Anda di halaman 1dari 40

ANAMNESIS DAN

PEMERIKSAAN FISIK PADA


TELINGA, HIDUNG,
TENGGOROKAN, KEPALA SERTA
LEHER
PRESEPTOR: DR. ONGKA M. SAIFUDDIN,SPTHT-KL(K).,FICS
ANAMNESIS TELINGA
• Salam & perkenalkan diri
• Tanya identitas pasien (nama, umur, alamat, ras, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, agama)
• Keluhan utama telinga dapat berupa
• gangguan pendengaran/pekak (tuli)
• uara berdenging/berdengung (tinitus) Tanyakan keluhan utama: chief complaint
• rasa pusin yang berputar (vertigo) Keluhan
• rasa nyeri di dalam telinga (otalgia) Onset
• keluar cairan dari telinga (otore) Durasi
Lokasi (unilateral/bilateral?)
Keparahan
Terus menerus/hilang timbul?
• Tanyakan gejala penyerta: associated symptoms
⮚ Keluar cairan dari telinga?, apa warnanya, konsistensinya dan berbau atau tidak?
⮚ Sakit telinga? Sebelah mana, satu sisi atau keduanya?
⮚ Apakah ada demam, sakit kepala, kehilangan/penurunan pendengaran, pusing, sakit dibelakang telinga,
pandangan kabur?
⮚ Apakah ada hidung mampet dan berair sebelumnya?, atau ada batuk pilek?
⮚ Belakangan ini pernah berenang? Telinga kemasukan air?
⮚ Telinga sakit atau bengkak?
⮚ Ada riwayat luka atau trauma pada telinga atau pernah operasi telinga?
• Tanyakan faktor predisposisi: biasanya kambuh saat apa atau dimana, apakah ada faktor
yang memperparah atau memperingan gejala? Predisposing factors
• Tanyakan riwayat penyakit dahulu: pernah mengalami hal yang sama sebelumnya/ saat
kecil? History of past illness
• Tanyakan seberapa mengganggu kegiatan sehari2? Impact to daily activity
• Ada penyakit penyerta ? Comorbid
• Sudah diperiksa ke dokter/sudah minum obat tertentu? History of medication
• Ada keluarga yang mengalami penyakit/gejala yang sama? History of family illness
• Bila ada keluhan gangguan pendengaran: pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau
bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala,
trauma telinga, terpajan bising, pemah menderita penyakit infeksi.

• Keluhan telinga berbunyi (tinitus) dapat berupa suara berdengung atau berdenging: yang dirasakan
di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Apakah tinitus ini disertai gangguan
pendengaran dan keluhan pusing berputar.
• Keluhan rasa pusing berputar (vertigo) merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh
yang disertai rasa mual, muntah. Bila vertigo disertai keluhan neurologis seperti disartri, gangguan
penglihatan, kemungkinan letak kelainannya di sentral. Posisi kepala tertentu dan berkurang bila
pasien berbaring dan akan timbul lagi bangun dengan gerakan yang cepat.
Pemeriksaan Fisik pada Telinga
• Selalu mulai dari telinga yang normal terlebih dahulu
• Inspeksi dan palpasi telinga luar: cuci tangan, memakai gloves, masker dan
headlamp

A. INSPEKSI DAN PALPASI TELINGA LUAR


• Arahkan lampu kepala ke arah telinga pasien yang akan diperiksa
• Lakukan palpasi untuk mengetahui nyeri tekan atau kelainan kongenital
• Periksa juga bagian preaurikular, aurikular, retroaurikular
• Apakah terdapat
⮚ Kelainan kongenital
⮚ Tanda peradangan (dapat diperiksa dengan menarik telinga ke arah
posterior atau menekan daerah tragus)
⮚ Fistula
⮚ Tanda pendarahan
⮚ Keloid
B. PEMERIKSAAN MEATUS AUDITORIUS EXTERNUS &
TYMPANIC MEMBRANE
• Inspeksi terlebih dahulu
• Normalnya bersih atau mungkin sedikit terdapat serumen
berwarna kuning kecoklatan di tepi MAE. Bila terdapat kotoran
maka dapat dibersihkan terlebih dahulu
• Pegang puncak aurikula dengan jempol dan jari telunjuk, tarik ke
arah postero superior (dewasa) posteroinferior(anak)

Nilai:
⮚ Pembengkakan
⮚ Kemerahan
⮚ Cairan yang keluar seperti pus
• Menggunakan Otoscope dan • Periksa membrane timpani
Headlamp
Nilai:
• Pasang speculum dan nyalakan ⮚ Refleks cahaya
otoskop ⮚ Bentuk
• Periksa telinga kanan pasien ⮚ Warna (normalnya putih ke
menggunakan tangan kanan dan juga abuan seperti mutiara)
sebaliknya ⮚ Akumulasi cairan
• Teknik memegang telinga sama ⮚ Perforasi
seperti sebelumya
• Tempelkan kelingkin pada pipi
pasien
• Eksplorasi arah jam 3, 6, 9, 12

Nilai permukaan MAE


⮚ Tanda tanda inflamasi,
serumen menumpuk atau
mengeras
⮚ Pus
Tes Suara (bisik)

PEMERIKSAAN Rinne Test

TAJAM
PENDENGARA Weber Test
N

Swabach
TES SUARA(BISIK)

• Dilakukan pada salah satu telinga secara bergantian


• Dimulai dari telinga kanan (tutup telinga kiri atau diberi
gangguan suara/misal detik jam)
• Pemeriksa ambil posisi sejauh 1 meter di sisi telinga yang
akan diperiksa
• Pastikan pasien tidak melihat bibir pemeriksa Interpretasi pendengaran:

• Pilih kata yang terdiri dari 2 suku kata ( bola, meja,pulpen) Normal ( 0-25 dB): Hears whisper.
• Mild hearing loss (26-40 dB): Able to hear and
• Diulang 3-4 kali repeat words produced with a loudness of a
normal communication voice.
• Moderate hearing loss (41-60 dB): Able to
hear and repeat words produced with a loud
voice.
• Severe hearing loss (61-80 dB): Able to hear
and repeat words shouted near the ear.
• Profound hearing loss (> 80 dB): Not able to
hear and repeat words shouted near the ear.
RINNE TEST

• Pegang garpu tala dengan 1 tangan


• Getarkan, lalu tempatkan di tulang mastoid hingga pasien
tidak mendengar suara
• Meminta pasien memberi aba-aba (mengangkat tangan) jika
sudah tidak mendengar suara
• Pindahkan garpu tala kedepan kanalis auditorius dan
tanyakan apakah pasien masih mendengar suara/tidak
• Lakukan prosedur yang sama pada telinga satunya

INTERPRETASI:
⮚ Abnormal bila konduksi tulang lebih baik dari
konduksi udara
SWABACH TEST

• Pegang garpu tala dengan 1 tangan


• Getarkan, lalu tempatkan di tulang mastoid hingga pasien tidak mendengar suara
• Meminta pasien memberi aba-aba (mengangkat tangan) jika sudah tidak
mendengar suara
• Pindahkan dasar garpu tala ke tulang mastoid pemeriksa. Jika pemeriksa masih
dapat mendengar suara, makan tes swabach abnormal
WEBER TEST

• Pegang garpu tala dengan 1


tangan
• Getarkan, lalu tempatkan di
tengah dahi
• Tanyakan apakah suara
lebih terdengar pada sisi
kanan/kiri atau pasien
INTERPRETASI: mendengar sama keras di
kanan&kiri
• Normal : suara simetris, terdengar sama keras di kanan & kiri
• Unilateral sensoryneural hearing loss: suara lateralisasi ke sisi
yang sehat
• Unilateral conductive hearing loss: suara lateralisasi ke sisi yang
sakit
ROMBERG TEST

• Meminta pasien untuk berdiri. Kedua


telapak kaki berada dalam satu garis
(tumit kaki depan bertemu dengan jari
kaki yang belakang). Kedua tangan pada
posisi silang di dada.
PEMERIKSAAN • Pemeriksa berdiri di belakang/samping
VESTIBULAR pasien dan menjaga pasien apabila pasien
jatuh.
• Minta pasien menutup mata dan berjalan
lurus
• Respon normal jika pasien bisa
mempertahankan postur tubuh tanpa
adanya pergerakan pada kaki

Jatuh atau sensasi akan jatuh merupakan bentuk gangguan


Contoh: pasien jatuh ke kiri = gangguan telinga kiri
TANDEM GAIT TEST

• Meminta pasien untuk berdiri. Kedua telapak kaki berada dalam satu garis (tumit kaki depan bertemu
dengan jari kaki yang belakang). Kedua tangan pada posisi silang di dada.
• Pemeriksa berdiri di belakang/samping pasien dan menjaga pasien apabila pasien jatuh.
• Minta pasien untuk melihat fokus pada satu titik tepat lurus di depannya dan berjalan menuju titik
tersebut
• Respon normal jika pasien bisa mempertahankan postur tubuh tanpa adanya pergerakan pada kaki

Jatuh atau sensasi akan jatuh merupakan bentuk gangguan


Contoh: pasien jatuh ke kiri = gangguan telinga kiri
AUDIOMETRI NADA
MURNI
Merupakan suatu alat elektronik yang
menghasilkan bunyi yang relatif bebas bising
ataupun energi suara pada kelebihan nada.
Audiometri dapat membandingkan ambang
pendengaran antara:
• Air conduction (AC) menggunakan
headphone
• Bone conduction (BC) menggunakan alat
vibrator yang ditempelkan pada tulang
mastoid
Notasi pada audiogram:
• Grafik AC: garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125-8000 Hz)
• Grafik BC: garis putus-putus (intensitas yang diperiksa 250-4000 Hz)
• Telinga kiri: warna biru
• Telinga kanan: warna merah
INTERPRETASI
Tipe gangguan Air conduction Bone conduction Gap antara AC dan BC
pendengaran

Tuli konduktif >25 dB ≤ 25 dB ≥ 10 dB


Tuli sensorineural >25 dB >25 dB < 10 dB
Tuli campuran >25 dB >25 dB ≥ 10 dB

Derajat gangguan pendengaran Hasil rata-rata frekuensi 500-4000 pada AC


Ringan 26-40 dB
Sedang 41-60 dB
Berat 61-80 dB
Sangat berat ≥ 80 dB
❖ Conductive hearing loss
BC <25 dB, tetapi AC >25 dB dan air bone gap >10 dB

AC = 45+45+60+50= 200 dB = 50dB


4
BC = 0+10+0+0= 10 dB
❖ Sensorineural hearing loss
BC & AC >25 dB dan air bone gap <10 dB

AC&BC = 10+20+40+55 = 125 dB = 31,25dB


4
❖ Mix-type hearing loss
BC & AC >25 dB dan air bone gap >10 dB

AC = 50+60+65+80 = 255 dB = 63,75 dB


4

BC = 40+30+40+30 = 140 dB = 35 dB
4
ANAMNESIS HIDUNG
• Salam & perkenalkan diri
• Tanyakan identitas pasien: nama, umur, ras, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, alamat)
• Tanyakan keluhan:
• Keluhannya apa? chief complaint
1) sumbatan hidung
2) sekret di hidung dan tenggorok
3) Bersin berulang
4) rasa nyeri di daerah muka dan kepala
5) perdarahan dari hidung
6) gangguan penghidu.
• Onset: Dari kapan?
• Duration: Sudah berapa lama?
• Severity: Seberapa parah?
• Unilateral/bilateral: Satu sisi saja atau keduanya?
• Associated symptoms: Ada gejala lain yang berhubungan?
• Predisposing factors: Biasanya kambuhnya kalau lagi apa atau lagi dimana? Apakah terpapar
alergen sebelumnya?
• Impact daily activities: Mengganggu aktivitas tidak?
• Comorbids: Ada penyakit lain yang sebelumnya diderita?
• History of medication: Pernah minum obat apa?
• Family illness history: Ada keluarga dengan penyakit yang sama?
Sumbatan hidung:
- Apakah terdapat riwayat terpapar bahan alergen (debu, tepung sari, bulu binatang)?
- Apakah terdapat riwayat trauma hidung?
- Apakah terdapat riwayat pemakaian obat tetes hidung dekongestan? Jika iya, sudah berapa lama?
- Apakah pasien merupakan perokok atau peminum alcohol yang berat?

Sekret di hidung:
- Bagaimana warna, konsistensi, jumlah cairan yang keluar?
- Apakah secret/cairan hanya keluar saat pagi hari atau pada waktu tertentu (musim hujan) atau terus-
menerus?
Bersin berulang:
- Apakah timbul akibat menghirup sesuatu dan diikuti keluar secret yang encer dan rasa gatal di hidung,
tenggorok, mata dan telinga?

Rasa nyeri di daerah muka dan kepala:


- Apakah timbul ketika menunduk?

Pendarahan dari hidung:


- Apakah mudah dihentikan?
- Apakah terdapat riwayat trauma hidung/muka?
- Apakah terdapat riwayat penyakit kelainan darah, hipertensi?
- Apakah terdapat riwayat pemakaian obat-obatan anti koagulan?
PEMERIKSAAN FISIK
PADA HIDUNG

Inspeksi:
- Apakah simetris? Apakah ada deviasi, luka,
nyeri, bengkak?

Palpasi: bagian tulang frontal, temporal, maxilla,


zygomatic, mandibular, dan mental.
- Apakah ada benjolan, tanda infeksi, fraktur,
atau deformitas?

Perkusi: pada sinus frontalis dan sinus


maxillaris.
- Ada nyeri tekan?
RHINOSCOPY ANTERIOR

Nasal Speculum
• Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien.
Agar kita nyaman, pasien bisa diminta
menengadah
• Cara pegang: Jempol di joint speculumnya,
telunjuk fiksasi pada hidung pasien. Sisa 3
jarinya pegang bagian bawah, untuk buka-
tutup.
• Masukkan ke dalam lubang hidung 15 derajat
dengan bidang horizontal. Saat sudah masuk,
buka speculumnya. Tangan satunya lagi bisa
membantu buka lubang hidungnya atau
memegang kepala pasien.
• Interpretasi bagian mukosa:
• Tanda inflamasi
• Pembengkakan?
• Sekret
• Polip, atau tumor?
• Deviasi septum
• pistaksis
• Keadaan inferior dan middle
turbinate?
• Keluarkan speculum: tutup speculum
sedikit, tarik keluar, setelah itu tutup
sepenunya.
• Laporkan hasilnya setelah
mengeluarkan speculumnya
Otoskop
• Letakkan jempol kiri pemeriksa di ujung
hidung pasien dan pertahankan kepala
pasien agar tetap tegak.
• Ekstensikan sedikit kepala pasien saat
memasukkan otoskop
Interpretasi sama seperti sebelumnya
Sekret purulent pada middle meatus kiri
Rhinoscopy posterior
• Lakukan penyemprotan pada rongga mulut
dengan lidokain spray 2%.
• Tunggu beberapa menit.
• Ambil kaca laring (laryngeal mirror) ukuran
kecil dan hangatkan dengan lampu bunsen
• Masukkan/pasang kaca laring pada daerah
oropharyngeal istmus arah kaca ke kranial.
• Evaluasi bayangan-bayangan di rongga
hidung posterior (nasofaring).
Transiluminasi
Dilakukan pada ruangan yang gelap dan menggunakan lampu khusus
- Sinus maxilla: sumber cahaya dimasukkan ke rongga mulut dan pasien diminta
katupkan bibit -> akan tampak daerah infraorbital berpendar seperti bulan sabut
- Sinus frontal: sumber cahaya diletakkan di bawah sinus frontal dekat kantus
medius -> akan tampak daerah frontal berpendar

Pasase udara
Letakkan spatula di depan lubang hidung dan perhatikan embun yang dihasilkan
ANAMNESIS HIPOFARING DAN LARING

• Perkenalan dan tanya identitas Keluhan pasien dapat berupa


1) suara serak
• Tanyakan keluhan utama 2) Batuk
• Menggali keluhan utama: 3) disfagia,
• Onset : Lamanya (minggu, bulan atau tahun) 4) rasa ada sesuatu di leher
• Severity
• Terus-menerus/hilang timbul. Apakah timbul mendadak atau perlahan ?
• Faktor pencetus : didahului pilek atau sakit tenggorokan ?
• Faktor yang memperberat dan memperingan : terpapar alergen
• Pertama kali atau berulang
• Riwayat pengobatan
ANAMNESIS HIPOFARING DAN LARING

• Keluhan penyerta :
- Apakah pasien batuk ?
- Dapatkah pasien mengeluarkan sekret ?
- Adakah nyeri sehubungan dengan penggunaan suara ?
- Adakah rasa tidak nyaman waktu bernafas ?
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit keluarga: keluhan yang sama di keluarga
• Riwayat: merokok atau minum alkohol
PEMERIKSAAN HIPOFARING DAN LARING
• Pasien duduk lurus agak condong ke depan
dengan leher semi ekstensi.
• Kaca laring dihangatkan dengan api lampu
spiritus
• Pasien diminta membuka mulut dan
menjulurkan lidahnya sejauh mungkin. Lidah
dipegang dengan tangan kiri memakai kain kasa
dan ditarik keluar
• Kaca laring dimasukkan ke dalam mulut
dengan arah kaca ke bawah, bersandar pada
uvula dan palatum mole
• Untuk menilai gerakan pita suara:
- adduksi: pasien mengucapkan ”iiiii”
- Abduksi: pasien inspirasi dalam
Inspeksi:
- Apakah wajah simetris?
- Apakah terdapat luka pada wajah?
- Lain-lain: allergic shiner, allergic salute, nasal
crease, denise-morgan line
PEMERIKSAAN
MAKSILOFASIA
Palpasi:
L
- Tanda fraktur: deformitas, krepitus, mobile,
nyeri tekan
- Parese nervus fasialis
- Palpasi/perkusi sinus paranasal: apakah nyeri?
PEMERIKSAAN
LEHER
- Lokasi
- Bentuk
- Jumlah
- konglomerasi
1. Kelenjar getah bening:
- Konsistensi
a. Inspeksi: apakah terlihat pembesaran - Mobilitas
KGB? - Nyeri tekan
- Ukuran
b. Palpasi:
Posisi: pasien duduk dan pemeriksan
berada di belakang pasien dan meraba leher
pasien dengan kedua tangan (minimal 3
jari)
apakah teraba pembesaran KGB?
2. Kelenjar tiroid:
a. Inspeksi: apakah terlihat pembesaran tiroid?
- Posisi
- Bentuk
- Permukaan
- Warna
- Ikut bergerak saat menelan?
b. Palpasi: apakah teraba pembesaran tiroid?
Posisi: pasien duduk dan pemeriksan berada di belakang pasien dan meraba leher pasien dengan kedua tangan (minimal 3 jari)

- Posisi
- Permukaan
- Batas tepi
- Konsistensi
- Nyeri tekan
- Ukuran
- Ikut bergerak saat menelan?
c. Auskultasi: ada bruit?
STATUS LOKALIS THT-KL
• Auris Dextra et Sinistra : CAE tenang +/+, sekret -/-, serumen -/-, membran timpani intak
+/+, RC+/+, RA tenang +/+

• Cavum Nasi : mukosa tenang +/+, sekret +/+, konka inferior eutrofi +/+, SD (-), PU +/+

• Orofaring : Tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis

• Maksilofasial : simetris, parese nervus cranialis (-)

• Leher : pembesaran KGB (-)


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai