Anda di halaman 1dari 31

OTITIS MEDIA

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

Telinga merupakan bagian pancaindra


untuk mendengar dan keseimbangan,
terletak di sisi kepala. Telinga terdiri dari
3 daerah, yaitu telinga luar (auris
externa), telinga tengah (aurismedia), dan
telinga

dalam

(auris

interna).

Telinga luar (auris externa) terdiri dari


daun telinga (auricula), liang telinga
(meatus acusticus externus), dan dipisahkan oleh gendang telinga atau membrana tympani.
Auricula merupakan tulang rawan elastin yang melekat erat dengan kulit, tanpa disertai
lapisan subcutis. Auricula berbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam disebut concha
dan pinggiran bebasnya disebut helix. Pada concha ada lubang masuk liang telinga (meatus
acusticus externus). Liang telinga ini berbentuk melengkung ke depan sehingga untuk dapat
mengamati gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke belakang (untuk meluruskan liang
ini).
Liang telinga (panjangnya sekitar 2-3 cm) mempunyai lapisan epitel dengan bulu halus
disertai kelenjar keringat dan lemak (sebum) yang memproduksi cerumen (wax). Bagian luar
liang telinga dibuat oleh tulang rawan sehingga bersifat mobile, sedangkan bagian dalam
dibuat oleh tulang tengkorak.
Membrana tympani memiliki posisi miring menghadap ke bawah. Bentuknya tidak rata,
tetapi mirip kerucut dengan berukuran diameter sekitar 10 nun. Wilayah tengahnya
dinamakan umbo merupakan kedudukan tulang pendengaran (os maleus). Membrana terdiri
atas bagian keras (pars tensa) yang merupakan bagian terbesar dan bagian lunak (pars
flaccida) di bagian atas. Dalam kondisi normal, penyinaran pada membrana ini akan
menghaislkan pantulan berupa gambaran segitiga di bagian depan bawah dengan bagian atas
pada tonjolan umbo.
Ruangan telinga tengah (auris media) terdapat di sebelah dalam membrana tympani yang
berukuran sekitar 3-6 mm. Dindingnya dibatasi dengan gendang telinga (membrana tympani)
beserta tulang di sebelah atas dan dibawahnya. Ke bagian depan rongga ini mempunyai

saluran yang berhubungan dengan kerongkongan (nasophagnx), yaitu melalui tuba auditiva
atau tuba eustachii Saluran ini diperlukan untuk menyesuaikan tekanan di dalam ruangan itu
dengan bagian tekanan udara luar. Penyesuaian tekanan harus dilakukan melalui gerakan
menelan ludah jika seseorang merasa telinganya tidak enak. Orang yang pilek, terutama pada
anak-anak, saluran ini sering tersumbat sehingga pada penderita sering didapat keluhan
telinga terasa penuh. Telinga yang penuh itu jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi dan
penyakit otitis media. Akibat telinga yang terinfeksi dan menghasilkan nanah, gendang
telinga

akan

pecah

bila

nanah

sudah

terlalu

banyak

terkumpul.

Bagian belakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang disebut cellulae
mastoidea, yaitu rongga berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis media dapat
mengalir ke sini sehingga ditemukan infeksi pada tulang yang disebut mastoiditis.
Dinding bagian dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga bagian dalam.
Pada tulang ini terlihat ada penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerina rangsang
keseimbangan bernama canalis semicircularis. Disamping itu, terdapat tempat lekat tulang
pendengaran, yaitu tulang sanggurdi (os stapes). Di bagian bawahnya terdapat lubang bulat
(foramen rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting dan berfungsi untuk
memelihara keseimbangan tekanan di ruang telinga bagian dalam. Selain itu, ditemukan juga
penonjolan akibat rumah siput (cochlea) penerima rangsang pendengaran di telinga bagian
dalam. Getaran suara yang akan diterima membrana tympani diteruskan melalui tulang
pendengaran di telinga bagian tengah, yaitu os maleus (tukul), incus (landasan), dan stapes
(sanggurdi). Kemudian, tulang ini meneruskan getaran suara pada cairan endolymph dan
setelah melewati reseptor pendengaran getaran dinetralkan kembali oleh getaran membran
pada foramen rotundum.
Rongga telinga dibagian dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Di dalamnya
ada sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 buah saluran setengah lingkaran
(canalis semicircularis) bersama bagian yang bernama sacculus dan utriculus. Disamping itu,
ada pula organ pendengaran yang terdiri atas cochlea. Cochlea ini seperti rumah siput dengan
permukaan dalam yang bentuknya spiral. Tuba auditiva (tuba eustachit) terdiri atas bagian
tulang dan bagian tulang rawan (dua pertiga depan), dengan terdapat penyempitan pada
tempat peralihannya. Bayi dan anak kecil, saluran ini pendek (10 mm) dan lurus, untuk orang
dewasa panjangnya sekitar 30-40 mm dan melengkung. Pada keadaan berbaring, tuba ini
pada bayi dan anak kecil posisinya tegak lurus sehingga memudahkan masuknya lendir (dan
infeksi) dari sekitar hidung sampai ke tuba ini. Kondisi ini memudahkan terjadinya infeksi
rongga telinga tengah pada bayi atau anak kecil (otitis media acuta).

A. DEFINIS OTITIS MEDIA


Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
atrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahili membuat pembagaian dan klasifikasi otitis
media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media superatif dan otitis media non
superatif ( otititis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME). Pembagian tersebut dapat terlihat pada gambar 2.

Otitis Media

Otitis Media Akut Otitis Media Sub Akut Otitis Media Kronik

Gambar 2. Skema Pembagian Otitis Media


Resiko rendah,
tinggi bentuk akut dan Tipe
aman,
Masing-masing
golonganresiko
mempunyai
kronik,
yaituTipe
otitisbahaya.
media supuratif

akut (otitis media akut = OMA ) dan otitis media superatif (OMSK/OMP).begitu pula otitis
media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (baratrauma = aerotitis ) dan otitis
media serosa kronik. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva.

B. KLASIFIKASI
1. Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama otitis media akut adalah
masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang normalnya steril. Paling sering
terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi
saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (mis, sinusitis, hipertropi adenoid)
atau reaksi alergi (mis,rinitis alergika) bakteria yang umum ditemukan sebagai organisma
penyebab adalah Sterptococcus pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella
catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii
akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila

ada perforasi membrana timpani. Eksudat purulen biasanya ad dalam telinga tengah dengan
mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah
dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Otiitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau
gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay tergantung berat ringannya penyakit, antara
lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana
tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen.

2. Otitis media kronik


Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patoligi jaringan ireversibel
dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut.
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis
media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah Proses peradangan di telinga tengah dan
mastoid yang menetap > 12 minggu.
Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrana timpani. Infeksi kronik telinga
tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrana timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan
antibiotika, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa sekarang, penggunaan
antibiotika yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens
akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien
tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak
ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa ahli infeksi kronik ini dapat
mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit kedalam
(epitel squamosa) dari lapisan luar membrana timpasi ketelinga tengah. Kulit dari membrana
timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dah bahan
sebaseus. Kantong dapat melekat ke stuktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani,
kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus facialis, kehilangan

pendengaran sensorineural dan / atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telingan dalam)
dan abses otak.
OMK dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi
dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada
mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan
mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran
bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari
epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari
mukosa telinga tengah
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu

OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara

aktif .
OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.

2. Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)


Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom
dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe ini.
Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi
terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori
mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori
migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan
memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi
sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya

sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses
pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti
labirinitis, meningitis dan abses otak.
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965)
adalah :
1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal,
umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli
saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.1,2
b. Kolesteatom akuisital atau didapat

Primary acquired cholesteatoma.


Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani.
Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida
akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori
invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida1,2

Secondary acquired cholesteatoma.


Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya
epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga
tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena
iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi).

