Anda di halaman 1dari 43

Pemeriksaan Fisik Telinga

Hidung Tenggorokan
Leher
Stevani Sarah Priskila Rumetna
112019120
Menyiapkan Alat
Posisi duduk dokter dan pasien

Meja pemeriksaan THT (ENT unit)


Mempersiapkan Pasien
Cara Memegang Telinga
Cara Memakai Lampu Kepala
Cara Memegang Otoskop
Pemeriksaan Telinga
Inspeksi, palpasi
Tes pendengaran
Cara Memeriksa Telinga
A. Inspeksi

 Liang telinga : lapang/sempit


 Kulit daun telinga : Normal/abnormal
• Mengenal pars ossea, isthmus dan pars
 Muara/lubang telinga : Ada atau tidak cartilaginea dari liang telinga
• Adakah tanda-tanda radang
 Bentuk telinga :
• Apakah keluar cairan/tidak
• Terbentuk/ tidak terbentuk
• Adakah kelainan di belakang/depan telinga
• Besarnya : kecil/ sedang/ besar atau normal/
abnormal.
• Adakah kelainan seperti hematoma pada daun  Membran Telinga : menggunakan otoskop
telinga (cauliflower ear) • Dinilai warnanya
• Adakah fistula periaulikular/tidak • Bentuk kecilnya
• Adakah benkolan/tidak • Ada tidaknya reflek cahaya (cone of light),
perforasi, sikatrik, retraksi, penonjolan prosesus
brevis.
Bentuk daun telinga

Normal

Macrotia
Fistula Tumor ear
Preaurikular Clauliflower ear

Lop ear Bat ear


Liang Telinga

Hiperemis Edema Serumen Furunkel

Otorhea Dischrage Corpus alienum


Membran Timpani

a. Membran timpani normal e. Perforasi membran timpani


b. Eksostosis f. Attic cholesteatoma
c. Otitis media akut g. Retraksi memnran timpani
d. Cairan serosa dalam telinga tengah h. Pendarahan dalam telinga tengah
B. Palpasi Telinga

Palpasi dengan menekan tragus, aurikula,


dan os. Mastoideus di posterior aurikula.
Perhatikan ada rasa sakit/tidak
Tes Pendengaran (Tes Penala)
• Bertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran (tuli/ hearing loss) dan
membedakan tuli hantaran (conductive hearing loss) dan tuli sensorineural
(sensorineural hearing loss)

• Tes penala didasarkan pada 2 prinsip utama, yaitu :


1. Telinga dalam lebih sensitif terhadap hantaran suara oleh udara dibandingkan oleh
tulang.
2. Bila ada gangguan pada hantaran suara oleh udara, telinga yang terganggu akan
lebih sensitif terhadap hantaran oleh tulang, disebut tuli hantaran murni
(conductive hearing loss)

• Yang dipakai biasanya adalah garputala frekuensi 512 Hz


1. Tes Rinne
Manfaat : membantu menegakkan diagnosis tuli hantaran (conductive hearing loss)

• Bunyikan garpu tala


• Letakkan tagak lurus di
prosessus mastoidea sampai
pasien tidak mendengar
• Pindahkan ke depan MAE

Interpretasi :
Rinne (+) : Masih terdengar di MAE
Rinne (-) : Tidak terdengar
2. Tes weber
Manfaat : membedakan tuli hantaran tuli sensorineural. Dilakukan setelah tes rinne

• Bunyikan garpu tala


• Letakkan di verteks atau di tengah
dahi
• Tanyakan apakah ada suara yang
terdengar lebih keras/terjadi
lateralisasi

Interpretasi :
Normal : tidak ada lateralisasi
Tuli konduktif : lateralisasi ke telinga yang sakit
Tuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat
3. Tes Swabach
Prinsip : membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa
Syarat : telinga pemeriksa harus normal

• Getarkan garpu tala


• Letakkan tegak lurus di prosesus mastoideus penderita sampai tidak
terdengar bunyi
• Pindahkan garputala di prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal.
Interpretasi :
Normal : pasien mendengar = pemeriksa
Tuli konduktif : swabach memanjang
Tuli sensorineural : swabach memendek
Tes Pendengaran (Tes Bisik)
Manfaat : skrining adanya gangguan pendengaran dan mebedakan tuli hantaran
dengan sensorineural

• Pasien duduk di tempat pemeriksaan


• Pemeriksa berdiri 60 cm di belakang pasien
• Pemeriksaan di lakukan di kedua telinga dimulai dari telinga normal dulu.
Telinga yang tidak diperiksa di tutup dengan kapas
• Pemeriksa menyebutkan angka dan huruf dan meminta pasien mengulangi
urutan angka dan huruf yang di bisikkan.
• Telinga lain diperiksa dengan cara yang sama namun huruf dan angka berbeda
• Jika tidak ada gangguan pendengaran, pasien dapat mengulang 3 dari 6 yang di
bisikkan
Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Rhinoskopi
Transiluminasi sinus
Nasoendoskopi
Fungsi udara hidunh
Cara memeriksa hidung
A. Inspeksi

 Dosum nasi :  Kavum nasi : menggunakan


- Melihat bentuk hidung adakah cacat speculum
bawaan, trauma atau tumor
- Menilai lapang atau sempit
- Adakah perubahan warna
- Adakah perubhan warna mukosa
- Adakah edema, hematom
hidung
 Vestibulum nasi : pasien sedikit mendongak Merah : terjadi peradangan
- Melihat bagian lateral, medial, atas dan Pucat : terdapat alergi
bawah - Adakah septum deviasi. Bila ada
- Adakah secret, furunkel, krusta ringan/sedang/berat
Cara memeriksa hidung
B. Palpasi

 Dosum nasi : menilai adanya


krepitasi, deformitas, tumor

 Vestibulum nasi : terdapat furunkel


apabila nyeri. Tekan ala nasi

 Sinus paranasalis : nyeri +/-


- Sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus
ethmoidalis
Rhinoskopi Anterior
• Alat yang digunakan : speculum hidung,
lampu kepala
• Teknik pemeriksaan :
- Spekulum di pegang dengan tangan kiri
dslsm posisi horizontal;, tungkai lateral,
mulut medial.
- Spekulum dimasukkan dalam keadaan
tertutup, setelah di dalam baru di buka
- Spekulum di keluarkan dengan cara di tutup
90% karena dapat menyebabkan terjepitnya
bulu hidung dan ikut tercabut sehingga
pasien dapat merasakan sakit.
Hasil pemeriksaan
• Memeriksa vestibulum nasi :
apakah ada krusta, secret atau furunkel

• Memeriksa kavum nasi :


Warna mukosa dan konka inferior hiperemis, anemia
Lapang/ sempit kavum nasi
- Konka inferior : eutrofi/hipertrofi/atrofi, warna merah muda (normal)
- Konka media : eutrofi/hipertrofi/atrofi, secret +/- dimeatus media, warna dan kekentalan
Apakah ada septum deviasi

• Keadaan rongga hidung : normal/tidak; sempit/lebar; ada pertumbuhan abnormal; polip, tumor;
benda asing/tidak: bebau atau tidak.
• Ada discharge dalam rongga hidung atau tidak
Pemeriksaan fenomena palatum molle
• Arahkan cahaya ke dinding belakang nasofaring. Keadaan normal,
nsofaring terlihat terang karena cahaya lampu tegak lurus
• Meminta pasien mengucapkan “iiiii”
• Interpretasi :
- (+) : saat mengucapkan “ii” palatum molle bergerak sehingga tampak
benda gerak ke atas.
- (-) : palatum molle tidak bergerak singga nasofaring tampak terang
Rhinoskopi Posterior
• Alat yang digunakan : spatel lidah, kaca nasofaring, lampu kepala,
spirtus
• Teknik pemeriksaan :
- Mula-mula panaskan dulu kaca nasofaring dengan spirtus untuk
mencegah kaca berembun saat di masukka ke mulut
- Tangan kanan pemeriksa memegang kaca nasofaring, tangan kiri
memegang spatel lidah
- Pasien diminta membuka mulut lebar-lebar, lalu spatel lidah di
tekan 2/3 bagian dorsum lidah
- Kaca nasofaring di masukkan perlahan-lahan hingga terlihat
bayangan hidung bagian belakang (jangan sampai menyentuh
dinding posterior faring)
- Putar tungkai kaca nasofaring ke kanan dan kiri untuk mengamati
struktur dalam hidung
- Selama pemeriksaan, lidah dijaga agar tetap berada di dalam mulut
dan pasien diminta bernapas melalui hidung
Hasil pemeriksaan
• Bagian pertama yang di nilai adalah bagian belakang septum dan
koana
• Kaca di putar ke arah lateral untuk menilai konka superior, media, dan
inferior serta meatus superior dan media
• Lebih lateral lagi, untuk mengidentifikasi torus tubarius, muara tuba
eustachius dan fossa rossenmuler
Pemeriksaan Transluminasi
Alat : lampu listrik 6 volt bertangkai panjang (Heyman)
Dikerjakan dalam kamar gelap

Sinus frontalis
• Lampu di tekan dibawah sinus
frontalis dekat kantus medius
• Cahaya yang memancar kedepan
ditutup dengan tanga kiri

Bila sinus normal, makan dinding


terlihat terang
Pemeriksaan Transluminasi
Alat : lampu listrik 6 volt bertangkai panjang (Heyman)
Dikerjakan dalam kamar gelap

Sinus maksilaris
Cara I :
• Mulut dibuka lebar, lalu lampu di tekan pada
margo inferior orbita ke arah inferior
Cara II :
• Cahaya yang memancar kedepan ditutup
• Masukkan lampu ke dalam mulut, mulut di tutup
dengan tanga kiri rapat
• Cahaya yang memancar kedepan ditutup dengan
Perhatikan palatum durum dalam mulut, tanga kiri
bayangan kemerahan menunjukkan sinus terisi
udara (normal). Bila sinus terisi cairan, warna Sinus maksilaris normal, bila pada dinding depan
kemerahan meredup/menghilang bawah ortbita terlihat bayangan terang berbentuk
bulan sabit
Interpretasi
Pemeriksaan hanya mempunyai nilai apabila terdapat perbedaan
antara sinus kanan dan kiri

• Bila kedua sinus terang :


pria : sinus mormal
wanita : sinus normal/ keduanya terisi cairan (karena tulang tipis)

• Bila sama gelap :


pria : sinus normal (karena tulang tebal)
Pemeriksaan X-Ray sinus
Pemeriksaan standart paranasalis untuk menilai adanya inflamasi akut pada sinus

Proyeksi Occipitofrontal
(Caldwell) : evaluasi sinus
Proyeksi Occipitometal (Waters) : frontalis dan ethmoidalis
evaluasi sinus maksilaris

Posisi lateral : evaluasi


sinus sfenoid
Pemeriksaan Tenggorokan
Faring
Mulut
Laring
Lidah
Tonsil
Kelenjar tiroid
Pemeriksaan Rongga mulut
Alat : lampu kepala, spatel, cermin nasofaring

Prosedur Pemeriksaan :
• Pasien diminta membuka mulut, proyeksi cahaya kepala diarahkan ke
mulut pasien
• Pemeriksan menginspeksi keadaan bibir, mukosa rongga mulut, lidah,
gerakan lidah
Pemeriksaan Rongga mulut

Inspeksi Palpasi
• Trismus • Bila terdapat ulkus pada lidah
• Gerakan bibir dan sudut mulut untuk dan dugaan keganasan
menilai N.VII
• Mukosa dan gingiva melihat adakah ulkus
• Gigi-geligi Perkusi
• Lidah menilai apakah ada parese N.IX, • Perkusi pada gigi dan geraham
atropi, atau tumor
bila ada radang akan terasa sakit
• Pergerakan pallatm molle adakah edema
• Palatum durum adakah tumor atau ulkus
Pemeriksaan faring

