Anda di halaman 1dari 10

SUARA SERAK

PENDAHULUAN

Hoarseness atau suara serak menggambarkan kelainan memproduksi suara ketika mencoba
berbicara, atau ada perubahan nada atau kualitas suara.Suaranya terdengar lemah, terengah-
engah, kasar dan serak.
Hoarseness biasanya disebabkan oleh adanya masalah pada bagian pita suara.
Produksi suara sendiri merupakan suatu hasil dari koordinasi diantara sistem pernapasan,
fonasi (suara) dan artikulasi, dimana masing-masing dipengaruhi oleh teknik bersuara dan
status emosianal setiap individu.
Dalam dunia medis, dikenal istilah Disfonia yaitu merupakan istilah umum untuk setiap
gangguan suara untuk yang disebabkan kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring,
baik yang bersifat organik maupun fungsional. Disfonia bukan penyakit melainkan
merupakan gejala penyakit atau kelainan pada laring.

Gangguan suara atau disfonia ini dapat berupa suara parau atau serak yaitu suara terdengar
kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah (hipofonia), hilang
suara (afonia), suara tegang dan susah keluar (spastik), suara terdiri dari beberapa nada
(diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia) atau ketidakmampuan mencapai nada atau
intensitas tertentu.

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan
serta gangguan dalam pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan
menimbulkan disfonia.

DEFENISI SUARA SERAK

 Suatu keadaan dimana terdapat kesulitan dalam memproduksi suara ketika mencoba
berbicara, atau perubahan suara pada nada dan kualitasnya. Suara tersebut mungkin
terdengar lemah, berat, kasar atau parau. atau terjadi perubahan volume atau pitch
(tinggi rendah suara)
 Suara serak bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari suatu
penyakit
 Istilah hoarseness atau suara serak sendiri dapat merefleksikan kelainan
(abnormalitas) yang letaknya bisa di berbagai tempat di sepanjang saluran vokalis,
mulai dari rongga mulut hingga paru. Meski idealnya istilah hoarseness lebih baik
ditujukan untuk disfungsi laring akibat vibrasi pita suara yang abnormal

FAKTOR RESIKO

 Bernafas pada lingkungan yang tidak bersih


 Pubertas berkaitan dengan pelebaran laring
 Merokok, ( juga merupakan faktor resiko utama terjadinya karsinomaLaring ).
 Menghisap ganja
 Penyalahgunaan obat-obatan
 Refluks gastroesofagus
 Pekerjaan yang menggunakan suara sebagai modal utama misal : guru,aktor, penyanyi
 Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama
 Minum alkohol, kopi berlebihan
 Berteriak pada acara olahraga atau tempat ramai seperti bandara dan bar
 Berbicara saat makan
 Kebiasaan sering batuk untuk membersihkan tenggorokan
 Kebiasaan berbisik
 Stres, gelisah, depresi dapat menyebabkan tremor pita suara

ETIOPATOGENESIS SUARA SERAK

 Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan gangguan pada pita suara yang
merupakan bagian pembentuk suara yang terdapat di larynx. Setiap keadaan yang
menimbulkan gangguan getaran, ketegangan dan pendekatan kedua pita suara kiri dan
kanan akan menimbulkan suara parau.
 Walaupun hanya merupakan gejala, tetapi prosesnya berlangsung lama (kronik) dan
dapat merupakan tanda awal penyakit serius di daerah tenggorok, khususnya laring.
 Penyebabnya dapat berupa radang, tumor (neoplasma), paralisis otot-otot laring,
kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi kriko aritenoid, dll.
 Ada satu keadaan disebut disfonia ventrikular, yaitu keadaan plika ventrikular yang
mengambil alih fungsi fonasi dari pita suara, misalnya sebagai akibat pemakaian suara
yang terus menerus pada pasien dengan laringitis akut. Inilah pentingnya istirahat
berbicara (vokal rest) pada pasien, laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan.
 Berikut ini beberapa penyebab suara serak :
o Peradangan laring (laringitis) baik akut maupun kronis.
 Pada Laringitis akut
 Radang akut laring pada umumnya merupakan kelajutan dari
infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold.
Penyebab radang ini ialah bakteri, yang menyebabkan radang
lokal atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik.
 Pada larinigtis akut terdapat gejala radang umum, seperti
demam,dedar (malaise), serta gejala lokal, seperti suara parau
sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri ketika menalan
atau berbicara serta gejala sumbatan laring. Selain itu terdapat
batuk kering dan lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
 Ketidaksempurnaan produksi suara pada pasien dengan
laringitis akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan
aduksi yang besar atau tekanan untuk mengimbangi penutupan
yang tidak sempurna dari glottis selama episode laringitis akut.
Tekanan ini selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika)
vocal dan mengurangi produsi suara. Pada akhirnya menunda
kembalinya fonasi normal.
 Pada laringitis kronis
 Beberapa hal bisa mendasari kondisi ini yang biasanya akibat
paparan dari iritan (zat yang bisa mengiritasi) seperti tekanan
yang terus menerus pada pita suara, sinusitis kronis, infeksi ragi
(akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah) serta terpapar asap
atau gas yang mengandung zat kimia.
 Dalam keadaan laryngitis, pita suara mengalami peradangan
sehingga tekanan yang diperlukan untuk memproduksi suara
meningkat. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memproduksi
tekanan yang adekuat. Udara yang melewati pita suara yang
mengalami peradangan ini justru menyebabkan suara yang
dihasilkan menjadi parau. Bahkan pada beberapa kasus suara
dapat menjadi lemah atau bahkan tak terdengar.
 Semakin tebal dan semakin kecil ukuran pita suara, getaran
yang dihasilkan semakin cepat. Semakin cepat getaran suara
yang dihasilkan semakin tinggi. Pembengkakan pada pita suara
dapat mengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara
sehingga dapat terjadi perubahan pada suara.
o Nodul pita suara dan polip pita suara
 Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam
waktu yang lama, seperti pada seorang guru, penyanyi dan sebagainya.
Gejalanya terdapat suara parau yang kadang-kadang disertai batuk.
 Pada mereka yang memang menggunakan suara secara berlebihan,
seperti, penyanyi profesional, guru, dosen, atau mereka yang sering
berbicara dan menggunakan suara berlebihan dapat terjadi
pembengkakan pita suara yang disebut sebagai nodul pita suara atau
polip pita suara.
o Kista pita Suara
 Kista pita suara umumnya terrmasuk kista resistensi kelenjar liur minor
laring, terbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut, faktor iritasi
kronik, refluks gastroesofageal dan infeksi diduga berperan sebagai
faktor predisposisi.
 Kista terletak di dalam lamina propria superfisialis, menempel pada
membran basal epitel atau ligamentum vokalis. Ukurannya biasanya
tidak besar sehingga jarang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas.
Gejala utamanya adalah parau.
o Merokok dan mengkonsumsi alkohol
 Merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi laring, dapat
menyebabkan peradangan dan penebalan pita suara
o Gastroesophageal reflux disease (GERD)
 GERD adalah suatu kelainan dimana asamlambung naik kembali
melalui esophagus dan tenggorokan, sehingga dapat menyebabkan
iritasi pada laring.
 Biasanya, suara mulai memburuk di pagi hari dan meningkat sepanjang
hari. Penderita juga mengalami gejala lain seperti tenggorokan terasa
nyeri dan kering, rasa panas di pipi, sensasi yang menyumbat, dan
batuk kronis.
o Menggunakan suara secara berlebihan
 Kondisi ini paling sering terjadi pada orang yang pekerjaannya selalu
berbicara dan penyanyi. Menyalahgunakan suara secara berlebihan
bisa menimbulkan gangguan pada pita suara seperti menyebabkan kista
atau perdarahan. Biasanya terjadi jika sering berbicara dengan keras,
teriak atau terlalu banyak berbicara
o Kelumpuhan pita suara atau paralisis pita suara
 Kelumpuhan pita suara adalah terganggunya pergerakan pita suara
karena disfungsi saraf otot-otot laring hal ini merupakan gejala suatu
penyakit dan bukan merupakan suatu diagnosis. Paralisis pita suara
terjadi ketika salah satu atau kedua pita suara tidak dapat membuka
ataupun menutup dengan semestinya
 Penyebabnya bisa karena Trauma bedah iatrogenik pada vagus atau n.
laringeus rekuren, Invasi malignan pada vagus atau n.laringeus rekuren
dapat terjadi akibat tumor, Kerusakan pada saraf yang mempersarafi
daerah laring, idiopatik dan karena kondisi neurologik tertentu seperti
stroke, tumor otak, maupun multiple sclerosis
 Gejala kelumpuhan pita suara yang didapat adalah suara parau, stridor
atau bahkan kesulitan menelan tergantung pada penyebabnya.
 Proses terjadinya yaitu Pada daerah laring, secara anatomis terdapat
nervus vagus dan cabangnya yaitu nervus laringeus rekurens yang
mempersarafi pita suara. Jika terjadi penekanan maupun kerusakan
terhadap nervus ini maka akan terjadi paralisis pita suara, di mana pita
suara tidak dapat beradduksi. Secara normal, ketika berfonasi, kedua
pita suara beradduksi, tetapi karena terjadi paralisis salah satu atau
kedua pita suara, maka vibrasi yang dihasilkan oleh pita suara tidak
maksimal.
o Alergi
 Secara klinis, meskipun tidak ada perubahan yang jelas dalam laring
karena alergi, ada beberapa perubahan di tenggorokan dan hidung,
yang mempengaruhi suara.
 Alergi menyebabkan pembengkakan jaringan hidung, yang dapat
mengubah suara. Selain itu, alergi dapat meningkatkan drainase hidung
dan menyebabkan kliring tenggorokan sering, yang dapat mengiritasi
pita suara. Oleh karena itu penting untuk memasukkan alergi sebagai
pertimbangan dalam mengevaluasi pasien dengan suara serak.
o Kelainan Kongenital
 Laringomalasia
 Merupakan penyebab tersering suara parau saat bernafas pada
bayi baru lahir.
 Laringeal webs
 Merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian
menutup jalanudara. 75 % selaput ini terletak diantara pita
suara, tetapi selaput ini jugadapat terletak diatas atau dibawah
pita suara.
 Cri du chat syndrome dan Down sindrome
 Merupakan suatu kelainan genetik pada bayi saat lahir yang
bermanifestasi klinis berupa suara parau atau stridor saat
bernafas
o Papilloma laring
 Gejala awal penyakit ini adalah suara serak dan karena sering terjadi
pada anak, biasanya disertai dengan tangis yang lemah. Papiloma dapat
membesar kadang-kadang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas
yang memngakibatkan sesak dan stridor sehingga memerlukan
trakeostomi
 Untuk papiloma laring dapat di baca disini
o Trauma
 Endotracheal intubasi pada pembedahan atau resusitasi bisa
menyebabkan suara parau.
 Fraktur pada laring dimana Trauma langsung pada laring dapat
menyebakan fraktur kartilago laringyang menyebabkan lokal
hematoma atau mengenai saraf.
 Benda asing yaitu Benda asing yang termakan oleh anak-anak bisa
masuk ke laring dan menyebabkan suara parau dan kesulitan bernafas
o Hemangioma
 merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah
jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor.
o Limphagioma ( higroma kistik)
 merupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan
leher dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor
atau suara serak.
o Keratosis laring
 Gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah suara serak
yang persisten. Sesak nafas dan stridor tidak selalu ditemukan. Selain
itu ada rasa yang mengganjal di tenggorokan, tanpa rasa sakit dan
disfagia.
 Pada keratosis laring, terjadi penebalan epitel, penambahan lapisan sel
dengangambaran pertandukan pada mukosa laring. Tempat yang sering
mengalami pertandukan adalah pita suara dan fossa interaritenoid.
o Keganasan atau kanker laring (pita suara)
 Gejala utama karsinoma laring adalah suara serak yang merupakan
gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena ganguan
fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar
kecilnya celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara,
kecepatan getaran, dan ketegangan pita suara.
 Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik
disebabkan ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah
glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen
krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Serak
menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, menganggu, sumbang, dan
nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa afoni karena nyeri,
sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.
 Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak
tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan
gejala dini dan menetap. Pada tumor subglotik dan supraglotik, serak
dapat merupakan gejala akhir atau tidak muncul sama sekali
o Beberapa penakit sistemik juga dapat menyebabkan suara serak antara
lain Hipotirodisme, Multiple, sklerosis, Rematoid artritis, Penyakit Parkinson,
Lupus sistemik, Wagener's granulomatosis, Miasenia Gravis, Sarkoidosis,
Amiloidosis.

GEJALA KLINIK

 Suara serak biasanya memberikan kualitas suara yang parau dan kasar, meskipun juga
dapat menyebabkan perubahan dalam pitch atau volume suara. Para kecepatan onset
dan gejala terkait,akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya yang
menyebabkan suara serak
 Keluhan yang menyertai suara parau bervariasi pada setiap orang tergantung
intensitas dan etiologi yang mendasari suara parau tersebut, dapat dirasakan
sementara atau intermiten maupun terus-menerus atau kontinu.
 Gejala klinis yang umum, antara lain :
o Rasa gatal di tenggorokan
o Perasaan adanya benda asing di tenggorokan
o Suara tercekat di tenggorokan
o Ketidakmampuan menghasilkan suara yang jernih
o Perubahan suara baik disertai nyeri tenggorokan atau tidak
o Nyeri dan sulit menelan
o Batuk
 Gejala klinis spesifik timbul berkaitan dengan etiologi yang mendasari :
o Laringitis akut
 Selain suara serak, penderita juga bisanya di sertai gejala lain seperti
demam, dedar (malaise), nyeri menelan atau berbicara, batuk,
disamping gangguan suara. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan
laring dengan gejala stridor serta cekungan di suprasternal, epigastrium
dan sela iga.
o Laringitis kronis
 Gejala klinis yang nampak pada laringitis kronis selain Suara parau
yang menetap, juga rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering
mendehem tanpa sekret, kadang juga terdapat sakit tenggorokan.
o Kanker laring
 Gejala yang timbul selain suara serak yang biasanya menetap
adalah nyeri tenggorokan. nyeri leher, batuk darah. bunyi pernafasan
yang abnormal, bengkak/benjolan ditenggorokan, nyeri ketika bicara
atau menelan, rasa terbakar di tenggorokan saat menelan cairan panas,
dyspnea, lemah, berat badan menurun, pembesaran kelenjar limfe dan
nafas yang bau
o Nodul pita suara
 Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam
waktu yang lama, seperti pada seorang guru, penyanyi dan
sebagainya.
 Gejalanya terdapat suara parau yang kadang-kadang disertai batuk.
 Pada awalnya pasien mengeluhkan suara pecah pada nada tinggi dan
gagal dalam mempertahankan nada. Selanjutnya pasien menderita
serak yang digambarkan sebagai suara parau, yang timbul pada nada
tinggi, terkadang disertai dengan batuk. Nada rendah terkena
belakangan karena nodul tidak berada pada posisi yang sesuai ketika
nada dihasilkan. Kelelahan suara biasanya cepat terjadi sebelum suara
serak menjadi jelas dan menetap.
 Jika nodul cukup besar, gangguan bernafas adalah gambaran yang
paling umum
o Polip pita suara
 Pada polip pita suara biasanya disebabkan oleh penggunaan suara yang
terlampau lama, reaksi menahun pada laring, menghirup iritan
 Gejala klinis yang nampak pada polip pita suara selain suara serak
yang menetap, juga mungkin menunjukkan gejala seperti
ketidaknyamanan pada saat ucapan dan ketidaknyamanan
ditenggorokan.
o Kista pada laring
 Kista pita suara umumnya terrmasuk kista resistensi kelenjar liur minor
laring, terbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut, faktor iritasi
kronik, refluks gastroesofageal dan infeksi diduga berperan sebagai
faktor predisposisi. Kista terletak di dalam lamina propria superfisialis,
menempel pada membran basal epitel atau ligamentum vokalis.
Ukurannya biasanya tidak besar sehingga jarang menyebabkan
sumbatan jalan nafas atas.
 Gejala utamanya adalah parau, kadang kala disertai rasa sakit di leher
akibat penekanan pada tenggorokan dan Kesulitan menelan.
o Papiloma laring
 Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara.
 Suara serak merupakan gejala dini dan keluhan yang paling sering
dikemukakan apabila tumor tersebut terletak di pita suara. Papilloma
laring dapat membesar, Kadang-kadang dapat mengakibatkan
sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan stridor dan sesak.
Timbulnya sesak merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi sumbatan
jalan nafas bagian atas
o Paralisis pita suara
 Paralisis otot laring dapat disebabkan gangguan persarafan, baik
sentral maupun perifer, dan biasanya paralisis motorik bersama dengan
paralisis sensorik. Kejadiannya dapat unilateral maupun bilateral.
 Selain suara parau, dapat juga di jumpai gejala klinis yang lainnya,
seperti gangguan respirasi dan stridor, anestesi yang menyebabkan
inhalasi makanan dan sekresi faring yang merangsang batuk dan
tersedak, suara menjadi lemah.
 Kelumpuhan pita suara bisa mempengaruhi proses berbicara, bernafas
dan menelan. Kelumpuhan menyebabkan makanan dan cairan terhidup
ke dalam trakea dan paru-paru.
 Jika hanya 1 pita suara yang lumpuh (kelumpuhan 1 sisi), maka suara
menjadi serak. Biasanya saluran udara tidak tersumbat karena pita
suara yang normal bisa membuka sebagaimana mestinya. Jika kedua
pita suara mengalami kelumpuhan (kelumpuhan 2 sisi), maka kekuatan
suara akan berkurang. Penderita juga mengalami gangguan pernafasan
karena terjadi penyumbatan saluran udara ke trakea.
o Laringomalasia
 Keadaan ini merupakan akibat dari flaksiditas dan inkoordinasi
kartilago supraglotik dan mukosa aritenoid, plika ariepiglotik dan
epiglotis. Biasanya, pasien dengan keadaan ini menunjukkan gejala
pada saat baru dilahirkan, dan setelah beberapa minggu pertama
kehidupan secara bertahap berkembang stridor inspiratoar dengan nada
tinggi dan kadang kesulitan dalam pemberian makanan.
 Ini merupakan kelainan kongenital ang di dapat sejak lahir. Gejala
klinis yang di jumpai selain suara serak juga terdapat bising inspirasi
(stridor inspiratoir) dimana stridor saat inspirasi ini terdengar seperti
suara hidung tersumbat, tidak dijumpai sekret hidung, Stridor cukup
kuat sehingga jika meletakkan tangan di dada penderita maka dapat
merasakan getaran dan stridor berkurang saat penderita tidur telungkup
(prone)
o Cri du chatting sindrom
 Cri du chatting sindrom adalah sekelompok gejala yang disebabkan
kehilangan sepotong kromosom nomor 5. Nama sindrom ini
didasarkan pada tangisan bayi, yang bernada tinggi dan suara seperti
kucing.
 Ini merupakan kelainan pada kromosom yang di dapat sejak lahir.
Selain ganguan suara seperti suara kucing dan serak, juga di jumpai
keluhan lain seperti berat lahir rendah dan pertumbuhan yang lambat,
selama masa pertumbuhan pun, tubuh penderita kecil dengan tinggi
badan di bawah rata-rata, penderita memiliki otak yang kecil
(mikrochepal) sehingga bentuk kepala juga kecil saat lahir,
keterbelakangan mental (cacat intelektual), masalah perilaku seperti
hiperaktif, agresi, amukan, dan gerakan berulang-ulang, pertumbuhan
badan dan kepala lambat.
 Ciri fisik lain meliputi bentuk wajah bulat dengan pipi besar, jari-jari
yang pendek, dan bentuk kuping yang rendah letaknya

PENATALAKSANAAN

 Pengobatan suara serak sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi
etiologinya.
 Karena akibat yang timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu beberapa langkah
pencegahan maupun terapi. Bila belum timbul keluhan, pencegahan merupakan hal
yang terpenting. Beberapa peneliti menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat
setelah berbicara. Laki-laki yang minum air akan dapat membaca dengan kualitas
suara yang baik dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi
minum air. Hal yang sama didapatkan pada penyanyi karaoke amatir. Istirahat
bersuara merupakan salah satu tehnik untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk
suara.
 Faktor-faktor lain yang menjadi faktor risiko terjadinya kelelahan bersuara juga harus
diperhatikan. Penggunaan alkohol, merokok, dan obat-obatan tertentu sebaiknya
dihindari karena dapat mempengaruhi kondisi permukaan plikavokalis. Salah satu
penyebab iritasi laring adalah refkuks dari esofagus. Hal ini dapat mempercepat
kelelahan bersuara karena akan mengakibatkan hilangnya lapisan mukus permukaan
pita suara serta terkelupasnya epitel. Beberapa hal yang dianjurkan untuk mencegah
refluks antara lain, pertama menghindari konsumsi kafein dan coklat karena akan
mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus. Kedua, hindari makan dan minum pada
jam tidur dan sebaiknya tunggu 2-3 jam setelah makan baru kemudian tidur atau
posisi ditinggikan. Bila sudah ada gejala refluks mungkin diperlukan obat-obatan
untuk menetralisir asam lambung atau mengurangi produksinya.
 Ada beberapa pendekatan penatalaksanaan.
o Pertama, terapi suara dengan komponen utama berupa edukasi dasar anatomi
dan fisiologi produksi suara. Pasien harus mengerti hubungan antara gangguan
suara dan penyebabnya sehingga lebih menyadari apa yang boleh dilakukan
dan apa yang dihindari.
o Kedua, konservasi suara yang prinsipnya lebih praktis dan realistis
dibandingkan terpai suara. Caranya adalah dengan mengurangi penggunaan
suara atau istirahat bersuara (vocal rest) pada pasien dengan laringitis akut,
disamping pemberian obat-obatan, yang bertujuan mengurangi oedem
jaringan. Perlu juga mengurangi sumber penyalahgunaan suara dan
menggunakan alat pengeras suara.
o Terapi tingkah laku suara ditujukan untuk meningkatkan aspek teknik
penggunaan suara termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nada
dan istirahat yang benar, meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik
lainnya.
o Terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk mengurangi oedem
jaringandengan pemberian obat-obat anti inflamasi steroid atau nonsteroid.
Indikasi penggunaan antibiotik atau dekongestan antihistamin pada pasien
dengan suara parau jarang walaupun pada pasien juga terdapat rhinosinusitis
atau bakterial laringotrakeitis, yang mungkin menyebabkan terjadi komplikasi
pada pasien dengan suara parau.
o Indikasi tindakan bedah dilakukan tergantung penyebab dari suara parau.
Misalnya adanya suatu nodul atau polip yang terdapat pada pita suara maka
tindakan bedah mungkin diperlukan selain juga harus menghilangkan faktor
pencetus terbentuknya nodul atau polip akibat penyalahgunaan suara. Pada
beberapa kondisi tertentu suara parau memerlukan terapi yang spesifik.

Penatalaksanaan secara umum dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Terapi konservatif dimana Setiap tindakan dilakukan untuk mengidentifikasi


dan menghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol.
Minum banyak air putih dapat mencegah tenggorokan dari
kekeringan.Istirahat berbicara selama dua sampai tiga hari.
2. Terapi Wicara aitu Speech therapist memegang peranan penting dalam
memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal oleh
karena vocal nodule dan kesalahan penggunaan suara.
3. Terapi medikamentosa dengan obat dimana infeksi saluran pernafasan atas
seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Tirah baring, pemberian parasetamol
atau larutan aspirin gargle dapat diberikan. Pemberian antibiotik dianjurkan
jika terdapat infeksi bakteri. Nasal spray diberikan pada pasien dengan
inflamasi kronik sinus. Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat
diberikan medikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung.
4. Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis (contoh:biopsi) dan terapi (contoh:
mengambil massa tumor dan laser surgery). Operasi dapat dilakukan dengan
fibre optic endoscope dengan anestesi umum. Pembedahan pada penyebab
suara parau non-cancer hanya diindikasikan jika penatalaksanaan dengan cara
lain gagal.

PENCEGAHAN

 Mengistirahatkan suara dengan cara berbisik atau tidak berbicara


 Mengonsumsi banyak cairan dan istirahat
 Mengevaluasi apakah memiliki infeksi jamur atau tidak, khususnya pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau menggunakan inhaler kortikosteroid untuk
asma
 Mengatasi jumlah asam berlebih di perut jika akibat acid reflux
 Belajar teknik bernapas, berbicara dan bernyanyi yang tepat
 Menghindari rokok, asap rokok dan alkohol
 Mengurangi kontak atau paparan iritasi seperti debu atau uap dari zat kimia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH. Clinical Practice Guidelines : Hoarseness(dysphonia). In :
Otolaryngology ± Head And Neck Surgery. Vol 141. 2009.
2. Sulica L. Hoarseness. In : Archives Of Otolaryngology Head and Neck Surgery Vol. 137 No. 6, June
2011.
3. Rubin JS, Scheren SC. Basics Of Voice Production. Otolaryngology Basic Sciences AndClinical
Review. Thieme. New York 2005. p:525-526
4. Sulica L. Voice : Anatomy, Physiology And Clinical Evaluation. Head And Neck Surgery -
Otolaryngology, 4th ed. Lippincott Wiliam Wilkins. 2006. Chap. V.
5. Lalwani AK. Voice Production in : Larynx And Hypopharynx. Current Diagnosis AndTreatment
Otolaryngology Head And Neck Surgery. New York. Chap. VIII .
6. Hermani B, Kartosoediro S, Hutauruk SM. Disfonia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.
Jakarta, 2007. p : 231-236
7. Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al, eds. Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 5th ed. St
Louis, Mo; Mosby; 2010.
8. Feierabend RH, Malik SN. Hoarseness in adults. Am Fam Physician. 2009;80(4)363-370

Posted by servasius epi at 11:56 PM


Labels: kesehatan, respirasi, tht

Links to this post

Anda mungkin juga menyukai