C. ETIOLOGI
OTITIS MEDIA AKUT

Beberapa bakteri tersering penyebab otitis media akut adalah bakteri-bakteri saluran
pernafasan bagian atas seperti streptokokus, stafilokokus dan hemofilus influenza.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam proses terjadinya Otitis media akut
1.

Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah
penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang
ditimbulkan oleh sumbatan

2.

Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timbani atau
seluruh membran timpani.

3.

Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan
hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun di
telinga tengah

4.

Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dan keluar cairan putih

5.

Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akan menyembuh jika robekan


tidak terlalu lebar, tetapi jika robekan lebar, stadium perforasi dapat menetap dan berubah
menjadi Otitis Media Supuratif Kronik.

OTITIS MEDIA KRONIK

Sebagian besar ototis media kronik merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah
berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebabnya adalah terapi yang terlambat, terapi
tidak adekuat,dya tahan tubuh rendah atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut
sub akut. Sebagian kecil perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah.
Kuman penyebab biasanya gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan anaeron.

D. PATOFLOW

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Otitis media inteksiosa (akut) akan tampak sebagai penonjolan gendang
telinga yang merah pada pemeriksaan autoskop. Gambaran tulang dan reflek
cahaya mungkin kabur.
2. Otitis media seroti akan tampak sebagai gendang telinnga yang berwarna abu3.
4.
5.
6.

abu dan menonjol atau cekung kedalam.


Pemeriksaan audiologi mungkin memperlihatkan penurunan pendengaran.
Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani.
Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

7. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat


gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon
Gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.
F. KOMPLIKASI
Otitis media akut
1.Abses subperiosteal
2. Abses otak dapat timbul di serebellum di fossa kranii posterior, atau pada lobus temporal
di fossa kranii media. Abses otak biasanya terbentuk sebagai perluasan langsung infeksi
telinga atau tromboflebitis. Suatu abses epidural biasanya terbentuk mendahului abses otak.
Serebritis lokal (ensefalitis), menyebabkan timbulnya nekrosis dan liquefaksi, dimana pada
dindingnya terbentuk fibrosis dan jaringan granulasi. Abses dapat mengalami ruptur ke
daerah ventrikel dan rongga subarachnoid, akibatnya terjadi meningitis dan berakhir dengan
kematian. Pada umurnnya organisme penyebab abses sangat beragam, diantaranya yaitu dari
spesies streptokokus dan stapilokokus, bakteri gram negatif seperti pseudomonas, proteus dan
Escherichia coli serta bakteri -bakteri anaerob
3. Meningitis dapat terjadi disetiap saat dalam perjalanan komplikasi infeksi telinga. Jalan
penyebaran yang biasa terjadi yaitu melalui penyebaran langsung, jarang melalui
tromboflebitis. Pada waktu kuman menyerang biasanya streptokokkus, pneumokokkus, atau
stafilokokkus atau kuman yang lebih jarang H. Influenza, koliform, atau piokokus,
menginvasi ruang sub arachnoid, pia-arachnoid bereaksi dengan mengadakan eksudasi cairan
serosa yang menyebabkan peningkatan ringan tekanan cairan spinal
4. OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik)
(Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
Otitis media kronis
1. Membran timpani pecah. Salah satu kemungkinan komplikasi infeksi telinga adalah
pecahnya gendang telinga atau membran timpani. Membran timpani dapat pecah
ketika cairan menekannya yang mengurangi aliran darah dan menyebabkan
jaringannya melemah. Pecahnya membran ini tidak sakit dan banyak orang bahkan
merasa lebih baik karena tekanan dilepaskan. Untungnya, membran timpani biasanya
pulih dengan cepat setelah pecah dalam beberapa jam atau hari.
2. Penumpukan cairan. Cairan yang mengumpul di belakang gendang telinga (efusi)
dapat bertahan selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan setelah rasa sakit
dan infeksi menghilang. Efusi menyebabkan gangguan pendengaran sementara,
namun biasanya hilang sendiri tanpa pengobatan. Efusi ini perlu dipantau dari waktu

ke waktu, yang mencakup pengujian telinga dan pendengaran oleh dokter setiap tiga
sampai enam bulan sampai menghilang. Jika efusi tetap ada sampai waktu lama, anak
Anda mungkin perlu perawatan. Keputusan perawatan didasarkan pada seberapa
banyak efusi memengaruhi pendengaran dan menimbulkan masalah berbicara.
G. PENATALAKSAAN
1 Otitis Media Akut
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
a. Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan
negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk
anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12
tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila
penyebabnya kuman.
b.

