Anda di halaman 1dari 10

Nama Peserta Dr.

Paramitha Kusumadewi
Nama Wahana RS Pupuk Kaltim
Tanggal (kasus) 28 April 2017
Nama Pasien An. E No. RM 29xxxx
dr. Didin Sp.THT-KL,
Tgl Presentasi 30 April 2017 Pendamping dr. Harmawati dan dr.
Zukhrida
Tempat
Ruangan Auditorium Fisioterapi, RS Pupuk Kaltim
Presentasi
OBYEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Anak laki-laki, 9 tahun, datang ke poli THT dengan keluhan nyeri teggorokan sejak 1 tahun yang lalu,
hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu dirasa semakin parah, disertai demam, sesak nafas tapi tidak
batuk, dan hidung meler. Orang tua nya mengatakan pasien sering mengorok ketika tidur.
o Tujuan :
Menegakkan diagnosis, tatalaksana awal dan indikasi rawat inap/rujuk pada kasus ini.
Bahan
o Tinjauan Pustaka o Riset o Kasus o Audit
Bahasan:
Cara
o Diskusi o Presentasi Kasus o Email o Pos
Membahas:
DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI

1. Diagnosis :
Tonsilitis Kronik.

2. Gambaran Klinis
Anak laki-laki, 9 tahun, datang ke poli THT dengan keluhan nyeri tenggorokan sejak 1 tahun yang
lalu, hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu dirasa semakin parah, disertai demam, sesak nafas tapi
tidak batuk, dan hidung meler. Orang tua nya mengatakan pasien sering mengorok ketika tidur. Pasien
sudah sering berobat ke dokter umum, keluhannya sembuh terobati tapi sering kambuh-kambuhan.
3. Riwayat pengobatan:
Tidak ada pengobatan khusus.
4. Riwayat kesehatan / penyakit :
Sebelum sakit, pasien tidak pernah menderita sakit apapun.
5.Riwayat keluarga :
Tidak ada riwayat alergi. Riwayat penyakit serupa di keluarga disangkal.

6. Riwayat pekerjaan :-

7. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :


Pasien tinggal di kawasan dengan sanitasi baik.
8.Lain-lain : -.
Daftar Pustaka :
1. Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok
Kepala Leher Edisi ke 6 Cetakan ke 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990.
2. Bahan Kuliah Sistem Indera Khusus, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar,
2005.
3. Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
4. Mubin Halim Prof. dr., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam (Diagnosis dan Terapi), Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008.

Hasil Pembelajaran :
1. Memahami cara mendiagnosis tonsilitis
2. Memahami pemeriksaan fisik dan penunjang tonsilitis
3. Memahami komplikasi dari tonsilitis
4. Memahami tatalaksana dari tonsilitis

Rangkuman Hasil Pembelajaran


1. Subjektif
Anak laki-laki, 9 tahun, datang ke poli THT dengan keluhan nyeri teggorokan sejak 1 tahun yang
lalu, hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu dirasa semakin parah, disertai demam, sesak nafas tapi
tidak batuk, dan hidung meler. Orang tua nya mengatakan pasien sering mengorok ketika tidur.
Pasien sudah sering berobat ke dokter umum, keluhannya sembuh terobati tapi sering kambuh-
kambuhan. Nafsu makan masih baik, tidak ada mual dan muntah. BAB dan BAK masih dalam batas
normal.
2. Objektif
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada saat pasien masuk ke rumah sakit mendukung
diagnosis. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Gejala klinis
Adanya keluhan nyeri tenggorokan sejak 1 tahun yang lalu, hilang timbul, tapi sejak 1 bulan ini
disertai demam,sesak nafas, dan hidung meler. Adanya riwayat dirumah bila pasien tidur sering
mengorok.
 Keadaan umum : Tampak lemas
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/50 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Laju pernapasan : 18 x/menit
 Suhu aksila : 37.8 0C

 KEPALA DAN WAJAH


 Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor 3mm/3mm
 Telinga : Membran timpani intak, sekret -/-, serumen -/-
 Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-
 Mulut : Mukosa oral basah, berwarna merah muda
 LEHER
Trakea di tengah, KGB tidak teraba
 THORAX
 Paru-Paru
I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
P : Stem fremitus kiri = kanan
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Jantung
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea midklavikularis sinistra
P : Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS IV linea midklavikularis sinistra
A : Bunyi Jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
 ABDOMEN
I : Bentuk abdomen datar, tidak terlihat pelebaran vena
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) region epigastrik
P : Timpani
A : Bising Usus (+) 4-5 x/menit

 PUNGGUNG
I : Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, maupun kifosis, simetris dalam keadaan
statis dan dinamis
P : Stem fremitus sama di kanan dan kiri, nyeri ketok CVA -/-
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Suara vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
 EKSTREMITAS
a. Ekstremitas Atas :
 Eutrofi, normotonus, akral hangat, CRT < 2”, kekuatan 5/5.
 Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
b. Ekstremitas Bawah :
 Eutrofi, normotonus, akral hangat, CRT < 2”, kekuatan 5/5.
 Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
 Pemeriksaan THT

Telinga Telinga kiri


kanan

Aurikula Lesi (-), hiperemis Lesi (-), hiperemis (-), edema


(-),edema(-), massa (-) (-), massa (-)

Canalis Discharge (-), hiperemis (-), Discharge (-), hiperemis (-),


aurikularis massa (-), edema (-) massa (-), edema (-)

Tympanic Intak, cone of light (+) Intak, cone of light (+)


Hidung &
Membran
sinus kanan kiri
paranasal

Inspeksi Dalam batas Dalam batas


hidung normal normal
Palpasi
sinus Nyeri (-) Nyeri (-)
paranasal
Anterior Discharge (-), edema (-), edema konka (-),
Rhinoscopy septum deviasi (-), massa (-)
Posterior
Tidak dilakukan
Rhinoscopy

Mulut dan tenggorokan

Bibir Tidak ada kelainan


Gusi dan gigi Tidak ada kelainan
Lidah Tidak ada kelainan

Palatum Tidak ada kelainan

Uvula Tidak ada kelainan

Tonsil T3-T3, hiperemis (+), kripta lebar-lebar (+)


Posterior Oropharynx postnasal drip (-), hhiperemis (+), granula (+)

Indirect Laryngoscopy -

Pemeriksaan Penunjang:

Lab Nilai Nilai Normal

Hb 12.4mg/ dl 12-16 mg/dl

Ht 35.70 % 37-47 %

Leukosit 16.420 sel/uL 4.000-10.000 sel/uL

Trombosit 199.000sel/uL 150.000-400.000 sel/uL

3. Objektif
Tonsillitis Kronik
4.Planning
IUFD NaCl 0.9% 12tpm
Pro tonsillectomy
Terapi post tonsillectomy : tizos 3x1 sanmol 4x1 Cth
Kalnex 3x1 Cernevit 1x1
Klametason 3x1 lapifed exp syrup 3xCth1

TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi tenggorokan adalah episode sakit tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri pada faring, tonsil palatine, atau keduanya. Infeksi virus dapat dimulai dari peradangan mukosa,
obstruksi kriptus, dan ulserasi yang mengarah ke superinfeksi bakteri. Terapi antibiotik yang tidak
adekuat dari tonsilitis akut dapat menyebabkan tonsilitis kronis. Tonsilitis kronis biasanya terjadi pada
anak-anak dengan infeksi tenggorokan berulang atau tidur yang tidak teratur.
Anatomi dan Fisiologi
Kumpulan jaringan limfoid pada mukosa nasofaring & orofaring, yang dikembangkan dari
komponen epitel yang diselimuti jaringan ikat mesenkimal, kemudian terdapat kumpulan limfosit dan
mediator imunologi. Tonsil pada manusia meliputi, dari atasan ke bawah :
– pharyngeal tonsils (adenoids)
– tubal tonsils
– palatine tonsils
– lingual tonsils

Disebut juga cincin tonsillar atau cincin Waldeyer yang merupakan Bagian dari sistem pertahanan tubuh
Vaskularisasi
Tonsil Palatina menerima darah dari cabang arteri karotis eksternal, arteri maksilaris dan wajah
bagian dalam. Bagian superior menerima darah dari arteri faringeal atas dan arteri palatine bawah (cabang
arteri maksilaris internal), bagian inferior depan menerima darah dari arteri lingual dorsal (cabang arteri
lingual), bagian inferior belakang menerima darah dari arteri palatine atas (cabang arteri maksilaris
eksternal). Bagian tengah: arteri tonsilar (cabang arteri maksilaris eksternal)
Inervasi
Bagian superior menerima dari nervus trigeminal, nervus palatina bawah melalui ganglion
sphenopalatine. Bagian inferior melalui nervus glossofaringeal.
Definisi
Radang tonsil Akut yaitu Peradangan pada tonsil yang berlangsung kurang dari dua belas minggu.
Radang tonsil Kronis yaitu Peradangan pada tonsil yang berlangsung selama lebih dari dua belas minggu.
Radang tonsil Berulang yaitu episode akut tonsilitis dengan periode bebas gejala di antaranya. Radang
tonsil Akut pada Kronis yaitu infeksi tonsil akut dengan adanya tonsilitis kronis.
Radang tonsil biasa terjadi pada anak-anak, jarang terjadi pada bayi. Pada anak usia kurang dari 5
tahun biasanya disebabkan oleh infeksi virus,sedangkan pada anak usia 5-15 tahun sering disebabkan oleh
infeksi bakteri.
Factor resiko yang dapat memungkinkan terjadinya tonsillitis yaitu adanya factor prediposisi
yang umum seperti iritasi kronis (asap rokok,makanan), kebersihan mulut yang buruk, adanya alergi,
cuaca (kondisi dingin dan lembab), keadaan gizi yang buruk.

Patofisiologi
Mikroba masuk menginfiltrasi mukosa, mengikis permukaan epitel dan jaringan limfoid,dan
menyebabkan radang pada tonsil. Radang pada tonsil menyebabkan munculnya satu atau bebrapa kripta.
Respon inflamasi yang dimediasi oeh leukosit polimorfonuklear. Cairan yang mengandung debris
leukosit, bakteri, dan epitel yang terbentuk dalam kripta yang merupakan reaksi inflamasi (detritus).
Terjadinya tonsillitis disebabkan adanya beberapa bakteri yang terperangkap dalam detritus tonsil
yang diisi kripta dan menjadi inti dari inflamasi kronis. Jaringan ikat fibrous menggantikan jaringan
limfoid menyebabkan kripta melebar. Proses ini terus berlanjut dan meluas menyebabkan perlengketan
dengan struktus sekitar fossa tonsillar. Infeksi kronis dari tonsil menyebabkan hipertrofi tonsillar.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari radang tonsil akut yaitu demam, sakit tenggorokan, bau nafas tidak enak,
disfagia, odinofagia, timbul kelenjar getah bening servikal yang kenyal, adanya sumbatan jaln nafas
seperti mendengkur,nafas pendek. Sedangkan tanda dan gejala dari radang tonsil kronis yaitu sakit
tenggorokan yang berlangsung lama, halitosis/bau mulut, radang tonsil, adanya kelenjar getah bening
servikal kenyal yang menetap, disfagia, demam, tidak enak badan, nafas bau tidak enak, dapa disertai
sakit telinga karena adanya nyeri yang disampaikan oleh nevus glossofaringeal.
Pemeriksaan fisik yang dapat terlihat pada radang tonsil akut yaitu hipetrofi tonsillar, kemerahan,
adanya detritus, eksudat tonsillar, kenyal. Sedangkan pada radang kronik yaitu kemerahan, hipertrofi
tonsillar, kripta melebar, adanya detritus, pembesaran kelenjar getah bening yang menetap.
Radang tonsil bakteri vs radang tonsil virus

Pembesaran tonsillar
Komplikasi dari radang tonsil yaitu
Suppurative Complications
- Peritonsillar abscess
- Deep neck infection
- Obstructive hypertrophic tonsils
Non-suppurative Complications
- Rheumatic fever
- Acute post-streptococcal glomerulonephritis
- Septic arthritis
Surgical Complications
- dehidrasi - nyeri
- pendarahan - Infeksi
- Aspiration
- Pulmonary edema
Manajemen
Tujuan : untuk mengurangi gejala klinis, mengurangi komplikasi, mengurangi transmisi.
Obat : obat anti inflamsi, antibiotic (1st line Penicillin V (for GABHS)), analgesic dengan penurun
demam.
Pembedahan : tonsillectomy.
Tonsilektomi bisa dilakukan dengan atau tanpa adenoidectomy yang mengambil tonsil termasuk
kapsulnya. Adenoidectomy dilakukan bila ditemukan pembesaran adenoid.
Indikasi Absolut yaitu :
a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan
tidur dan komplikasi kardiopulmoner
b.Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
c. tonsilitis kronik atau berulang yang muncul sebagai infeksi fokal karena penyakit lain.
d.Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

Indikasi Relatif tonsilektomi yiatu :


a. Terjadi 7 episode atau lenih dalam 1 tahun, 5 episode atau lebih per tahun, 3 episode atau lebih
infeksi tonsil per tahun dalam 3 tahun terlahir dengan terapi antibiotik adekuat
b.Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
c.Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian
antibiotik β-laktamase resisten
d. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

Algoritma tonsillectomy

Anda mungkin juga menyukai