Anda di halaman 1dari 30

Pemeriksaan Fisik THT

Dokter Pembimbing : dr Arroyan Wardhana Sp. THT

Nurul Atika Haviz


Fitrah Adithya
Anggit Anggarda P.
Telinga
INSPEKSI
PALPASI

Alat yang diperlukan


●Pinset telinga
●Headlamp
●Garpu tala
●Corong telinga
●Serumen hook
●Otoskop
TES FUNGSI PENDENGARAN

Ada beberapa tes yang dapat digunakan dalam menilai fungsi pendengaran. Salah satu tes
yang biasa digunakan di Klinik adalah Tes Bisik dan Tes Garpu Tala

Uji penala yang dilakukan sehari hari adalah uji pendengaran weber dan rinne
Test Weber

Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Telinga
normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama

intepretasi
Test Rinne

Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu
telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang. Juga pada
tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran tulang. Dilain pihak pada
tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada hantaran udara.

intepretas
Test Schwabach

Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari penderita dengan hantaran
tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus normal

Intepretasi

N : jika pasien mendengar = pemeriksa

Memanjang : Tuli konduktif

Memendek : tuli sensorineural


Tes bing

Tragus telinga yg diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga sehingga terdapat tuli
konduktif kira kira 30 dB. Penemoatan garpu tala seperti tes weber

Intepretasi

Lateralisasi ke telinga yg ditutup : normal atau Tuli sensorineural

Suara tidak bertambah keras : tuli konduktif


Tes batas atas dan batas bawah

Untuk menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar oleh pasien melewati
hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal

Cara
Garpu tala dibunyikan satu persatu (frekuesi rendah – tinggi)
Tangkai dipegang , kedua ujung kaki alat dibunyikan
Didengarkan dulu oleh pemeriksa sampai suara bunyi hampir hilang
Kemudia diperdengarkan pada pasien dengan meletakan garpu tala di dekat MAE
Hidung

Memeriksa rongga hidung bagian dalam dari depan disebut rhinoskopi anterior. diperlukan
spekulum hidung, otoskop.

memeriksa bagian belakang hidung di lakukan pemeriksaan rhinoskopi posterior sekaligus


untuk melihat nasofaring.
alat alat pemeriksaan hidung

1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung ukuran kecil, sedang dan besar
3. Pinset bayonet
4. Haak untuk mengambil benda asing di hidung
5. Cairan : pemati rasa (Lidokain 2%), vasokonstriktor (Ephedrine)
6. Kapas untuk tampon
7. Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
8. Penekan lidah (tongue depressor, tongue spatula)
9. Lampu spiritus
10. Mangkuk bengkok (nearbeken)
11. Tampon Steril
1. MELAKUKAN ANAMNESIS

anamnesis yang teliti seperti

keluhan sumbatan ini terjadi terus menerus atau hilang timbul pada sisi satu atau keduanya , atau bergantian

Digali keluhan utama, yaitu alasan datang ke RS/ dokter.

a. Pilek :

- Sejak kapan
- Apakah disertai dengan keluhan-keluhan lain (bersin-bersin, batuk, pusing, panas,
hidung tersumbat)

b. Sakit :

- Sejak kapan
- Adakah riwayat trauma
- Apakah disertai keluhan-keluhan lain : tersumbat, pusing, keluar ingus (encer,kental, berbau/
tidak, warna kekuning-kuningan, bercampur darah)
c. Mimisan (epistaksis) :

- Sejak kapan,
- Banyak/ sedikit,
- Didahului trauma/ tidak,
- Menetes/ memancar,
- Bercampur lendir/ tidak,
- Disertai bau/ tidak,
- Disertai gejala lain/ tidak (panas, batuk, pilek, suara sengau).
d. Hidung tersumbat (obstruksi nasi) :

- Sejak kapan
- Makin lama makin tersumbat/ tidak
- Disertai keluhan-keluhan lain/ tidak
(gatal-gatal, bersin-bersin, rinorhea,mimisan/ tidak, berbau/tidak)
- Obstruksi hilang timbul/tidak
- Menetap, makin lama makin berat
- Pada segala posisi tidur
- Diagnosis banding :
1. Rhinitis (akut, kronis, alergi )
2. Benda asing
3. Polyp hidung dan tumor hidung
4. Kelainan anatomi (atresia choana,
deviasi septum)
5. Trauma (fraktur os nasal)
e. Rinolalia :
- Sejak kapan
- Terjadi saat apa, pilek /tidak
- Disertai gejala-gejala lain/ tidak
- Ada riwayat trauma kepala/ tidak
- Ada riwayat operasi hidung/ tidak
- Ada riwayat operasi kepala/ tidak
pemeriksaan rhinoskopi anterior
urutan pemeriksaan :
a. lakukan tamponade kurang lebih selama 5 menit dengan kapas yang dibasahi larutan lidokain 2% &
efedrin.
b. Angkat tampon hidung.
c. Lakukan inspeksi, mulai dari :

- Cuping hidung (vestibulum nasi)


- Bangunan di rongga hidung
- Meatus nasi inferior : normal/ tidak
- Konka inferior : normal/ tidak
- Meatus nasi medius : normal/ tidak
- Konka medius : normal/ tidak
- Keadaan septa nasi : normal/ tidak, adakah deviasi septum
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada pertumbuhan
abnormal : polip, tumor; ada benda asing/ tidak : berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana deskripsi discharge
(banyak/ sedikit, jernih, mucous, purulen, warna discharge, apakah berbau).
PEMERIKSAAN RINOSKOPI POSTERIOR

Urutan
1) Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain spray 2%.
2) Tunggu beberapa menit.
3) Ambil kaca laring ukuran kecil.
4) Masukkan/pasangkacalaringpadadaerahismusfausiumarahkacakekranial.
5) Evaluasi bayangan-bayangan di rongga hidung posterior (nasofaring).
6) Lihatbayangandinasofaring:
Fossa Rossenmuler
Torus tubarius
Muara tuba auditiva Eustachii
Adenoid
Konka superior
Septum nasi posterior
Choana
PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI/ DIAPANASKOPI SINUS

Jika didapatkan nyeri tekan sinus atau gejala-gejala lain yang menunjukkan sinusitis, pemeriksaan transiluminasi/
diapanaskopi sinus kadang dapat membantu diagnosis meskipun kurang sensitif dan spesifik.

Prosedur pemeriksaan :

- Ruangan gelap
- Menggunakan sumber cahaya kuat dan terfokus, arahkan sumber cahaya di pangkal hidung
di bawah alis.
- Lindungi sumber cahaya dengan tangan kiri. Lihat bayangan kemerahan di dahi karena
sinar ditransmisikan melalui ruangan udara dalam sinus frontalis ke dahi.
- Bila pasien menggunakan gigi palsu pada rahang atas, mintalah pasien untuk melepasnya. Minta pasien untuk sedikit
menengadahkan kepala dan membuka mulut lebar-lebar.
Arahkan sinar dari sudut mata bagian bawah dalam ke arah bawah.
- Lihat bagian palatum durum di dalam mulut. Bayangan kemerahan di palatum durum
menunjukkan sinus maksilaris normal yang terisi oleh udara. Bila sinus terisi cairan,
bayangan kemerahan tersebut meredup atau menghilang.
- Cara lain, sumber cahaya dimasukkan ke mulut diarahkan ke mata dan diperhatikan
keadaan pupilnya. Bila pupil midriasis (anisokor), kemungkinan terdapat cairan/ massa pada sinus. Bila pupil isokor, tidak
terdapat cairan/ massa.
Transilluminasi sinus maksilaris Transilluminasi sinus frontalis

Palpasi sinus, (b) frontalis, (c) maksilaris


PEMERIKSAAN TONSIL,
FARING, LARING & LEHER
● Penderita diinstruksikan untuk membuka mulut, perhatikan struktur di
kavum oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukal.
● Lihat ada tidaknya kelainan berupa pembengkakan, hiperemis, massa,
atau kainan kongenital.

Pada pemeriksaan lidah, perhatikan Ada


gangguan perasa/ tidak.
Ada kelainan-kelainan pada lidah :
Paresis/ paralisis lidah
Atrofi papila lidah
Abnormalitas warna mukosa lidah adanya
ulcerasi
Tumor
PEMERIKSAAN TONSIL & FARING

Memeriksa besar tonsil, ditentukan sebagai


berikut :
T0 : tonsil telah diangkat
T1 : bila besarnya ¼ jarak arkus anterior dan
uvula
T2 : bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan
uvula
T3 : bila besarnya ¾ jarak arkus anterior dan
uvula
T4 : bila besarnya mencapai uvula atau lebih

Memeriksa mobilitas tonsil digunakan 2 spatula :


Spatula 1 : posisi sama dengan di atas
Spatula 2 posisi ujungnya vertical menekan jaringan
peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior
Laringoskopi indirekta

Maksudnya adalah melihat laring secara tidak


langsung dengan cara menempatkan cermin
didalam faring dan cermin tersebut disinari oleh
cahaya. Bayangan laring pada cermin terlihat dari
sinar yang dipantulkan.

Alat – Alat :
• Cermin laringoskop yang besar
• Lampu spiritus
• Larutan Xylocain 10% buat faring yang sensitif
• Kain kasa yang dilipat
- Pasien membuka mulut dan menjulurkan lidah sejauh mungkin ke
depan
- Setelah dibalut dengan kasa steril lidah kemudian difiksasi
diantara ibu jari dan jari tengah
- Pasien diinstruksikan untuk bernafas secara normal
- Memasukan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telah
dilidah apikan ke dalam orofaring
- Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian rupa
sehingga tampak struktur di daerah hipofaring (epiglottis,
valekula, fossa piriformis, plika eriepiglotika, arytaenoid, plika
ventrikularis dan plika vocalis)
Untuk pemeriksaan laringoskopi indirekta,kepala penderita diatur dalam 3 posisi :
1. Posisi tegak
2. Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura posterior
3. Posisi Tuerck’s : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura anterior
Laringoskopi direkta

Laringoskop yang digunakan : Teknik


• Penderita ditidurkan terlentang diatas
a. Laringoskop kaku,yaitu :
meja periksa
• Endoskop model Brunings, jackson, Pemeriksaan baru dapat dimulai kira - kira
Mc.intosh, Mc.Gill 10 menit setelah ke dalam faring dan laring
• Sumber cahaya : Brunings proximal, diseprotkan Xylocain 10% ( + 10 semprot)
Jackson distal Pipa Laringoskop dimasukkan sampai
introitus laringis
• Memperhatikan gambar laring seperti
pada laringoskop indirek
b. Laringoskop fiber optic
c. Mikrolaringoskop dengan memakai
mikroskop
perhatikan :
● Penderita berbaring, posisi kepala di
depan pemeriksa
● Bagian kanan penderita adalah juga
bagian kanan pemeriksa
PEMERIKSAAN KELENJAR LEHER

● Pada umumnya baru teraba apabila ada


pembesaran >1cm
● Palpasi dilakukan dengan:
1. Posisi pemeriksa berada di belakang penderita
2. Dilakukan secara sistematis/berurutan mulai dari
submental berlanjut ke arah angulus mandibula,
sepanjang muskulus sternocleidomastoid,
clavicula dan di teruskan saraf assesorius

Anda mungkin juga menyukai