• Pasien diminta menjulurkan


lidah dan kemudian pemeriksa
menekan lidah ke bawah
menggunakan spatel
• Pasien diminta bernapas santai,
tidak boleh menahan napas,
tidak boleh bernapas keras dan
tidak boleh ekspirasi atau
mengucapkan “eh”
Hasil pemeriksaan
• Dinding belakang faring
- Warna mukos. Normalnya merah muda
- Hiperemis +/-
- Licin/berbenjol
- Granul +/-
- Adakah ulkus
- Adakah parese
- Adakah post nasal drip +/-
Pemeriksaan Tonsil dan uvula
Alat : lampu kepala, spatel

Prosedur Pemeriksaan :
• Pasien diminta membuka mulut, lidah ditarik ke dalam dilunakkan, lidah
ditekan ke bawah di medial
• Pasien disuruh bernapas Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga
kelihatan pole bawah tonsil

Pemeriksaan Uvula :
• Menilai posisi ditengah atau tidak
• Adakah hiperemis, edema, memanjang
• Adakah masa
Pemeriksaan Tonsil
Inspeksi
• Warna tonsil - Apakah tonsil dapat digerakkan
- Normal = merah muda - Permukaan tonsil apakah rata, berbenjol-benjol, melebar
- Meradang = hiperemis - menilai tonsil

Derajat pembesaran tonsil


T0 = tonsil telah diangkat
T1 = tonsil masih di dalam fossa
T2 = tonsil melewati arkus posterior hingga mencapai linea paramediana
T3 = tonsil melewati linea paramediana hingga mencapai linea mediana (pertengahan uvula)
T4 = tonsil melewati uvula
Pemeriksaan Laring
• Inspeksi
- Melihat warna, keutuhan kulit
- Adakah benjolan disekitar laring

• Palpasi
- Adakah edema, struma, kista, metastase, susunan abnormal

Laring normal, dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri


Pemeriksaan Laringoskopi Indirek
Alat : cermin laring, kasa, lampu kepala, spirtus

Prosedur pemeriksaan :
• Cermin diuapkan terlebih dahulu
• Minta pasien menjulurkan lidah
• Meminta pasien bernapas secara normal
• Ambil kasa dan pegang lidah dengan menggunakan tangan kiri. Jari I di atas lidah, jari III di bawah lidah,
jari II menekan pipi
• Arahkan cermin laring menuju area faring (posisikan di depan uvula) hingga tampak struktur di daerah
hipofaring yaitu : epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika ariepiglotikka, aritaenoid, plika ventrikularis
dan plika vocalis dan fokuskan cahaya pada daerah tersebut
• Meminta pasien mengucapkan huruf “iiii” yang panjang sampai laring tertarik ke atas dan ke muka,
epiglottis yang sebelumnya menutup introitus laring sekarang terbuka sehingga cahaya dapat masuk ke
dalam laring dan trakea.
Pemeriksaan Laringoskopi direk
Alat : Laringoskop/Nasoendoskopi, xylocaine spray

Prosedur pemeriksaan :
• Berikan semprotan anestsi xylocaine di daera bibir, rongga mulut, dan
lidah pasien untuk mengurangi ras sakit
• Alat endoskopi di arahkan masuk kelaring dan didapatkan gambaran
laring pada minitor yang direkam melalui kamera yangterdapat pada
endoskopi
Pemeriksaan Kelenjar Limfe
Prosedur pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan
meraba dengan kedua tangan seluruh daerah
leher dari atas ke bawah

Inspeksi dan Palpasi


• Inspeksi leher : simetris/asimetris adakah tumor, limfadenopati
• Palpasi :

Jika teraba massa, nilai :


- Lokasi benjolan, jumlah, ukuran, konsistensi
- Adakah nyeri tekan
- Apakah terfiksir dengan jaringan sekitarnya

Anda mungkin juga menyukai