Anda di halaman 1dari 70

PEMERIKSAAN

THT
dr. Deviana, Sp.THT-KL
Anamnesis

Pemeriksaan Telinga

Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan Tenggorok
ANAMNESIS
Anamnesis Telinga
Nyeri telinga (otalgia)

Cairan dari telinga (otorea)

Telinga berbunyi (tinnitus)

Gangguan pendengaran: tiba-tiba


atau perlahan–lahan
Anamnesis Telinga
Perasaan berputar (vertigo) : lama, tiba-
tiba/perlahan, progresivitas, posisi tertentu,
gangguan pada satu atau kedua telinga

Riwayat trauma kepala

Riwayat obat ototoksik

Riwayat bekerja di lingkungan bising


Anamnesis Hidung
Bersin-bersin:
Keluar ingus dari
berapa kali,
Hidung tersumbat hidung:
pemicu: debu,
encer/kental
udara dingin

Nyeri di pipi/dibawah
kelopak mata, dahi, Gangguan
Hidung gatal pangkal hidung/dekat
kantus medius, sakit penciuman
kepala (cephalgia)

Lendir yang keluar Gigi yang Keluar darah dari


dari hidung berbau berlubang/busuk hidung (epistaksis)
Anamnesis Tenggorok
Rasa sakit/nyeri menelan (odinofagi)

Rasa mengganjal di tenggorok

Demam tinggi

Batuk

Keluhan sering berulang/kambuh


Lendir di tenggorok keluar dari belakang hidung (post
nasal drip)

Sekret di tenggorok
Anamnesis terdiri dari:
Identitas, RPS, RPD, RPK dan
Catatan Riwayat Pribadi/Sosial yang
terkait kasus
PEMERIKSAAN FISIK
Catatan
PEMERIKSAAN FISIK :

•Mula-mula menjelaskan secara singkat


PF yang akan dilakukan, lalu meminta
inform consent secara lisan
•Mencuci tangan dengan cairan
antiseptik sebelum & sesudah PF
(dengan cara 6 langkah WHO selama
20-30 detik)
Kursi pemeriksaan THT ideal
Posisi pemeriksaan

Cara duduk :
• Pasien duduk di depan pemeriksa; lutut
kiri pemeriksa bersisian dengan lutut kiri
pasien.
• Kepala pasien miring ke sisi berlawanan.
Jika memeriksa telinga sisi kontralateral,
cukup kepala penderita yang diputar.
Cara memakai
lampu kepala
Prinsip :
Memakai lampu kepala
dengan cahaya yang baik :
• Lampu kepala ( head
lamp) di letakkan pada
kepala,kemudian lampu
difokuskan ke telapak
tangan dengan jarak 30
cm
PEMERIKSAAN TELINGA
Anatomi telinga
 
Cara memegang
telinga
 Kanan : dengan tangan kiri,
daun telinga ditarik ke belakang
atas untuk meluruskan liang
telinga sehingga membran
timpani dapat terlihat.
 Daun telinga dipegang dengan
jari II, dan III. Jari-jari lain
untuk memfiksasi (diletakkan
pada mastoid)
 Demikian sebaliknya.
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Daun telinga:
 Bentuk
normal/mikrotia/anotia/bat ear
 Warna : sama dengan
sekitar/tanda infeksi ?
 Fistula preaurikuler (ada/tidak)
 Benjolan : ada/tidak
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Liang telinga
 Lapang / sempit
Kalau sempit, apakah :
Furunkel +/-, jaringan granulasi +/-
Serumen +/- keras/lunak
 Sekret ada/tidak,sedikit/ banyak, encer /kental/
purulen, berbau/tidak
 Benda asing +/-
 Hiperemis/ edema +/-
Serumen Obsturan
(Serumen Prop)
Furunkel MAE

Otitis Eksterna Difusa


CARA MEMEGANG OTOSKOP
seperti memegang pensil, jari
kelingking diletakkan di pipi untuk
fiksasi, dan ujung otoskop
diarahkan ke liang telinga
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Membran timpani
 Bentuk: utuh.
 Bilaada perforasi: letak:
sentral/marginal/attic/total /subtotal
 Reflekscahaya di jam berapa : kanan di
jam 5 dan kiri di jam 7
 Warna membran: normal putih mengkilat
seperti mutiara/suram
Tipe jinak Tipe bahaya
Perforasi total
Cholesteatoma
Tes Penala

 NILAI AMBANG
 TES WEBER
 TES RINNE
 TES SCHWABACH
Garputala yang dipakai
frekuensi: 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz,
1024 Hz, 2048 Hz dan 4096 Hz
Batas Pendengaran

 Batas atas : frekuensi tertinggi yang


mampu didengar secara hantaran tulang
 Batas bawah: frekuensi terendah yang
mampu didengar secara hantaran udara
 Interpretasi:
tuli konduksi : batas bawah naik
tuli sensorineural: batas atas turun
Tes Rinne

Prinsip : membandingkan hantaran


udara (AC) dan hantaran tulang (BC)
pada telinga yang diperiksa
Cara: Garputala digetarkan ,
tangkainya diletakkan di prosesus
mastoideus, setelah tidak terdengar,
garputala di pegang didepan MAE
sekitar 2,5 cm. Bila masih terdengar :
Rinne (+) tidak terdengar : Rinne (-)
Tes Rinne

Interpretasi:
Rinne (+) → AC > BC pada telinga
normal, tuli SN
Rinne (-) → BC> AC pada tuli
konduksi
Tuli konduksi < 30 dB , tes Rinne bisa
(+)
Tes Weber
• Prinsip: membandingkan hantaran
tulang (BC) telinga kiri & kanan
• Cara: garputala 512 Hz diletakkan di
dahi atau gigi incisivus (garis
median), kemudian pasien diminta
untuk membedakan suara/getaran
yang lebih keras pada telinga yang
mana
Tes Weber
Interpretasi :
• Mendengar sama keras → tidak ada
lateralisasi
• Mendengar lebih keras di D/S →
lateralisasi ke D/S
• Lateralisasi telinga sakit → tuli konduksi
• Lateralisasi ke telinga sehat → tuli
sensorineural
Lateralisasi ke D/ Lateralisasi ke S/

• D konduksi, S • S konduksi, D
normal normal
• D-S konduksi, D • D-S konduksi, S
lebih berat lebih berat
• S SNHL, D normal • D SNHL, S normal
• D-S SNHL, S lebih • D-S SNHL, D lebih
berat berat
• D konduksi, S SNHL • S konduksi, D SNHL
Tes Schwabach

Prinsip: membandingkan lama


hantaran tulang (BC) penderita
dan pemeriksa
Syarat: telinga pemeriksa normal
Tes Schwabach
Cara Garputala digetarkan, tangkainya
diletakkan di prosesus mastoideus
sampai tidak terdengar
Tangkai garputala segera
dipindahkan ke prosesus
mastoideus pemeriksa.
Bila pemeriksa masih dapat
mendengar → Schwabach
memendek
Tes Schwabach
Cara Bila pemeriksa tidak mendengar,
pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya yaitu garputala
diletakkan di prosesus mastoideus
pemeriksa terlebih dahulu
Bila pasien masih dapat mendengar
→ Schwabach memanjang
Bila pasien dan pemeriksa sama-
sama mendengar → Schwabach
sama dengan pemeriksa
Tes Schwabach

Interpretasi:
•Schwabach memendek → tuli
sensorineural
•Schwabach memanjang → tuli
konduksi
•Normal: BC penderita = BC
pemeriksa
Test Rinne.

(Dari Adams Boies


Paparella : Boies’s
Fundamentals of
otolaryngoloy , Fifth
edition
Philadelphia W B.
Saunders Co. 1978
hal. 11 )
Test Weber.

(Dari Adams Boies


Paparella : Boies’s
Fundamentals of
otolaryngoloy , Fifth
edition
Philadelphia W B.
Saunders Co. 1978
hal. 12 )
PEMERIKSAAN HIDUNG
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Dorsum nasi
 Perubahan bentuk +/-
 Perubahan warna +/-
 Edema +/-, hematoma
+/-
 Palpasi: fraktur
(krepitasi) +/-

Deviasi septum
SINUS PARANASALIS

• Melakukan palpasi
dengan menekan daerah
frontal, kantus medius dan
pipi dextra : nyeri +/-
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Vestibulum nasi
 Dilihat bagian
lateral/medial
/atas/bawah:
sekret +/-
vestibulum
 Furunkel +/-
 Krusta +/-
Cara pemeriksaan
dengan spekulum hidung
 Memasukkan
spekulum hidung
dalam keadaan
tertutup, setelah
berada di
vestibulum baru
spekulum hidung
dibuka perlahan
 Mengeluarkan
spekulum hidung
dalam keadaan
setengah terbuka,
baru dikeluarkan Rinoskopi anterior
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Kavum nasi
 Lapang/sempit
 Mukosa: normal merah muda (merah: radang, pucat:
alergi)
 Septum deviasi +/- (ringan/sedang/berat)
 Konka inferior: eutrofi/hipertrofi/atrofi, warna: merah
muda (normal), hiperemi (rhinitis simpleks/influenza),
pucat/livid (rhinitis alergi/vasomotor)
 Konka media: eutrofi/hipertrofi/atrofi, sekret +/- di
meatus media, warna, kekentalan
 Fenomena palatum molle
Fenomena palatum molle

Pasien bilang “iiiiii”


Rhinoskopi posterior
Inspeksi dan
Palpasi

Nasoendoscopi/
Nasofaringoscopi

Rhinoscopi Anterior Rhinoscopi Posterior

Gambar : Pemeriksaan Hidung


Transiluminasi/Diaphanoscopia

Yaitu :
Pemeriksaan Sinus dengan
bantuan Lampu dalam kamar
gelap.
Sinus Frontalis

• Lampu diletakkan di dasar


sinus lihat kedua sisi
kanan/kiri secara
bergantian, pancaran
sinar pada dahi penderita.
3/
20
21
Sinus Maxillaris :

• lampu dimasukkan dalam rongga mulut


→ lihat pancaran lampu didaerah infra
orbital kanan /kiri .
• lampu diletakkan di Fossa Canina kanan
/ kiri bergantian → Lihat pancaran
lampu pada dasar Sinus & Palatum.
• bermakna jika terdapat perbedaan
antara kanan & kiri.
3/
20
21
3/
20
21
PEMERIKSAAN
TENGGOROK
Cara pemeriksaan

 Mulut dibuka, lampu diarahkan ke


faring, kemudian pasien diminta
bernafas perlahan
 Lidah di dalam, ditekan dengan spatel
lidah
Pemeriksaan tenggorok
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Faring
 Warna mukosa: normal
merah muda, hiperemis
+/-
 Permukaan:licin/berbenjol
(granul)
 Post nasal drip +/-
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Tonsil
 Besar:T1-T4, Kripte
melebar +/-, Detritus
+/-
 Pembesaran
simetris/tidak (asimetris
→ curiga tumor)
 Bilatelah dioperasi:
T0-T0
Pelaporan hasil
pemeriksaan
 Uvula
 Posisi: di tengah/tidak
 Hiperemi +/-
 Edema +/-
 Memanjang +/-
 Gigi geligi :
karies, berlubang
Laringoskopi indirek
Laringoskopi Indirek
Laringoskopi direk
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai