimpatis).

Koroid dibentuk oleh arteriol, venula dan anyaman kapiler padat. Membrane dasarnya
dengan membrane dasar epitel pigmen retina membentuk membrane Bruch yang aselular
berfungsi sebagai sawar difusi antara koroid dan retina.Koroid berada diantara sclera dan
retina yang juga merupakan lapisan gelap kecoklatan, warna gelap ini berfungsi untuk
mencegah refleksi (pantulan sinar). Bagian ini mengandung banyak pigmen dan pembuluh
darah, berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen

Pupil

Lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris.
Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Bila cahaya lemah iris akan
berkontraksi dan pupil melebar (midriasis) yang dipengaruhi oleh saraf simpatis sehingga
cahaya yang masuk lebih banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan
pupilmengecil (miosis) sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan, dipengaruhi oleh saraf
parasimpatis. Pupil sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang diperlukan.

Lensa mata

Struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan kecekungan terbesar
berada pada sisi depan. Lensa adalah organ fokus utama, yang membiaskan berkas-berkas
cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada
retina .Lensa merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata setelah kornea, dimana
lensa disangga oleh serabut zonula yang berjalan diantara korpus siliaris dan kapsul lensa.
Serabut zonula ini metransmisikan perubahan pada otot siliaris sehingga membuat lensa
mengubah bentuk dan kekuatan refraksinya. Pertambahan usia akan membuat serabut yang
letaknya di dalam akan kehilangan nucleus dan organel intraselulernya.
3. Rongga Orbita

Rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh. Otototot bola mata
masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan
kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik. Otot – otot mata ada enam macam
yang berfungsi sebagai penggerak bola mata membuat gerakan bola mata bersifat ritmis dan
harmonis yaitu:

 Musculus rektus internus (medius), otot mata yang menggerakkan bola mata
ke arah medial
 Musculus rektus externus (lateralis), otot mata yang menggerakkan bola mata
ke arah lateral/temporal. Pada saat berkontraksi menyebabkan mata menjadi
axis (abduksi).
 Musculus rektus superior, otot mata yang berfungsi menarik bola mata ke atas
 Musculus rektus inferior, otot mata ini berfungsi menarik bola mata ke bawah
 Musculus oblique superior, otot mata ini berfungsi untuk menarik bola mata
ke arah nasal bawah dan menyebabkan mata berputar ke arah dalam
(endorotasi)
 Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola maat ke arah nasal atas dan
menyebabkan mata berputar keluar (eksirotasi).

