Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Penyusun :
NABILA CHINTIA PUTRI

Pembimbing :
Dr.Tri Darmijatno Sp.THT-KL KOLONEL PURN.
dr.Andi F. Sp.THT-KL. MAYOR CKM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21.424457
BAB 1
PENYAJIAN KASUS

A. ANAMNESIS
Identitas
Nama : Tn D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Alamat : Cipayung, Jakarta Timur
Pekerjaan : Guru
Tanggal Masuk RS : 21 Agustus 2018

Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis pada tanggal 21 Agustus 2018

Keluhan Utama
Keluar cairan dari telinga kiri, sejak 3 bulan yang lalu, berwarna putih kekuningan
banyak dan cairan yang keluar tampak aktif .

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RS dengan keluhan keluar cairan pada telinga kiri. Keluhan ini
sebenarnya sudah dirasakan hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu dan telinga tidak terasa sakit.
Cairan telinga yang keluar berwarna putih kekuningan dan berbau. Setiap keluar cairan, pasien
selalu membersihkan telinganya dengan “cotton bad”. pasien juga merasa pendengaran di
telinga kirinya sangat berkurang. Keluhan diperberat saat berenang karena pasien merupakan
seorang guru olahraga. Keluhan lain pilek (+), batuk (-) demam (-) vertigo (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien beberapa tahun yang lalu pernah menderita infeksi telinga. Gendang telinga pasien
sebelah kiri sebelumnya telah berlubang akibat infeksi tersebut dan pasien akan melakukan
operasi perbaikan gendang telinga. Namun, setelah beberapa lama meminum obat (antibiotic),
setelah diperiksa ulang ternyata gendang telinga pasien telah kembali utuh.
Riwayat Alergi dan penyakit lain disangkal..

Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Riwayat penyakit lain disangkal.
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan sering menggunakan headset. Riwayaat mengorek kuping
menggunakan cotton bud (+). Kebiasaan merokok (+), olahraga (+) pasien sering berenang.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien datang dengan dengan menggunakan baju kemeja berwarna hitam, menggunakan
celana panjang dan sepatu . Penampilan terlihat cukup rapih. Pasien bekerja sebagai guru olahraga
dan hidup berkecukupan.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2018
Keadaan umum : baik
Status Lokalis
Telinga
Inspeksi, Palpasi :
Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Edema (-), hiperemis (-), massa (- Edema (-), hiperemis (-), massa
). (-).
Preaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa (- Edema (-), hiperemis (-), massa
), fistula (-), abses (-). (-), fistula (-), abses (-).
Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa (- Edema (-), hiperemis (-), massa
), fistula (-), abses (-). (-), fistula (-), abses (-).
Palpasi Nyeri pergerakan aurikula (-), Nyeri pergerakan aurikula (-),
nyeri tekan tragus (-). nyeri tekan tragus (-).
Otoskopi :
Telinga kanan Telinga kiri

MAE Edema (-), hiperemis (-), serumen (-), Edema (-), hiperemis (-),
furunkel (-), cairan (-) serumen (-), furunkel (-).
Cairan (+) berwarna putih
kekuningan dan berbau.
Membran Intak, berwarna putih, refleks cahaya Perforasi letak sentral
timpani (+).

Hidung dan Sinus Paranasal


Inspeksi, Palpasi :
- Deviasi tulang hidung (-), bengkak daerah hidung dan sinus paranasal (-)
- Krepitasi tulang hidung (-), nyeri tekan hidung dan sinus paranasal (-)
Rinoskopi Anterior :
Rinoskopi anterior Cavum nasi dextra Cavum nasi sinistra
Mukosa hidung Hiperemis (-), sekret (-), Hiperemis (-), sekret (+),
massa (-), atrofi (-). massa (-), atrofi (-).
Septum Deviasi (-), dislokasi (-). Deviasi (-), dislokasi (-).
Konka inferior dan Edema (-), atrofi (-). Edema (+), atrofi (-).
media
Meatus inferior dan Sekret (-), polip (-). Sekret (-), polip (-).
media

Rinoskopi Posterior : tidak dilakukan pemeriksaan

Tenggorokan
Inspeksi, Palpasi :
- Mukosa : hiperemis (-), edema (-)
- Tonsil : T1-T1
- Pembesaran kelenjar limfe : (-)
Laringoskopi Indirek : tidak dilakukan pemeriksaan

C. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIUSULKAN


 Pemeriksaan audiometri
 Pemeriksaan radiologi : foto Rontgen Proyeksi Mayer atau Owen
 Laboratorium : pemeriksaan darah rutin
D. RESUME
Pasien datang ke RS dengan keluhan keluar cairan pada telinga kiri dirasakan hilang
timbul sejak 3 bulan yang lalu. Cairan telinga yang keluar berwarna putih kekuningan dan
berbau. Pasien juga merasa pendengaran di telinga kirinya sangat berkurang.
Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan membrane timpani perforasi letak sentral.

E. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Otitis Media Supuratif Kronik Aktif suspek Benigna
Diagnosis banding :
- Otitis Media Supuratif Kronik suspek Maligna
- Otitis Media stadium perforasi

F. TATALAKSANA
Non Medikamentosa dan edukasi :
- jangan mengorek telinga dan mendengarkan headset.
- sebisa mungkin air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi
- saat berenang berenang gunakan Ear Plug
- Obati keluhan yang memperberat seperti pilek dampai tuntas.
- Kontrol rutin untuk evaluasi.

Medikamentosa :
- Mencuci telinga dengan laturan H2O2 3% selama 3-5 hari.
- Antibiotik Ciprofloxacin 500 mg 2x1
- Tetes Telinga Otopain 2x1 4 sampai 5 tetes.
G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : bonam

H. EVALUASI
-Evalusi cairan yang keluar apakah berkurang atau berhenti sama sekali.
-Evaluasi apakah cairan yang keluar tampak tenang atau aktif.
-Evaluasi apakah keluhan lain berkurang atau berhenti.
-Evaluasi apakah obat-obatan yang diberikan sesuai dan efektif.
-Evaluasi apakah terdapat efek samping obat yang terjadi.
PEMBAHASAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan keradangan atau infeksi kronis yang
mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, ditandai dengan perforasi
membran timpani, sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis menderita OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien
mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kiri yang hilang timbul, dimana sekretnya berwarna
putih kekuningan dan berbau. Pasien juga mengeluhkan penurunan pendengaran pada telinga
kiri. Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang
pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat pula terjadi tuli
persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin, atau tuli campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom, dapat menghambat bunyi sampai dengan efektif ke fenestra ovalis. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari hasil pemeriksaan didapatkan
perforasi letak sentral pada membran timpani. Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi
penumbuhan epitel skuamosa ke dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah
ini ke daerah atik mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom. Pembentukan
kolesteatom ini akan menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga mengakibatkan terjadinya
destruksi tulang, yang ditandai dengan sekret yang kental dan berbau. Prinsip pengobatan pasien
OMSK benigna aktif adalah dengan membersihkan telinga serta mengobati keluarnya cairan
akibat infeksi, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi
rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan
pendengaran.
KESIMPULAN

Otitis Media Supuratif Kronik merupakan infeksi telinga tengah yang ditandai dengan
perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul.. OMSK merupakan Otitis Media Akut (OMA) yang terlambat atau tidak tepat
penanganannya. Prinsip pengobatan OMSK tergantung dari jenis OMSK dan luasnya infeksi.
Pengobatan OMSK dapat diberikan secara konservatif atau operatif.
Pada pasien ini, masalah yang dialaminya sering keluar cairan ditelinga dan berkurangnya
pendengaran. Didiagnosis Otitis Media Supuratif Kronik Aktif suspek Benigna dengan diagnosis
banding Otitis Media Supuratif Kronik suspek Maligna dan Otitis Media Akut stadium perforasi.
Pasien perlu mendapatkan terapi medikamentosa berupa laturan H2O2 3% selama 3-5 hari untuk
mencuci telinga dan antibiotik berupa Ciprofloxacin 500 mg .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi/peradangan kronik telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau nanah dan
berlangsung lebih dari 2 bulan. Biasanya disertai gangguan pendengaran1,2,3.
Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau
sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior,
inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
patologis yang ireversibe 1,2,4.

B. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan
melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi
tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia5.

C. Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA (otitis media akut) yang prosesnya
sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat,
terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan
buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut.
Sebagian kecil perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman
penyebab biasanya baakteri Gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman Gram negative dan anaerob 3.
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius
yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan
Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan
faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti
hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit)
dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis 1,2. Penyebab OMSK antara lain 1.2,6 :
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi1,6
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK1.2 :
 Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
 Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
 Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasi epitel.
 Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan
spontan dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
kronis majemuk, antara lain 7:
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.

D. Patofisiologi
OMSK dobagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe tipe mukosa, dan maligna atau
tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal tipe
aktif dan tipe tenang 3.
Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak disentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak terdapat
kolesteatom 3.
OMSK tipe maligna disertai dengan kolestestom. Perforasi terletak marginal, subtotal,
atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal 3.

E. Patogenesis
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus 1.
Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga
tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan
inaktif dari otitis media kronis 1.
F. Patologi
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis
ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran
patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah :
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir terjadi
antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang
terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid
mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang 1.

G. Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu 2,8 :
1. Tipe tubotimpani / tipe jinak /tipe aman /tipe rhinogen.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Secara klinis penyakit
tubotimpani terbagi atas:
a. Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang
dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid
sampai mukopurulen 1,2.
b. Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan
mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif
ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh
dalam telinga 1,4.
2. Tipe atikoantral /tipe ganas /tipe tidak aman /tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya
kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu 1,9 :
a. Kongenital
b. Didapat.
Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi
marginal. teori itu adalah 2,6 :
 Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan disini ia
membentuk kolesteatom (migration teori menurut Hartmann); epitel yang masuk
menjadi nekrotis, terangkat keatas.
 Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom.
 Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi (metaplasia
teori menurut Wendt).
 Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida (attic retraction cholesteatom).

Jenis perforasi membrane timpani :


1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-
superior, kadang-kadang sub total 1,2,5.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom 1,2,5.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma
1,2,
.

H. Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK
tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya
sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret
telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau
hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah
berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda
adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberculosis 2.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya
didapat tuli konduktif berat 10.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses
atau trombosis sinus lateralis 1,2.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum 4.

I. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna 4 :
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

J. Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut 1,4
:
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.
Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas 4.
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB.
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif
30-50 dB apabila disertai perforasi.
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
2. Pemeriksaan Radiologi.
a. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen 4.
b. Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang
pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur 4.
c. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran 2,4.
d. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan
dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan
kerusakan tulang oleh karena kolesteatom 4.

3. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie,
H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,
Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp 1,2.
a. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%
menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang
lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat
terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi
4
.
b. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus
aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah
ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid.
Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus
aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin
generasi I dan gentamisin 2.

K. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan
dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi 2,4

OMSK BENIGNA TENANG


Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek
telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila
menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi
rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan
pendengaran.

OMSK BENIGNA AKTIF


Prinsip pengobatan OMSK adalah 4 :
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2. Pemberian antibiotika :
a. topikal antibiotik ( antimikroba)
b. sistemik.
Pemberian antibiotik topical
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat
tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroi9. Mengingat pemberian obat topikal
dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang
ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik
yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi4.
Bubuk telinga yang digunakan seperti 4 :
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.
c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang
dikombinasi dengan pembersihan telinga.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
a. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli
Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis
Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.

b. Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap
ginjal dan telinga.
c. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid
Pemberian antibiotik sistemik
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret
profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang
ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama
daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,
misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang
pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya
bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah 2,4 :
Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin
P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin
P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin
Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida
E. coli : Ampisilin atau sefalosforin
S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin,
aminoglikosida
Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
B. fragilis : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam
nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak
dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III (
sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus
diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum
pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk
kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa
antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2
minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu 1,2.

OMSK MALIGNA
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
kemudian dilakukan mastoidektomi 3.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain 4 :
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran


timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

L. Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya
pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman
yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi 1,2.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom 1,2 :
1. Komplikasi ditelinga tengah :
a) Perforasi persisten membrane timpani
b) Erosi tulang pendengaran
c) Paralisis nervus fasial
2. B. Komplikasi telinga dalam
a) Fistel labirin
b) Labirinitis supuratif
c) Tuli saraf ( sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a) Abses ekstradural
b) Trombosis sinus lateralis
c) Petrositis
4. D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a) Meningitis
b) Abses otak
c) Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3


macam lintasan 1,2 :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak
3. Masuk kejaringan otak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.
2. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta:
FKUI, 2001.
3. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. 2000.
4. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi
H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997.
5. Dugdale AE. Management of chronic suppurative otitis media. Medical Journal of Australia.
2004. Available from URL: http://www.mja.com.au/
6. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial complication of chronic suppuratif otitis media, attico-
antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39 Available from URL:
http://www.jneuro.org/
7. Miura MS, Krumennauer RC, Neto JFL. Intracranial complication of chronic suppuratif otitis
media in children. Brazillian Journal of Otorhinolaringology. 2005. Available from URL:
http://www.rborl.org.br/
8. Vesterager V. Fortnightly review: tinnitus–investigation and management. BMJ. 1997.
available from URL: http://www.bmj.org/
9. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from URL:
http://www.pediatrics.org/
10. Couzos S, Lea T, Mueller R, Murray R, Culbong M. Effectiveness of ototopical antibiotics for
chronic suppurative otitis media in Aboriginal children: a community-based, multicentre,
double-blind randomised controlled trial. Medical Journal of Australia. 2003. Available from
URL: http://www.mja.com.au/

Anda mungkin juga menyukai