Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus Myringitis Bulosa

Auricula Dextra
Pembimbing : dr Arroyan Wardhana, SP-THT-KL
Kepaniteraan Klinik Ilmu PENYAKIT THT
PERIODE 05 November
RSUD Koja Jakarta Utara
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
2020
Gracecaella Arjanti Dwiningrum 112019133
IDENTITAS PASIEN

Nama : Nona. X Jenis Kelamin : Perempuan


Umur : 18 thn Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. X Status Menikah : Belum menikah
Keluhan Utama

Nyeri pada telinga kanan 5 hari SMRS


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli THT dengan keluhan telinga sebelah kanan terasa nyeri dan kurang
pendengaran. Keluhan dirasakan pasien sejak kurang lebih 5 hari SMRS. Keluhan nyeri
dirasakan terus menerus sepanjang hari, tidak reda dengan istirahat. Pasien juga mengeluh
adanya penurunan pendengaran dan telinga terasa berdenging. Tidak terdapat keluhan keluar
cairan dari telinga, dan keluhan tidak dirasakan pada telinga kiri. Sebelum timbul keluhan nyeri
telinga pasien mengaku terdapat keluhan pilek, batuk dan demam. Pasien juga sering mengorek-
ngorek telinga setiap hari dengan cotton bud. Pasien hanya mengonsumsi obat pereda nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat penyakit serupa : 3 tahun lalu


Riwayat sakit gigi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat penyakit serupa : Disangkal
PEMERIKSAAN UMUM

KU : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CM

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 36,5o C

Nafas : 20x/menit

Kepala : Normocephaly

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : Tidak ikterik

Leher : Tidak tampak dan tidak teraba pembesaran leher anterior dan posterior
PEMERIKSAAN TELINGA

Inspeksi Kanan Kiri


Bentuk daun telinga normotia Normotia
Kelainan kongenital (Bat - -
ear/fistel preaurikuler)
Tanda - -
radang/massa/retroauriku
ler/mastoid

Palpasi Kanan Kiri


Nyeri tekan tragus - -
Nyeri Tarik daun telinga - -
Nyeri tekan mastoid - -
PEMERIKSAAN TELINGA

Pemeriksaan Fisik Kanan Kiri


Liang Telinga Discharge (-) Discharge (-)
Serumen (-) Serumen (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Corpus Alienum (-) Edema (-)
Lesi (+) posisi di 1/3 luar Corpus Alienum (-)
CAE arah jam 2 D±1/2 cm
Membran Timpani Hiperemis (+) Intak
Perforasi MT (-) Putih mengkilat seperti
Bulging (-) mutiara
Retraksi (-) Refleks cahaya (+) arah
Bulla (+), soliter jam 7
PEMERIKSAAN TELINGA

Tes Penala
-Tes Rinne : AS (AC>BC), AD (BC>AC)
- Tes Weber : Lateralisasi ke AD
- Tes Schwabach : AD memanjang, AS sama dengan pemeriksa

Kesan : tuli konduktif AD


PEMERIKSAAN HIDUNG

Inspeksi Hasil
Bentuk Simetris
Deformitas (-)
Dorsum nasi Massa (-)
Kolumela Sikatriks (-)
Ala nasi Hiperemis (-)
Vestibulum Furunkel/Krusta (-)

Palpasi Hasil
Krepitasi os nasal (-)
Nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN HIDUNG

Rhinoskopi Anterior

Kavum Nasi Kanan Kiri


Lapang (+) (+)
Warna mukosa Merah muda Merah muda
Sekret Mukoserous Mukoserous
Septum nasi Lurus Lurus
Konka Inferior Merah muda, Merah muda,
eutrofi eutrofi
Konka Media Merah muda, Merah muda,
Eutrofi Eutrofi
PEMERIKSAAN TENGGOROK

Inspeksi Hasil
Gigi Tidak ada karies gigi
Lidah Ulkus (-)
Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, posisi
ditengah
Tonsil T1/ T1
Hiperemis (-)/(-)
Kriptus melebar (-)/(-)
Detritus (-)/(-)
Faring Mukosa hiperemis (-)
Granular (-)
Post nasal drip (-)
RESUME

Pasien perempuan berusia 18 tahun dengan keluhan telinga kanan nyeri dan kurang
pendengaran yang dirasakan 5 hari lalu. Terkadang tinnitus, otorea (-). Sebelum timbul
keluhan nyeri telinga terdapat keluhan pilek, batuk, dan demam. Pasien sering mengorek-
ngorek telinga setiap hari dengan cotton bud. Pasien mengonsumsi obat pereda nyeri.

Pemeriksaan fisik pada telinga ditemukan lesi pada CAE dextra (+) D±1/2 cm posisi
di 1/3 luar CAE arah jam 2, bula (+) pada membrane timpani dextra, bula berjumlah 1
dengan diameter ± ½ cm, pada hidung dan tenggorok tidak ditemukan kelainan
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS KERJA

Miringitis bulosa dextra


PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Pemeriksaan Laboratorium : jarang diperlukan untuk diagnosis myringitis


bulosa. Kejadian yang akan mengarah pada evaluasi laboratorium lebih lanjut
adalah bayi berusia kurang dari 28 hari dengan demam dan myringitis bulosa akut.
2. Studi pencitraan bukan merupakan rekomendasi rutin kecuali jika ada
kekhawatiran akan komplikasi intertemporal atau intrakranial seperti mastoiditis,
abses epidural atau otak, meningitis, atau kolesteatoma.
3. Timpanosentesis: Timpanosentesis jarang diindikasikan tetapi dapat membantu
pada neonatus atau anak-anak yang sakit berat yang memerlukan pembiakan
karena risiko hasil yang merugikan lebih tinggi.
TATALAKSANA

1. Amoksisilin 80-90mg/kg/hari (lini pertama) asalkan tidak ada penggunaan amoksisilin


dalam 30 hari sebelumnya
2. Diklofenak / cataflam 500 mg PO
3. Keratolytic agent (salicylic acid topical) 0,5%
4. Asam Asetat 2%. Pada otitis eksterna digunakan untuk menghilangkan cerumen dan
kotoran, dengan ear wick yang dibasahi larutan asam asetat otic ke dalam liang telinga.
Dipertahankan setidaknya selama 24 jam dan jaga kelembapan dengan 3-5 gtt setiap 5-
6jam. Hentikan penggunaan ear wick setelah 24 jam dan teruskan dengan 5 gtt ke telinga
yang sakit 3-4x/hari.
EDUKASI

1. Rujuk ke Sp THT-KL untuk penatalaksanaan lebih lanjut


2. Menjaga liang telinga agar tetap kering
3. Pasien yang mengalami myringitis berulang dianjurkan untuk
menggunakan 70% propil alcohol atau asam asetat drops setiap terkena air.
PROGNOSIS

- Quo ad vitam : dubia ad bonam


- Quo ad sanam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
LANDASAN TEORI

Miringitis Bulosa (BM) merupakan suatu keadaan nyeri akut


pada telinga yang disebabkan oleh pembentukan bula pada
membrane timpani.
LANDASAN TEORI
Etiologi

Myringitis bulosa dianggap terutama disebabkan oleh virus, meskipun Streptococcus


pneumoniae adalah bakteri yang paling sering diidentifikasi. Patogen bakteri lainnya termasuk
Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Grup A Streptococcus, Staphylococcus
aureus. Penyebab virus termasuk virus Respiratory syncytial (RSV) atau influenza. Dalam
kasus otitis media berulang, dapat terjadi keterlibatan dua bakteri patogen atau koinfeksi dengan
patogen bakteri dan virus. Organisme lain yang diidentifikasi termasuk varicella, virus Ebstein
Barr, campak, mikoplasma, dan jamur.
Epidemiologi

Insiden puncak myringitis bulosa ditemukan pada bulan-bulan musim dingin dan dianggap
sebagai akibat dari fungsi tuba eustachius yang buruk di iklim dingin. Pada anak-anak yang
lebih tua dan populasi remaja myringitis bulosa lebih dominan terjadi di antara wanita.
Sebagian besar kasus myringitis bulosa terjadi pada pria berusia antara 2 hingga 8 tahun,
sedangkan OMA paling sering terlihat pada anak-anak kurang dari dua tahun. Satu studi
menemukan tingkat myringitis bulosa di antara mereka yang berusia kurang dari 2 tahun menjadi
5,7% dari pasien dengan AOM dalam satu penelitian, terhitung satu kasus myringitis bulosa untuk
setiap 20 kasus AOM
Patofisiologi

1. Myringitis bulosa memiliki patofisiologi yang sama dengan OMA dan meskipun beberapa
aspek masih belum jelas.
2. Peradangan pada membran timpani dapat terjadi sebagai akibat langsung dari trauma seperti
benda asing, trauma yang tidak disengaja saat membersihkan saluran telinga atau trauma
telinga
3. Myringitis bulosa juga dapat terjadi akibat infeksi virus atau bakteri yang mempengaruhi
membran timpani sebagai bagian dari infeksi saluran pernapasan atau melalui penyebaran
infeksi jamur dari epidermis yang berdekatan.
4. Setelah meradang, bula yang membesar dan membran timpani yang meradang dapat
menyebabkan rasa sakit yang parah hingga lepuh pecah, yang dapat menyebabkan keluarnya
cairan di telinga
Manifestasi Klinik
1. Nyeri telinga yang cukup berat (otalgia), biasanya bersifat berdenyut seringkali lebih parah dibandingkan dengan
AOM.

2. Nyeri biasanya terletak di dalam telinga namun dapat menyebar ke ujung mastoid.

3. Anak kecil berusia kurang dari dua tahun yang tidak dapat mengartikulasikan rasa sakit dapat menunjukkan
gejala lain seperti menggosok telinga, tidur gelisah, menangis berlebihan, dan kurang makan.

4. Manifestasi ini sering menyertai gejala saluran pernapasan bagian atas, terutama rinitis (93%), dan batuk (73%).
Jenis bakteri patogen spesifik tampaknya tidak mengubah presentasi gejala.

5. Adanya lepuh (bula) pada membran timpani, sering disertai demam, penebalan, dan munculnya eritematosa pada
membran timpani, refleks cahaya berkurang atau tidak ada, dan penurunan mobilitas. Gangguan pendengaran
konduktif dapat terjadi dengan adanya efusi.
HASIL PEMERIKSAAN

1. Membrane timpani meradang dengan satu atau lebih bula. Bula penuh dengan cairan bening agak kekuningan atau
perdarahan.bula dapat pecah dan menimbulkan perdarahan pada membrane timpani.
2. Reflex cahaya memendek atau hilang.
3. Kehilangan pendengaran dapat ditemukan.(CHL)
4. Discharge dari EAC ada dalam beberapa kasus.
5. Beberapa anak mengalami nyeri saat traksi pinna.
6. Dapat ditemukan limfadenopati servikal
KOMPLIKASI

1. Penurunan pendengaran (tuli konduktif/sensorineural)


2. Perforasi membrane timpani
3. Vertigo

Anda mungkin juga menyukai