Stadium Presupurasi

Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian
antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
c.

Stadium Supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

d. Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e. Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap,
mungkin telah terjadi mastoiditis.
a. Pemberian Antibiotik
1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak
mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik
dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.
American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat
diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:

Usia

Diagnosis pasti

Diagnosis meragukan

< 6 bln

Antibiotik

Antibiotik

6 bln 2 th

Antibiotik

Antibiotik jika gejala


berat, observasi jika
gejala ringan

2 thn

Antibiotik jika gejala


berat, observasi jika

Observasi

gejala ringan

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang berat
atau demam 39C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan
dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada
anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan
dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan
observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak
tanpa gejala umum seperti demam dan muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar
anak adalah amoxicillin.

Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan


pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80
mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.

Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat
sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan
terakhir.

WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500


mg.

AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait dengan
meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di
Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan
hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari.

Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari
hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.

Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.

Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi
perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit
lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini
dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:

Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian
dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian
amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau
kembali muncul dalam 14 hari.

Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin


seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.

Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau
clarithromycin

Pilihan

lainnya

adalah

erythromycin-sulfisoxazole

atau

sulfamethoxazole-

trimethoprim.

Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan
amoxicillin.

Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan yang


diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.

Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA umumnya


merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian
juga azythromycin atau clarythromycin. Antibiotik dengan spektrum luas,
walaupun dapat membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih
besar. Bakteri normal di tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di

tubuh terganggu. Selain itu risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap
antibiotik akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasuskasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini kedua.

Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak
berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.

Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di

Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
Tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka
waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh
hari. Dan karena itu pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup
pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam waktu yang lebih lama
meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.

b.

Pemberian Analgesia/pereda nyeri

Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).

Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti


paracetamol atau ibuprofen.

Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus


dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah
atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.

c. Obat lain

Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan


tidak memberikan manfaat bagi anak.

Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.

Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan


cairan yang menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasuskasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi.

Cairan yang keluar harus dikultur.

Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA


tidak memiliki bukti yang cukup.

2 .Otitis Media Kronis


Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktorfaktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu
pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi
kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta
menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis
kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat
digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas : Konservatif dan Operasi.
1. OMK BENIGNA
a. OMSK BENIGNA TENANG
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek
telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera
berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
b. OMSK BENIGNA AKTIF
Prinsip pengobatan OMSK adalah :
1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga)
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik
bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981).

Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :


Toilet telinga secara kering ( dry mopping).
Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri
antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan diklinik atau dapat juga
dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap
hari sampai telinga kering.
Toilet telinga secara basah ( syringing).
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian
dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif
untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi
ke bagian lain dan kemastoid ( Beasles, 1979). Pemberian serbuk antibiotik dalam
jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat
diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.
Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)
Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi
adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan
mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan.
Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang
koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anakanak diperlukan anastesi.
Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan
displacement methode seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.
2. Pemberian antibiotik topikal
Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotik topikal
untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang
banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak
progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.

Rif menganjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan
merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakannya,
bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan
Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan
hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada
telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan
agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik
misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu.Cara pemilihan antibiotik
yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni.
Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai
setelah telinga dibersihkan dahulu.
Bubuk telinga yang digunakan seperti :
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.
c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMK aktif yang
dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin
dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan
gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas
karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa
dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif
(Fairbanks, 1984). Seperti aminoglokosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin
sulfat aktif melawan basil gram negatif dan gentamisin kerjanya sedang dalam
melawan Streptokokus. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan
kuman anaerob.
Biasanya

tetes

telinga

mengandung

kombinasi

neomisin,

polimiksin

dan

hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes
mata.

Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila
diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali
Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya B.
fragilis ( Fairbanks, 1984). Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang
mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan
menyebabkan ototoksik.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada ot itis media kronik adalah :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli
Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis
Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus,
Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal
dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap :
Stafilokokus, koagulase positif, 99%
Stafilokokus, koagulase positif, 95%
Stafilokokus group A, 100%
E. Koli, 96%
Proteus sp, 60%
Proteus mirabilis, 90%
Klebsiella, 92%

Enterobakter, 93%
Pseudomonas, 5%
Dari penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan
ofloksasin dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada perbaikan
4,53%
3. Pemberian antibiotik sistemik
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman
penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai
pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan
faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
Dalam pengunaan antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap
masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masingmasing kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing jaringan tubuh,
toksisitas obat terhadap kondisi tubuhnya . dengan melihat konsentrasi obat dan daya
bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan
pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak
kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan
kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.
Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya
golongan beta laktam.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah
Kuman aerob Antibiotik sistemik
Pseudomonas Aminoglikosida atau karbenisilin
P. Mirabilis Ampisilin atau sefalosforin
P. Morganii Aminoglikosida atau Karbenisilin
P. Vulgaris

Klebsiella Sefalosforin atau aminoglikosida


E. Koli Ampisilin atau sefalosforin
S. Aureus Anti-stafilikokus penisilin, Sefalosforin,
eritromosin, aminoglikosida
Streptokokus Penisilin, sefalosforin, eritromisin
Aminoglikosida
B. fragilis Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat
asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan
peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan
sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap
pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk
OMA sedangkan untuk OMK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMK.
Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing
dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan
kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200
mg per 8 jam selama 2-4 minggu1.
2. OMK MALIGNA
Pengobatan yang tepat untuk OMK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain
(Soepardi, 2001):

Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan
konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah
meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua
jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan
rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial.
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
Miringoplasti
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang
hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis
timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1.
Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk
mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe benigna dengan
perforasi yang menetap.
Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK
tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan
operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada

operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined
approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum
timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMK tipe maligna belum
disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.
H. PENCEGAHAN
Radang telinga bisa dihindari dengan cara menjaga pola hidup sehat dan rajin
berolahraga. Usahakan supaya jangan sampai terjadi Infeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA). Karena itu diajurkan rajin rajin mencuci tangan karena ISPA mudah menyebar
melalui tangan. Jangan membersihkan telinga dengan benda yang ujungnya keras. "Di
samping itu, kurangi tingkat polusi udara terutama di dalam rumah dengan tidak
merokok, perbaiki sarana sanitasi, gunakan air bersih, serta kecukupan ventilasi ruangan,
memperbaiki daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi,
meningkatkan kebersihan diri dan jangan terlalu lama berada dalam air ketika berenang
kalau tidak menggunakan pelindung telinga.
I. ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA
A. Pengkajian
1.

Pengumpulan Data

Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,


alamat

Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga,


penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi,
riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin,
gentamisin ), riwayat operasi

Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit


telinga, sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang
dikaitkan sebagai faktor genetik

2. Pengkajian Persistem
Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore
B2 ( Blood )

: Nadi meningkat

B3 (Brain)

: Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo, pusing,

refleks kejut
B5 (Bowel)

: Nausea vomiting

B6 (Bone)

: Malaise, alergi

3. Pengkajian Psikososial
1. Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
2. Aktivitas terbatas
3. Takut menghadapi tindakan pembedahan
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Tes audiometri : pendengaran menurun
b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid
5. Pemeriksaan pendengaran
- Tes suara bisikan, tes garputala.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.
2.
3.
4.
5.

Risiko cedera (perdarahan) yang berhubungan dengan pembedahan.


Ansietas berhubungan dengan prosedur bedah dan peristiwa perioperasi.
Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah.
Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan (prabedah).
Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan stress akibat

hospitalisasi (prabedah).
6. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan.
C. INTERVENSI

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko cedera (perdarahan) yang

INTERVENSI
1. Pantau jumlah drainase

RASIONAL
1. Sedikit drainase yang

berhubungan dengan

telinga selama periode

berwarna kemerahan

pembedahan.

pascaoperasi. Segera

adalah normal selama

laporkan kepada ahli

beberapa hari pertama

bedah bila ada

setelah pembedahan.

tanda perdarahan akibat dari

perdarahan yang berat

Perdarahan yang berat

pembedahan yang ditandai

atau perdarahan yang

atau perdarahan yang

oleh tidak ada perdarahan,

terjadi lebih dari 3 hari

terjadi selama lebih dari

nilai hemoglobin dan

setelah pembedahan.

3 hari setelah

Dengan kriteria hasil :


- Anak tidak memperlihatkan

hematokrit sesuai usia, serta

pembedahan merupakan

membran mukosa berwarna

fonomena yang tidak

merah muda.

normal.
2. Beri obat antihistamin
dan dekongestan sesuai
indikasi.

2. Obat-obatan ini dapat


mengkonstriksi
pembuluh darah
sehingga mengurangi
jumlah perdarahan.

3. Pantau nilai
hemoglobin dan
hematokrit.

3. Nilai-nilai ini bila


ditemukan rendah
abnormal, dapat
mengindikasikan
perdarahan.

2. Ansietas berhubungan dengan

1. Jelaskan prosedur

1. Informasi yang demikian

prosedur bedah dan peristiwa

bedah kepada anak dan

dapat mengurangi rasa

perioperasi.

orang tua dengan

takut dan kecemasan

menggunakan istilah

dengan mempersiapkan

yang sederhana.

anak dan orang tua,

mengalami penurunan rasa

Apabila anak

untuk mengatisipasi

cemas yang ditandai oleh

menjalani anestesia

peristiwa apa yang akan

ungkapan pemahaman tentang

lokal, jelaskan bahwa

terjadi selama

prosedur pembedahan dari

ia akan terbangun

pembedahan.

lingkungan pembedahan.

selama prosedur

Dengan kriteria hasil :


- Anak dan orang tua

sehingga ahli bedah


dapat menguji
pendengarannya.
Jawab setiap
pertanyaannya dengan
sederhana dan jujur.
2. Jelaskan bahwa

2. Anak mungkin menjadi


takut jika ia tidak
memperoleh makanan
atau minuman sepanjang

tergantung waktu

malam, atau pada pagi

pembedahan, anak

hari sebelum

mungkin tidak diberi

pembedahan.

makan atau min um

Menjelaskan hal ini

setelah tengah malam

kepada anak sebelumnya

pada hari pembedahan

dapat mengurangi rasa

dilakukan untuk

cemas dan takut.

mencegah anak muntah


dan aspirasi selama
pembedahan.
3. Jelaskan kepada orang
tua bahwa pembedahan
mungkin tidak
dilakukan jika anak

3. Pembedahan tidak dapat


dilakukan dalam kondisi
ini, sehubungan dengan
risiko septikemia atau
infeksi yang meluas.

memiliki tanda dan


gejala infeksi akut,
termasuk peningkatan

4. Tidak mengetahui berapa

suhu, hidung terdapat

lama pembedahan

sekret, dan nyeri pada

berlangsung dapat

telinga, pada hari

membuat orang tua

pembedahan.

cemas selama

4. Beri tahu orang tua


tentang kemungkinan
lama pembedahan dan
tempat mereka dapat
menunggu selama
prosedur dan priode
pemulihan. Pastikan
mereka mengetahui
orang yang akan
menghubungi mereka,

pembedahan.
Mengetahui berapa lama
pembedahan akan
berlangsung, dan siapa
orang yang akan
berbicara dengannya
setelah prosedur, dapat
mengurangi rasa takut
dan khwatiran mereka.
5. Memahami apa yang

ketika prosedur selesai

akan terjadi setelah

dilakukan.

prosedur, dapat
mengurangi rasa cemas.

