Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus

Polip Nasal Bilateral


Disusun oleh:
Ivo Afiani, S.Ked
Pembimbing:
dr.Muslim M Amin, Sp. THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT
RSUD DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2018
PENDAHULUAN
Sumbatan hidung adalah salah satu masalah yang paling
sering dikeluhkan pasien ke dokter pada pelayanan
primer.
Penyebab dari sumbatan hidung dapat berasal dari
struktur maupun sistemik.
Polip merupakan salah satu dari penyebab rasa hidung
tersumbat
dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya seperti
di sekolah, di tempat kerja, aktifitas harian dan
sebagainya.
Gejala utama yang paling sering dirasakan adalah
sumbatan di hidung yang menetap dan semakin lama
semakin berat keluhannya, hal ini dapat mengakibatkan
hiposmia sampai anosmia. Bila menyumbat ostium sinus
paranasalis mengakibatkan terjadinya sinusitis dengan
keluhan nyeri kepala dan hidung berair.
ANATOMI HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
Dinding medial septum dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan
tulang :
lamina perpendikularis
vomer
krista nasalis os maksila
krista nasalis os palatina
tulang rawan :
cartilago septum kuadrangularis
kolumela
ANATOMI HIDUNG
Dinding lateral terdapat
konka

Inferior
Media
Superior
Suprema
ANATOMI HIDUNG
Meatus
Inferior: terdapat muara duktus nasolakrimalis
Media : terdapat muara dari sinus frontal,
sinus maksilaris, sinus etmoid anterior
Superior : terdapat muara dari sinus etmoid
posterior, dan sinus sfenoid
ANATOMI HIDUNG

Batas rongga hidung :

Inferior : dibentuk ole Os


Maksila dan Os palatum

Superior : dibentuk oleh lamina


kribiformis (dari Os etmoid)

Posterior : dibentuk oleh Os


Sfenoid
KOM
ANATOMI HIDUNG
Perdarahan hidung

Bagian atas : Arteri etmoid


anterior dan posterior
(percabangan dari arteri oftalmika
dan arteri carotis interna)

Bagian depan : Arteri fasialis

Bagian depan septum : Pleksus


kiesselbach

Bagian belakang : Arteri


sfenopalatinum
ANATOMI HIDUNG
FISIOLOGI HIDUNG
POLIP NASAL
Definisi
polip nasal merupakan kelainan mukosa hidung
berupa massa lunak didalam rongga hidung yang
terjadi akibat inflamasi mukosa.
polip berbentuk bulat atau lonjong bertangkai,
berwarna keabuan, dengan permukaan licin dan
sedikit bening karena mengandung banyak cairan.
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus
etmoid, biasanya multipel dan bilateral.
Epidemiologi
Umumnya ditemukan pada meatus media dan sinus
etmoid yang terjadi 1-4% dari populasi.
Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan
wanita, rasio 2-4 : 1.
Banyak ditemukan pada usia dewasa, hanya 0,1% pada
anak-anak. Jika terjadi pada anak-anak penyakit
mucociliary dan penyakit imunodefisiensi harus
disingkirkan contohnya pada pasien kista fibrotik yang
memiliki prevalensi untuk terjadinya polip nasal adalah
6 - 48%.
Etiologi
Patofisiologi
Gejala
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
KU: Hidung tersumbat, rinore, Inspeksi: pelebaran batang
hiposmia, anosmia, disertai
bersin-bersin, nyeri pada hidung, hidung, hidung tampak mekar
sakit kepala didaerah frontal, Rinoskopi anterior: massa
Riw. Penyakit dahulu Rhinitis, bewarna pucat dari meatus
asma, aspirin medius, dan mudah digerakkann.

Pemeriksaan penunjang
1. Naso-endoskopi
2. Radiologi➔ foto polos sinus
paranasal memperlihatkan
penebalan mukosa dan adanya batas
udara cairan didalam sinus.
3. CT Scan ➔ untuk polip yang gagal
diobati dgn medikamentosa
Stadium

Stadium 1 : Polip mash terbatas di meatus medius

Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus medius,


tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga
hidung

Stadium 3 : Polip yang massif


Tatalaksana
Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi juga
disebut polipektomi medikamentosa dapat diberikan topikal
atau sistemik
Kortikosteroid topikal
Budesonide 64 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
Fluticasone propionat 50 mcg/lubang hidung/hari 2 kali
semprot
Mometasone furoate 50 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
Kortikosteroid sistemik
Prednison 5 mg/hari
Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau jika tampak tanda-tanda infeksi.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi
medikamentosa atau polip yang sangat masif
dipertimbangkan untuk terapi bedah.

ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip


atau cunam dengan analgesi lokal, etmoidektomi
ekstranasal untuk polip eitmoid, operasi Caldwell-Luc
untuk sinus maksila.

Yang terbaik adalah bila tersedia fasilitas endoskop maka


dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi
Fungsional).
PENYAJIAN KASUS
Identitas
Nama: Tn. S
Umur: 54 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Agama: Islam
Alamat: Dsn Pangkalan Pasar 003/003
Sei.Raya Bengkayang
Tanggal pemeriksaan: 30 Agustus 2018
Keluhan Utama :
Hidung tersumbat
sejak ± 1 tahun SMRS
Anamnesis
(±1 tahun SMRS) (±3 bulan SMRS)
(±2 tahun SMRS) Hidung tersumbat Sesak nafas & sulit
Sesak nafas bernafas

Pasien sering Sesak (+) Sesak (+)


Bersin-bersin setiap Bersin-bersin setiap
merasakan sesak
pagi, dan terkena pagi, dan terkena
nafas, dan batuk debu (+)
yang dirasakan debu (+) Hidung tersumbat
terus-menerus. Hidung tersumbat, (+), cairan warna
Bersin-bersin hilang timbul putih
setiap pagi, dan Batuk (+) Penciuman berkurang
terkena debu. kebiasaan merokok Batuk (+)
1 hari 2 bungkus Pilek (+)
kebiasaan
tberobat ke mantri, kebiasaan merokok 1
merokok 1 hari 2 hari 2 bungkus
bungkus keluhan tidak tberobat ke mantri,
tidak berobat membaik keluhan tidak
membaik
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit paru (TBC) dalam
pengobatan bulan ke-2
Riwayat asma disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga terdekat
memiliki keluhan serupa
Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya menggunakan obat semprot
hidung
Pasien mengkonsumsi OAT
Riwayat Alergi :
Alergi debu
Alergi cuaca dingin
Alergi makanan disangkal
Alergi obat-obatan disangkal
Riwayat Pekerjaan, Sosial :
Berobat menggunakan BPJS
Tinggal serumah dengan istri dan anak
Bekerja sebagai guru
Lingkungan rumah cukup bersih
Tetangga pasien menderita TBC
Pasien sering mengkonsumsi makanan pedas, kopi, dan
pasien aktif merokok sejak umur 5 tahun
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

Keadaan umum: Tampak Sakit Ringan


Kesadaran: Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi: 98 x/menit
Pernafasan: 24 x/menit
Suhu: 37ºC
Status Lokalis
Pemeriksaan Telingan kanan Telinga Kiri
Pemeriksaan
telinga telinga
Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)

Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma (-), batas normal, hematoma (-),
nyeri tarik aurikula (-) nyeri tarik aurikula (-)

Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), furunkel (-), edema (-),
otorea (-) otorea (-)

Membran Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),


timpani hiperemis (-), perforasi (-) hiperemis (-), perforasi (-)
Pemeriksaan hidungHidung kanan
Pemeriksaan Hidung kiri
hidung
Hidung luar Bentuk normal, hiperemis Bentuk normal, hiperemis (-),
(-), nyeri tekan (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
deformitas (-)
Rhinoskopi
anterior
Vestibulum Hiperemis (+), sekret Hiperemis (+), sekret
nasi mukopurulen (+) mukopurulen (+)
Cavum nasi Bentuk normal, hiperemis Bentuk normal, hiperemis (+)
(+)
Meatus nasi Mukosa hiperemis, sekret Mukosa hiperemis, sekret
media (+), massa (+) (+), massa (+)
Konka inferior Edema (+), mukosa Edema (+), mukosa
hiperemis (+) hiperemis (+)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), Deviasi (-), perdarahan (-),
ulkus (-) ulkus (-)
Arcus faring
Pemeriksaan tenggorokan Simetris, hiperemis (-)

Uvula Bentuk normal, hiperemis (-), edema (-),


pseudomembran (-)

Tonsil T1 - T1

Dinding faring posterior Hiperemis (-), edema (-), cobblestone (-)

Tonsil lingual Hiperemis (-),


Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi hidung
Dextra Sinistra

Kavum nasi Sempit, tampak polip gr III Sempit, tampak polip gr III

Konka inferior Eutrofi Eutrofi

Septum nasi Normal Normal

Cairan/sekret + +
Pemeriksaan
Parameter darah Nilai Nilai normal

HGB 12.4
L : 11,5 -16,5 g/dL

RBC 4.33
L : 4,0 -5,0 [10^6/µL]

WBC 8300
4,0 -11,0 [10^3/ µL]

PLT 211000
L : 37 -45 %

HCT 37.2
150 -400 [10^3/ µL]

HBsAg - / Non reaktif Negatif

HIV - / Non reaktif Negatif


Radiologi

Kesimpulan : CT Scan kepala tanpa kontras


Gambaran sinusitis maksilaris bilateral terutama kanan, sinusitis
ethmoid bilateral, sinusitis sphenoid, dan sinusitis frontal bilateral (pan
sinusitis)
Diagnosis Kerja
Polip nasal bilateral stadium 3
Tuberculosis paru on OAT
Tatalaksana
Pro Polipektomi

Non Medikamentosa
Kurangi makanan berminyak, serta makanan atau minuman dingin
Diet seimbang dan tingkatkan konsumsi makanan tinggi vit. A,C,
dan E (buah-buahan, dan sayuran)

Medikamentosa
IVFD Futrolit 20 tpm
Inj. Clanexi 1gr vial/12jam
Inj. Omeprazole vial/ 12 jam
Inj. Novaldo amp/ 8 jam
Inj. Methyl prednisolon amp/ 12 jam
Inj. Asam tranexamat amp/ 12 jam
Prognosis
Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Functional : Dubia ad bonam
Follow Up
HP1 HP2 HP3 HP4
S Hidung Nyeri post op (+), Nyeri post op Nyeri post op
tersumbat (+), hidung tersumbat (+), hidung (=), hiding
keluar cairan (+), terasa darah & tersumbat (+), tersumbat (-),
putih (+), lendir terasa darah & tears lender (-),
penciuman ditenggorokan (+), lendir keluar darah (-),
berkurang (+), hidung ditenggorokan derma (-), batuk
sesak (+), mengeluarkan (+), hidung (-), sesak (-)
bersin-bersin darah (+) sebelah mengeluarkan
(+), demam (-), kanan & kiri , darah (+)
batuk (-), pilek pusing (+), demam melalui tali
(-), mimisan (-) (-) tampon.
O Kavum nasi : Hidung terpasang Hidung Kavum nasi :
sempit/sempit tampon terpasang lapang / lapang
Konka Inferior : tampon Konka Inferior :
eutrofi / eutrofi eutrofi / eutrofi
Sekret/cairan : +/ Sekret/cairan : - /
+ Septum nasi : - Septum nasi :
ANALISA KASUS

Anda mungkin juga menyukai