STATUS PEMERIKSAAN FISIK OPTHALMOLOGIS

1. Visus
- Axis visus: orientasi dar silinder yang ditunjukkan dari angka 0 sampai 180
derajat.
- Koreksi
- Addisi
- Distansia pupil: jarak titik focus pada mata atau jarak dari pupil mata kanan ke
pupil mata kiri. Biasanya tergantung pada anatomi wajah masing-masing orang
- Kacamata lama
2. Kedudukan Bola Mata
- Eksoftalmus: kondisi yang mana salah satu atau kedua bola mata menonjol keluar
- Enoftalmus: gangguan di mana letak bola mata lebh ke dalam dari seharusnya di
ruang orbita
- Deviasi: suatu kelainan mata dimana visual axis dari kedua mata tidak mengarah
secara bersamaan pada titik fiksasi atau deviasi visual aksis mata dari posisi
normalnya
- Gerakan bola mata
3. Supersilia
- Warna: warna dari alis mata, normalnya berwarna hitam
- Simetris: bentuk dan kedudukan yang sama dari alis mata
4. Palpebra Superior dan Inferior
- Edema: pembengkakan kelopak mata
- Nyeri tekan: ada tidaknya nyeri saat dilakukan penekanan pada kelopak mata
- Ekteropion: kondisi ketika kelopak mata bawah membalik kea rah luar mata
sehingga kelopak mata tidak menyentuh bola mata yang menyebabkan mata
menjadi kering
- Entropion: kondisi di mana kelopak mata bawah membalik ke arah dalam mata
sehingga menyebabkan bulu mata bergesekan dengan permukaan mata atau
kornea
- Blefarospasme: kelainan pada kontraksi otot kmata sehingga mata terus berkedut
atau berkedip
- Trikiasis: kelainan pertumbuhan bulu mata dimana bulu mata tumbuh ke dalam
menuju bola mata
- Sikatriks: jaringan parut yang terbentuk setelah terjadinya luka atau trauma
jaringan
- Punctum lakrimal: orifisium kecil berbentuk bulat atau oval yang terletak di
puncak tonjolan kecil di bagian nasal margo palpebra (papilla lakrimalis)
- Fissura palpebral: ruang ellips diantara kedua palpebral yang dibuka. Normalnya
adalah 9 mm
- Tes anel: test yang dilakukan untuk melihat patensi ductus lakrimalis
5. Konjungtiva superior dan inferior
- Hiperemis: warna kemerahan pada konjungtiva akibat vasodilatasi pembuluh
darah dan peningkatan pembuluh darah
- Folikel: lesi bintil-bintil kecil, multiple, translusen, paling jelas tampak di forniks
- Papil: lesi bintil kemerahan dengan vaskularisasi di tengahnya, biasanya
ditemukan pada konjungtiva tarsal superior dengan melakukan eversi kelopak
mata
- Sikatriks: jaringan parut yang terbentuk setelah terjadinya luka atau trauma
jaringan
- Hordeolum: suatu benjolan merah menyakitkan di dekat tepi kelopak mata yang
mungkin terlihat seperti bisul atau jerawat
- Kalazion: benjolan yang meradang dan tumbuh perlahan pada kelenjar air mata di
kelopak mata
6. Konjungtiva Bulbi
- Sekret: produksi sekresi yang dikeluarkan oleh konjungtiva bulbi
- Injeksi konjungtiva: pelebaran pembuluh darah dari forniks ke arah limbus,
berwarna merah muda, berkelok-kelok dan letaknya superfisial
- Injeksi siliar: terjadinya pelebaran pembuluh darah perikornea (a. siliaris anterior)
akibat radang kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan uvea, glaukoma
- Perdarahan subkonjungtiva: bercak merah terang yang muncul di bagian putih
mata di bawah lapisan konjungtiva
- Pterigium: pertumbuhan yang dimulai pada jaringan bening mata, yang dapat
menyebar ke kornea
- Pinguekula: benjolan atau bitnik berwarna kuning yang tumbuh pada konjungtiva
dan menutupi bagian sklera
- Nevus pigmentosa: tumor jinak yang berasal dari melanosit (sel dendritic yang
menghasilka pigmen) secara normal terdapat di antara keratinosist pada lapisan
basal epidermis
- Kista dermoid: suatu benjolan kecil non kanker di kulit yang biasanya tumbuh di
luar rongga mata dekat ujung alis
7. Sklera
- Warna: normalnya berwarna putih
- Ikterik: perubahan warna dari sklera menjadi kuning yang diakibatkan oleh
