dalam
(auris
interna).
saluran yang berhubungan dengan kerongkongan (nasophagnx), yaitu melalui tuba auditiva
atau tuba eustachii Saluran ini diperlukan untuk menyesuaikan tekanan di dalam ruangan itu
dengan bagian tekanan udara luar. Penyesuaian tekanan harus dilakukan melalui gerakan
menelan ludah jika seseorang merasa telinganya tidak enak. Orang yang pilek, terutama pada
anak-anak, saluran ini sering tersumbat sehingga pada penderita sering didapat keluhan
telinga terasa penuh. Telinga yang penuh itu jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi dan
penyakit otitis media. Akibat telinga yang terinfeksi dan menghasilkan nanah, gendang
telinga
akan
pecah
bila
nanah
sudah
terlalu
banyak
terkumpul.
Bagian belakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang disebut cellulae
mastoidea, yaitu rongga berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis media dapat
mengalir ke sini sehingga ditemukan infeksi pada tulang yang disebut mastoiditis.
Dinding bagian dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga bagian dalam.
Pada tulang ini terlihat ada penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerina rangsang
keseimbangan bernama canalis semicircularis. Disamping itu, terdapat tempat lekat tulang
pendengaran, yaitu tulang sanggurdi (os stapes). Di bagian bawahnya terdapat lubang bulat
(foramen rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting dan berfungsi untuk
memelihara keseimbangan tekanan di ruang telinga bagian dalam. Selain itu, ditemukan juga
penonjolan akibat rumah siput (cochlea) penerima rangsang pendengaran di telinga bagian
dalam. Getaran suara yang akan diterima membrana tympani diteruskan melalui tulang
pendengaran di telinga bagian tengah, yaitu os maleus (tukul), incus (landasan), dan stapes
(sanggurdi). Kemudian, tulang ini meneruskan getaran suara pada cairan endolymph dan
setelah melewati reseptor pendengaran getaran dinetralkan kembali oleh getaran membran
pada foramen rotundum.
Rongga telinga dibagian dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Di dalamnya
ada sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 buah saluran setengah lingkaran
(canalis semicircularis) bersama bagian yang bernama sacculus dan utriculus. Disamping itu,
ada pula organ pendengaran yang terdiri atas cochlea. Cochlea ini seperti rumah siput dengan
permukaan dalam yang bentuknya spiral. Tuba auditiva (tuba eustachit) terdiri atas bagian
tulang dan bagian tulang rawan (dua pertiga depan), dengan terdapat penyempitan pada
tempat peralihannya. Bayi dan anak kecil, saluran ini pendek (10 mm) dan lurus, untuk orang
dewasa panjangnya sekitar 30-40 mm dan melengkung. Pada keadaan berbaring, tuba ini
pada bayi dan anak kecil posisinya tegak lurus sehingga memudahkan masuknya lendir (dan
infeksi) dari sekitar hidung sampai ke tuba ini. Kondisi ini memudahkan terjadinya infeksi
rongga telinga tengah pada bayi atau anak kecil (otitis media acuta).
Otitis Media
Otitis Media Akut Otitis Media Sub Akut Otitis Media Kronik
akut (otitis media akut = OMA ) dan otitis media superatif (OMSK/OMP).begitu pula otitis
media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (baratrauma = aerotitis ) dan otitis
media serosa kronik. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva.
B. KLASIFIKASI
1. Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama otitis media akut adalah
masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang normalnya steril. Paling sering
terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi
saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (mis, sinusitis, hipertropi adenoid)
atau reaksi alergi (mis,rinitis alergika) bakteria yang umum ditemukan sebagai organisma
penyebab adalah Sterptococcus pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella
catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii
akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila
ada perforasi membrana timpani. Eksudat purulen biasanya ad dalam telinga tengah dengan
mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah
dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Otiitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau
gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay tergantung berat ringannya penyakit, antara
lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana
tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen.
pendengaran sensorineural dan / atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telingan dalam)
dan abses otak.
OMK dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi
dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada
mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan
mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran
bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari
epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari
mukosa telinga tengah
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu
OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif .
OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses
pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti
labirinitis, meningitis dan abses otak.
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965)
adalah :
1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal,
umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli
saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.1,2
b. Kolesteatom akuisital atau didapat
C. ETIOLOGI
OTITIS MEDIA AKUT
Beberapa bakteri tersering penyebab otitis media akut adalah bakteri-bakteri saluran
pernafasan bagian atas seperti streptokokus, stafilokokus dan hemofilus influenza.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam proses terjadinya Otitis media akut
1.
Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah
penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang
ditimbulkan oleh sumbatan
2.
Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timbani atau
seluruh membran timpani.
3.
Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan
hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun di
telinga tengah
4.
5.
Sebagian besar ototis media kronik merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah
berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebabnya adalah terapi yang terlambat, terapi
tidak adekuat,dya tahan tubuh rendah atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut
sub akut. Sebagian kecil perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah.
Kuman penyebab biasanya gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan anaeron.
D. PATOFLOW
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Otitis media inteksiosa (akut) akan tampak sebagai penonjolan gendang
telinga yang merah pada pemeriksaan autoskop. Gambaran tulang dan reflek
cahaya mungkin kabur.
2. Otitis media seroti akan tampak sebagai gendang telinnga yang berwarna abu3.
4.
5.
6.
ke waktu, yang mencakup pengujian telinga dan pendengaran oleh dokter setiap tiga
sampai enam bulan sampai menghilang. Jika efusi tetap ada sampai waktu lama, anak
Anda mungkin perlu perawatan. Keputusan perawatan didasarkan pada seberapa
banyak efusi memengaruhi pendengaran dan menimbulkan masalah berbicara.
G. PENATALAKSAAN
1 Otitis Media Akut
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
a. Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan
negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk
anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12
tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila
penyebabnya kuman.
b.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian
antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
c.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
d. Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e. Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap,
mungkin telah terjadi mastoiditis.
a. Pemberian Antibiotik
1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak
mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik
dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.
American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat
diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Usia
Diagnosis pasti
Diagnosis meragukan
< 6 bln
Antibiotik
Antibiotik
6 bln 2 th
Antibiotik
2 thn
Observasi
gejala ringan
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang berat
atau demam 39C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan
dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada
anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan
dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan
observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak
tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar
anak adalah amoxicillin.
Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat
sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan
terakhir.
AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait dengan
meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di
Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan
hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari.
Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari
hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi
perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit
lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini
dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:
Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian
dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian
amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau
kembali muncul dalam 14 hari.
Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau
clarithromycin
Pilihan
lainnya
adalah
erythromycin-sulfisoxazole
atau
sulfamethoxazole-
trimethoprim.
Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan
amoxicillin.
tubuh terganggu. Selain itu risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap
antibiotik akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasuskasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini kedua.
Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak
berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.
Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di
Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
Tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka
waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh
hari. Dan karena itu pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup
pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam waktu yang lebih lama
meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.
b.
c. Obat lain
Rif menganjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan
merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakannya,
bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan
Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan
hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada
telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan
agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik
misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu.Cara pemilihan antibiotik
yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni.
Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai
setelah telinga dibersihkan dahulu.
Bubuk telinga yang digunakan seperti :
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.
c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMK aktif yang
dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin
dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan
gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas
karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa
dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif
(Fairbanks, 1984). Seperti aminoglokosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin
sulfat aktif melawan basil gram negatif dan gentamisin kerjanya sedang dalam
melawan Streptokokus. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan
kuman anaerob.
Biasanya
tetes
telinga
mengandung
kombinasi
neomisin,
polimiksin
dan
hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes
mata.
Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila
diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali
Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya B.
fragilis ( Fairbanks, 1984). Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang
mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan
menyebabkan ototoksik.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada ot itis media kronik adalah :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli
Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis
Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus,
Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal
dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap :
Stafilokokus, koagulase positif, 99%
Stafilokokus, koagulase positif, 95%
Stafilokokus group A, 100%
E. Koli, 96%
Proteus sp, 60%
Proteus mirabilis, 90%
Klebsiella, 92%
Enterobakter, 93%
Pseudomonas, 5%
Dari penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan
ofloksasin dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada perbaikan
4,53%
3. Pemberian antibiotik sistemik
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman
penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai
pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan
faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
Dalam pengunaan antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap
masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masingmasing kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing jaringan tubuh,
toksisitas obat terhadap kondisi tubuhnya . dengan melihat konsentrasi obat dan daya
bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan
pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak
kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan
kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.
Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya
golongan beta laktam.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah
Kuman aerob Antibiotik sistemik
Pseudomonas Aminoglikosida atau karbenisilin
P. Mirabilis Ampisilin atau sefalosforin
P. Morganii Aminoglikosida atau Karbenisilin
P. Vulgaris
Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan
konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah
meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua
jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan
rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial.
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
Miringoplasti
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang
hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis
timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1.
Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk
mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe benigna dengan
perforasi yang menetap.
Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK
tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan
operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada
operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined
approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum
timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMK tipe maligna belum
disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.
H. PENCEGAHAN
Radang telinga bisa dihindari dengan cara menjaga pola hidup sehat dan rajin
berolahraga. Usahakan supaya jangan sampai terjadi Infeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA). Karena itu diajurkan rajin rajin mencuci tangan karena ISPA mudah menyebar
melalui tangan. Jangan membersihkan telinga dengan benda yang ujungnya keras. "Di
samping itu, kurangi tingkat polusi udara terutama di dalam rumah dengan tidak
merokok, perbaiki sarana sanitasi, gunakan air bersih, serta kecukupan ventilasi ruangan,
memperbaiki daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi,
meningkatkan kebersihan diri dan jangan terlalu lama berada dalam air ketika berenang
kalau tidak menggunakan pelindung telinga.
I. ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA
A. Pengkajian
1.
Pengumpulan Data
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi,
riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin,
gentamisin ), riwayat operasi
2. Pengkajian Persistem
Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore
B2 ( Blood )
: Nadi meningkat
B3 (Brain)
refleks kejut
B5 (Bowel)
: Nausea vomiting
B6 (Bone)
: Malaise, alergi
3. Pengkajian Psikososial
1. Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
2. Aktivitas terbatas
3. Takut menghadapi tindakan pembedahan
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Tes audiometri : pendengaran menurun
b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid
5. Pemeriksaan pendengaran
- Tes suara bisikan, tes garputala.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
hospitalisasi (prabedah).
6. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan.
C. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko cedera (perdarahan) yang
INTERVENSI
1. Pantau jumlah drainase
RASIONAL
1. Sedikit drainase yang
berhubungan dengan
berwarna kemerahan
pembedahan.
pascaoperasi. Segera
setelah pembedahan.
setelah pembedahan.
3 hari setelah
pembedahan merupakan
merah muda.
normal.
2. Beri obat antihistamin
dan dekongestan sesuai
indikasi.
3. Pantau nilai
hemoglobin dan
hematokrit.
1. Jelaskan prosedur
perioperasi.
menggunakan istilah
dengan mempersiapkan
yang sederhana.
Apabila anak
untuk mengatisipasi
menjalani anestesia
terjadi selama
ia akan terbangun
pembedahan.
lingkungan pembedahan.
selama prosedur
tergantung waktu
pembedahan, anak
hari sebelum
pembedahan.
dilakukan untuk
lama pembedahan
berlangsung dapat
pembedahan.
cemas selama
pembedahan.
Mengetahui berapa lama
pembedahan akan
berlangsung, dan siapa
orang yang akan
berbicara dengannya
setelah prosedur, dapat
mengurangi rasa takut
dan khwatiran mereka.
5. Memahami apa yang
dilakukan.
prosedur, dapat
mengurangi rasa cemas.
untuk segera
mengindikasikan infeksi
rumah.
Dengan kriteria hasil :
- Orang tua mengungkapkan
mela[porkan kepada
atau perdarahan.
demam, peningkatan
perawatan di rumah.
drainase yang
bercampur darah, atau
peningkatan rasa nyeri.
2. Jelaskan kepada orang
2. Pemasangan slang
memungkinkan air
basah. Anjurkan
sehingga meningkatkan
mereka untuk
risiko infeksi.
tidak membiarkan
menimbulkan nyeri
anaknya berenang
telinga.
anak ketika ia
kehilangan pendengaran
pertama setelah
berangin.
pembedahan.
4. Sampaikan kepada
orang tua untuk
bertatap muka dengan
5. Anak mungkin
membutuhkan obat
dengannya dan
antibiotik untuk
mengurangi risiko
keras.
analgesik untuk
membantu mengedalikan
rasa nyeri. Aspirin dapat
menyebabkan
perdarahan.
setelah setiap
pemberian makan.
mengumpul di saluran
eutasia, yang pada
gilirannya dapat
infeksi.
2. Merontokkan dan
melepaskan materi yang
berkerak dalam botol,
dapat menjaga agar celah
tersebut bersih dan bebas
3. Setelah setiap
pemberian makan,
letakkan bayi di
dapat menimbulkan
tempat tidur
pneumonia.
ditinggikan 300.
4. Kaji bayi untuk
menentukan bila ada
tanda infeksi,
termasuk drainsane
telinga yang berbau
dan demam. Beri obat
antibiotik sesuai
program.
5. Risiko perubahan peran orang
1.
menggendong serta
mempersiapkan orang
(prabedah).
Dengan kriteria hasil :
Orang tua mengajukan
dapat mempraktikkan
anak dirumah.
tugas pemberian
perawatan sebelum
pemulangan.
2. Anjurkan orang tua
2. Mempersiapkan anggota
keluarga untuk
mengekspresikan perasaan
untuk mempersiapkan
kedatangan anak
anggota keluarga,
memungkinkan mereka
baik.
termasuk saudara
beradaptasi dengan
kehadiran anak
dirumah. Nasihatkan
mereka untuk
menjekaskan kepada
seluruh anggota
keluarga, tentang
penampilan anak
dengan menggunakan
istilah sederhana,
memperlihatkan
kepada mereka
mereka merupakan
mereka mengunjungi
kelompok pendukung
pengalaman dengan
serta keterampilan
penyelesaian masalah.
Serta pusat kraniofasial
memiliki pengalaman
dalam memberi
perawatan bagi anakanak dengan otitis media.
mengetahui iritabilita,
kehilanganselera
mengekspresikan rasa
makan, dan
kegelisahan setiap 2
kata-kata, petunjuk
jam setelah
pembedahan.
sesuai indikasi.
mengurangi nyeri.
3. Lakukan aktivitas
3. Aktivitas pengalihan
pengalihan, misalnya
memfokuskan kembali
permainan, kartu,
perhatian anak,
videotape, dan
mengurangi persepsinya
terhadap nyeri.