Anda di halaman 1dari 9

PATOFISIOLOGI SUARA SERAK

Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis



Plika vokalis bergetar

Otot-otot laring memposisikan plika vokalis (adduksi berbagai variasi)Dan menegangkan
plika vokalis

Kerja otot-otot pernapasan

Tekanan udara subglotis meningkat mencapai puncak sehingga celah glotisterbuka*Jika
terjadi peradangan terjadi edema pada saluran nafas bagian bawah sehinggamemerlukan
tekanan yang lebih besar untuk membuka glotis

Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan subglotis berkurang dan plika vokaliskembali ke
posisi mendekat (adduksi)*Plika vokalis pada keadaan peradangan juga mengalami edema,
sehingga padasaat adduksi tidak dapat sempurna, masih terdapat celah

*Sehingga vibrasi plika vokalis yang dihasilkan tidak maksimal

Terbentuk suara yang lebih lemah dan parau (serak)
SUARA SERAK
PENDAHULUAN

Hoarseness atau suara serak menggambarkan kelainan memproduksi suara ketika mencoba
berbicara, atau ada perubahan nada atau kualitas suara.Suaranya terdengar lemah, terengah-
engah, kasar dan serak.
Hoarseness biasanya disebabkan oleh adanya masalah pada bagian pita suara.
Produksi suara sendiri merupakan suatu hasil dari koordinasi diantara sistem pernapasan, fonasi
(suara) dan artikulasi, dimana masing-masing dipengaruhi oleh teknik bersuara dan status emosianal
setiap individu.
Dalam dunia medis, dikenal istilah Disfonia yaitu merupakan istilah umum untuk setiap gangguan
suara untuk yang disebabkan kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat
organik maupun fungsional. Disfonia bukan penyakit melainkan merupakan gejala penyakit atau
kelainan pada laring.

Gangguan suara atau disfonia ini dapat berupa suara parau atau serak yaitu suara terdengar kasar
(roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah (hipofonia), hilang suara (afonia),
suara tegang dan susah keluar (spastik), suara terdiri dari beberapa nada (diplofonia), nyeri saat
bersuara (odinofonia) atau ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu.

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan serta
gangguan dalam pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan disfonia.

DEFENISI SUARA SERAK


 Suatu keadaan dimana terdapat kesulitan dalam memproduksi suara ketika mencoba
berbicara, atau perubahan suara pada nada dan kualitasnya. Suara tersebut mungkin terdengar
lemah, berat, kasar atau parau. atau terjadi perubahan volume atau pitch (tinggi rendah suara)
 Suara serak bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit
 Istilah hoarseness atau suara serak sendiri dapat merefleksikan kelainan (abnormalitas) yang
letaknya bisa di berbagai tempat di sepanjang saluran vokalis, mulai dari rongga mulut hingga paru.
Meski idealnya istilah hoarseness lebih baik ditujukan untuk disfungsi laring akibat vibrasi pita suara
yang abnormal

FAKTOR RESIKO
 Bernafas pada lingkungan yang tidak bersih
 Pubertas berkaitan dengan pelebaran laring
 Merokok, ( juga merupakan faktor resiko utama terjadinya karsinomaLaring ).
 Menghisap ganja
 Penyalahgunaan obat-obatan
 Refluks gastroesofagus
 Pekerjaan yang menggunakan suara sebagai modal utama misal : guru,aktor, penyanyi
 Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama
 Minum alkohol, kopi berlebihan
 Berteriak pada acara olahraga atau tempat ramai seperti bandara dan bar
 Berbicara saat makan
 Kebiasaan sering batuk untuk membersihkan tenggorokan
 Kebiasaan berbisik
 Stres, gelisah, depresi dapat menyebabkan tremor pita suara
ETIOPATOGENESIS SUARA SERAK
 Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan gangguan pada pita suara yang
merupakan bagian pembentuk suara yang terdapat di larynx. Setiap keadaan yang menimbulkan
gangguan getaran, ketegangan dan pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan
suara parau.
 Walaupun hanya merupakan gejala, tetapi prosesnya berlangsung lama (kronik) dan dapat
merupakan tanda awal penyakit serius di daerah tenggorok, khususnya laring.
 Penyebabnya dapat berupa radang, tumor (neoplasma), paralisis otot-otot laring, kelainan
laring seperti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi kriko aritenoid, dll.
 Ada satu keadaan disebut disfonia ventrikular, yaitu keadaan plika ventrikular yang
mengambil alih fungsi fonasi dari pita suara, misalnya sebagai akibat pemakaian suara yang terus
menerus pada pasien dengan laringitis akut. Inilah pentingnya istirahat berbicara (vokal rest) pada
pasien, laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan.
 Berikut ini beberapa penyebab suara serak :
 Peradangan laring (laringitis) baik akut maupun kronis.
 Pada Laringitis akut
 Radang akut laring pada umumnya merupakan kelajutan dari infeksi
saluran nafas seperti influenza atau common cold. Penyebab radang ini ialah bakteri, yang
menyebabkan radang lokal atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik.
 Pada larinigtis akut terdapat gejala radang umum, seperti
demam,dedar (malaise), serta gejala lokal, seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali
(afoni), nyeri ketika menalan atau berbicara serta gejala sumbatan laring. Selain itu terdapat batuk
kering dan lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
 Ketidaksempurnaan produksi suara pada pasien dengan laringitis
akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan aduksi yang besar atau tekanan untuk
mengimbangi penutupan yang tidak sempurna dari glottis selama episode laringitis akut. Tekanan ini
selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika) vocal dan mengurangi produsi suara. Pada akhirnya
menunda kembalinya fonasi normal.
 Pada laringitis kronis
 Beberapa hal bisa mendasari kondisi ini yang biasanya akibat
paparan dari iritan (zat yang bisa mengiritasi) seperti tekanan yang terus menerus pada pita suara,
sinusitis kronis, infeksi ragi (akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah) serta terpapar asap atau gas
yang mengandung zat kimia.
 Dalam keadaan laryngitis, pita suara mengalami peradangan
sehingga tekanan yang diperlukan untuk memproduksi suara meningkat. Hal ini menyebabkan
kesulitan dalam memproduksi tekanan yang adekuat. Udara yang melewati pita suara yang
mengalami peradangan ini justru menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi parau. Bahkan pada
beberapa kasus suara dapat menjadi lemah atau bahkan tak terdengar.
 Semakin tebal dan semakin kecil ukuran pita suara, getaran yang
dihasilkan semakin cepat. Semakin cepat getaran suara yang dihasilkan semakin tinggi.
Pembengkakan pada pita suara dapat mengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara sehingga
dapat terjadi perubahan pada suara.
 Nodul pita suara dan polip pita suara
 Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu
yang lama, seperti pada seorang guru, penyanyi dan sebagainya. Gejalanya terdapat suara parau
yang kadang-kadang disertai batuk.
 Pada mereka yang memang menggunakan suara secara berlebihan, seperti,
penyanyi profesional, guru, dosen, atau mereka yang sering berbicara dan menggunakan suara
berlebihan dapat terjadi pembengkakan pita suara yang disebut sebagai nodul pita suara atau polip
pita suara.
 Kista pita Suara
 Kista pita suara umumnya terrmasuk kista resistensi kelenjar liur minor laring,
terbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut, faktor iritasi kronik, refluks gastroesofageal dan
infeksi diduga berperan sebagai faktor predisposisi.
 Kista terletak di dalam lamina propria superfisialis, menempel pada membran
basal epitel atau ligamentum vokalis. Ukurannya biasanya tidak besar sehingga jarang menyebabkan
sumbatan jalan nafas atas. Gejala utamanya adalah parau.
 Merokok dan mengkonsumsi alkohol
 Merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi laring, dapat
menyebabkan peradangan dan penebalan pita suara
 Gastroesophageal reflux disease (GERD)
 GERD adalah suatu kelainan dimana asamlambung naik kembali melalui
esophagus dan tenggorokan, sehingga dapat menyebabkan iritasi pada laring.
 Biasanya, suara mulai memburuk di pagi hari dan meningkat sepanjang hari.
Penderita juga mengalami gejala lain seperti tenggorokan terasa nyeri dan kering, rasa panas di pipi,
sensasi yang menyumbat, dan batuk kronis.
 Menggunakan suara secara berlebihan
 Kondisi ini paling sering terjadi pada orang yang pekerjaannya selalu
berbicara dan penyanyi. Menyalahgunakan suara secara berlebihan bisa menimbulkan gangguan
pada pita suara seperti menyebabkan kista atau perdarahan. Biasanya terjadi jika sering berbicara
dengan keras, teriak atau terlalu banyak berbicara
 Kelumpuhan pita suara atau paralisis pita suara
 Kelumpuhan pita suara adalah terganggunya pergerakan pita suara karena
disfungsi saraf otot-otot laring hal ini merupakan gejala suatu penyakit dan bukan merupakan suatu
diagnosis. Paralisis pita suara terjadi ketika salah satu atau kedua pita suara tidak dapat membuka
ataupun menutup dengan semestinya
 Penyebabnya bisa karena Trauma bedah iatrogenik pada vagus atau n.
laringeus rekuren, Invasi malignan pada vagus atau n.laringeus rekuren dapat terjadi akibat tumor,
Kerusakan pada saraf yang mempersarafi daerah laring, idiopatik dan karena kondisi neurologik
tertentu seperti stroke, tumor otak, maupun multiple sclerosis
 Gejala kelumpuhan pita suara yang didapat adalah suara parau, stridor atau
bahkan kesulitan menelan tergantung pada penyebabnya.
 Proses terjadinya yaitu Pada daerah laring, secara anatomis terdapat nervus
vagus dan cabangnya yaitu nervus laringeus rekurens yang mempersarafi pita suara. Jika terjadi
penekanan maupun kerusakan terhadap nervus ini maka akan terjadi paralisis pita suara, di mana
pita suara tidak dapat beradduksi. Secara normal, ketika berfonasi, kedua pita suara beradduksi,
tetapi karena terjadi paralisis salah satu atau kedua pita suara, maka vibrasi yang dihasilkan oleh pita
suara tidak maksimal.
 Alergi
 Secara klinis, meskipun tidak ada perubahan yang jelas dalam laring karena
alergi, ada beberapa perubahan di tenggorokan dan hidung, yang mempengaruhi suara.
 Alergi menyebabkan pembengkakan jaringan hidung, yang dapat mengubah
suara. Selain itu, alergi dapat meningkatkan drainase hidung dan menyebabkan kliring tenggorokan
sering, yang dapat mengiritasi pita suara. Oleh karena itu penting untuk memasukkan alergi sebagai
pertimbangan dalam mengevaluasi pasien dengan suara serak.
 Kelainan Kongenital
 Laringomalasia
 Merupakan penyebab tersering suara parau saat bernafas pada bayi
baru lahir.
 Laringeal webs
 Merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian
menutup jalanudara. 75 % selaput ini terletak diantara pita suara, tetapi selaput ini jugadapat terletak
diatas atau dibawah pita suara.
 Cri du chat syndrome dan Down sindrome
 Merupakan suatu kelainan genetik pada bayi saat lahir yang
bermanifestasi klinis berupa suara parau atau stridor saat bernafas
 Papilloma laring
 Gejala awal penyakit ini adalah suara serak dan karena sering terjadi pada
anak, biasanya disertai dengan tangis yang lemah. Papiloma dapat membesar kadang-kadang dapat
menyebabkan sumbatan jalan nafas yang memngakibatkan sesak dan stridor sehingga memerlukan
trakeostomi
 Untuk papiloma laring dapat di baca disini
 Trauma
 Endotracheal intubasi pada pembedahan atau resusitasi bisa menyebabkan
suara parau.
 Fraktur pada laring dimana Trauma langsung pada laring dapat menyebakan
fraktur kartilago laringyang menyebabkan lokal hematoma atau mengenai saraf.
 Benda asing yaitu Benda asing yang termakan oleh anak-anak bisa masuk
ke laring dan menyebabkan suara parau dan kesulitan bernafas
 Hemangioma
 merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah jalan
nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor.
 Limphagioma ( higroma kistik)
 merupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan leher
dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor atau suara serak.
 Keratosis laring
 Gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah suara serak yang
persisten. Sesak nafas dan stridor tidak selalu ditemukan. Selain itu ada rasa yang mengganjal di
tenggorokan, tanpa rasa sakit dan disfagia.
 Pada keratosis laring, terjadi penebalan epitel, penambahan lapisan sel
dengangambaran pertandukan pada mukosa laring. Tempat yang sering mengalami pertandukan
adalah pita suara dan fossa interaritenoid.
 Keganasan atau kanker laring (pita suara)
 Gejala utama karsinoma laring adalah suara serak yang merupakan gejala
paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara,
kecepatan getaran, dan ketegangan pita suara.
 Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan
ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi
dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas suara
menjadi kasar, menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa afoni
karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.
 Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak
tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan gejala dini dan menetap. Pada
tumor subglotik dan supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak muncul sama sekali
 Beberapa penakit sistemik juga dapat menyebabkan suara serak antara
lain Hipotirodisme, Multiple, sklerosis, Rematoid artritis, Penyakit Parkinson, Lupus sistemik,
Wagener's granulomatosis, Miasenia Gravis, Sarkoidosis, Amiloidosis.

GEJALA KLINIK
 Suara serak biasanya memberikan kualitas suara yang parau dan kasar, meskipun juga
dapat menyebabkan perubahan dalam pitch atau volume suara. Para kecepatan onset dan gejala
terkait,akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya yang menyebabkan suara serak
 Keluhan yang menyertai suara parau bervariasi pada setiap orang tergantung intensitas dan
etiologi yang mendasari suara parau tersebut, dapat dirasakan sementara atau intermiten maupun
terus-menerus atau kontinu.
 Gejala klinis yang umum, antara lain :
 Rasa gatal di tenggorokan
 Perasaan adanya benda asing di tenggorokan
 Suara tercekat di tenggorokan
 Ketidakmampuan menghasilkan suara yang jernih
 Perubahan suara baik disertai nyeri tenggorokan atau tidak
 Nyeri dan sulit menelan
 Batuk
 Gejala klinis spesifik timbul berkaitan dengan etiologi yang mendasari :
 Laringitis akut
 Selain suara serak, penderita juga bisanya di sertai gejala lain seperti
demam, dedar (malaise), nyeri menelan atau berbicara, batuk, disamping gangguan suara. Kadang-
kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di suprasternal,
epigastrium dan sela iga.
 Laringitis kronis
 Gejala klinis yang nampak pada laringitis kronis selain Suara parau yang
menetap, juga rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa sekret, kadang juga
terdapat sakit tenggorokan.
 Kanker laring
 Gejala yang timbul selain suara serak yang biasanya menetap adalah nyeri
tenggorokan. nyeri leher, batuk darah. bunyi pernafasan yang abnormal, bengkak/benjolan
ditenggorokan, nyeri ketika bicara atau menelan, rasa terbakar di tenggorokan saat menelan cairan
panas, dyspnea, lemah, berat badan menurun, pembesaran kelenjar limfe dan nafas yang bau
 Nodul pita suara
 Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu
yang lama, seperti pada seorang guru, penyanyi dan sebagainya.
 Gejalanya terdapat suara parau yang kadang-kadang disertai batuk.
 Pada awalnya pasien mengeluhkan suara pecah pada nada tinggi dan gagal
dalam mempertahankan nada. Selanjutnya pasien menderita serak yang digambarkan sebagai suara
parau, yang timbul pada nada tinggi, terkadang disertai dengan batuk. Nada rendah terkena
belakangan karena nodul tidak berada pada posisi yang sesuai ketika nada dihasilkan. Kelelahan
suara biasanya cepat terjadi sebelum suara serak menjadi jelas dan menetap.
 Jika nodul cukup besar, gangguan bernafas adalah gambaran yang paling
umum
 Polip pita suara
 Pada polip pita suara biasanya disebabkan oleh penggunaan suara yang
terlampau lama, reaksi menahun pada laring, menghirup iritan
 Gejala klinis yang nampak pada polip pita suara selain suara serak yang
menetap, juga mungkin menunjukkan gejala seperti ketidaknyamanan pada saat ucapan dan
ketidaknyamanan ditenggorokan.
 Kista pada laring
 Kista pita suara umumnya terrmasuk kista resistensi kelenjar liur minor laring,
terbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut, faktor iritasi kronik, refluks gastroesofageal dan
infeksi diduga berperan sebagai faktor predisposisi. Kista terletak di dalam lamina propria
superfisialis, menempel pada membran basal epitel atau ligamentum vokalis. Ukurannya biasanya
tidak besar sehingga jarang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas.
 Gejala utamanya adalah parau, kadang kala disertai rasa sakit di leher akibat
penekanan pada tenggorokan dan Kesulitan menelan.
 Papiloma laring
 Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor. Gejala
yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara.
 Suara serak merupakan gejala dini dan keluhan yang paling sering
dikemukakan apabila tumor tersebut terletak di pita suara. Papilloma laring dapat membesar,
Kadang-kadang dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan stridor dan sesak.
Timbulnya sesak merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi sumbatan jalan nafas bagian atas
 Paralisis pita suara
 Paralisis otot laring dapat disebabkan gangguan persarafan, baik sentral
maupun perifer, dan biasanya paralisis motorik bersama dengan paralisis sensorik. Kejadiannya
dapat unilateral maupun bilateral.
 Selain suara parau, dapat juga di jumpai gejala klinis yang lainnya, seperti
gangguan respirasi dan stridor, anestesi yang menyebabkan inhalasi makanan dan sekresi faring
yang merangsang batuk dan tersedak, suara menjadi lemah.
 Kelumpuhan pita suara bisa mempengaruhi proses berbicara, bernafas dan
menelan. Kelumpuhan menyebabkan makanan dan cairan terhidup ke dalam trakea dan paru-paru.
 Jika hanya 1 pita suara yang lumpuh (kelumpuhan 1 sisi), maka suara
menjadi serak. Biasanya saluran udara tidak tersumbat karena pita suara yang normal bisa membuka
sebagaimana mestinya. Jika kedua pita suara mengalami kelumpuhan (kelumpuhan 2 sisi), maka
kekuatan suara akan berkurang. Penderita juga mengalami gangguan pernafasan karena terjadi
penyumbatan saluran udara ke trakea.
 Laringomalasia
 Keadaan ini merupakan akibat dari flaksiditas dan inkoordinasi kartilago
supraglotik dan mukosa aritenoid, plika ariepiglotik dan epiglotis. Biasanya, pasien dengan keadaan
ini menunjukkan gejala pada saat baru dilahirkan, dan setelah beberapa minggu pertama kehidupan
secara bertahap berkembang stridor inspiratoar dengan nada tinggi dan kadang kesulitan dalam
pemberian makanan.
 Ini merupakan kelainan kongenital ang di dapat sejak lahir. Gejala klinis yang
di jumpai selain suara serak juga terdapat bising inspirasi (stridor inspiratoir) dimana stridor saat
inspirasi ini terdengar seperti suara hidung tersumbat, tidak dijumpai sekret hidung, Stridor cukup
kuat sehingga jika meletakkan tangan di dada penderita maka dapat merasakan getaran dan stridor
berkurang saat penderita tidur telungkup (prone)
 Cri du chatting sindrom
 Cri du chatting sindrom adalah sekelompok gejala yang disebabkan
kehilangan sepotong kromosom nomor 5. Nama sindrom ini didasarkan pada tangisan bayi, yang
bernada tinggi dan suara seperti kucing.
 Ini merupakan kelainan pada kromosom yang di dapat sejak lahir. Selain
ganguan suara seperti suara kucing dan serak, juga di jumpai keluhan lain seperti berat lahir rendah
dan pertumbuhan yang lambat, selama masa pertumbuhan pun, tubuh penderita kecil dengan tinggi
badan di bawah rata-rata, penderita memiliki otak yang kecil (mikrochepal) sehingga bentuk kepala
juga kecil saat lahir, keterbelakangan mental (cacat intelektual), masalah perilaku seperti hiperaktif,
agresi, amukan, dan gerakan berulang-ulang, pertumbuhan badan dan kepala lambat.
 Ciri fisik lain meliputi bentuk wajah bulat dengan pipi besar, jari-jari yang
pendek, dan bentuk kuping yang rendah letaknya

PENATALAKSANAAN

 Pengobatan suara serak sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi etiologinya.
 Karena akibat yang timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu beberapa langkah
pencegahan maupun terapi. Bila belum timbul keluhan, pencegahan merupakan hal yang
terpenting. Beberapa peneliti menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat setelah berbicara.
Laki-laki yang minum air akan dapat membaca dengan kualitas suara yang baik dalam waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi minum air. Hal yang sama didapatkan pada
penyanyi karaoke amatir. Istirahat bersuara merupakan salah satu tehnik untuk mengistirahatkan
organ-organ pembentuk suara.
 Faktor-faktor lain yang menjadi faktor risiko terjadinya kelelahan bersuara juga harus
diperhatikan. Penggunaan alkohol, merokok, dan obat-obatan tertentu sebaiknya dihindari karena
dapat mempengaruhi kondisi permukaan plikavokalis. Salah satu penyebab iritasi laring adalah
refkuks dari esofagus. Hal ini dapat mempercepat kelelahan bersuara karena akan mengakibatkan
hilangnya lapisan mukus permukaan pita suara serta terkelupasnya epitel. Beberapa hal yang
dianjurkan untuk mencegah refluks antara lain, pertama menghindari konsumsi kafein dan coklat
karena akan mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus. Kedua, hindari makan dan minum pada jam
tidur dan sebaiknya tunggu 2-3 jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. Bila
sudah ada gejala refluks mungkin diperlukan obat-obatan untuk menetralisir asam lambung atau
mengurangi produksinya.
 Ada beberapa pendekatan penatalaksanaan.
 Pertama, terapi suara dengan komponen utama berupa edukasi dasar anatomi dan
fisiologi produksi suara. Pasien harus mengerti hubungan antara gangguan suara dan penyebabnya
sehingga lebih menyadari apa yang boleh dilakukan dan apa yang dihindari.
 Kedua, konservasi suara yang prinsipnya lebih praktis dan realistis dibandingkan
terpai suara. Caranya adalah dengan mengurangi penggunaan suara atau istirahat bersuara (vocal
rest) pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan, yang bertujuan
mengurangi oedem jaringan. Perlu juga mengurangi sumber penyalahgunaan suara dan
menggunakan alat pengeras suara.
 Terapi tingkah laku suara ditujukan untuk meningkatkan aspek teknik penggunaan
suara termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nada dan istirahat yang benar,
meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik lainnya.
 Terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk mengurangi oedem jaringandengan
pemberian obat-obat anti inflamasi steroid atau nonsteroid. Indikasi penggunaan antibiotik atau
dekongestan antihistamin pada pasien dengan suara parau jarang walaupun pada pasien juga
terdapat rhinosinusitis atau bakterial laringotrakeitis, yang mungkin menyebabkan terjadi komplikasi
pada pasien dengan suara parau.
 Indikasi tindakan bedah dilakukan tergantung penyebab dari suara parau. Misalnya
adanya suatu nodul atau polip yang terdapat pada pita suara maka tindakan bedah mungkin
diperlukan selain juga harus menghilangkan faktor pencetus terbentuknya nodul atau polip akibat
penyalahgunaan suara. Pada beberapa kondisi tertentu suara parau memerlukan terapi yang
spesifik.
Penatalaksanaan secara umum dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Terapi konservatif dimana Setiap tindakan dilakukan untuk mengidentifikasi


dan menghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol. Minum
banyak air putih dapat mencegah tenggorokan dari kekeringan.Istirahat berbicara
selama dua sampai tiga hari.
2. Terapi Wicara aitu Speech therapist memegang peranan penting dalam
memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal oleh karena
vocal nodule dan kesalahan penggunaan suara.
3. Terapi medikamentosa dengan obat dimana infeksi saluran pernafasan atas
seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Tirah baring, pemberian parasetamol atau
larutan aspirin gargle dapat diberikan. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat
infeksi bakteri. Nasal spray diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus.
Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat diberikan medikasi untuk
mengurangi sekresi asam lambung.
4. Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis (contoh:biopsi) dan terapi (contoh:
mengambil massa tumor dan laser surgery). Operasi dapat dilakukan dengan fibre
optic endoscope dengan anestesi umum. Pembedahan pada penyebab suara parau
non-cancer hanya diindikasikan jika penatalaksanaan dengan cara lain gagal.

PENCEGAHAN

 Mengistirahatkan suara dengan cara berbisik atau tidak berbicara


 Mengonsumsi banyak cairan dan istirahat
 Mengevaluasi apakah memiliki infeksi jamur atau tidak, khususnya pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh lemah atau menggunakan inhaler kortikosteroid untuk asma
 Mengatasi jumlah asam berlebih di perut jika akibat acid reflux
 Belajar teknik bernapas, berbicara dan bernyanyi yang tepat
 Menghindari rokok, asap rokok dan alkohol
 Mengurangi kontak atau paparan iritasi seperti debu atau uap dari zat kimia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH. Clinical Practice Guidelines :


Hoarseness(dysphonia). In : Otolaryngology ± Head And Neck Surgery. Vol 141. 2009.
2. Sulica L. Hoarseness. In : Archives Of Otolaryngology Head and Neck Surgery Vol.
137 No. 6, June 2011.
3. Rubin JS, Scheren SC. Basics Of Voice Production. Otolaryngology Basic Sciences
AndClinical Review. Thieme. New York 2005. p:525-526
4. Sulica L. Voice : Anatomy, Physiology And Clinical Evaluation. Head And Neck
Surgery -Otolaryngology, 4th ed. Lippincott Wiliam Wilkins. 2006. Chap. V.
5. Lalwani AK. Voice Production in : Larynx And Hypopharynx. Current Diagnosis
AndTreatment Otolaryngology Head And Neck Surgery. New York. Chap. VIII .
6. Hermani B, Kartosoediro S, Hutauruk SM. Disfonia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Balai Penerbit Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta, 2007. p : 231-236
7. Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al, eds. Otolaryngology: Head and Neck
Surgery. 5th ed. St Louis, Mo; Mosby; 2010.
8. Feierabend RH, Malik SN. Hoarseness in adults. Am Fam Physician. 2009;80(4)363-
370

Anda mungkin juga menyukai