akumulasi bilirubin di dalam jaringan atau cairan intersitial
- Nyeri tekan: normalnya tidak terasa nyeri saat sklera diberikan tekanan
8. Kornea
- Kejernihan: normalnya jernih
- Permukaan: permukaan umumnya rata dengan radius kurvatura sentral rata-rata
adalah 7.8 mm
- Ukuran: zona sentral adalah region pada 1-3 mm sentral kornea, zona parasentral
memiliki ukuran 3-4 mm, zona perifer memiliki diameter 11 mm dan zona limbal
berdiamter 12 mm
- Sensibilitas: normalnya kornea sensitive terhadap sentuhan
- Infiltrate: normalnya tidak ada infiltrat
- Keratik presipitat: kumpulan sel-sel yang menempel pada endotel kornea,
biasanya dibagian bawah
- Sikatriks: normalnya tidak terdapat jaringan parut pada kornea
- Ulkus: normalanya tidak terdapat ulkus pada kornea
- Perforasi: normalanya tidak terjadi perforasi pada kornea
- Arcus senilis: sebuah lingkaran atau cincin berupa endapan atau tumpukan lipid
yang terbentuk di stroma kornea mata, biasanya disebabkan perubahan kadar lipid
dalam darah
- Edema: normalnya tidak terjadi edema
- Tes placido: berfungsi untuk melihat kelengkungan kornea
9. Bilik Mata Depan
- Kedalaman: normalnya 3-4mm pada bagian sentral
- Kejernihan: normalnya tampak jernih
- Hifema: kondisi mengumpulnya darah di bilik depan mata, tepatnya di antara
kornea dan iris
- Hipopion: pengumpulan sel-sel radang yang tampak sebagai lapis pucat di bagian
bawah kamera anterior
- Efek Tyndall: gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid, biasnaya menunjukkan ada atau menetapnya peradangan dalam bola mata
10. Iris
- Warna: dapat bervariasi
- Kripte: normalnya dapat terlihat jelas
- Sinekia: kondisi yang mana iris melekat pada lesa mata akibat pradangan (sinekia
posterior)
- Koloboma: lubang yang terdapat pada struktur mata (iris, retina, dll) sejak lahir
11. Pupil
- Letak: normalnya berada di tengah iris
- Bentuk: normlanya berbentuk bulat
- Ukuran: normalnya berukuran 2-4 mm
- Reflex cahaya langsung: respon pupil saat diberikan rangsangan pada mata di sisi
yang sama
- Reflex cahaya tidak langsung: respon pupil saat diberikan rangsangan pada mata
di sisi yang tidak sama
12. Lensa
- Kejernihan: normalnya jernih
- Letak: normalnya terletak di belakang iris dan pupil
- Tes shadow: untuk melihat apakah katarak itu matur/imatur/hipermatur
13. Badan Kaca
- Kejernihan: normalnya tampak jernih
14. Fundus Occuli
- Batas: normalnya berbatas tegas
- Warna: normalanya berwarna merah muda kekuningan
- Ekskavasio: proses kerusakan papil saraf optic akibat tekanan intraocular tinggi
atau gangguan vascular yang pada umumnya memberi gambaran suatu cekungan
seperti cangkir
- Rasio arteri:vena: normalnya adalah 2:3
- C/D ratio: rasio antara optic cup dengan optic disk, normalnya adalah 0,3
- Makula lutea: daerah kecil yang berbetuk bulat, terletak di bagian belakang retina
dengan jarak sejauh 3,5 mm dari temporal dan 0,5 mm lebih inferior terhadap
diskus
- Retina: normalnya adalah transparan dan peka terhadap cahaya
- Eksudat: normalnya tidak terdapat eksudat pada kornea
- Perdarahan: normalnya tidak terjadi perdarahan pada kornea
- Sikatriks: normalnya tidak terdapat jaringan parut pada kornea
- Ablasio: lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE) sehingga retina
terlepas dari bagian belakang mata
15. Palpasi
- Nyeri tekan: normalnya tidak ada nyeri ketika kelopak mata diberi tekanan
- Massa tumor: normalnya tidak teraba adanya benjolan
- Tensi occuli: normalnya antara 10-21mmHg
- Tonometri schiotz: menekan permukaan kornea dengan suatu beban yang dapat
bergerak bebas pada sumbunya
16. Kampus Visi
- Tes konfrontasi: cara yang paling praktis untuk memeriksa lapang pandang
penderita dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa

PEMERIKSAAN VISUS
Pemeriksaan Tajam Penglihatan, tujuannya yaitu untuk mengetahui fungsi penglihatan setiap
mata

Gambar 2: Snellen Chart

Teknik Pemeriksaan:

a. Pasien duduk menghadap opto tipe Snellen dengan jarak 6 meter.


b. Pasang trial frame pada mata.
c. Satu mata ditutup dengan occluder.
d. Pasien diminta membaca huruf pada optotip Snellen dimulai dari huruf yang terbesar
sampai ke huruf yang terkecil pada baris – baris selanjutnya yang masih dapat terbaca.

Menilai hasil pemeriksaan:

a. Tajam penglihatan dicatat sebagai VA OD (visual acuityokuli dextra) UCVA


(uncorrected visual acuity) untuk tajam penglihatan mata kanan dan VA OS (visual acuity
oculi sinistra)untuk mata kiri. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan UCVA dilanjutkan
dengan trial lense untuk mendapatkan hasil BCVA (Best corrected visual acuity).
b. Bila huruf terkecil yang masih dapat dibaca pada baris dengan tanda 6, dikatakan tajam
penglihatan 6/6.
c. Bila dalam membaca huruf terdapat kesalahan menyebut 2 huruf maka ditulis 6/6 false 2
(F2).
d. Bila huruf terkecil yang masih dapat dibaca pada baris 30, dikatakan tajam penglihatan
adalah 6/30 tanpa koreksi (sine correction / SC). Dilanjutkan dengan pin hole test. Bila
didapatkan perbaikan tajam penglihatan menentukan adanya kelainan refraksi, bila tidak
terdapat perbaikan maka dapat dipikirkan kemungkinan penurunan tajam penglihatan
karena kelainan media refraksi atau kelainan makula/saraf optik.
e. Bila pasien tidak dapat membaca huruf terbesar pada optotipe Snellen, maka
pemeriksaan dilanjutkan dengan uji hitung jari.
f. Pasien diminta untuk menghitung jumlah jari dari pemeriksa yang dimulai dari jarak 5 m
hingga jarak terdekat 1 m dengan pasien. Bila jari yang terlihat dan dapat dihitung
jumlahnya tanpa salah pada jarak 3 m maka tajam penglihatan pasien adalah 3/60. Bila
pasien tetap tidak bisa melihat dan menghitung jari hingga jarak 1 m maka pemeriksaan
dilanjutkan dengan uji lambaian tangan.
g. Pemeriksa melambaikan tangan dari jarak maksimal1 m dengan pasien dan pasien
diminta menyebutkan arah lambaian keatas - kebawah atau kekanan kekiri. Bila Pasien
dapat melihat lambaian tangan dan dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
visusnya adalah 1/ 300 proyeksi baik (1/ 300 PB). Jika dengan uji lambaian tangan,
pasien masih belum bisa melihat maka dilanjutkan dengan pemeriksaan proyeksi sinar.
h. Senter diarahkan kedepan mata pasien yang akan diperiksa dan pasien diminta
menyatakan melihat sinar atau tidak serta menyatakan arah datangnya sinar. Bila pasien
dapat melihat sinar maka visusnya 1/ ~ (LP) dan bila mampu menyatakan arah datangnya
sinar dengan baik, maka visusnya 1/ ~ dengan proyeksi baik (GP). Bila pasien dapat
melihat sinar maka visusnya 1/ ~ (LP) dan bila tidak mampu menyatakan arah datangnya
sinar, maka visusnya 1/ ~ dengan proyeksi buruk (BP). Bila pasien tetap tidak dapat
melihat sinar maka visusnya adalah No light perception / NLP (buta total).

2. Tajam Penglihatan Dekat dengan Jaeger Chart

Teknik Pemeriksaan:

a. Setelah mendapatkan koreksi terbaik untuk penglihatan jauh (BCVA) pasien


diinstruksikan untuk membaca tulisan pada Jaeger Chart pada jarak 33 cm.
b. Cek mata kanan terlebih dahulu, setelah itu cek mata kiri baru kemudian cek dengan kedua
mata terbuka. Catat sampai angka berapa pasien dapat membaca dengan jelas dan benar.
c. Apabila pasien tidak dapat membaca tulisan yang paling kecil maka diberikan koreksi
tambahan dengan lensa plus hingga pasien dapat melihat dengan jelas seluruh tulisan pada
Jaeger Chart.

PEMERIKSAAN ASTIGMAMATISME
Astigmatisme adalah adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan
kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada
satu titik. Astigmatisme merupakan suatu kondisi kelainan refraksi dimana sinar cahaya yang
dibiaskan oleh komea tidak dibawa pada satu titik fokus tunggal sehingga proyeksi gambar di
retina dari benda baik jauh maupun dekat adalah kabur. Dalam artian sederhana , adanya
variasi dan ketidakabnormalan pada bentuk komea dan lensa. Adapun variasi dan
ketidakabnormalan berasal dari ketidakteraturan pada bentuk komea, terdapat jaringan ikat
pada komea serta bentuk dari lensa kristalina yang tidak normal

Teknik pemeriksaan refraksi terdiri dari teknik pemeriksaan secara subjektif dan objektif.

Pemeriksaan refraksi subjektif adalah teknik/metode pemeriksaan refraksi yang bergantung


pada respon penderita dalam menentukan hasil koreksi refraksi. Pada gangguan refraksi
sferis, pemeriksaan refraksi subjektif cenderung lebih mudah dilakukan (teknik trial and
error) dibanding pada astigmatisma yang cenderung lebih kompleks (teknik kipas
astigmatisma dan cross cylinder).

1 Pemeriksaan refraksi subjektif

Trial and error


Pemeriksaan refraksi subjektif dengan teknik trial and error dilakukan dengan cara
mencoba menempatkan lensa sferis negatif atau positif sehingga didapatkan visus 6/6.
Lensa sferis negatif yang dipilih adalah lensa sferis negatif terkecil dan untuk lensa sferis
positif, dipilih lensa sferis positif terbesar.

Kipas astigmatisma (astigmatic dial technique)


Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan astigmatisma dengan teknik kipas
astigmatisma:
a. Dapatkan visus terbaik dengan menggunakan lensa sferis positif atau negatif.
b. Dilakukan fogging (pengaburan) dengan menggunakan lensa sferis positif sehingga
visus menjadi 20/50 (6/15).
c. Dengan menggunakan kipas astigmatisma, penderita diminta memperhatikan dimana
garis yang tampak lebih hitam.
d. Ditambahkan lensa silinder negatif pada aksis yang tegak lurus garis yang lebih
hitam (pada aksis yang kabur) sehingga seluruh kipas astigmatisma tampak sama
hitam.
e. Diturunkan perlahan ukuran lensa sferis positif sehingga didapatkan visus terbaik
pada Snellen chart.

2. Pemeriksaan refraksi objektif adalah teknik/metode pemeriksaan refraksi dimana


pasien pasif, dan hasil pengukuran diperoleh dari hasil observasi alat yang dipergunakan.
Pemeriksaan refraksi objektif Autorefraktometer
Autorefraktometer adalah mesin dikontrol komputer yang digunakan pada pemeriksaan
refraksi objektif dengan prinsip pengukuran perubahan sinar ketika masuk ke mata
pasien. Universitas Sumatera Utara Autorefraktometer menentukan secara otomatis hasil
koreksi kelainan refraksi. Pemeriksaan yang dilakukan bersifat cepat, mudah, dan tanpa
rasa sakit.

Prosedur pemeriksaan:

a. Nyalakan tombol power alat.


b. Bersihkan sandaran dahi dan dagu.
c. Pasien dipersilakan duduk senyaman mungkin dan diinstruksikan untuk menempatkan
dahi dan dagunya pada sandaran alat kemudian melihat lurus ke objek (gambar) yang
ada di dalam alat.
d. Pemeriksaan dilakukan satu per satu pada mata, dimulai dengan mata kanan terlebih
dahulu.
e. Pada saat dilakukan pemeriksaan, objek (gambar) yang dilihat pasien akan bergerak
maju mundur sesuai dengan gerakan joystick yang dilakukan pemeriksa untuk
mendapatkan fokus. Alat akan membaca secara otomatis dan menentukan objek
(gambar) ketika tepat di retina sekaligus memberikan hasil koreksi kelainan refraksi.
f. Setelah selesai dilakukan pengukuran, hasil pengukuran dapat dicetak.

Anda mungkin juga menyukai