5. Jelaskan kepada anak


dan orang tua tentang
kemungkinan kondisi
pascaoperasi, termasuk
drainase telinga,
kehilangan
pendengaran, dan
nyeri.
3. Defisit pengetahuan yang

1. Anjurkan orang tua

1. Tanda-tanda ini dapat

berhubungan dengan perawatan di

untuk segera

mengindikasikan infeksi

rumah.
Dengan kriteria hasil :
- Orang tua mengungkapkan

mela[porkan kepada

atau perdarahan.

dokter setiap kejadian

pemahaman tentang instruksi

demam, peningkatan

perawatan di rumah.

drainase yang
bercampur darah, atau
peningkatan rasa nyeri.
2. Jelaskan kepada orang

2. Pemasangan slang
memungkinkan air

tua untuk menjaga

masuk ke dalam telinga

telinga anak tidak

tengah dengan mudah

basah. Anjurkan

sehingga meningkatkan

mereka untuk

risiko infeksi.

meletakkan boal kapas


atau penyumbat telinga
didalam telinga anak
selama anak mandi dan
keramas sampai slang
keluar atau dokter
menasihatkan hal yang
sebaliknya. Hal yang
sebaliknya juga
anjurkan mereka untuk

3. Udara dingin dapat

tidak membiarkan

menimbulkan nyeri

anaknya berenang

telinga.

selama masa ini.


3. Instruksikan orang tua
untuk menutup telinga

4. Anak dapat mengalami

anak ketika ia

kehilangan pendengaran

bepergian keluar dalam

selama beberapa minggu

cuaca dingin, dan

pertama setelah

berangin.

pembedahan.

4. Sampaikan kepada
orang tua untuk
bertatap muka dengan

5. Anak mungkin

anak ketika berbicara

membutuhkan obat

dengannya dan

antibiotik untuk

berbicara dengan lebih

mengurangi risiko

jelas dan sedikit lebih

infeksi pascaoperasi, dan

keras.

analgesik untuk

5. Anjurkan orang tua


tujuan dan penggunaan
obat analgesik dan
antibiotik. Jelaskan

membantu mengedalikan
rasa nyeri. Aspirin dapat
menyebabkan
perdarahan.

juga cara pemberian,


dosis, dan efek
samping. Peringatkan
mereka untuk tidak
memberi anak obat
dari golongan aspirin
.
4. Risiko infeksi yang berhubungan
dengan kelainan (prabedah).
Dengan kriteria hasil :
- Anak tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi yang

1. Beri minum bayi


sebanyak 5-10 ml air,

pasase nasal dan palatum,

setelah setiap

serta mencegah susu

pemberian makan.

mengumpul di saluran
eutasia, yang pada

ditandai oleh suhu tubuh

gilirannya dapat

kurang dari 37,80 C dan tidak

mengarah pada terjadinya

ada tanda-tanda drainase


telinga, batuk, mengi, ronki
kasar di lapangan paru atau
iritabilitas.

1. Air dapat membersihkan

2. Buang formula atau


susu yang mengering
dengan menggunakan
aplikator yang
berujung kapas basah.

infeksi.
2. Merontokkan dan
melepaskan materi yang
berkerak dalam botol,
dapat menjaga agar celah
tersebut bersih dan bebas

3. Setelah setiap
pemberian makan,
letakkan bayi di

dari bekteri sehingga


mengurangi risiko
infeksi.

ayunan bayi atau


baringkan bayi di
tempat tidurnya
dengan posisi miring

3. Mengatur posisi bayi


dengan cara ini dapat
mencegah aspirasi yang

kanan dengan kepala

dapat menimbulkan

tempat tidur

pneumonia.

ditinggikan 300.
4. Kaji bayi untuk
menentukan bila ada
tanda infeksi,
termasuk drainsane
telinga yang berbau
dan demam. Beri obat
antibiotik sesuai
program.
5. Risiko perubahan peran orang

1.

