Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

Noice-Induced Hearing Loss


Disusun Oleh:
Hendra Adibia Setiaka 1102016083
Ibnu Hakim Anshori Nasution 1102016085
Ida Bagus Eka Narendra 1102016087
Kevin Wira Hilardi 1102016095

Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL

KEPANITER AAN KLI NI K T ELI NGA H I DUNG DAN T E NGGOROKAN


FAKULTAS KE D OKTERAN UNI VE RSITAS YARSI
P ER I ODE 0 1 MAR E T 2 0 2 1 – 1 4 MA R E T 2 0 2 1
Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Usia :35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Pramuka
Pekerjaan : Operator mesin
Pendidikan : SMA
Anamnesis
Keluhan Utama : kurang pendengaran sejak 2 tahun yang lalu
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan kurang
pendengarannya di kedua telinga sejak 2 tahun yang lalu, pasien mengaku
mengalami gejala ini setelah 1 tahun bekerja di tempat kerjanya. Lingkungan
kerja pasien penuh dengan kebisingan, pasien tidak memakai alat pelindung
telinga di tempat kerja nya, dan setiap hari nya pasien bekerja di tempat
tersebut selama 8 jam. Selain itu pasien kadang-kadang merasa telinga
berdengung dan merasa pusing. Pasien merasa terganggu dengan keadaan ini
karena harus meminta kepada orang yang berbicara kepadanya untuk
mengulang perkataannya, dan setiap nonton televisi pasien harus dekat atau
mengkencangkan volume televisi.
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak pernah diberikan Riwayat penyakit serupa (-)
obat tetes telinga. Tidak ada
trauma sebelumnya. Tidak diabetes melitus (-)
pernah keluar cairan dari hipertensi (-).
telinga. Pasien menyangkal
adanya hipertensi dan
diabetes melitus.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum & Tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7oC
Nadi : 80x/min
RR : 22x/min
Status Generalis
Kepala : Normosefali, deformitas (-), Facies adenoid (-), distribusi rambut merata
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat -/-, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak
langsung +/+
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening -/-
Thorax
◦ Paru : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
◦ Jantung : Bunyi Jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), organomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, clubbing finger (-)
Pemeriksaan Telinga
Telinga luar
Organ Telinga kanan Telinga kiri
Daun telinga Normotia Normotia
Retroaurikuler Hiperemis (-), abses Hiperemis (-), abses
(-), nyeri tekan (-), (-), nyeri tekan (-),
fistel (-) fistel (-)
Liang telinga
Keterangan Telinga kanan Telinga kiri
Lapang/sempit Lapang Lapang
Warna epidermis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret Sekret (-) Sekret (-)
Serumen Serumen (-) Serumen (-)
Membran timpani Intak, Reflek Intak, Reflek
cahaya (+) cahaya (+)
Pemeriksaan Telinga

Pemeriksaan Telinga kanan Telinga kiri


Rinne + +
Weber Tidak ada Tidak ada
lateralisasi lateralisasi
Swabach Memendek Memendek
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Hidung Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan Tidak ada Tidak ada
Hidung luar
kongenital
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi Anterior Hidung kanan Hidung kiri
Vestibulum Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk N, hiperemis (-), Bentuk N, hiperemis (-),
Meatus nasi media Mukosa hiperemis (-), Mukosa hiperemis (-),
sekret (-), massa (-) sekret (-), massa (-)
konka nasi inferior Edema (-), mukosa Edema (-), mukosa
hiperemis (-) hiperemis (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan Deviasi (-), perdarahan
(-), ulkus (-) (-), ulkus (-)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Organ Hasil
Mulut dan Bibir & mulut Mukosa mulut basah, warna merah muda
Tenggorokan Geligi Warna mukosa gusi merah muda, hiperemis (-), karies (-)
Lidah Pseudomembran (-)
Uvula Berada ditengah, hiperemis (-), edeme (-), pseudomembran (-)
Mukosa Mukosa hiperemi (-), lender mengalir di tenggorokan
Tonsila palatina Kanan : T1, hiperemis (-), detritus (-), kripta melebar (-)
Kiri : T1, hiperemis (-), detritus (-), kripta melebar (-)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher :Retraksi (-), deviasi trakea (-), pembesaran
kelenjar limfe (-)
Resume
Pasien datang dengan keluhan kurang pendengarannya di kedua telinga sejak 2 tahun yang lalu,
pasien mengaku mengalami gejala ini setelah 1 tahun bekerja di tempat kerjanya. Lingkungan
kerja pasien penuh dengan kebisingan, pasien tidak memakai alat pelindung telinga di tempat
kerja nya, dan setiap hari nya pasien bekerja di tempat tersebut selama 8 jam. Selain itu pasien
kadang-kadang merasa telinga berdengung dan merasa pusing. Pasien merasa terganggu dengan
keadaan ini karena harus meminta kepada orang yang berbicara kepadanya untuk mengulang
perkataannya, dan setiap nonton televisi pasien harus dekat atau mengkencangkan volume
televisi.
Pada pemeriksaan fungsi pendengaran didapatkan Rinne (+), Weber tidak ada lateralisasi,
Swabach memendek.
Dianosis dan Dianosis Banding
DIAGNOSIS KERJA
Gangguan pendengaran akibat bising (Noice Induced Hearing Loss)

DIAGNOSIS BANDING
Tuli mendadak (Sudden Deafness)
Pemeriksaan Lanjutan
Audiogram  untuk menilai derajat ketulian pasien

Dari audiogram didapatkan telinga kanan tuli sensorineural sedang berat dan telinga kiri tuli
sensorineural ringan.
Rencana Pengobatan
Non-medikamentosa
Edukasi pasien untuk menghindari sumber bising
Penggunaan alat :
pelindung telinga terhadap bising (ear muff, ear plug, dan helmet) untuk
mengurangi intensitas paparan bising
alat bantu dengar (ABD/hearing aid)
Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanactionam : ad malam
Ad functionam : ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Definisi
NIHL Gangguan pendengaran akibat bising (noise-induced heaing loss) ialah
gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup
keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising
lingkungan kerja.
Epidemiologi
Sebuah literature review oleh Lie et al menunjukkan bahwa kejadian NIHL
menurun di negara-negara industri, kemungkinan besar sebagai akibat dari
tindakan pencegahan, dengan kejadian gangguan pendengaran justru tertinggi
di negara berkembang.
Jenis kelamin : Lebih banyak pria daripada wanita dilaporkan mengalami
gangguan pendengaran akibat kebisingan (NIHL). Namun, apakah ini merupakan
konsekuensi dari kepekaan yang lebih besar terhadap NIHL di tempat kerja atau
apakah itu mewakili tingkat paparan yang lebih tinggi terhadap kebisingan non-
kerja masih belum jelas.
Usia : Tidak ada perbedaan yang jelas antara individu muda dan tua dalam
kerentanan mereka terhadap gangguan pendengaran akibat kebisingan (NIHL).
Etiologi
Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpajan bising,
antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih lama
terpapar bising, mendapat pengobatan yang bersifat racun terhadap telinga
(obat ototoksik) seperti streptomisin, kanamisin, garamisin (golongan
aminoglikosida), kina, asetosal dan lain-lain.
Patofisiologi
Paparan bising mengakibatkan perubahan sel-sel rambut silia dari organ Corti.
Stimulasi dengan intensitas bunyi sedang mengakibatkan perubahan ringan
pada silia dan hensen’s body, sedangkan stimulasi dengan intensitas tinggi pada
waktu pajanan yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada struktur sel
rambut lainnya seperti mitokondria, lisosom, lisis sel dan robeknya membran
reissner.
Daerah yang pertama terkena adalah sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan.
Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi
respon terhadap stimulasi.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari NIHL terjadi secara perlahan dan bertahap setelah paparan
menahun terhadap sumber bising. Secara klinis pajanan bising pada organ
pendengaran dapat menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar
sementara (temporary threshold shift) dan peningkatan ambang dengar
menetap (permanent threshold shift). Penurunan pendengaran dapat disertai
dengan tinnitus (berdenging pada telinga) atau tidak.
Diagnosis
Anamnesis :
Pada anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat pernah bekerja atau sedang
bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama biasanya lima
tahun atau lebih.
Pemeriksaan Fisik :
◦ Pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan adanya kelainan.
◦ Pada pemeriksaan audiologi, tes penala didapatkan hasil Rinne positif,
Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baiak dan
schwabach memendek
◦ Dari pemeriksaan audiologi didapatkan kesan jenis tuli sensorineural
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada
frekuensi antara 3000 - 6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat
takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.
Pemeriksaan audiologi khusus seperti SlSl (short increment sensitivity index),
ABLB (alternate binaural/oudness balance) MLB (monoaural loudness balance),
audiometeri Bekesy, audiomteri tutur (speech audiometry), hasil menunjukkan
adanya fenomena rekrutmen (recruitment) yang patognomonik untuk tuli
sensorineural koklea.
Rekrutmen adalah suatu fenomena pada tuli sensorineural koklea, dimana
telinga yang tuli menjadi lebih sensitif terhadap kenaikan intensitas bunyi yang
kecil pada frekuensi tertentu setelah terlampaui ambang dengarnya.
Tatalaksana
Berdasarkan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari
lingkungan yang bising. Bila tidak mungkin untuk dipindahkan dapat
dipergunakan alat pelindung telinga terhadap bising, seperti sumbat telinga (ear
plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala (helmet) Oleh karena tuli
akibat bising adalah tuli sensorineural yang bersifat menetap (irreversibel), bila
gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan
volume percakapan biasa dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar.

Implan koklea -> pada tuli total bilateral


Prognosis
Karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang
sifatnya menetap dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan,
maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu yang terpenting adalah
pencegahan terjadinya ketulian.
Pencegahan
Hindari tempat bising dengan intensitas lebih dari 85 dB, oleh karena itu bising
lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dari 85 dB
Penggunaan alat pelindung bising seperti sumbat telinga (ear plug), tutup
telinga dan pelindung kepala
Daftar Pustaka
Liza Salawati. Noise Induced Hearing Loss. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 13 Nomor 1
April 2013
Rambe, Andrina. (2003). Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Fakultas Kedokteran , Bagian
Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan ,Universitas Sumatera Utara.
Mathur. 2020. Noice-Induced Hearing Loss. Medscape.
[https://emedicine.medscape.com/article/857813-overview] diakses pada 3 Maret 2021
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit
FK UI.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai