Anda di halaman 1dari 45

PRESENTASI KASUS

TONSILITIS KRONIK
Nor Umi Izati Binti Khalidi (112019176)

Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


RSUD KOJA JAKARTA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 25 FEBRUARI – 13 MARET 2021
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. MI
• Usia : 19 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Suku/Bangsa : Jawa
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Jakarta Barat
KELUHAN UTAMA

Nyeri pada bagian tenggorokan sejak ± 2 bulan yang


lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Seorang laki‐laki usia 19 tahun datang ke poliklinik THT RS Koja dengan
keluhan nyeri pada bagian tenggorokan yang sering kambuh lebih dari 3 kali
dan sudah dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan
tenggorokan dirasakan seperti ada yang mengganjal dan dirasakan terus
menerus. Setiap kali kambuh pasien mengalami kesulitan dan sakit ketika
menelan.

• Selain sakit ketika menelan pasien juga mengeluh demam yang terus
menerus ketika keluhannya kambuh. Pasien rutin berobat sejak 2 bulan lalu
ketika keluhannya kambuh dan merasa baikan setelah minum obat.

• Orang tua pasien mengaku anaknya tidur mengorok dan napasnya berbau
ketika kambuh. Pasien tidak memiliki riwayat kejang demam dan tidak ada
keluhan berupa terbangun dari tidur akibat susah bernapas.
Pasien mempunyai keluhan yang sama saat usia 5 tahun dan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU sembuh dengan terapi obat‐ obatan dan tidak pernah kambuh
sampai dengan 2 bulan yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Di dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki gejala
serupa seperti yang dialami pasien.

Pasien sudah berobat dengan spesialis THT sebelumnya dan


RIWAYAT PENGOBATAN mendapatkan terapi kemudian dianjurkan untuk operasi.
RIWAYAT ALERGI Pasien tidak memiliki riwayat alergi

RIWAYAT KEBIASAAN Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan pedas dan


digoreng.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis

• Tanda-tanda vital
• Tekanan darah: 120/80 mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Pernafasan : 16x/menit
• Suhu : 37,1°C
Kanan Kiri

Bentuk daun telinga Normotia Normotia


Kelainan kongenital Tidak tampak Tidak tampak
Radang, tumor Tidak tampak Tidak tampak
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan daun telinga
Nyeri (-) Nyeri (-)

• PEMERIKSAAN Kelainan pre-,


retroaurikuler
infra-, Fistel (-),lesi (-), abses

(-) tanda randang (-),


Fistel (-),lesi (-), abses (-)
tanda randang (-),

TELINGA Region mastoid Nyeri (-), radang (-) Nyeri (-), radang (-)
Liang telinga

Lapang, mukosa tenang, Lapang, mukosa tenang,


serumen minimal, sekret (-), serumen minimal, sekret (-),
benjolan (-), udem (-) benjolan (-), udem (-)

Membran timpani
Intak, warna abu mengkilat, Intak, warna abu, refleks
refleks cahaya (+) arah jam 5, cahaya (+) arah jam 7,
hiperemis (-), bulging (-), hiperemis (-), bulging (-),
perforasi (-) perforasi (-)
Pemeriksaan hidung Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-), Bentuk (N), inflamasi (-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-), deformitas (-
deformitas (-) )

Rinoskopi anterior
Vestiubulum N N
Dasar kavum nasi Bentuk (N), mukosa Bentuk (N), mukosa
media hiperemi (-) hiperemi (-)

PEMERIKSAAN Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), Mukosa hiperemi (-), sekret
sekret (-), konka nasi (-), konka nasi media (N),

HIDUNG media (N), massa (-), massa (-), sekret (-)


sekret (-)

Meatus nasi inferior Mukosa hipermi (-), Mukosa hipermi (-), edema
edema (-) (-)

Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), Mukosa hiperemi (-),


edema (-) edema (-)

septum nasi Deviasi (-), benda asing Deviasi (-), benda asing (-),
(-), perdarahan (-) perdarahan (-)
Bagian Keterangan

Mukosa bukal Hiperemi (-), massa (-)

PEMERIKSAAN Hiperemi (-), massa (-), karies gigi (-)


Mukosa gigi

TENGGOROKAN Palatum durum dan palatum Hiperemi (-), massa (-)


mole

Mukosa faring Hiperemi (-), edema (-), massa (-),


granul (-), ulkus (-), uvula ditegah

Tonsil Hiperemi (-), ukuran T3-T3, Kripta


melebar, detritus (-)
RESUME
• Pasien dengan keluhan nyeri pada bagian tenggorokan yang sering kambuh lebih dari 3 kali
dan sudah dirasakan sejak ± 2 bulan yang lalu. Tenggorokan dirasakan seperti mengganjal dan
dirasakan terus menerus. Setiap kali kambuh pasien mengalami kesulitan dan sakit ketika
menelan. Pasien mengeluh ada demam ketika keluhannya kambuh. Pasien rutin berobat sejak
2 bulan lalu ketika keluhannya kambuh dan merasa baikan setelah minum obat. Orang tua
pasien mengaku anaknya tidur mengorok dan napasnya berbau ketika kambuh.

• Pasien pernah ada keluhan yang sama saat usia 5 tahun dan sembuh dengan terapi obat‐
obatan dan tidak pernah kambuh sampai dengan 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering
mengkonsumsi makanan pedas dan digoreng.

• Dari pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T3‐T3, hiperemis ‐/‐, kripta melebar +/+, detritus
‐/‐, dengan uvula berada ditengah dengan warna mukosa non hiperemis. Pasien dalam kasus
ini didiagnosa tonsilitis kronik hipertrofi. Pasien telah mendapatkan terapi farmakologis
sebelumnya dan sekarang direncanakan untuk menjalani operasi tonsilektomi.
DIAGNOSA KERJA
Tonsilitis kronik dengan hipertrofi tonsil palatina dextra dan
sinistra

- Anamnesis ditemukan keluhan nyeri tenggorok yang berulang.


Terdapat gejala lain berupa nyeri menelan, rasa mengganjal
pada tenggorok, mengorok, nafas berbau dan demam ketika
keluhan kambuh.

- Pada pemeriksaan fisik ditemukan tonsil yang membesar


yaitu T3-T3 dan terdapat kripta yang melebar.
PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN
• Pemeriksaan kultur tenggorokan
Pemeriksaan ini dapat membantu mencari patogen penyebab dari
tonsilitis.

• Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ini untuk menunjang diagnosis dari tonsilitis kronik
TATALAKSANA EDUKASI
- Menghabiskan antibiotik yang diberikan
• Amoksisilin tab 2x500 mg selama 10 hari
• Asam mefenamat 2x500 mg - Edukasi bahwa tonsilektomi perlu dilakukan
• Rujuk spesialis THT dan komplikasi yang dapat terjadi
• Intervensi bedah perlu dilakukan karena
memenuhi indikasi tonsilektomi.
- Menjaga hiegine mulut
Prognosis

• Quo ad vitam : dubia ad Bonam


• Quo ad functionam : dubia ad Bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad Bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI TENGGOROKAN
Fungsi tonsil

Tonsil mempunyai fungsi yaitu :


Filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh
melalui mulut dan sinus.

Tonsil menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk


membantu melawan infeksi.
Tonsilitis

• Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang


merupakan bagian dari cincin Waldeyer dan
dapat diakibatkan oleh bakteri, virus, dan
jamur.

• Menurut Reeves, tonsilitis merupakan inflamasi


atau pembengkakan akut pada tonsil atau
amandel.
Klasifikasi
AKUT tonsilitis

MEMBRANOSA

KRONIK
• VIRAL • Difteri
• BAKTERI • Angina Plaut Vincent
(stomatitis
ulseromembranosa)
• Peny. Kel. darah
TONSILITIS AKUT
TONSILITIS VIRAL

Gejala = common cold + nyeri tenggorok

Penyebab >> EBV

Infeksi virus Coxsachie  luka-luka kecil di


palatum dan tonsil yang sangat nyeri Herpangina e.c. Coxsackievirusvirus

Terapi: istirahat, minum cukup,


analgetik, antivirus jika gejala berat
TONSILITIS BAKTERIAL

Etiologi: Grup A Streptokokus beta hemolitikus


(GABHS), pneumokokus, streptokokus viridan,
streptokokus piogenes

Infiltrasi bakteri di epitel reaksi radang :


leukosit PMN keluar detritus (kumpulan
lekosit, bakteri mati, epitel terlepas) mengisi
kriptus tonsil ( bercak kekuningan)
TONSILITIS BAKTERIAL

TONSILITIS
TONSILITIS TONSILITIS
MEMBRANOSA
FOLIKULARIS LAKUNARIS
Bercak detritus
Tonsilitis dengan Bercak detritus
melebar
detritus jelas menyatu
membentuk
membentuk alur
membrane semu
(pseudomembran)
TONSILITIS BAKTERIAL
Gejala / tanda Pemeriksaan Terapi

• Tonsil bengkak, hiperemis,


• Masa inkubasi 2-4 hari • AB spectrum luas:
detritus (folikel, lakuna,
• Nyeri tenggorok, nyeri penisilin, eritromisin
membrane semu)
menelan, demam, lesu, nyeri • Antipiretik
• KGB submandibular bengkak,
di sendi2 ,nafsu makan (-), • Obat
nyeri tekan
otalgia (referred pain, N IX) kumur
desinfektan
TONSILITIS
MEMBRANOSA
TONSILITIS DIFTERI

• Penyebab dari kuman Corynebacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram


positif, yang ditransmisikan melalui droplet udara atau kontak kulit.

• Tidak semua individu yang terinfeksi akan menjadi sakit, terkandung titer anti
toksin dalam darah seseorang (minimal 0,03 IU per ml darah) memberikan dasar
imunitas.
• Masa inkubasi penyakit ini 1-5 hari.  Tonsil bengkak tertutup bercak putih keabu-abuan kotor
yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk
membran semu.

• Demam subfebris, sakit kepala, penurunan nafsu  Membran dapat meluas ke paltum mole, uvula,
makan, tubuh melemah, nadi lambat dan nyeri nasofaring, laring, trakea dan bronkus dan dapat
menelan. menyumbat jalan nafas.

• Dalam 24 jam gejala dapat memberat sehingga  Membran semu melekat erat pada dasarnya, sehingga bila
diangkat akan mudah berdarah.
malaise dan sakit kepala berat, dan mual.
 Bila infeksi berterusan, kelenjar limfa leher akan
• Bila sejumlah banyak toksin masuk ke aliran darah, membengkak hingga leher menyerupai leher sapi (bull
pasien dapat menjadi pucat, nadi cepat, koma hingga neck) atau disebut juga Burgemeester’s hals.
kematian.
Diagnosis
• Pada pemeriksaan dengan cermin terlihat
Penatalaksanaan
pseudomembran berwarna kuning keabuan
yang menempel erat ke tonsil dan ketika  Awasi tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas

diangkat menimbulkan pendarahan.  Tanpa menunggu hasil kultur, dapat diberikan


antitoksin (APS) difteria 20,000-100,000 IU/KgBB

• Diagnosis pasti didapatkan dari preparat injeksi intravena atau intramuskular (lakukan skin

kuman yang diambil dari apusan di bawah test terlebih dahulu)

membrane semu.  Antibiotik peninsilin 300,00 IU/hari IM untuk BB


<10 kg, 600,000 IU/hari untuk BB > 10 kg (selama
14 hari) atau eritromisin 25-50 mg/KgBB dibagi
dalam 3 dosis selama 14 hari
 Kortikosteroid 1,2 mg/KgBB per hari
 Obat simptomatik lainnya seperti antipiretik
 Trakeostomi bila sudah ada sumbatan jalan nafas
ANGINA PLAUT VINCENT
(stomatitis ulseromembranosa)
Gejala
Penyebab
•Demam 390C, nyeri kepala,
•Bakteri fusiform
badan lemah, kadang
fusobacterium, Treponema
gangguan pencernaan
vincentii
•Higiene mulut kurang, def •Nyeri mulut, hipersalivasi,
vit C gigi & gusi mudah berdarah

Pemeriksaan
Terapi
•Mulut berbau
•AB spectrum luas 1 minggu
•Mukosa mulut & faring •Memperbaiki hygiene mulut
hiperemi •Vit C dan vit B kompleks
•Ulkus pd tonsil & tertutup
membrane putih keabuan
•KGB submandibular membesar
TONSILITIS SEPTIK

Penyebab • Streptokokus hemolitikus (susu sapi)

Jarang
• Indonesia : susu sapi dipasteurisasi
ditemukan
TONSILITIS KRONIK
serangan ulangan dari tonsilitis akut
yang mengakibatkan kerusakan yang
permanen pada tonsil.
Infeksi lebih dari 3 bulan.
TONSILITIS KRONIK

Gejala & Tanda


• Tonsil membesar, permukaan tidak rata, • Sakit menelan
• Mulut berbau (halitosis)
kripte melebar, beberapa terisi detritus • Sengau/ sering tersedak malam
hari
• Rasa mengganjal di tenggorok • Kurang nafsu makan
• Nafas berbau
• Plika anterior kemerahan
Epidemiologi
• Tonsilitis dapat terjadi pada semua usia terutama pada

Data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi di anak (jarang pada anak muda diatas 2 tahun).

Indonesia pada bulan September 2012, prevalensi


tonsillitis kronik sebesar 3,8% tertinggi kedua • Cara penyebaran infeksi melalui udara (airborne dan
setelah nasofaringitis akut (4,6%). droplets), tangan dan ciuman. Tonsilitis akibat spesies
Streptococcus biasanya pada anak-anak usia 5-15
tahun, ketika tonsilitis viral lebih sering pada anak-anak
yang lebih muda.

• Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang sering terjadi


pada usia 5-10 tahun dan dewasa muda usia 15-25
tahun.
ETIOLOGI

Infeksi
Tonsilitis
(sinusitis/r
Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain akut
Streptococcus B hemoliticus grup A, Pneumoccoccus, Virus, hinitis)
Adenovirus, Virus influenza serta herpes.

Asap rokok makanan


Patofisiologi Tonsilitis Kronik

Penularan infeksi melalui Saat penyembuhan,


udara (air borne droplets), limfoid menjadi
Proses berlanjut 
tangan, dan ciuman jaringan parut yang
menembus kapsul tonsil
memasuki tubuh (mulut) mengerut  kripta
melebar

Infeksi berulang  tonsil


Radang berulang  Perlekatan dengan
tidak membunuh
epitel dan jar. Limfoid jaringan di sekitar fosa
semua kuman 
terkikis tonsilaris
kuman bersarang di
tonsil

kuman & toksin 


Fokal infeksi (fungsi
menyebar ke seluruh
pertahanan pd tonsil
tubuh saat imunitas
menjadi sarang infeksi)
turun
MANIFESTASI KLINIS
Gradasi pembesaran tonsil :

• T0 : Tonsil masuk di dalam fossa

• T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan


volume orofaring

• T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan


volume orofaring

• T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan


volume orofaring

• T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan


volume orofaring
MODIFIED CENTOR SCORE
Modified Centor score dapat digunakan untuk menilai apakah tonsilitis disebabkan oleh infeksi group A beta-
hemolytic streptococcus (GABHS).

Kriteria skor ini adalah sebagai berikut : • Skor < 1: tidak dibutuhkan pemeriksaan
• Tidak ada batuk  1 penunjang tambahan dan tidak ada
indikasi diberikannya antibiotik
• Adenopati servikal anterior  1
• Skor 2 atau 3: perlu dilakukan
• Demam  1
pemeriksaan penunjang
• Bengkak atau terdapat eksudat pada
• Skor >4: dapat langsung diberikan
tonsil  1
antibiotik secara empiris
• Usia 3-14 tahun  1
• Walau hasil skor < 1, infeksi GABHS
• Usia 15-44 tahun  0 tetap dapat dipertimbangkan pada
• Usia >45 tahun  -1 pasien dengan gejala >3 hari.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Kultur Tenggorok  Pemeriksaan baku emas pada infeksi bakteri GABHS. Uji resistensi
perlu dilakukan bersamaan dengan kultur tenggorok untuk menentukan antibiotik yang
tepat untuk menangani infeksi GABHS pada pasien. Pemeriksaan kultur dari inti tonsil
dapat memberikan gambaran penyebab tonsilitis yang lebih akurat.

• Rapid Antigen Detection Test (RADT)  mendeteksi adanya karbohidrat dari dinding sel
GABHS. RADT memiliki sensitivitas 90-95% dan spesifisitas 98-99% sehingga apabila hasil
positif berarti mengalami infeksi GABHS, sedangkan hasil negatif perlu dilakukan
pemeriksaan kultur tenggorok untuk eksklusi GABHS.
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
TERAPI SUPORTIF
• Kortikosteroid
• Menjaga patensi jalan napas • dexamethasone dengan dosis dewasa 10 mg atau anak sesuai
dengan berat badan 0,6 mg/kgBB dengan dosis maksimum
• Menjaga hidrasi dan asupan nutrisi yang 10 mg. Dexamethasone umumnya diberikan sebagai dosis
adekuat tunggal, dapat dikonsumsi secara oral atau injeksi
• Kontrol demam dan nyeri intramuskular.

• Antibiotik
• Pilihan terapi antibiotik lini pertama :penisilin oral seperti
ampicillin dan amoxicillin selama 10 hari atau penicillin
injeksi (Benzathine Penicillin G) jika tidak patuh penicillin
oral selama 10 hari atau memiliki risiko tinggi demam
reumatik akut seperti adanya riwayat penyakit jantung
reumatik.
• Pilihan antibiotik lainnya, yakni cephalosporin. Terapi
antibiotik alternatif lainnya adalah makrolida dan
clindamycin.
TONSILEKTOMI The American
Academy Of
Prosedur pembedahan yang dilakukan dengan mengangkat tonsil dan kapsulnya serta Otolaryngology-
menyayat ruang peritonsil antara kapsul tonsil dan dinding otot. Head and Neck
Surgery (AAO-
HNS)
INDIKASI ABSOLUT

• Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis.


• Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur
• Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan
• Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma).
• Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.

INDIKASI RELATIF

• Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil dalam 1 tahun dengan terapi antibiotic adekuat.
• Halitosis akibat tonsillitis kronis yang tidak membaik dengan terapi antibiotic adekuat
• Tonsilitis kronik berulang pada karier streptokokus beta hemolitikus group A yang tidak membaik dengan antibiotic.

KONTRAINDIKAASI

• Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang, infeksi sistemik atau kronis, demam yang tidak tahu penyebab, pembesaran
tonsil tanpa gejala-gejala obstruksi, rhinitis alergika, asma, diskrasia darah, tonus otot lemah, sinusitis
Prognosis

• Secara umum, prognosis tonsilitis sangat baik dan sembuh tanpa komplikasi. Sebagian besar
tonsilitis virus sembuh dalam 7-10 hari, sedangkan tonsilitis bakteri dengan terapi antibiotik
sesuai mulai membaik dalam 24-48 jam. Morbiditas dapat meningkat jika tonsilitis berulang
sehingga mengganggu aktivitas dalam sekolah dan bekerja.

• Sedangkan, mortalitas meningkat jika terjadi komplikasi dari tonsilitis. Komplikasi paling
utama adalah abses peritonsilar yang terjadi pada 1-10 dari 10.000 orang.
KESIMPULAN
• Pasien dengan keluhan nyeri tenggorokan, susah menelan, rasa mengganjal pada tenggorokan yang
telah dirasakan sejak 2 bulan yg lalu. Keluhan lain adalah tidur mengorok dan napas berbau.
Saat usia 5 tahun pernah mengalami keluhan yg sama namun sembuh dgn terapi obat-obatan. 2
bulan yg lalu keluhan pasien muncul kembali.

• Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil palatina T3‐T3, hiperemis ‐/‐, kripta melebar dan permukaan
tidak rata walaupun tanpa detritus, dan uvula berada ditengah dengan warna mukosa non
hiperemis.

• Pasien dalam kasus ini didiagnosa tonsilitis kronik hipertrofi. Pasien telah mendapatkan terapi
farmakologis sebelumnya dan sekarang direncanakan untuk menjalani operasi tonsilektomi.

Tonsilitis merupakan peradangan dari tonsila palatina yang


merupakan bagian dari cincin waldeyer. Pada kasus pasien
telah mengalami lebih dari 3 kali episode serangan tonsilitis
disertai halitosis cukup untuk memberikan indikasi
tonsilektomi karena diharapkan kualitas hidup pasien juga
meningkat.
45

Anda mungkin juga menyukai