Beri kesempatan pada

4. Kekambuhan otitis media


yang terjadi akibat
saluran eustasia yang
tidak normal dapat
dikaitkan dengan celah
bibir dan palatum.
1. Kesempatan ini

tua yang berhubungan dengan

orang tua untuk

meningkatkan ikatan dan

stress akibat hospitalisasi

menggendong serta

mempersiapkan orang

(prabedah).
Dengan kriteria hasil :
Orang tua mengajukan

memeluk anak, dan

tua dalam perawatan

dapat mempraktikkan

anak dirumah.

pertanyaan yang tepat tentang


kondisi anak, dapat melibatkan
perawatan anak kedalam gaya
hidup normal mereka, serta

tugas pemberian
perawatan sebelum
pemulangan.
2. Anjurkan orang tua

2. Mempersiapkan anggota
keluarga untuk

mengekspresikan perasaan

untuk mempersiapkan

kedatangan anak

mereka tentang penampilan

anggota keluarga,

memungkinkan mereka

baik.

termasuk saudara

beradaptasi dengan

kandung dan kerabat

penampilan anaknya, dan

lain, untuk menyambut

memungkinkan orang tua

kehadiran anak

berfokus pada kebutuhan

dirumah. Nasihatkan

anak yang mendesak.

mereka untuk
menjekaskan kepada
seluruh anggota
keluarga, tentang
penampilan anak

dengan menggunakan
istilah sederhana,
memperlihatkan

3. Orang tua perlu memiliki

kepada mereka

pemikiran bahwa anak

gambar, dan meminta

mereka merupakan

mereka mengunjungi

individu yang normal,

anak di rumah sakit.

yang menderita otitis

3. Anjurkan orang tua


memperlakukan anak
layaknya anggota
keluarga yang normal,
dan menjadwalkan
kegiatan perawatan
mereka kedalam
rutinitas sehari-hari.

media bukan sebagai


individu yang sedang
sakit sehingga dapat
memberi perawatan
dirumah yang adekuat,
dan menjaga keutuhan
keluarga.
4. Meminta bantuan orang
lain dalam perawatan
anak dan pemberian

4. Anjurkan orang tua


untuk meminta bantuan
dari anggota keluarga
yang lain atau dari
teman saat memberi
makan dan perawatan
anak.

makan dapat memberi


orang tua kesempatan
istirahat, serta berfokus
pada kebutuhan mereka
sendiri.
5. Kelompok pendukung
memberi kesempatan
pada orang tua untuk

5. Rujuk orang tua ke

berbagi perasaan dan

kelompok pendukung

pengalaman dengan

yang tepat serta pusat

orang tua lain, yang juga

kraniofasial, jika ada.

memiliki situasi yang


sama, dapat mengurangi
kecemasan dan
meningkatkan
keterampilan koping

serta keterampilan
penyelesaian masalah.
Serta pusat kraniofasial
memiliki pengalaman
dalam memberi
perawatan bagi anakanak dengan otitis media.

6. Nyeri yang berhubungan dengan


pembedahan.
Dengan kriteria hasil :
- Anak dapat mempertahankan
tingkat kenyamanan yang
ditandai oleh tangisan dan
iritabilitas yang berkurang.

1. Kaji anak untuk

1. Anak mungkin terlalu

mengetahui iritabilita,

muda usianya untuk

kehilanganselera

mengekspresikan rasa

makan, dan

tidak nyaman melalui

kegelisahan setiap 2

kata-kata, petunjuk

jam setelah

perilaku adalah satu-

pembedahan.

satunya indikasi nyeri.

2. Beri obat analgesik

2. Obat analgesik dapat

sesuai indikasi.

mengurangi nyeri.

3. Lakukan aktivitas

3. Aktivitas pengalihan

pengalihan, misalnya

memfokuskan kembali

permainan, kartu,

perhatian anak,

videotape, dan

mengurangi persepsinya

membaca buku untuk

terhadap nyeri.

anak yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai