PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga merupakan organ tubuh yang memiliki urat syaraf yang cukup peka dan
sensitif, terlebih ketika masih kanak-kanak. Tulang serta sistem syaraf yang
belum sempurna pada masa kanak-kanak ini menyebabkan mereka mudah
terkena penyakit atau infeksi di telinga. Padahal telinga mempunyai fungsi
sangat penting dalam kehidupan seseorang.
Menurut perkiraan WHO pada tahun 1995 terdapat 120 juta penderita gangguan
pendengaran telinga tengah di seluruh dunia. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan yang sangat bermakna pada tahun 2009 menjadi 250 juta orang;
222 juta diantaranya adalah penderita dewasa sedangkan sisanya ( 28 juta )
adalah anak berusia di bawah 15 tahun. Dari jumlah tersebut kira kira 2/3
diantaranya berada di negara berkembang. Peningkatan jumlah penderita
gangguan pendengaran telinga tengah ini kemungkinan disebabkan oleh
peningkatan insidens, identifikasi yang lebih baik atau akibat meningkatnya
usia harapan hidup.
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang bagian telinga luar
2. Mengetahui tentang gangguan yang terjadi pada telinga luar
3. Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien mastoiditis
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
B. Gangguan Penyakit telinga tengah
1. Barotrauma
Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga
tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam. Apabila perbedaan
tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak
mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga
cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang- kadang
disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan cairan di
telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
2. Gangguan pada Rantai Osikula
Disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun proses congenital dapat
menghambat transmisi suara ke tempat lainnya. Kelainan Kongenital adalah
hilangnya sebagian inkus dam fiksasi stapes. Liang telinga dapat sama
sekali tidak berkembang atau berujung buntu atau tumbuh dengan
penyempitan konsentris. Hal ini secara fungsional dapat menyebabkan
ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini.
3. Otosklerosis
Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami
spongiosis si daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak
dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. Pengertian lain
Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalam kondisi ini kelebihan
tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes.
4. Otitits Media
Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
- Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner
and Sudath. 1997 :2050). Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit
yang disebabkan oleh serangan mendadak dari infeksi bakteri dalam
telinga bagian tengah. (Charlene J.Reevas.2001:16).
- Patoflow Otitis Media Akut (OMA)
3
Yang berasal dari nasopharing dan infeksi telinga luar masuk ke telinga
tengah
- Stadium Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi.
- Otitis Media Kronis (OMK)
OMK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau
tanpa pengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan
dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. (Pricilla Lemone.
2001 : 1496).
- Otitis Media Perforasi (OMP)
OMP adalah radang kronik telinga tengah dengan perforasi membrane
timpani dan riwayat keluarnya secret dari telinga (otorea) lebih dar 2
bulan, terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau
kental bening atau berupa nanah
- Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel
– sel mastoid yang diikuti dengan rupturnya membrane tympani dan
biasanya terdapat sekret yang mengalir keluar dari telinga bagian tengah
ke telinga bagian luar.
5. Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari
otitis media akut yang melanjutkan ke dalam sel udara mastoid , biasanya
timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita
infeksi akut pada telinga tengah(Lemone 2004 : 1496) .
Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3
minggu setelah episode dari otitis media akut dan termasuk :
a. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada
telinga tengah, seperti demam
b. Sakit telinga
c. Kehilangan pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada
satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).
4
d. Tampak kemerahan dan inflamasi
e. Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi
dari normal (retroaurikula).
f. Panas dapat disertai dengan tinnitus dan sakit kepala.
g. Pengeluaran cairan dari telinga yang berlebihan perlu dicatat.
Patofisiologi
Pada mastoiditis akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan
dan sel bergabung untuk membentuk ruang yang besar. Bagian dari jalannya
mastoid terkikis. Dengan adanya infeksi kronis, dapat menyebabkan sebuah
abses dapat terbentuk, atau sklerosis tulang dari mastoid. Mastoiditis akut
meningkatkan resiko meningitis karena hanya sebuah tulang yang sangat
tips memisahkan sel udara mastoid dari otak. Beruntungnya, komplikasi ini
jarang terjadi sejak pemberian antibiotika yang efektif untuk therapy otitis
media.
Penatalaksanaan
5
i. Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi
Mastoidektomi, bersama dennganTimpanoplasti.
j. Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuk harus dihindari
karena dapat meningkatkan tekanan pada telinga bagian tengah.
Perawatan di rumah
a. Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya
pemberian terapi antibiotika dan menganjurkan untuk follow up.
b. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugika
untuk perawatan primer.
c. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana teknik aseptic.
6. Kolesteatoma
Sel epitel debris mengumpul dalam telinga bagian tengah, membentuk kista
yang merusak struktur telinga dan mengurangi pendengaran, seperti pada
mastoiditis. Deteksi dan pengobatan secara dini pada otitis media dengan
memberikan antibiotika akan menurunkan kolesteatoma. Kolesteatoma
sangat berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat
mengakibatkan hilangnya pendengaran.
6
D. Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Mastoiditis
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Penggambaran lengkap head to-toe terutama pada bagian telinga, otorea,
kehilangan pendengaran
b. Pengkajian fisik observasi adanya eritema, oedema, otorea, lesi dan bau
cairan yang keluar
c. Hasil audiogram harus dikaji
Pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar
suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata),
dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik.
Tujuan :
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b.d prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran,
potensial ganguan pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.
2) Nyeri akut b.d Pembedahan Mastoid
3) Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur, trauma
bedah terhadap jaringan dan struktur di sekitarnya
4) Perubahan persepsi sensori auditoris b.d kelainan telinga/pembedahan
telinga
7
3. Intervensi atau Rencana Keperawatan
a. Meredakan ansietas
Intervensi :
Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli otology
pada pasien termasuk anastesi, lokasi insisi dan hasil pembedahan.
Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan keprihatinan
mengenai pembedahan
b. Peredaan nyeri
Intervensi :
Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan
Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat
c. Pencegahan infeksi
Intervensi :
Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan antibiotika
sebelum dipasang
Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis
auditorius eksternus selama 2 minggu
Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin) dan
diletakkan di telinga
Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu,
cairan purulen)
d. Memperbaiki komunikasi
Intervensi :
Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika
berbicara, berbicara jelas dan tegas tanpa berteriak, memberikan
pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda nonverbal.
Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektif.
Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.
8
4. Evaluasi (Hasil yang di harapkan)
1) Ansietas
Mengungkapkan dan memperlihatkan pengurangan stres, ketegegangan
dan peka rangsangan
Klien dapat menerima atau menyesuaikan gangguan dari pembedahan
2) Nyeri akut
Tidak mengeluh atau memperlihatkan rasa nyeri
Skala nyeri 0 (dari 0-10)
Terapi (analgetik) sesuai dosis
3) Resiko infeksi
Tidak ada tanda-tanda REEDA
Tanda-tanda Vital normal, terutama suhu
Menggambarkan cara menghindarkan air mengkontaminasi balutan
4) Perubahan persepsi sensori auditoris
Informasi dari tim medis dapat diterima oleh klien
Mengungkapkan bahwa post operasi pendengaran lebih baik
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telinga merupakan organ tubuh yang memiliki urat syaraf yang cukup peka dan
sensitif, terlebih ketika masih kanak-kanak. Tulang serta sistem syaraf yang
belum sempurna pada masa kanak-kanak ini menyebabkan mereka mudah
terkena penyakit atau infeksi di telinga. Padahal telinga mempunyai fungsi
sangat penting dalam kehidupan seseorang. Adapun jenis – jenis gangguan pada
telinga tengah yaitu : Penyakit membran timpani, Gangguan tuba eustachius,
Barotrauma, Otosklerosis, Otitis media, Mastoiditis, Kolesteatoma.
B. Saran
Saran untuk pembuat makalah selanjutnya, tambahka lagi materi-materi dari
sumber atau referensi lain terkait tentang bagian telinga tengah termasuk asuhan
keperawatannya.
10