Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA

Disusun Oleh:

Hendra Adibia Setiaka 1102016083

Ibnu Hakim Anshori Nasution 1102016085

Ida Bagus Eka Narendra 1102016087

Kevin Wira Hilardi 1102016095

Pembimbing :

Dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 01 MARET 2021 – 14 MARET 2021

1
BAB I
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Rawasari

2. ANAMNESIS ( Autoanamnesis pasien di polikilinik THT pada tanggal 3 Maret


2021 pukul 12.00 WIB )
Keluhan Utama: Perasaan penuh dan nyeri di telinga kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poli THT dengan keluhan perasaan penuh dan nyeri pada
telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada
telinga kiri terasa berkurang, liang telinga kiri sedikit gatal dan rasa berair. Pasien
mengaku kerap membersihkan liang telinganya menggunakan cotton bud dan pasien
masukkan air. Riwayat telinga berdengung (-). Pasien tidak mengeluhkan demam.
Riwayat batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga disangkal oleh pasien. Namun
pasien menyangkal terdapat riwayat keluar cairan dari dalam telinga.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak pernah mengalami keluhan ini sebelumnya. Pasien tidak pernah
memiliki riwayat penyakit berat, riwayat sinusitis (-), riwayat rinitis (-), hipertensi (-),
diabetes mellitus (-), asma (-), riwayat trauma pada telinga (-), riwayat penyakit pada
telinga sebelumnya (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota keluarga pasien.

2
Riwayat Alergi:
Riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan (-)

Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah diobati keluhan di telinganya

Riwayat Kebiasaan :
Pasien sering menggunakan cotton bud apabila telinganya terasa gatal kemudian
dimasukkan air

3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu: 36,5 C
Respirasi : 16 x/menit
Kepala: Normocephal
Mata :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflex cahaya (+/+)
Thoraks :
Inspeksi : dinding toraks simetris
Palplasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukann
Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (-)
Ekstremitas:
Sianosis : (-)
Neurologis :
Refleks fisiologis : tidak dilakukan
Refleks patologis : tidak dilakukan
Genitalia : Tidak diperiksa

3
Status Lokalis:
Telinga:

Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri


Deformitas (-), hiperemis (-), Deformitas (-), hiperemis (-),
Aurikula
edema (-) edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula Hiperemis (-), edema (-), fistula
Daerah preaurikula (-), abses (-), nyeri tekan tragus (-), abses (-), nyeri tekan tragus
(-) (+)
Hiperemis (-), edema (-), fistula Hiperemis (-), edema (-), fistula
Daerah retroaurikula
(-), abses (-), nyeri tekan (-) (-), abses (-), nyeri tekan (-)
Serumen (-), edema (-), Serumen (-), edema (+),
Meatus akustikus hiperemis (-), furunkel (-), hiperemis (+), furunkel (-),
otorea (-) sekret (+), cair, kekuningan
Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
Membran timpani perforasi (-), cone of light (+), perforasi (-), cone of light (+),
posisi jam 5, Injeksi (+) posisi jam 7, Injeksi (+)

Hidung:

Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri


Hidung Luar Bentuk (N), Inflamasi (-), Bentuk (N), Inflamasi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-) nyeri tekan (-), deformitas (-)
Rinoskopi Anterior
Vestibulum N N
Dasar kavum nasi media Bentuk (N), mukosa Bentuk (N), mukosa
hiperemi (-). hiperemi (-).
Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret Mukosa hiperemi (-), sekret
(-), konka nasi media (N), (-), konka nasi media (N),
massa (-), sekret (-). massa (-), sekret (-).
Meatus nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema Mukosa hiperemi (-), edema
(-) (-)
Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema Mukosa hiperemi (-), edema
(-) (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).
Tenggorokan:

4
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)

Mulut Mukosa mulut basah dan berwarna merah muda (N)

Gigi Normal

Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)

Palatum mole Ulkus (-), hiperemis (-)

Faring Mukosa hiperemis (-), reflex muntah (+), membrane (-), sekret (-)

Fossa tonsillaris dan Hiperemis (-) dan Hiperemis (-)


Arkus faringeus

Leher :

Bagian Keterangan
Bentuk Normal, defromitas (-), Inflamasi
(-), udem (-), pembesaran KGB (-)

Massa (-)

4. RESUME
Seorang perempuan 40 tahun, datang Poli THT dengan keluhan perasaan
penuh dan nyeri pada telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
pendengaran pada telinga kiri terasa berkurang, liang telinga kiri sedikit gatal dan
rasa berair. Pasien mengaku kerap membersihkan liang telinganya menggunakan
cotton bud dan pasien masukkan air. Pada pemeriksaan fisik telinga kiri pasien
didapatkan nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada meatus akustikus
telinga kiri yaitu terdapat edema, hiperemi, sekret(+), dan liang telinga sangat sempit.

5. DIAGNOSIS BANDING :
- Otitis eksterna sirkumskripta

6. DIAGNOSIS KERJA:
Otitis Eksterna Diffusa Sinistra.

7. PEMERIKSAAN ANJURAN
5
Swab telinga untuk dilakukan kultur guna mengetahui jenis kuman penyebab dan
sensitifitas terhadap antibiotik.

8. PENATALAKSANAAN:
a. Non medikamentosa
 Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga.
 Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien.
 Pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.
 Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud
terlalu sering.
b. Medikamentosa
Lokal :
Antibiotik topikal : dapat diberi antibiotik topikal polimiksin B dan neomisin,
3-4 tetes / 3-4 kali perhari.
Sistemik :
- Antibiotik : amoxicilin tab 500 gr 3x1
- Analgesik : Asam mefenamat 500gr 3x1 jika perlu

9. PROGNOSIS :
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad bonam

BAB I

PENDAHULUAN

6
Otitis eksterna (OE) adalah peradangan atau infeksi pada saluran pendengaran bagian
luar (CAE), daun telinga, atau keduanya. Penyakit ini merupakan penyakit umum yang dapat
ditemukan pada semua kelompok umur. Otitis eksterna ( OE ) biasanya merupakan infeksi
bakteri akut kulit saluran telinga (paling sering disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau
Staphylococcus aureus, tetapi juga dapat disebabkan oleh bakteri lain, virus, atau infeksi
jamur.1

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga
terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis
eksterna. Otitis eksterna di fusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum
disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.2

Otitis Eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
infeksi jamur, bakteri, dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar adalah
perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,
proteksi terhadap infeksi menurun.4

Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear, adalah
radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar menjadi
merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa
tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan kecenderungan untuk
kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita
terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

7
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI PENDENGARAN
ANATOMI
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar
terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani; telinga tengah terdiri
dari membrane timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), dan tuba
eustachius; sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan kanalis

semisirkularis. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:5

8
Pada referat kali ini yang kita bahas hanya kelaianan pada telinga luar yang kita
kenal dengan istilah “Otitis Eksterna (OE)”. Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan
bahwa yang termasuk telinga luar adalah aurikula atau pinna dan liang telinga.

Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit dengan dasarnya
terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian luar. Hanya
cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan
lemak dan jaringan fibros. Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan
tertentu dapat menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta
menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan dalam liang telinga, disamping itu
mencegah air masuk kedalam liang telinga. 6

Liang telinga mempunyai bagian tulang (di dua pertiga bagian dalam) dan tulang
rawan (di sepertiga bagian luar). Membran timpani memisahkan telinga luar dan telinga
tengah. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke
struktur-struktur telinga tengah. Liang telinga luar yang sering disebut meatus, panjang
kira-kira 2,5 cm, membentang dari konka telinga sampai membran timpani. Bagian tulang
rawan liang telinga luar sedikit mengarah keatas dan kebelakang dan bagian sedikit
kebawah dan kedepan sehingga berbentuk huruf “S“, sehingga penarikan daun telinga
kearah belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus dan
memungkinkan terlihatnya membran timpani pada kebanyakan liang telinga.5,6

Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang
rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga dapat

9
bergerak dan mengandung folikel rambut yang banyaknya bervarasi antar individu namun
ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Bersama dengan lapisan luar
membrana timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang bersifat
lembab, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu. 6Anatomi liang
telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh
dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan(jaringan
longgar). Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat
nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi. Karena keunikan anatomi aurikula serta
konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu
melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.5,6

FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke cochlea. Getaran tersebut
menggetarkan membran tympani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran tympani dan tingkap lonjong (oval window). Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap
lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui
membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif
antara membran basilaris dan membran tektorial. Proses ini merupakan rangsangan mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis (Soetirto, 2007).

10
Gambar 3. Fisiologi Pendengaran (Munir, 2013)

2.2 DEFINISI

Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari liang/saluran
telinga luar (meatus akustikus eksterna) yang disebabkan oleh kuman maupun jamur
(otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi,
sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Infeksi ini bisa menyerang
seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul

(furunkel) atau jerawat. 7,8

2.3 EPIDEMIOLOGI

Selama periode penelitian November 2012 - Januari 2013 di Poliklinik THT BLU
Prof Dr. R. D. Kandou didapatkan 20 pasien otitis eksterna yang terdiri dari kelompok usia 0-

11
12 tahun enam orang (30%), 13-17 tahun dua orang (10%), 18- 59 tahun 10 orang (50%), ≥60
tahun dua orang (10%). Penelitian Kunarto di Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado (2009) mendapatkan hasil yang hampir sama yaitu 318 pasien otitis eksterna
dengan kelompok usia 18-59 tahun sebanyak 208 orang (65,41%), terutama kelompok usia
31-40 tahun (68 orang).10
Dari hasil dikemukakan oleh Palandeng di Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado (2011) yang mendapatkan pasien perempuan lebih banyak dibandingkan
laki-laki, dengan hasil 255 perempuan (57,96%) dan 185 laki-laki (42,04%).9

2.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

OE paling sering disebabkan oleh bakteri patogen. Varietas nya antara lain otitis
eksterna oleh jamur (otomycosis). Dalam sebuah penelitian, 91% kasus OE disebabkan oleh
karena bakteri. Dan penelitian lainnya juga menemukan bahwa sebanyak 40% kasus OE tidak
memiliki mikroorganisme primer sebagai agen penyebab. Bakteri penyebab yang paling
umum adalah Pseudomonas spesies (38% dari semua kasus), Staphylococcus spesies, dan
anaerob dan organisme gram negatif.11

Faktor Resiko penyakit otitis eksterna antara lain :

a. Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung jari atau
alat lainnya
b. Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.
c. Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber
kontaminasi yang sering dari bakteri
d. Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut yang bisa
membuat iritasi, yang memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk
e. Kanal telinga sempit
f. Infeksi telinga tengah
g. Diabetes.

2.5 KLASIFIKASI
Otitis eksterna diklasifikasikan sebagai berikut:12,13
1. Otitis eksterna akut, yang terdiri dari otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna
difus.

12
2. Otomikosis, yang merupakan infeksi jamur di liang telinga, dipermudah oleh
kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering adalah jamur
Pityrosporum, Aspergillus. Kadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain.
3. Herpes Zoster Otikus, yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster. Virus ini
menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial.

4. Infeksi kronis liang telinga

5. Keratosis obliterans, dan kolesteatoma eksternal

6. Otitis eksterna maligna

2.6 PATOFISIOLOGI

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga)
dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen
akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air
yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab,
hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.14
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga
hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang
telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.15
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:
a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan
lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.

13
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa
sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.14

2.7 MANIFESTASI KLINIS

1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)


 Rasa nyeri yang hebat tidak sesuai dengan besar bisul
 Rasa nyeri timbul saat penekanan perikondrium dan timbul spontan pada saat
membuka mulut
 Dapat terjadi gangguan pendengaran (Tuli Konduktif) , bila furunkel besar dan
menyumbat liang telinga
2. Otitis Eksterna Difus
 Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya
 Nyeri tekan tragus
 Liang telinga sangat sempit
 Kadang kelenjar getah bening regional membesar disertai nyeri tekan
 Terdapat secret yang berbau
 Pendengaran normal atau sedikit berkurang
3. Otomikosis
 Rasa gatal dan rasa penuh pada liang telinga
 Dapat tanpa keluhan
4. Herpes Zoster Otikus
 Mengenai satu atau lebih dematom kranial
 Lesi kulit yang vesicular pada kulit di daerah muka dan sekitar kulit
 Otalgia
 Kadang disertai paralisis otot wajah
 Pada keadaan berat dapat menjadi gangguan pendengaran berupa tuli
sensorineural
5. Keratosis Obliterans
 Terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat, liang telinga yang lebih lebar

14
 Membran timpani yang utuh tapi lebih tebal dan jarang ditemukan adanya sekresi
telinga
 Biasanya bilateral pada usia muda
6. Kolesteatoma Eksterna
 Terjadi erosi tulang didaerah posteroinferior
 Otore dan yeri tumpul menahun
 Pendengeran dan membrane timpani umunya normal
 Ditemukan hanya pada satu sisi telinga dan lebih sering pada usia tua
7. Otitis Eksterna Maligna
 Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus
 Rasa gatal diliang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri
 Secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga
 Saraf facial dapat terkena sehingga menyebabkan paralisis wajah

2.8 DIAGNOSIS

Otitis eksterna akut didiagnosis secara klinis berdasarkan tanda dan gejala inflamasi
saluran. Gejala dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan, gatal, dan edema minimal
hingga nyeri hebat, obstruksi kanal lengkap, dan keterlibatan kulit di sekitarnya. Nyeri
adalah gejala yang paling sesuai dengan tingkat keparahan penyakit. Demam ringan
mungkin ada, tetapi suhu lebih dari 101 ° F (38,3 ° C) menunjukkan perluasan di luar
saluran pendengaran.

15
Evaluasi yang tepat meliputi riwayat munculnya dan gejala terkait, paparan air,
pengangkatan trauma / serumen lokal, gangguan inflamasi kulit, diabetes, operasi telinga,
dan radioterapi lokal. Pemeriksaan fisik harus mencakup daun telinga dan kelenjar getah
bening di sekitarnya, pemeriksaan kulit, otoskopi saluran telinga, verifikasi bahwa
membran timpani utuh. Nyeri dengan gerakan tragus atau pinna (Lubang telinga) adalah
temuan klasik. Karena otitis eksterna dapat menyebabkan eritema membran timpani,
otoskopi pneumatik atau timpanometri harus digunakan untuk membedakannya dari otitis
media.

16
Otomikosis secara klasik dikaitkan dengan gatal, bahan tebal di liang telinga, dan
kegagalan untuk membaik dengan penggunaan antibakteri topikal. Otomikosis kadang-
kadang dapat diidentifikasi selama otoskopi (Gambar 3 dan 4).

Otitis eksterna maligna dapat dicurigai pada pasien lanjut usia dengan diabetes
mellitus atau immunocompromise yang memiliki otorrhea purulen refrakter dan otalgia
parah yang dapat memburuk pada malam hari. Pada otitis eksterna kronis, gejala dan

17
tanda terjadi selama lebih dari tiga bulan. Gejala klasik termasuk gatal dan
ketidaknyamanan ringan, mungkin juga terdapat likenifikasi pada otoskopi.

DIAGNOSIS BANDING

2.9 TATALAKSANA

1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)


 Bila sudah abses  aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah
 Bila dinding furunkel tebal  insisi dan padang drain
 Terapi topical:

18
- Antibiotik : salep polymixin B atau bacitracin
- Antiseptic: Asam asetat 2-5% dalam alcohol
 Terapi simptomatik: Analgetik

2. Otitis Eksterna Difus


 Membersihkan liang telinga
 Memasukkan tampon yang mengandung antibiotic ke liang telinga
 Kadang diberikan antibiotik sistemik dan analgetik

3. Otomikosis
 Membersihkan liang telinga dengan menggunakan larutan asam asetat 2% dalam
alcohol, larutan iodium povidone 5% atau obat tetes telinga yang mengandung
campuran antibiotik dan steroid
 Pemberian obat anti jamur topikal yang mengandung nistatin, klotrimazol

4. Herpes Zoster Otikus


 Pengobatan sesuai tatalaksana Herpes Zooster

5. Keratosis Obliterans
 Karena terjadi gangguan migrasi epitel, maka setelah gumpalan keratin
dikeluarkann, debris akibat radang harus dibersihkan secara berkala.

6. Kolesteatoma Eksterna
 Perlu dilakukan operasi agar tulang yang nekrotik bisa diangkat dengan sempurna.
 Bila kolesteatoma masih kecil dan terbatas dapat dilakukan tindakan konservatif.
 Kolesteatoma dan jaringan nekrotik diangkat sampai bersih, diikuti pemberian
antibiotic topikal secara berkala.
 Pemberian obat tetes telinga dari campuran alcohol atau gliserin dalam H2O2 3%
tiga kali seminggu dapat membantu

7. Otitis Eksterna Maligna

19
 Antibiotic dosis tinggi yang efektif untuk Pseudomonas aeruginosa. Pada keadaan
lebih berat diberikan antibiotic parenteral kombinasi dengan antibiotic golongan
aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.
 Tindakan pembersihan luka (debridement) secara radikal

2.10 KOMPLIKASI

 Perikondritis

Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang
menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga
luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengajakan
pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa
adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini
diikuti oleh pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan
pus terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya.

 Selulitis

Peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari infeksi umum,
biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini dapat terjadi sebagai
akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari luka terbuka, seperti luka
tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit. Hal ini paling sering terjadi pada
ekstremitas, terutama kaki bagian bawah.

2.11 PROGNOSIS

Sebagian besar insiden otitis eksterna dapat diatasi tanpa kesulitan. Mayoritas pasien
membaik dalam waktu 48-72 jam setelah pemberian antibiotik. Kegagalan untuk membaik
dalam 2-3 hari harus mempertanyakan diagnosis dan meminta dokter untuk mengevaluasi
kembali pasien. Otitis eksterna biasanya sembuh sepenuhnya dalam 7-10 hari. Resolusi
ekzematoid terjadi dengan mengontrol kondisi kulit primer. Pada beberapa pasien otitis
eksterna, telinga harus di-debris untuk resolusi penuh. Insisi bedah dan drainase terkadang
diperlukan.

20
BAB III
KESIMPULAN

Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari liang/saluran
telinga luar (meatus akustikus eksterna) yang disebabkan oleh kuman maupun jamur
(otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi,
sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Infeksi ini bisa menyerang
seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel) atau jerawat.
Otitis Eksterna Difusa memiliki manifestasi yaitu tampak kulit liang telinga hiperemis
dan edema yang tidak jelas batasnya, nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar disertai nyeri tekan, terdapat secret yang berbau,
pendengaran normal atau sedikit berkurang.

Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah membersihkan liang telinga, memasukkan


tampon yang mengandung antibiotic ke liang telinga, kadang diberikan antibiotik sistemik
dan analgetik.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Otitis Externa, Author: Ariel A Waitzman, MD, FRCS (C) ; Chief Editor: Arlen D
Meyers, MD, MBA. 
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview.  diakses tanggal 03 Maret 2021
2. Carr,MM.OtitisEksternahttp://www.icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna.ht
m
3. Liston SL. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam : Boies, Buku Ajar
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6. Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta., 1994: 27 - 33.
4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI. 2010
5. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty Arsyad
Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2007. Hal : 58-59.
6. Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud.
Denpasar. 1992
7. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty Arsyad
Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2007. Hal : 58-59.
8. Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud.
Denpasar. 1992
9. Palandeng RW. Otitis eksterna di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode januari 2011- Desember 2011 [skripsi]. Manado: Universitas Sam
Ratulangi; 2012.
10. Kunarto. Otitis Eksterna di Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Januari 2007- Desember 2010. Manado: Universitas Sam Ratulangi. 2011.
11. Otitis Externa, Author: Ariel A Waitzman, MD, FRCS (C) ; Chief Editor: Arlen D
Meyers, MD, MBA. 

22
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview.  diakses tanggal 03 Maret 2021
12. Soepardi EA., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti RD. Otitis Eksterna. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2011; (6):60 – 63.
13. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Telinga dan Hidung. Buku Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia, 2013;205 – 8.
14. Otitis Externa, Author: Ariel A Waitzman, MD, FRCS (C) ; Chief Editor: Arlen D
Meyers, MD, MBA. Updated: Jan 22, 2013,
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview.  diakses tanggal 03 Maret 2021
15. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2010

16. Bashirudin, Jenny. Iskandar, Nurbaiti. Restuti, Ratna Dwi. Soepardi, Efiaty Arsyad. Buku
Ajar Ilmu Kesehaatan Telinga Hidung Tenggoroakan Kepala dan Leher. Edisi ketujuh.
2017. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

17. PAUL SCHAEFER, MD, PhD, and REGINALD F. BAUGH, MD, University of Toledo
College of Medicine, Toledo, Ohio. Am Fam Physician. 2012 Dec 1;86(11):1055-1061
18. Waitzman AA. Otitis Externa. Medscape. 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/994550-overview. Diakses tanggal 03 Maret
2021

23

Anda mungkin juga menyukai