Anda di halaman 1dari 29

Pemeriksaan fisik sistem

pendengaran
3. TELINGA
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane
timpani dan pendengaran. Alat-alat yang perlu dipersiapkan
dalam pengkajian telinga antara lain otoskop, garpu tala dan
arloji.
Pengkajian
• Pengkajian dengan menanyakan beberapa hal berikut:
• Bagaimanakah kondisi pendengaran
• Apakah ada gangguan pada pendengaran yang saat ini
dirasakan?
– Apabila pasien mengalami gangguan, tanyakan:
Apakah gangguan yang dialami hanya terjadi pada 1 sisi
pendengaran atau keduanya
Apakah gangguan terjadi secara tiba-tiba atau bertahap?
Gejala apakah yang dirasakan?
• Bedakan jenisgangguan apakah gangguan konduksi
atau sensori neural:
• Apakah ada kesulitan memahami percakapan orang
lain yang dialami?
• Apakah ada perbedaan kondisi yang dialami dengan
adanya perubahan lingkungan?
• Kaji penyakit lain yang menimbulkan nyeri pada telinga
• Kaji penggunaan obat- obatan
• Kaji riwayat oprasi
• Kaji tanda dan gejala yang berhubungan
dengan gangguan pendengaran:
– Nyeri pada telinga
– Tinnitus
– Vertigo
– Cairan telinga
Pemeriksaan fisik telinga luar
• Lakukan Inspeksi pada daun telinga (kanan
dan kiri) dan bagian-bagiannya, apakah
terdapat deformitas, benjolan atau lesi kulit
• Lihat kesimetrisan kedua daun telinga
• Lihat apakah ada Battle’s Sign pada bagian
belakang telinga
• Battle’s Sign merupakan suatu kondisi dimana
terdapat echymosis pada tulang mastoid dan
merupakan indikator adanya fraktur pada
basis cranii
• Apabila terdapat nyeri pada telinga, adanya
discharge atau proses inflamasi maka lakukan
pemeriksaan dengan cara menggerakkan daun
telinga secara lembut ke atas dan ke bawah
(= tug test) serta berikan tekan lembut pada
bagian belakang telinga dari atas ke bawah
• Pemeriksaan Kanal Auditorius & Membran
Tymphani:
– Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan
otoscope
– Periksa ada tidaknya serumen (catat warna dan
konsistensinya), benda asing, kemerahan dan atau
edema
– Inspeksi membran tymphani, perhatikan dan catat
warna dan konturnya (ada tidaknya perforasi,
sklerosis)
Inspeksi dan palpasi
1. Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-anak dapat
diatur duduk di pangkuan orang lain.
2. Atur posisi anda duduk menghadap pada sisi telinga pasien yang akan dikaji
3. Untuk pencahayaan, gunakan auroskop, lampau kepala atau sumber
cahaya yang lain sehingga tangan anda akan bebas bekerja
4. Mulailah mengamati telinga luar, periksa keadaan pinna terhadap ukuran,
bentuk, warna, lesi dan adanya massa.
5. Lanjutkan pengkajian palpasi dengan cara memegang telinga dengan
jempol dan jari penunjuk
6. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari jaringan luna,
kemudian jaringan keras dan catat bila ada nyeri
7. Tekan bagian tragus ke dalam dan tekan pula tulang telinga di bawah daun
telinga. Bila ada peradangan amka pasien akan merasa nyeri
8. Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan.
9. Bila diperlukan, lanjutkan pengkajian telinga bagian dalam.
10. Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara
perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan kebelakang sehingga
lubang telinga menjadi lurus dan mudah diamati. Pada anak-anak
daun telinga ditarik ke bawah.
11. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan terhadap
ada atau tidaknya peradangan, perdarahan atau kotoran
12. Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala ke dalam
lubang telinga
13. Bila letak otoskop sudah tepat, letakkan mata diatas eye-piece
14. Amati dinding lubang telinga terhadap kotoran, serumen,
peradangan atau adanya benda asing pada dinding lobang telinga.
15. Amati membrane timpani mengenai bentuk, warna,
transparansi, kilau, perforasi atau terhadap adanya darah/cairan
pada membran timpani.
Membran tympani normal
Membran tympani perforasi
Membran tympani nekrosis
Test Pendengaran
• Tes sederhana/klasik: tes arloji, tes
berbisik, tes garpu tala
– Semi kuantitatif
– Berfungsi menentukan derajat ketulian secara
kasar
– Pastikan melakukan pemeriksaan ini dalam kondisi
ruangan yang betul-betul tenang
Pemeriksaan pendengaran
• Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk
mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana
pendengaran dapat dipemeriksaan dengan
menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang
baik akan dengan mudah dapat mengetahui
adanya bisikan. Bila pendengaran dicurigai tidak
berfungsi baik, maka pemeriksaan yang lebih
teliti dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
garpu tala, atau test audiometric (oleh spesialis).
1. Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda
pada jarak sekitar 4,5 sampai dengan 6 meter
2. Anjurkan pasien untuk menutup salah satu
telinga yang tidak dipemeriksaan
3. Bisikkan suatu bilangan (misalnya tujuh enam).
4. Beritahu pasien untuk mengulangi bilangan
yang di dengar
5. Pemeriksaan telinga yang satunya dengan cara
yang sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga
kanan dan kiri pasien
• Penilaian (menurut Feldmann):
Normal: 6-8 m
Tuli ringan: 4 - <6m
Tuli sedang: 1 - <4 m
Tuli berat: 25 cm - <1 m
Tuli total: <25 cm
Pemeriksaan pendengaran dengan garputala

Pemeriksaan pendengaran dilakukan dengan tujuan


untuk mengetahui kualitas pendengaran secara lebih
teliti. Pemeriksaan garputala dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pemeriksaan Rinne dan Pemeriksaan
Weber. Pemeriksaan Rinne dilakukan untuk
membandingkan antara konduksi udara dengan
konduksi tulang sedangkan pemeriksaan Weber
digunakan untuk mengetahui lateralisasi fibrasi (getaran,
yang dirasakan baik oleh telinga kanan maupun kiri).
Pemeriksaan pendengaran ini harus dilakukan diruang
yang tenang (tidak gaduh).
RINNE TEST
Pemeriksaan pendengaran dengan
garputala dilakukan dengan langkah sbb :
1. Pemeriksaan pertama (Rinne)
a. Vibra sikan garputala
a. Letakkan garputala pada mastoid kiri pasien
b. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu tidak
merasakan getaran lagi
c. Angkat garputala dan pegang di depan telinga kiri pasien dengan
posisi garputala parallel terhadap lubang telinga luar pasien.
d. Anjurkan pasien untuk memberitahu apakah masih mendengar
suara getaran atau tidak. Normalnya suara getaran masih dapat
di dengarkan karena konduksi udara lebih baik daripada konduksi
tulang
WEBER TEST
• Tes Weber: membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan
• Hasil tes Weber:
Bila terdengar lebih keras ke salah satu telinga: lateralisasi ke
telinga tersebut
Bila tdk dapat dibedakan ke arah mana yang lebih keras: tidak
ada lateralisasi
• Interpretasi Hasil:
Normal: tidak ada lateralisasi
Tuli konduktif: lateralisasi ke telinga yang sakit
Tuli sensorineural: lateralisasi ke telinga yang sehat
• Tes Schwabach: membandingkan hantaran
tulang telinga orang yang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal
• Hasil tes Schwabach dan interpretasinya:
 Sama: normal
 Memanjang: Tuli konduktif
 Memendek: Tuli sensorineural

Anda mungkin juga menyukai