RSUD TENRIAWARU
FAKULTAS KEDOKTERAN BONE
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OTITIS MEDIA
SUPURATIF AKUT
(OMSA)
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn.H
• Umur : 32 tahun
• Pekerjaan : Swasta
• Status : Menikah
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA :
Keluar cairan pada telinga kiri.
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang dengan keluhan keluar berwarna cairan kuning
kental pada telinga kiri sejak 2 minggu yang lalu, pasien juga mengeluhkan pada telinga kiri
juga mengalami penurunan pendengaran. Demam tidak ada, batuk tidak ada, nyeri
tenggorakan tidak ada, sakit keapala tidak ada , nyeri pada teinga tidak ada, mual dan muntah
tidak ada, Nyeri perut tidak ada, BAK dan BAB normal. Riwayat alergi tidak ada, riwayat batuk
ada, riwayat sering mengorek telinga menggunakan cotton bud ada, karena pasien sering
merasakan gatal pada telinga. Karena keseringan mengorek telinga menggunakan cotton bud
pasien merasakan nyeri pada telinga disertai keluar cairan pada telinga berwarna kuning
kental bercampur darah . Kemudian pasien pergi berobat ke PKM. Dan diberikan obat, setelah
beberapa hari meminum obatnya pasien merasakan masih keluar cairan berwarna kuning
kental dari telinga kiri .
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal ada riwayat alergi, riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-),
riwayat penyakit hipertensi (-), diabetes melitus (-), Riwayat batuk (+)
Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya pernah berobat ke PKM dan diberikan obat antibiotik dan asam
mefenamat.
PEMERIKSAAN FISIK
Serumen (-), edema (-), Serumen (+), edema (-), hiperemis (-), furunkel (-), otore (+) berwrna
Canalis Akustikus
hiperemis (-), furunkel (-), kuning .
Externa
otore (-)
Perforasi (-), refleks cahaya Perforasi (+), refleks cahaya (-), hiperemis (-)
Membran tymphani
(+), hiperemis (-)
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG
HIDUNG
Septum nasi Deviasi (-), deformitas (-), Deviasi (-), deformitas (-),
hematoma (-) hematoma (-)
Konkha media Hipertrofi (-), hiperemis (-) Hipertrofi (-), hiperemis (-)
dan inferior
Meatus media dan Sekret (-), polip (-) Sekret (-), polip (-)
inferior
PEMERIKSAAN FISIK TENGGOROKAN
TENGGOROKAN
TATALAKSANA
1. Toilet telinga browi
2. Cefadroxil 500 mg (2x1)
3. Metilprednisolon 2x 8 mg
4. Tremenza 2x1
DISKUSI
02
DEFENISI
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media
musinosa,otitis media efusi/OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan
kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif
kronis (OMSK/OMP).
Otitis media supuratif akut (OMSA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsung kurang dari tiga minggu.10 Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang
cukup berkaitan dengan terjadinya OMSA.10 Anak-anak lebih rentan terkena OMSA, dimana
frekuensinya akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti D R. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi E, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok-Kepala Leher. Ketujuh. 2018.
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 80% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media pada usia 3 tahun.11
Otitis media juga merupakan penyebab paling umum dari gangguan pendengaran didapat pada
anak-anak. Otitis media memiliki kecenderungan untuk menjadi kronis dan kambuh. Semakin
dini seorang anak mengalami episode pertama, semakin besar frekuensi kekambuhan,
keparahan, dan persistensi.
Diperkirakan bahwa antara 50% dan 85% anak-anak mengalami setidaknya satu episode
OMSA pada usia 3 tahun dengan insiden puncak antara 6 dan 15 bulan. OMSA adalah
penyebab paling umum gangguan pendengaran pada anak-anak di negara-negara berkembang
dan negara maju. Dapat mempengaruhi sebanyak 80% anak-anak pada tahap tertentu.
1. Joseph K, Preciado D. Otitis Media. In: Nelson Textbook of Pediatrics. Twenty-Fir. Elsevier Inc.; 2020. p. 289–99
ETIOLOGI
Penyebab Otitis media supuratif akut bersifat multifaktorial, yaitu variasi anatomis tuba
eutachius, serta kemampuan invasi patogen dibandingkan dengan daya tahan tubuh pejamu. Infeksi
pada mukosa nasofaring mendorong kolonisasi bakteri, adhesi ke sel, dan invasi telinga tengah
melewati tuba eustachius, karena mukosa telinga tengah merupakan kelanjutan dari mukosa
nasofaring. Bakteri yang paling menyebabkan otitis media antara lain: Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes. Infeksi saluran
pernapasan menyebabkan sumbatan pada mukosa tuba eustachian dan nasofaring, sehingga
mengganggu sistem drainase telinga tengah. Tidak hanya itu, infeksi tersebut menyebabkan reaksi
inflamasi dan pengumpulan nanah di telinga tengah. Hal ini menyebabkan tekanan pada telinga
tengah meningkat dan menghasilkan gejala klinis pada OMSA.
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti D R. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi E, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala
Leher. Ketujuh. 2018.
Stadium Otitis Media Supuratif Akut
(OMSA)
Perubahan mukosa telinga dibagi atas 5 stadium:
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga
tengah. Membran timpani tampak normal atau keruh pucat.
2. Stadium hiperemis
Pada stadium ini terjadi adanya pelebaran pembuluh darah sehingga membran timpani tampak
hiperemis dan edem.
3. Stadium Supurasi
Cavum timpani tampak menonjol (bulging) ke arah telinga luar karena terjadi edem yang hebat di
mukosa telinga tengah. Pada stadium ini umumnya rasa sakit di telinga akan bertambah hebat dan
pasien mengalami demam tinggi
Stadium Otitis Media Supuratif Akut
4. Stadium perforasi
(OMSA)
Karena beberapa sebab, seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi, maka dapat terjadi rupturnya membran timpani, mengakibatkan sekret keluar dari telinga
tengah ke telinga luar. Pada stadium ini umumnya rasa sakit di telinga berkurang dan demam mulai
turun.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka membran timpani perlahan akan normal kembali. Bila terjadi
perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering dan membran timpani akan menutup
kembali.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMSA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,50C (pada
stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak
memegang telinga yang sakit
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti D R. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi E, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher. Ketujuh.
2018.
DIAGNOSIS OMSA
• Otoskopi pneumatik adalah pemeriksaan standar dalam diagnosis otitis media akut dan kronis
• Temuan berikut dapat ditemukan pada pemeriksaan pada pasien dengan OMSA
Tanda-tanda peradangan pada membran timpani
Bulging di kuadran posterior membran timpani; tampak pengelupasan lapisan epitel superfisial
Perforasi membran timpani berlubang (paling sering di kuadran posterior atau inferior)
Adanya cairan eksudat mirip serum yang mengalir melalui membran timpani
Nyeri dengan/tanpa pulsasi otore
Demam
• Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin
0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang
berumur di atas 12 tahun
• Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotik yang
dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin.
• Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur
dapat dihindari.
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti D R. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi E, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher. Ketujuh. 2018.
TERAPI OMSA
Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya
• Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara
berdenyut (pulsasi).4 Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotika yang adekuat.4 Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali
dalam 7-10 hari.
• Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan
perforasi membran timpani menutup.4 14 Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret
mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani.Keadaan ini dapat disebabkan
karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat
dilanjutkan sampai 3 minggu.
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti D R. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi E, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher. Ketujuh. 2018.