Anda di halaman 1dari 3

Hipertrofi Adenoid

A.Definisi

Adenoid merupakan pembesaran jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring.


termasuk dalam rangkaian cincin Weldeyer sebagai salah satu sistem pertahanan tubuh.
Secara fisiologis adenoid mengalami hipertrofi pada masa anak-anak. Biasanya terlihat pada
usia 3 tahun, lalu akan mengalami resolusi spontan dan kemudian akan mengecil dan hilang
pada usia 14 tahun. Apabila sering terjadi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) maka dapat
terjadi hipertrofi adenoid yaitu pembesaran struktur dari adenoid. yang akan mengakibatkan
sumbatan pada koana dan sumbatan pada mulut tuba eustachius.

Akibat sumbatan koana, maka pasien akan bernapas lewat mulut. Sehingga terjadi :
1. Jika berlangsung lama, dapat menyebabkan palatum durum lengkungnya menjadi
tinggi dan sempit. Area dentalis superior lebih sempit dan memanjang daripada area
dentalis inferior. Sehingga dapat terjadi Malocclusio dan Overbite (gigi incisvus atas
lebih menonjok ke depan).
2. Facies Adenoidea. Dimana muka pasien tampak seperti orang bodoh (Hidung kecil,
Maloccusio dan Overbite).
3. Faringitis dan Bronkitis.
4. Mouth breathing dapat menyebabkan udara pernafasan tidak disaring dan
kelembabannya kurang. Sehingga mudah terjadi infeksi saluran pernapasan bawah
(ISPB).
5. Gangguan ventilasi dan dreinase sinus paranasal, sehingga menimbulkan sinus kronik.
6. Pada sumbatan tuba eustachius, akan teradi otitis media serosa. Baik rekuren maupun
otitis medis akut residif, otitis media kronik dan terjadi ketulian. Dimana obstruksi ini
juga dapat memngganggu ppernapasan gidung, juga dapat menyebabkan perbedaan
dalam kualitas suara.

B.Etiologi

 Hipertrofi Fisiologis
 Hipertrofi Patologis (Disebabkan oleh infeksi berulang pada saluran nafas bagian atas
a.k.a ISPA)
o Lactonacilus
o Streoticiccus anaerobic
o Actynomycosis
o Lusobacterium
o Nocardia
o Alfa-hemolytic streptococcus
o Euterococcus
o Corynebacterium
o Staphylococcus
o Neissria
o Micrococcus
o Stematococcus
 Adenoiditis yang terjadi berulang
C. Epidemiologi

 Sering dibawah 15 tahun


 Data menunjukkan bahwa, jumlah operasi tonsilektomi disertai adenoidektomi a.k.a
tonsiloadenoidektomi mengalami penurunan (data RSUPNCM dan RS Fatmawati).

C. Gejala Klinis

Gejala umum yang sering ditemukan yaitu :


1. Gangguan tidur
2. Tidur ngorok/mendengkur
3. Kualitas suara kurang (hiponasal)
4. Pertumbuhan fisis kurang
5. Sumbatan pada jalan napas bagian atas
6. Dapat mencetuskan pulmonale
7. Muka adenoid
8. Tuli konduktif

D. Diagnosis

1. Anamnesis
2. Px Fisik
a. Melihat transoral langsung ke dalam nasofaring setelah platinum molle di
retraksi
b. Meligat gerakan keatas palatum molle waktu pasien mengucapkan “I” yang
terhambat oleh pembesaran adenoid.
c. Palpasi, jari telunjuk dimasukkan ke nasofaring. Teraba adenoid yang
membesar
3. Px Penunjang
a. Radiologi, dapat dilakukan jika pasien kurang kooperatif (anak-anak)
b. Endoskopi, sifatnya yang fleksibel dapat membantu dalam mendiagnosis
adenoid hipertrofi

E. Tata Laksana

Tatalaksana dari hipertrofi adenoid itu dapat dilakukak terapi bedah adenoidektomi
dengan cara kuretase. Jika disertai dengan tonsillitis, maka dapat di lakukan
tonsiloadenoidektomi.

Untuk indikasi-indikasi dalam melakukan adenoidektomi adalah jika :


1. Sumbatan
2. Infeksi
3. Kecurigaan neoplasma jinak/gamas

F. Komplikasi

Komplikasi dari tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan adenoid


kurang bersih. Jika terlalu dalam menyebabkan akan terjadi kerusakan dinding belakang
faring. Bila kuratase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan rusak dan dapat
mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan timbul tuli konduktif

G. Prognosis

Adenotonsillektomi adalah suatu tindakan yang kuratif pada kebanyakan individu.


Jika ditangani dengan baik, maka diharapkan dapat sembuh sempurna. Namun kerusakan
akibat cor pulmonal tidak menetap dan sleep apnea dan obstrukti jaringan nafas dapat diatasi.

Jaringan adneuid yang tidak diliputi oleh kapsul seperti tonsila, pengangkatan seluruh
jaringan adenoid hamper mungkin. Kemudian untuk hipertrofi berulang atau infeksi juga
mungkin.

I. Patofisiologi

J. Referensi

 https://www.scribd.com/doc/55114163/Hipertrofi-Adenoid
 journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/download/914/pdf
 www.orli.or.id/index.php/orli/article/download/157/137
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24213/Chapter%20II.pdf?s
equence=3&isAllowed=y
 THT-Kulit Kelamin UI
 Boies Buku Ajar THT

Anda mungkin juga menyukai