LEARNING PROGRESS
Hari / tanggal : senin / 27april 2012
Topik
: katarak, glaukoma, OM
Blok
Terminologi
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Otitis
media
Problem
Hipotesis
1. Apa
anfis
mata
dan
telingga ?
2. Apa definisi
dari katarak,
glaukoma
dan OM ?
3. Apa
penyebab
dari katarak,
glaukoma
dan OM ?
4. Apa patoflow
dari katarak,
glaukoma
dan OM ?
5. Apa
tanda
Mek
1. Katarak
sensori
kristalin
2.Pemberia
mata atau
n tetes mata
kelompok
penyakit
mata yang
di
tandai
oleh
peningkat
an
raokuler
katarak,
yang
glaukoma
mengakib
dari katarak,
1.Pemeriksa
pada lensa
gejaladari
penunjang
issue
sistem
tekananint
pemeriksaan
me
kekeruhan
adalah
atkan
Lear
ning
anfisik
kapsulnya
2. Glaukoma
I dont know
anis
adalah
dan
dan OM ?
6. Apa
More info
mata dan
telingga ?
2. Apa
atau
salep
mata
dan
pemberian
obat
1. Apa anfis
tetes
telingga
definisi
dari
katarak,
glaukoma
dan OM ?
3. Apa
penyebab
dari
katarak,
glaukoma
dan OM ?
4. Apa
patoflow
dari
katarak,
glaukoma
dan OM ?
5. Apa tanda
perubahan
dan
patologis
gejaladari
dalam
katarak,
diskus
glaukoma
1
glaukoma
optik dan
dan OM ?
7. Apa
komplikasi
dari katarak,
glaukoma
dan OM ?
8. Apa
penatalaksaa
n
dari
katarak,
glaukomadan
OM ?
9. Apa
asuhankepera
watan
cacat
medan
penglihata
n
yang
khas
3. OM
dan OM ?
6. Apa
pemeriksa
an
penunjang
dari
katarak,
adalah
glaukoma
radang
dan OM ?
7. Apa
telingga
tanggah
komplikas
i
dari
katarak,
glaukoma
dan OM ?
8. Apa
katarak,
penatalaks
glaukoma
aan
dan OM?
katarak,
dari
glaukoma
dan OM ?
9. Apa
asuhankep
erawatan
katarak,
glaukoma
dan OM ?
MEKANISME
A. KATARAK
B. GLAUKOMA
Riwayat keluarga positif
Usia
Dm
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
TIO
Nye
ri
glaukoma
Ganggua
n
Gangguan saraf optik
persepsi
sensori
perubahan penglihatan perifer visual
TIO
tindakan operasi
Gangguan
persepsi
sensori
pengliahata
Resiko
infeksi
Anxieta
s
Kebutaan
Kurang
pengetahuan
C. OTITIS MEDIA
LEARNING ISUUE
PENYAKIT KATARAK
A. ANATOMI FISIOLOGI MATA
4
Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika kita
membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata perlu
diketahui lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang biasa
diderita yang berkaitan dengan kelainan pada mata.
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian
luar. Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar diatas adalah gambar anatomi mata. Bagian-bagian mata mempunyai fungsi-fungsi
tertentu. Fungsi-fungsi dari anatomi mata adalah sebagai berikut:
Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya
bola mata.
Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus
rektus superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior
(mengerakan mata ke bawah).
Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa
untuk beroakomodasi, kemudian berfungsi juga untuk mengsekresikan aqueus humor.
5
Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki
aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder
berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi,
dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam
depresi.
6
Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi
sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial
tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Struktur pelindung
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke
segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan
bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga
cahaya masih bisa masuk.
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan
mata.
Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
encer.
Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap
duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata
berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikelpartikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu
mencegah terjadinya infeksi.
Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga
lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak
tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva
adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi
melindungi bola mata dari gangguan.
10
Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam merupakan lapisan yang berisi
banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna
gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan,
koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di
bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris
berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang
masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata.
Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.
Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan
badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke
otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut
bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi
dua, yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan
bagian belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut
berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada tengkorak
berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan
bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi.
11
Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut
konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari
kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air mata mengandung
lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan
pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
Normalnya, sinar sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata akan dibiaskan oleh
sistem optis bolamata dan terfokus dalam satu titik yang jatuh tepat pada retina. Kondisi ini
disebut emmetropia. Dari proses jatuhnya titik cahaya diretina inilah, yang biasanya
menyebabkan kelainan pada mata, baik itu kelainan dengan mata minus, ataupun mata
dengan positif, atau biasa disebut dengan rabun.
Lensa Mata
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat lensa.
Kapsul lensa merupakan lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-serat kolagen tipe IV
dan glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak. Epitel subkapsul hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa tepat di bawah kapsul lensa. Epitelnya terdiri atas selapis sel kuboid.
Di sebelah dalam dari epitel subkapsul terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel
yang kehilangan inti dan organel sel lainnya. Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein
lensa kristalin (crystallins). Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi lensa.
Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa diperoleh dari
humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya
dengan mudah.
Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk melihat. Keadaan ini dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin
disebabkan oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet
secara berlebihan. Di samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai
presbiopia yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang
disebabkan karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya
lensa tidak dapat mencembung guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai zonula
Zinii.
12
Alis mata: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya
untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak bergerak
dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae untuk menarik
kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot
yang lain yang melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis
oculi. Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini
menentukan melotot atau sipit nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat
tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea (minyak)
dan sudorifera (keringat).
Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.
Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi
kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).
B. DEFINISI
13
1. Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (Katarak Kongenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, pengguanaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus atau
hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet)
yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anteriorKatarak setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau akibat dari kedua-duanya biasanya mengenai kedua mata
dan berjalan progresif.
C. ETIOLOGI
usia lanjut (senil) tapi dapat terjadi secara konginental akibat infeksi virus dimana
pertumbuhan
janin,
genetik,
dan
gangguan
perkembangan,
kelainan
D. PATOFISIOLOGI
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis : nucleus, korteks & kapsul.
Nukleus
mengalami
perubahan
warna
coklat
kekuningan
seiring
dengan
bertambahnya usia. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior &
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan fisik & kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi.salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang &
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus.
15
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi.
Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke
tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
16
17
E. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara progresif dan
penglihatan seperti berasap. Sejak awal, katarak dapat terlihat melalui pupil yang
telah berdilatasi dengan oftalmoskop, slit lamp atau shadow test. Setelah katarak
bertambah matang maka retina menjadi semakin sulit dilihat sampai akhirnya reflex
fundus tidak ada dan pupil berwarna putih.
Pada katarak senile dikenal 4 stadium, yaitu insipient, imatur, matur dan
hipermatur. Pada stadium insipient dapat terjadi perbaikan penglihatan dekat akibat
peningkatan indeks refraksi lensa.
Stadium pada katarak senile
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Noral
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans (Hanya
bila zonula putus)
Bilik
mata Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Bilik Normal
Sempit
Normal
Terbuka
depan
Sudut
mata
18
Shadow test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
Penyulit
Glaukoma
Uveitis, Glaukoma
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
5.
Tes provokatif: digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaucoma bila TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
6.
a
b
H. PENATALAKSANAAN
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan
penyulit seperi glaukoma dan uveitis.
Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular,
dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior
sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut.
Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik
ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa
bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah
rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak
imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik
ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan
gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi
pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan
jalan operasi. Lapisan di mata diangkat dan diganti lensa buatan (lensa intraokuler).
Operasi ini cukup riskan dan tidak menjanjikan kesembuhan 100%. Baru-baru ini
ditemukan teknologi canggih, yakni operasi dengan sinar laser.
20
21
ASUHAN KEPERAWATAN
PERIOPERATIF MATA (KATARAK,RETINA,GLAUKOMA,KORNEA)
DIAGNOSA KEPERAWATAN (I): Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan
kerusakan sensori dari kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian
obat.
SASARAN : Menurunkan stres emosional, ketakutan dan depresi; penerimaan pembedahan
dan pemahaman instruksi.
4. INTERVENSI
RASIONAL. : Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera
yang lain untuk mendapatkan informasi.
8. INTERRVENSI Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu. Pesan
makanan yang bisa dimakan dengan tangan bagi mereka yang tak dapat melihat dengan baik
atau tak mempunyai keterampilan koping untuk mempergunakan peralatan makan.
RASIONAL. : Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat.
9. INTERVENSI Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
RASIONAL : Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan
penanganan dan perawatan diri.
10. INTERVENSI dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan
(pengunjung ,radio,rekaman audio,TV,kerajinan tangan permainan)
RASIONAL : Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan
negatif
HASIL YANG DIHARAPKAN.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Keluarag atau orang yang berarti membantu pasien dalam perawatan yang
dibutuhkan.
i.
23
b.
c.
d.
Manipilasi kelopak mata hanya dilakukan dengan meletakan jari pada tulang orbita
(lihat bagian trauma mata).
24
e.
MASALAH KOLABORASI : infeksi luka operasi atau struktur okuler lain, ablasio, retina,
peninggian TIO,perforasi luka operasi.
SASARAN : komplikasi dapat dihindari atau segera dilaporkan kepada dokter.
1. INTERVENSI Jaga teknik aseptik ketat, lakukan cuci tangan sesering mungkin.
RASIONAL : Akan meminimalkan infeksi.
2. INTERVENSI Awasi dan laporkan segera adanya tanda dan gejala komplikasi, misalnya
perdarahan
nyeri berkurang dengan obat yang diresepkan : kilatan cahaya, perubahan tau penurunan
fungsi visual, perubahan struktur mata (prolap iris,pupil berbentuk pir,dehisensi luka); reaksi
samping obat
RASIONAL : Penemuan awal komplikasi dapat mengurangi rasiko kahilangan penglihatan
permanen.
3. INTERVENSI : Jelaskan posisi yang dianjurkan
RASIONAL : Peninggian kepala dan menghindari berbaring berbaring pada sisi yang
dioperasi dapat mengurangi edema. Mempertahankan posisi yang diresepkan bila gelembung
udara telah diletakan dalam badan vitreus dapat memperbaiki perlengketan kembali retina
dan mengurangi risiko pembentukan katarak atau kerusakan endotel kornea.
4. INTERVENSI Instruksikan pasien mengenai pembatasan aktivitas tirah baring dengan
keleluasaan
25
6. INTERVENSI
Berikan
obat
sesuai
resep,sesuai
teknik
yang
diresepkan.
RASIONAL : Obat yang diberikan dengan cara yang tidak sesuai dengan resep dapat
menganggu penyembuhan atau menyebabkan komplikasi. Bila wadah sampai mengenai mata
akan terjadi paningkatan resiko infeksi dari obat yang terkontaminasi.
HASIL YANG DIHARAPKAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Berikan
obat
untuk
mengontrol
nyeri
dan
TIO
sesui
resep.
RASIONAL : pemakain obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan
meningkatkan rasa nyaman.
2. INTERVENSI Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul.
RASIONAL : Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.
3. INTERVENSI Kurangi tingkat pencahayaan ; cahaya diredupkan,diberi tirai/kain.
RASIONAL : Tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah pembedahan.
4. INTERVENSI Dorong pengunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.
RASIONAL : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah pengunaan tetes
mata diletor.
HASIL YANG DIHARAPKAN.
a.
b.
Edema berkurang.
c.
d.
RASIONAL :
normal
dan
abnormalnya.
Sarankan
metode
indentifikasi
wadah.
RASIONAL : Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dfan cedera
mata. Pengetahuan mengenai respons abnormal dapat membantu dalam memutuskan
mengenai perubahan yang perlu dilaporkan , instruksi tertulis dipakai untuk memperkuat
setelah pemulangan.
3. INTERVENSI Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan. Yakinkan tersedianya
bantuan dari orang terdekat atau merancang untuk rujukan yang perlu.
RASIONAL : Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan,pendampingan dan
teman di rumah.
4. INTERVENSI Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan
RASIONAL : Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.
HASIL YANG DIHARAPKAN
a.
27
b.
Pasien dan orang yang berarti mengucapkan atau memperlihatkan pemahaman yang
benar mengenai teknik pemberian obat dan respons obat nrmal dan abnormal
c.
d.
pasien dan pemberi asuhan menunjukan tindakan yang aman menggunakan teknik p
panduan penglihatan.
PENYAKIT GLAUKOMA
A. DEFINISI
a. Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
b. Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
c. Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
d. Glaukoma adalah nama yang diberikan kepada sekelompok penyakit mata di mana
terjadi kerusakan saraf optik di bagian belakang mata menyebabkan penurunan perifer
(samping) visi dan akhirnya kebutaan. Pada kebanyakan orang, kerusakan ini
disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam mata sebagai akibat dari penyumbatan
sirkulasi atau drainase air (cairan jernih yang membawa oksigen, gula, dan nutrisi
penting lainnya ke struktur mata dan membantu untuk mempertahankan bentuk mata).
Pada sebagian pasien kerusakan dapat disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke
serabut saraf optik penting, adanya kelemahan struktur dari syaraf, atau masalah
dalam kesehatan serabut saraf.
28
e. Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan
pada orang di seluruh bagian dunia. The 2 jenis yang paling umum adalah glaukoma
primer sudut terbuka glaukoma (POAG) dan akut atau kronis glaukoma sudut
tertutup. Jenis lain dari glaukoma meliputi ketegangan glaukoma normal, glaukoma
kongenital, glaukoma pigmen, dan sekunder glaukoma.
B. KLASIFIKASI
a. Jenis dan Tipe Glaukoma
Bila merujuk South East Asia Glaucoma Interest Group, ada berbagai jenis glaukoma yang
paling sering menyerang manusia seperti Primary Open Angle Glaucoma (glaukoma sudut
terbuka), Acute/chronic closed angle glaucoma (glaukoma sudut tertutup), Normal Tension
29
Tipe pertama, Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka). Tipe ini merupakan
yang paling umum/sering pada glaukoma dan terutama terjadi pada orang lanjut usia (di atas
50 tahun). Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang terjadi secara
perlahan-lahan. Rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14 sampai 16 milimeter air raksa
(mmHg). Tekanan sampai 20 mmHg masih dalam batas normal. Tekanan di atas atau sama
dengan 22 mmHg diperkirakan patut dicurigai menderita glaukoma dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan sel-sel
daripada syaraf/nervus opticus di mata. Begitu terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel
tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang
pandangan. Bintik buta ini biasanya dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau daerah
yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah yang lebih
tengah/pusat akan juga terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak
dapat kembali normal lagi (ireversibel).
Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut terbuka, karenanya
sering tidak terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak
menyadari bahwa penglihatannya berangsur-angsur makin memburuk sampai tahap/stadium
lanjut dari penyakitnya. Terapi sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit
glaukoma ini dan untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut dari penglihatan.
Tipe kedua, Normal tension glaucoma (Glaukoma bertekanan normal). Glaukoma bertekanan
normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progresif terhadap syaraf/nervus
opticus dan terjadi kehilangan lapang pandangan meski tekanan di dalam bola matanya tetap
normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil, dengan kurangnya
sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana mengakibatkan kematian dari sel-sel yang
bertugas membawa impuls/rangsang tersebut dari retina menuju ke otak. Sebagai tambahan,
kerusakan yang terjadi karena hubungannya dengan tekanan dalam bola mata juga bisa terjadi
pada yang masih dalam batas normal tinggi (high normal), jadi tekanan yang lebih rendah
dari normal juga seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya penglihatan yang lebih
30
lanjut. Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada orang-orang yang memiliki
riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau pada wanita.
Tipe ketiga, Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup). Glaukoma sudut tertutup
paling sering terjadi pada orang keturunan Asia dan orang-orang yang penglihatan jauhnya
buruk, juga ada kecenderungan untuk penyakit ini diturunkan di dalam keluarga, jadi bisa
saja di dalam satu keluarga anggotanya menderita penyakit ini. Pada orang dengan
kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup ini, sudutnya lebih dangkal dari
rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di sudut yang
terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula iris
terhadap
jaringan
trabecular
meshwork.
Kemampuan
dari
cairan
mata
untuk
mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan
karena cairan ini terbentuk di belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal.
Jika tekanan menjadi lebih tinggi membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork,
maka akan memblok aliran. Keadaan ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang akut, terjadi
peningkatan yang tiba-tiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat terjadi dalam beberapa jam
serta disertai nyeri yang sangat pada mata. Mata menjadi merah, kornea membengkak dan
kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan
segera karena kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan
kerusakan penglihatan yang menetap.
Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami gejala serangan
akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang kronis. Pada keadaan ini, iris
secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang nyata. Jika ini terjadi,
maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak
meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa dicegah
dengan memberikan pengobatan. Berdasarkan hasil survey epidemiologi, glaukoma sudut
tertutup lebih sering terjadi di Asia Timur, khususnya keturunan Cina.
Tipe keempat, Pigmentary glaucoma. Pigmentary glaucoma adalah suatu bentuk yang
diturunkan dari bentuk glaukoma sudut terbuka yang mana kejadiannya lebih banyak terjadi
pada pria daripada wanita. Orang yang dengan miop (berkaca mata minus) biasanya yang
lebih sering terkena. Bentuk anatomi dari mata merupakan faktor kunci untuk
berkembangnya bentuk ini.
31
Tipe kelima, Congenital glaucoma. Bentuk ini adalah bentuk yang jarang terjadi, yang
disebabkan oleh system pengaliran cairan mata yang abnormal. Ini bisa terjadi pada waktu
lahir atau berkembang di kemudian hari. Para orang tua bisa mengetahui jika anaknya
menderita kelainan ini dengan cara memperhatikan apakah anaknya sensitif terhadap cahaya,
mata yang besar dan berawan/kusam atau mata berair berlebihan. Biasanya diperlukan
C. ETIOLOGI
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satusatunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang
berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun.
Faktor risiko:
1
D. PATOFLOW
32
Nyeri
TIO
glaukoma
Ganguan presefsi
sensori visual
Ganguan presepsi
sensori penglihatan
Perubahan penglihatan
TIO
tindakan oprasi
Resiko infeksi
anxietas
perifer
33
Kurang pengetahuan
kebutaan
E. MANIFESTASI KLINIS
1.Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius
Lapang pandang mengecil dengan macam macam skotoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo disekitar cahaya
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian
kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi)
tidak begitu dirasakan oleh klien.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mata teratur adalah cara terbaik untuk mendeteksi glaukoma awal. Sebuah tes
glaukoma biasanya meliputi tes berikut :
1. saraf optik cek dengan ophthalmoscope
2. mata tekanan cek (tonometri)
3. bidang penilaian visual (visual field assessment ) jika diperlukan - ini tes visi sisi,
yang pertama terkena glaukoma
G. KOMPLIKASI
komplikasi glaukoma pada umunya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan ganguan fungsi lanjut fungsi mata pada kebutaan yaitu :
1. korne terlihat keru
2. bilik mata terlihat dangkal
3. papil atrofi dengan eksakavasi(pengganguan) glaukomatosa
34
Laser (laser trabeculoplasty) - ini dilakukan ketika tetes mata tidak menghentikan
kerusakan dalam bidang visi. Dalam banyak kasus tetes mata perlu dilanjutkan setelah
laser. Laser tidak memerlukan tinggal di rumah sakit.
Pembedahan (trabeculectomy) - ini biasanya dilakukan jika tetes mata dan perawatan
laser telah gagal untuk mengontrol tekanan mata. Saluran baru yang memungkinkan
cairan untuk meninggalkan mata dibuat. Pengobatan dapat menyimpan sisa
penglihatan tetapi tidak memperbaiki penglihatan mata.
Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari
kulit putih (dewit, 1998).
35
c. Pekerjaan,
terutama
yang
beresiko
besar
mengalami
trauma
mata.
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu,
riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi) Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan
bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka
karena kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/ merasa diruang gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/
pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berwarna, peningkatan
air mata.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
dalampada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap
cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004)
b. Nyeri/ kenyamanan
36
C. Intervensi Keperawatan
37
Intervensi
38
Intervensi
Intervensi :
a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.
Rasional : sekret mata akan membuat pandangan kabur.
b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.
Rasional : terjadi penurunan tajam penglihatan akibat sekret mata.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap.
39
telinga
tengah
interna).
Telinga luar (auris externa) terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga (meatus
acusticus externus), dan dipisahkan oleh gendang telinga atau membrana tympani.
Auricula merupakan tulang rawan elastin yang melekat erat dengan kulit, tanpa
disertai lapisan subcutis. Auricula berbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam
disebut concha dan pinggiran bebasnya disebut helix. Pada concha ada lubang masuk
liang telinga (meatus acusticus externus). Liang telinga ini berbentuk melengkung ke
depan sehingga untuk dapat mengamati gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke
belakang (untuk meluruskan liang ini).
40
Liang telinga (panjangnya sekitar 2-3 cm) mempunyai lapisan epitel dengan bulu halus
disertai kelenjar keringat dan lemak (sebum) yang memproduksi cerumen (wax). Bagian luar
liang telinga dibuat oleh tulang rawan sehingga bersifat mobile, sedangkan bagian dalam
dibuat oleh tulang tengkorak.
Membrana tympani memiliki posisi miring menghadap ke bawah. Bentuknya tidak rata,
tetapi mirip kerucut dengan berukuran diameter sekitar 10 nun. Wilayah tengahnya
dinamakan umbo merupakan kedudukan tulang pendengaran (os maleus). Membrana terdiri
atas bagian keras (pars tensa) yang merupakan bagian terbesar dan bagian lunak (pars
flaccida) di bagian atas. Dalam kondisi normal, penyinaran pada membrana ini akan
menghaislkan pantulan berupa gambaran segitiga di bagian depan bawah dengan bagian atas
pada tonjolan umbo.
Ruangan telinga tengah (auris media) terdapat di sebelah dalam membrana tympani yang
berukuran sekitar 3-6 mm. Dindingnya dibatasi dengan gendang telinga (membrana tympani)
beserta tulang di sebelah atas dan dibawahnya. Ke bagian depan rongga ini mempunyai
saluran yang berhubungan dengan kerongkongan (nasophagnx), yaitu melalui tuba auditiva
atau tuba eustachii Saluran ini diperlukan untuk menyesuaikan tekanan di dalam ruangan itu
dengan bagian tekanan udara luar. Penyesuaian tekanan harus dilakukan melalui gerakan
menelan ludah jika seseorang merasa telinganya tidak enak. Orang yang pilek, terutama pada
anak-anak, saluran ini sering tersumbat sehingga pada penderita sering didapat keluhan
telinga terasa penuh. Telinga yang penuh itu jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi dan
penyakit otitis media. Akibat telinga yang terinfeksi dan menghasilkan nanah, gendang
telinga
akan
pecah
bila
nanah
sudah
terlalu
banyak
terkumpul.
Bagian belakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang disebut cellulae
mastoidea, yaitu rongga berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis media dapat
mengalir ke sini sehingga ditemukan infeksi pada tulang yang disebut mastoiditis.
Dinding bagian dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga bagian
dalam. Pada tulang ini terlihat ada penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerina
rangsang keseimbangan bernama canalis semicircularis. Disamping itu, terdapat tempat lekat
tulang pendengaran, yaitu tulang sanggurdi (os stapes). Di bagian bawahnya terdapat lubang
bulat (foramen rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting dan berfungsi untuk
memelihara keseimbangan tekanan di ruang telinga bagian dalam. Selain itu, ditemukan juga
penonjolan akibat rumah siput (cochlea) penerima rangsang pendengaran di telinga bagian
dalam. Getaran suara yang akan diterima membrana tympani diteruskan melalui tulang
pendengaran di telinga bagian tengah, yaitu os maleus (tukul), incus (landasan), dan stapes
41
(sanggurdi). Kemudian, tulang ini meneruskan getaran suara pada cairan endolymph dan
setelah melewati reseptor pendengaran getaran dinetralkan kembali oleh getaran membran
pada foramen rotundum.
Rongga telinga dibagian dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Di dalamnya
ada sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 buah saluran setengah lingkaran
(canalis semicircularis) bersama bagian yang bernama sacculus dan utriculus. Disamping itu,
ada pula organ pendengaran yang terdiri atas cochlea. Cochlea ini seperti rumah siput dengan
permukaan dalam yang bentuknya spiral. Tuba auditiva (tuba eustachit) terdiri atas bagian
tulang dan bagian tulang rawan (dua pertiga depan), dengan terdapat penyempitan pada
tempat peralihannya. Bayi dan anak kecil, saluran ini pendek (10 mm) dan lurus, untuk orang
dewasa panjangnya sekitar 30-40 mm dan melengkung. Pada keadaan berbaring, tuba ini
pada bayi dan anak kecil posisinya tegak lurus sehingga memudahkan masuknya lendir (dan
infeksi) dari sekitar hidung sampai ke tuba ini. Kondisi ini memudahkan terjadinya infeksi
rongga telinga tengah pada bayi atau anak kecil (otitis media acuta).
B. DEFINISI OTITIS MEDIA
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
atrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahili membuat pembagaian dan klasifikasi otitis
media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media superatif dan otitis media non
superatif ( otititis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME). Pembagian tersebut dapat terlihat pada gambar 2.
Otitis Media
Otitis Media Akut Otitis Media Sub Akut Otitis Media Kronik
akut (otitis media akut = OMA ) dan otitis media superatif (OMSK/OMP).begitu pula otitis
media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (baratrauma = aerotitis ) dan otitis
42
media serosa kronik. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva.
C. KLASIFIKASI
1. Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama otitis media akut
adalah masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang normalnya steril. Paling
sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh
infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (mis, sinusitis, hipertropi
adenoid) atau reaksi alergi (mis,rinitis alergika) bakteria yang umum ditemukan sebagai
organisma penyebab adalah Sterptococcus pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan
Moraxella catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui
tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga
tengah bila ada perforasi membrana timpani. Eksudat purulen biasanya ad dalam telinga
tengah dengan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah
dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Otitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau
gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay tergantung berat ringannya penyakit, antara
lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana
tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen.
1. Otitis media kronik
Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patoligi jaringan ireversibel
dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut.
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode
berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah Proses peradangan di
telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu.
43
Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrana timpani. Infeksi kronik telinga
tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrana timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan
antibiotika, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa sekarang, penggunaan
antibiotika yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens
akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien
tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak
ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa ahli infeksi kronik ini dapat
mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit kedalam
(epitel squamosa) dari lapisan luar membrana timpasi ketelinga tengah. Kulit dari membrana
timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dah bahan
sebaseus. Kantong dapat melekat ke stuktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani,
kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus facialis, kehilangan
pendengaran sensorineural dan / atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telingan dalam)
dan abses otak.
OMK dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang
bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas
pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas,
kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang
rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta
migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel
goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu
OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif .
OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
44
D. ETIOLOGI
OTITIS MEDIA AKUT
Beberapa bakteri tersering penyebab otitis media akut adalah bakteri-bakteri saluran
pernafasan bagian atas seperti streptokokus, stafilokokus dan hemofilus influenza.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam proses terjadinya Otitis media akut
1.
Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah
penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang
ditimbulkan oleh sumbatan
2.
Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timbani atau
seluruh membran timpani.
3.
Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan
hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun di
telinga tengah
4.
5.
sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebabnya adalah terapi yang terlambat,
terapi tidak adekuat,dya tahan tubuh rendah atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan
disebut sub akut. Sebagian kecil perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga
tengah. Kuman penyebab biasanya gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan anaeron.
E. PATOFLOW
47
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Otitis media akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa banyak
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang
dewasa, dan mungkin terdapat otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan bila terjadi
perforasi spontan membrana timpani atau setelah dilakukan miringotomi ( insisi
membrana timpani ). Gejala lain dapat berupa keluarna cairan dari telinga, demam,
kehilangan pendengaran, dan pinitus. Pada pemeeriksaan otoscopis, kanalis auditorius
eksternus sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri aurikula digerakan. Membrana
timpani tampak merah dan sering menggelembung. Tabel 57-2 membedakan otitis
eksterna akuta dari otitis media akut.
a. Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium :
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif didalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tempak normal (tidak ada kelainan ) atau berwarna
keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini
sukar dibedakkan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium hiperemis (stadium pre-supranasi )
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperremis serta edem. Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan
membran timpani menonjol ( bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini
pasien tempak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri ditelinga
48
bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani berkurang, maka terjadi
iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada venavena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrtosis ini pada membran timpani
terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini
akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada
stadium ini maka kemungkionan besar membran timpani akan ruptur dan nanah
keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan
menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka liubang tempat ruptur
(perforasi) tidak mudah menutup kembali.
4. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tertinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nananh keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telingan luar. Anak yang tadinya
gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan0lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan
berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virlensi kuman
renadah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah
menjadi MOSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau
hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media
serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
kekanalis eksternus melalui ruang perforasi. Koesteatoma dapat juga tidak terlihat pda
pemeriksaan oleh ahlin otoscopi. Hasil audiometri pada kasusu polesteatoma
memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campura.
Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:
1. OMK tipe benigna:
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika
pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat
konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat
ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama
infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu
meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani
terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan
tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan
tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada
meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip
tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba
eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali pengobatan local abu busuk
berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe
sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani
merupakan diagnosa khas pada omsk tipe benigna.
2. OMK tipe maligna dengan kolesteatoma:
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau
dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil,
berwarna putih mengkilat.
50
2.
Abses otak dapat timbul di serebellum di fossa kranii posterior, atau pada lobus
temporal di fossa kranii media. Abses otak biasanya terbentuk sebagai perluasan
langsung infeksi telinga atau tromboflebitis. Suatu abses epidural biasanya terbentuk
mendahului abses otak. Serebritis lokal (ensefalitis), menyebabkan timbulnya nekrosis
dan liquefaksi, dimana pada dindingnya terbentuk fibrosis dan jaringan granulasi.
Abses dapat mengalami ruptur ke daerah ventrikel dan rongga subarachnoid,
akibatnya terjadi meningitis dan berakhir dengan kematian. Pada umurnnya
organisme penyebab abses sangat beragam, diantaranya yaitu dari spesies
streptokokus dan stapilokokus, bakteri gram negatif seperti pseudomonas, proteus dan
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan
negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk
anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12
tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila
penyebabnya kuman.
b. Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani
sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian
antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi
mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
c. Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
d. Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e. Stadium Resolusi
53
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.
a Pemberian Antibiotik
1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak
mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik
dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.
American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat
diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Usia
Diagnosis pasti
Diagnosis meragukan
< 6 bln
Antibiotik
Antibiotik
6 bln 2 th
Antibiotik
2 thn
Observasi
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang berat atau
demam 39C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan
dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di
atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana.
Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.
54
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan
observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak tanpa
gejala umum seperti demam dan muntah. Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik,
pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.
Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat
sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan
terakhir.
AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait dengan
meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di
Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan
hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari.
Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari
hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi
perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit
lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini
dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:
Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian
dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian
amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau
kembali muncul dalam 14 hari.
55
Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau
clarithromycin
Pilihan
lainnya
adalah
erythromycin-sulfisoxazole
atau
sulfamethoxazole-
trimethoprim.
Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan
amoxicillin.
Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak
berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.
Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di Inggris,
anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.
b.
c. Obat lain
dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas :
Konservatif dan Operasi.
1. OMK BENIGNA
a. OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
b. OMSK Benigna Aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah :
1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga)
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik
bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981).
Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :
Toilet telinga secara kering ( dry mopping).
Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri
antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan diklinik atau dapat juga
dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap
hari sampai telinga kering.
Toilet telinga secara basah ( syringing).
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,
kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini
sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan
58
penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid ( Beasles, 1979). Pemberian serbuk
antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit.
Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan
Iodine.
Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)
Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi
adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan
mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan.
Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang
koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anakanak diperlukan anastesi.
Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan
displacement methode seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.
2. Pemberian antibiotik topikal
Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotik topikal
untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang
banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak
progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
Rif menganjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan
merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakannya,
bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan
Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan
hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada
telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan
agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik
misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu.Cara pemilihan antibiotik
yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni.
Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai
setelah telinga dibersihkan dahulu.
Bubuk telinga yang digunakan seperti :
59
karena
meningkatnya
resistensi.
Polimiksin
efektif
melawan
Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan
organisme gram positif (Fairbanks, 1984). Seperti aminoglokosida yang lain,
Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil gram negatif dan gentamisin
kerjanya sedang dalam melawan Streptokokus. Tidak ada satu pun aminoglikosida
yang efektif melawan kuman anaerob.
Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan
hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes
mata.
Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit
bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative
kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob,
khususnya B. fragilis ( Fairbanks, 1984). Pemakaian jangka panjang lama obat tetes
telinga yang mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang
akan menyebabkan ototoksik.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada ot itis media kronik adalah :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.
Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis
Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
60
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap
ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap :
dengan ofloksasin dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada
perbaikan 4,53%
3. Pemberian antibiotik sistemik
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur
kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai
pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan
faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
Dalam pengunaan antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya
terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap
masing-masing kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing jaringan
tubuh, toksisitas obat terhadap kondisi tubuhnya . dengan melihat konsentrasi obat
dan daya bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan.
Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat,
makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon.
61
Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya
paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini,
misalnya golongan beta laktam.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah Kuman
aerob Antibiotik sistemik yaitu :
derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat
diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun.
Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga
aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat
baik untuk OMA sedangkan untuk OMK belum pasti cukup, meskipun dapat
mengatasi OMK.
Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut
Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin
dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau
200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu1.
2. OMK MALIGNA
Pengobatan yang tepat untuk OMK maligna adalah operasi. Pengobatan
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis
62
pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMK dengan mastoiditis
kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain (Soepardi, 2001):
Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan
konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah
meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua
jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan
rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial.
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior
liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
Miringoplasti
Dilakukan pada OMK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan
yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis
timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1.
Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk
mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe benigna dengan
perforasi yang menetap.
Timpanoplasti
63
Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada
operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Timpanoplasti
dengan
pendekatan
ganda
(Combined
Approach
Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan
jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined approach
di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani
melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi
posterior. Namun teknik operasi ini pada OMK tipe maligna belum disepakati oleh para
ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.
J. PENCEGAHAN
Radang telinga bisa dihindari dengan cara menjaga pola hidup sehat dan rajin
berolahraga. Usahakan supaya jangan sampai terjadi Infeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA). Karena itu diajurkan rajin rajin mencuci tangan karena ISPA mudah menyebar
melalui tangan. Jangan membersihkan telinga dengan benda yang ujungnya keras. "Di
samping itu, kurangi tingkat polusi udara terutama di dalam rumah dengan tidak
merokok, perbaiki sarana sanitasi, gunakan air bersih, serta kecukupan ventilasi ruangan,
memperbaiki daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi,
meningkatkan kebersihan diri dan jangan terlalu lama berada dalam air ketika berenang
kalau tidak menggunakan pelindung telinga.
64
Pengumpulan Data
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi,
riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin,
gentamisin ), riwayat operasi
2. Pengkajian Persistem
Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore
B2 ( Blood )
: Nadi meningkat
B3 (Brain)
refleks kejut
B5 (Bowel)
: Nausea vomiting
B6 (Bone)
: Malaise, alergi
3. Pengkajian Psikososial
1. Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
65
2. Aktivitas terbatas
3. Takut menghadapi tindakan pembedahan
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Tes audiometri : pendengaran menurun
b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid
5. Pemeriksaan pendengaran
- Tes suara bisikan, tes garputala.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
hospitalisasi (prabedah).
6. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan.
C. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
dengan
pembedahan.
Dengan kriteria hasil :
- Anak tidak memperlihatkan
RASIONAL
1. Sedikit
drainase
berwarna
pascaoperasi.
adalah
Segera
yang
kemerahan
normal
selama
bedah
setelah
bila
ada
pembedahan.
pembedahan
ditandai
atau
nilai
setelah pembedahan.
yang
hemoglobin
dan
perdarahan
hari
yang
setelah
pembedahan merupakan
fonomena
merah muda.
normal.
yang
66
tidak
2. Obat-obatan
ini
dapat
mengkonstriksi
indikasi.
pembuluh
darah
sehingga
mengurangi
jumlah perdarahan.
3. Pantau
nilai
hemoglobin
dan
hematokrit.
3. Nilai-nilai
ini
bila
ditemukan
rendah
abnormal,
dapat
mengindikasikan
perdarahan.
2. Ansietas
prosedur
berhubungan
dengan
perioperasi.
Dengan kriteria hasil :
- Anak
dan
orang
mengalami
cemas
yang
1. Jelaskan
prosedur
orang
takut
tua
dengan
menggunakan
tua
yang
istilah
sederhana.
penurunan
rasa
Apabila
ditandai
oleh
menjalani
anak
anestesia
dengan
anak
untuk
dan
kecemasan
mempersiapkan
dan
orang
mengatisipasi
terjadi
prosedur
ia
pembedahan.
pembedahan
lingkungan pembedahan.
dari
akan
terbangun
selama
sehingga
tua,
selama
prosedur
ahli
dapat
bedah
menguji
pendengarannya.
Jawab
setiap
pertanyaannya dengan
sederhana dan jujur.
2. Jelaskan
tergantung
pembedahan,
jika
ia
memperoleh
tidak
makanan
bahwa
waktu
anak
hari
sebelum
pembedahan.
67
Menjelaskan
dilakukan
untuk
aspirasi
selama
pembedahan.
ini
tidak
dilakukan
jika
anak
memiliki
tanda
dan
gejala
hal
infeksi
akut,
termasuk peningkatan
suhu, hidung terdapat
sekret, dan nyeri pada
telinga,
pada
hari
pembedahan
berlangsung
membuat
dapat
orang
cemas
pembedahan.
tua
selama
pembedahan.
4. Beri tahu orang tua
tentang
kemungkinan
selama
Pastikan
mengetahui
yang
akan
yang
berbicara
akan
dengannya
akan
menghubungi mereka,
ketika prosedur selesai
dilakukan.
5. Memahami
akan
apa
terjadi
prosedur,
yang
setelah
dapat
kondisi
pascaoperasi, termasuk
drainase
telinga,
kehilangan
pendengaran,
dan
nyeri.
3. Defisit
pengetahuan
yang
1. Anjurkan
orang
tua
1. Tanda-tanda
ini
dapat
untuk
segera
mengindikasikan infeksi
rumah.
Dengan kriteria hasil :
- Orang tua mengungkapkan
mela[porkan
kepada
atau perdarahan.
peningkatan
drainase
yang
untuk
telinga
slang
memungkinkan
air
menjaga
tidak
anak
basah.
2. Pemasangan
Anjurkan
mereka
untuk
sehingga
meningkatkan
risiko infeksi.
atau
dokter
juga
membiarkan
berenang
3. Udara
dingin
menimbulkan
telinga.
dapat
nyeri
ketika
ia
dingin,
dan
berangin.
setelah
pembedahan.
4. Sampaikan
orang
kepada
tua
untuk
dan
5. Anak
mungkin
membutuhkan
antibiotik
untuk
mengurangi
risiko
5. Anjurkan
orang
obat
untuk
tua
membantu mengedalikan
obat
menyebabkan
analgesik
antibiotik.
dan
Jelaskan
perdarahan.
dan
samping.
mereka
memberi
efek
Peringatkan
untuk
tidak
anak
obat
oleh
infeksi
yang
suhu
tubuh
1. Beri
minum
bayi
setelah
serta
setiap
pemberian makan.
tanda-tanda
mengumpul
eutasia,
susu
di saluran
yang
gilirannya
mencegah
pada
dapat
drainase
2. Buang formula atau
infeksi.
70
dengan menggunakan
iritabilitas.
aplikator
yang
2. Merontokkan
dan
dalam
botol,
setiap
pemberian
makan,
letakkan
bayi
ayunan
di
bayi
baringkan
atau
bayi
tempat
di
sehingga
mengurangi
risiko
infeksi.
3. Mengatur
posisi
bayi
tidurnya
dapat
tempat
pneumonia.
tidur
menimbulkan
ditinggikan 300.
4. Kaji
bayi
untuk
infeksi,
termasuk
drainsane
sesuai
1.
orang
stress
menggendong
akibat
hospitalisasi
(prabedah).
Dengan kriteria hasil :
Orang
tua
mengajukan
pertanyaan yang tepat tentang
kondisi anak, dapat melibatkan
perawatan anak kedalam gaya
hidup normal mereka, serta
tua
memeluk
untuk
serta
anak,
dan
dapat
mempraktikkan
tugas
pemberian
perawatan
terjadi
saluran
tidak
akibat
eustasia
normal
yang
dapat
1. Kesempatan
ini
dalam
orang
perawatan
anak dirumah.
sebelum
pemulangan.
2. Anjurkan
yang
program.
5. Risiko perubahan peran orang
orang
2. Mempersiapkan anggota
tua
keluarga
untuk
71
mengekspresikan
perasaan
untuk mempersiapkan
kedatangan
anggota
memungkinkan
mereka
baik.
termasuk
beradaptasi
dengan
keluarga,
saudara
anak
kehadiran
anak
dirumah.
Nasihatkan
mereka
untuk
menjekaskan
kepada
seluruh
anggota
keluarga,
tentang
penampilan
anak
dengan menggunakan
istilah
sederhana,
memperlihatkan
kepada
mereka
mereka
mengunjungi
orang
memperlakukan
layaknya
tua
anak
anggota
menjadwalkan
kegiatan
mereka
perawatan
kedalam
rutinitas sehari-hari.
4. Anjurkan
orang
merupakan
yang
menderita
media
bukan
sebagai
yang
sedang
individu
sakit
sehingga
memberi
otitis
dapat
perawatan
tua
lain
dalam
perawatan
anak
dan
pemberian
tua
kesempatan
sendiri.
5. Kelompok
pendukung
memberi
kesempatan
pendukung
berbagi
perasaan
pengalaman
dan
dengan
situasi
yang
dan
meningkatkan
keterampilan
serta
koping
keterampilan
penyelesaian
masalah.
pengalaman
dalam
memberi
perawatan
bagi
anak-
kenyamanan
yang
1. Kaji
anak
untuk
mengetahui iritabilita,
muda
kehilanganselera
mengekspresikan
makan,
dan
tidak
usianya
kata-kata,
jam
perilaku
pembedahan.
2. Beri
obat
melalui
petunjuk
adalah
satu-
sesuai indikasi.
3. Lakukan
rasa
nyaman
kegelisahan setiap 2
setelah
untuk
2. Obat
analgesik
dapat
mengurangi nyeri.
aktivitas
pengalihan,
misalnya
permainan,
kartu,
3. Aktivitas
pengalihan
memfokuskan
perhatian
kembali
anak,
73
videotape,
dan
mengurangi persepsinya
terhadap nyeri.
1 MATA
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam
setiap pengkajian selalu bandingkan antara mata kanan dengan mata kiri. Teknik yang
digunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi merupakan teknik yang paling penting
dilakukan sebelum palpasi.
Inspeksi
Dalam inspeksi yang dikaji adalah bagian-bagian mata (bola mata, kelopak mata,
konjungtiva, sklera, dan pupil), ketajaman penglihatan (visus) dengan bantuan kartu Snellen,
dan pemeriksaan lapangan pandangan.
1. Secara umum untuk pemeriksaan fisik mata dilihat kelopak mata, konjungtiva (pucat
atau tidak), sklera kuning atau tidak. Mata oedem/hiperemia/sekret mata berlebihan
dapat terjadi karena adanya reaksi alergi, benda asing, perlukaan, dll.
Pada inspeksi mata juga dilihat adanya mata cekung seperti pada klien dehidrasi.
Dapat diamati pula ada tidaknya infeksi pada mata (konjungtivitis atau keratitis dll).
Katarak pada mata dapat diamati pada lansia.
2. Pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan).
Alat yang digunakan adalah Optotip dari Snellen yang diletakkan sejarak 5 atau 6
meter dari klien. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut pada kedua mata. Visus
normal= 5/5 atau 6/6. Bila mata klien hanya sanggup membaca jelas hingga pada
baris tertentu misalnya baris 4 meter, maka pencatatan visusnya OD=4/5 atau 4/6
untuk mata kanan, sedanga untuk mata kiri dicatat OS=4/5 atau 4/6.
3. Funduskopi
74
Palpasi
Pemeriksaan palpasi pada bola mata untuk memeriksa secara kasar adanya peninggian
tekanan intraokuler misalnya pada penderita glaukoma. Kadang-kadang perlu membalik
kelopak mata dengan teknik tertentu.
Inspeksi kelopak mata
1.
Amati edema palpebra pada kelopak mata. Edema palpebra mudah tampak, cairan
edema mudah terkumpul di palpebra karena jaringan palpebra sangat longgar dan
akan lebih terlihat saat klien bangun tidur. Secara normal, edema palpebra akan
hilang/berkurang setelah beraktivitas dengan posisi tegak karena kemudian cairan
TELINGA
8. Masukkan spekulum telinga secara hati-hati. Bila sudah tepat letakkan mata di atas
eye-piece.
9. Amati membran timpani, perhatikan bentuk, warna, transparansi, kilau, perforasi, atau
adanya darah/cairan.
Langkah-langkah pengkajian pendengaran dengan menggunakan arloji sbb:
1. Pegang sebuah arloji disamping telinga klien
2. Tanyakan apakah klien mendengar detak arloji
3. Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk
menyatakan bila sudah tidak lagi mendenga suara detak arloji. Normalnya detak arloji
masih dapat didengar sampai jarak sekitar 30 cm.
4. Bandingkan telinga kanan dn kiri.
Pengkajian pendengaran dengan menggunakan garpu tala terdiri atas pmeriksaan Rinne dan
Weber, yaitu sbb:
Pemeriksaan Rinne. Tujuan melakukan pemeriksaan Rinne adalah untuk membandingkan
antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada dua macam
pemeriksaan Rinne, yaitu sbb:
1. Garpu tala 512 Hz dibunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus
pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien
tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan di depan meatus
akustikus eksternus pasien. Pemeriksaan Rinne positif jika pasien masih dapat
mendengarnya, sebaliknya dikatakan negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.
2. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara
tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garpu tala di depan
meatus akustikus eksternus. Tanyakan kepada pasien apakah bunyi garpu tala di
depan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus akustikus
eksternus (planum mastoid). Pemeriksaan Rinne positif jika pasien mendengar di
depan meatus akustikus eksternus lebih keras, sebaliknya diakatakan negatif jika
pasien mendengar di depan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras di
belakang.
Ada tiga interpretasi dari hasil pemeriksaan Rinne, yaitu sbb:
1. Normal : pemeriksaan Rinne +
78
2. Tuli konduksi: pemeriksaan Rinne (getaran dapat didengar melalui tulang lebih
lama)
3. Tuli persepsi, terdapat tiga kemungkinan.
a. Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala
b. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (pemeriksaan Rinne : +/-)
c. Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I
yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Pemeriksaan Weber. Tujuan melakukan Pemeriksaan Weber adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara melakukan Pemeriksaan Weber yaitu:
1. Bunyikan garpu tala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan lurus pada garis horizontal.
2. Tanyakan pasien. Telinga mana yang mendengar atau dapat mendengar lebih keras.
Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras hanya pada satu telinga,
maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut.
Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar,
maka berarti tidak ada lateralisasi.
Interpretasi
1. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisasi
ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya
2. Pada lateralisasi ke kanan terdapat kemungkinannya:
a. Tuli konduksi sebelah kanan, misalnya adanya otitis media di sebelah kanan
b. Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan lebih
hebat
c. Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka lebih
dapat didengar pada sebelah kanan
d. Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat daripada sebelah
kanan
e. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.
2. Pada saat garpu tala tidak terdengar lagi, pindahkan garpu tala itu ke puncak kepala
orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi
pembanding dua kemungkinan akan terjadi, yaitu akan mendengar suara atau tidak
mendengar suara.
HIDUNG
Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Dimulai dari
bagian luar hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus. Bila memungkinkan, selama
pemeriksaan klien dalam posisi duduk.
Prosedur pemeriksaan fisik hidung
Alat alat yang digunakan : ostoskop, spekulum hidung, dan lampu (penlight)
Langkah-langkah inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus sbb:
1. Perawat duduk menghadap klien
2. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar. Perhatikan bentuk tulang hidung
klien dari tiga sisi yaitu sisi depan, samping, dan atas.
3. Perhatikan perubahan warna kulit hidung dan adanya pembengkakan.
4. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar, catat bila ditemukan
ketidaknormalan tulang hidung.
5. Palpasi sinus maksilaris, frontalis, dan etmoidalis. Perhatikan terhadap adanya
nyeri tekan.
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep digunakan untuk persiapan
pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping
kanan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap dari sudut mata ke
arah hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat
6. Buka mata dengan menekan perlahan lahan bagian bawah dengan ibu jari,jari
telunjuk di atas tulang orbita
7. Teteskan obat mata di atas konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai denbgan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan lahan, apabila menggunakan
obat tetes mata
8. Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata
kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata bawah.
Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secra bergantian dan berikan
obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan
menggerakkan kelopak mata
9. Tutup mata dengan kassa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian
81
Persiapan Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perlak / pengalas
Kapas bulat
Obat tetes yang sudah ditentukan
Lidi kapas seteril
Korentang seteril
Bengkok
PELAKSANAAN
82
DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
83
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (Katarak Kongenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, pengguanaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus atau
hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet)
yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. (Keperawatan Medikal
Bedah, Brunner and Suddart, Edisi 8 Jilid 3, 2001)
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, atrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahili membuat pembagaian
dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media
superatif dan otitis media non superatif ( otitis media serosa, otitis media sekretoria,
otitis media musinosa, otitis media efusi/OME)
C. SARAN
Makalah ini kami telah selesaikan,apabila ada kekurangan dalam isi makalah ini kami mohon
untuk saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
84
(Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Edisi Ketiga Jilid 1, 2001, Media Aesculapius)
(kapita selekta kedokteran : FK UI edisi III jilid I)
http://asuhan-keperawatan.com/asuhan-keperawatan-pada-katarak.html
(Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddart, Edisi 8 Jilid 3, 2001)
Junadi p. Ddk.kapita selekta kedokteran media acuslapius FK-UI
Sidarta Iiyas.ilmu penyakit mata,FK-UI 200
Long C barbara,medical surgical nursing,1992
Elizabeth, J Corwin. 2009. Buku saku patofisiolofi elizabeth edisi 3. Jakarta : EGC
http://www.seagig.org (Asosias Glaukoma Asia)
Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC)
(Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
Carpenito, lynda juall. 2006. Buku saku diagnosa keperawatan edisi 10. Jakarta : EGC
George I,adams. 1997. Buku ajar penyakit THT edisi 6. Jakarta :EGC
85