Anda di halaman 1dari 27

TRAUMA AKUSTIK

Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL
dr. Irma Suryati, Sp.THT-KL

Tiara Namora Tarigan


11.2019.171
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta
Identitas Pasien

Nama : Tn. AS
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Alamat : Jln Way Besay No 38 Jakarta
Barat
Agama : Islam
Anamnesis

Autoanamnesis /Alloanamnesis :

• Dilakukan secara Autoanamnesa dengan


pasien pada hari Rabu tanggal 21
Oktober 2020 pukul 10.30 WIB di
Poliklinik THT RSUD Koja.

Keluhan Utama :

• Pendengaran yang hilang timbul sejak 4


hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

3
Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan dirasakan pada kedua telinga, namun lebih berat pada telinga sebelah kiri. Keluhan tersebut
dirasakan setelah pasien mengalami kecelakaan ledakan gas dengan ukuran ±5 kg, 4 hari yang lalu saat
sedang bekerja. Pasien mengaku saat kecelakaan tidak terjadi trauma pada telinga. Keluhan hilang
pendengaran dirasakan semakin hari semakin memberat terutama 1 hari yang lalu.

Keluhan dirasakan memberat saat udara panas pada siang hari dan saat pagi hari pasien masih dapat
mendengar dengan jelas. Keluhan dirasakan baru pertama kali dialami. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
nyeri dan berdengung pada telinga. Nyeri pada telinga dirasakan semakin memberat sejak 2 hari yang lalu.

.Keluhan telinga berdengung dirasakan terutama pada malam hari. Dengungan pada telinga terdapat dua
suara yaitu suara denging dan suara seperti digedor-gedor yang disertai juga dengan rasa nyeri kepala.
Rasa nyeri kepala dan mual dan muntah disangkal . Pasien mengaku tidak mengorek-ngorek, tidak ada
riwayat batuk pilek, dan keluar cairan dari telinga sebelumnya .
4
Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Dahulu :


•Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis.
•Pasien tidak memiliki riwayat operasi pada telinga, hidung ataupun
tenggorokan
•Belum pernah sakit seperti ini

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat anggota keluarga yang


mengalami kerusakan pendengaran

Riwayat Pengobatan :
•Pasien sudah berobat ke dokter, namun sampai saat ini belum ada
perubahan
•Tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu sebelumnya

Riwayat Alergi : (-)


Hasil Pemeriksaan

• Status Generalis

• Keadaan umum : Sakit Sedang

• Kesadaran : Compos mentis

• Nadi : 80 x/ menit

• TD : 110/70 mmHg

• RR : 16 x/ menit

• Suhu : 36,2 °C

6
Pemeriksaan Fisik

7
Status Lokalis Telinga

Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri

Daun Telinga Nyeri tarik (+) Nyeri tarik (++)

Serumen + +

Sekret - -

Hiperemis (+), retraksi (+) Hiperemis (++), retraksi (+)

Membran Timpani cahaya bergeser (+) membran cahaya bergeser (+) membran

timpani dekstra ke arah jam 3 timpani sinistra arah jam 10

Nyeri tekan tragus - -


8
Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri
Status Lokalis Hidung
Hidung Luar Bentuk (N), Inflamasi (-), nyeri Bentuk (N), Inflamasi (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-). tekan (-), deformitas (-).

Rinoskopi Anterior
Vestibulum Hiperemis (-), sekret (-) Hiperemis (-), sekret (-)

Kavum nasi Lapang, edema (-), mukosa Lapang, edema (-), mukosa
hiperemi (-). hiperemi (-).
Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema (-) Mukosa hiperemi (-), edema (-)

Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).

Daerah sinus frontalis Tidak ada kelainan, nyeri tekan Tidak ada kelainan, nyeri tekan
(-) (-)
Daerah sinus maksilaris Tidak ada kelainan, nyeri tekan Tidak ada kelainan, nyeri tekan
9
(-) (-)
Status Lokalis Tenggorok
Bagian Keterangan

Mukosa lidah hiperemis (-), massa (-)

Mukosa gigi hiperemis (-), massa (-)

Palatum durum dan palatum


Hiperemis (-), massa (-)
mole

Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-),


Mukosa faring
ulkus (-)

Hiperemis (-), ukuran TI-TI, kripte melebar (-)


Tonsil
detritus (-)

1
0
Pemeriksaan
Penujang

Pada tes audiometri


didapatkan hasil telinga
kanan tuli konduktif derajat
sedang (41,25 dB) dan
telinga kiri tuli campuran
derajat sedang (50 dB).

1
1
DIAGNOSIS

Working Diagnosis

Gangguan Pendengaran
ec Ledakan Gas
(Trauma Akustik)

Differential Diagnosis
•Noise Induced Hearing
Loss (NIHL)
•Tuli Mendadak

1
2
 
Tidak ada penatalaksanaan yang spesifik untuk trauma akustik.Hanya
Tatalaksana pada trauma akustik terbagi menjadi dua yaitu pada jenis TTS dan PTS.
Pada TTS dilakukan penatalaksanaan simptomatik dan suportif. Pada
pasien tidak dikeluhkan gangguan komunikasi sehingga ditatalaksana
dengan TTS .
•Pseudoephedrine HCI (Rhinos SR) 120 mg tab 2x1
•Betahistine diHCl (Betaserch) 16 mg tab 2x1
•Terapi suportif berupa vitamin B12 (metcobalamin) 500 mg tab 2x1
Jika sudah sampai tahap kesulitan berkomunikasi disarankan

01
menggunakan hearing aid

Edukasi

•Menghindari suara bising dan gaduh (mendengarkan musik yang terlalu


keras dalam jangka waktu yang lama)

02
•Berhati-hati dalam aktivitas yang berisiko seperti
menembak,menggunakan gergaji, mengendarai sepeda motor
•Menggunakan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan
helmet) jika berada di lingkungan yang beresiko terkena pajanan.
•Memberikan pendidikan mengenai penyakit akibat kerja
•Memeriksa rutin 6 bulan sekali
Prognosis

TTS /PTS ?

Jika PTS : Ketulian sensori atau sensorineural yang mendadak


disebabkan suara yang sangat keras sifatnya menetap dan tidak
dapat diobati, maka prognosisnya kurang baik sehingga faktor
pencegahan lebih diutamakan.
Analisa Kasus

Trauma akustik sering dipakai untuk


menyatakan ketulian akibat pajanan bising,
maupun tuli mendadak akibat ledakan
hebat, dentuman, tembakan pistol,
serta trauma langsung ke kepala dan
telinga akibat satu atau beberapa pajanan
dalam bentuk energi akustik yang kuat.

1
5
Etiologi

Trauma akustik dapat disebabkan oleh


bising yang keras dan secara tiba-tiba
atau secara perlahan-lahan yang dapat
dikarenakan oleh suara ledakan bom,
petasan, tembakan, konser, dan telepon
telinga (earphone).

1
6
Epidemiologi

Prevalensi trauma akustik akibat ledakan senjata


pada personal infantri Angkatan Darat Inggris
sebesar 28%.Penelitian di Makasar tahun 2001
terhadap anggota Brimob, siswa Sekolah Polisi
Negara dan anggota Poltabes mencapai 16,67%.
Disebutkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara frekuensi penembakan senjata api
dengan gangguan pendengaran pada personil
militer.
Laki>>> Wanita
Tempat Kerja >>> Tidak di tempat kerja

1
7
Patofisiologi

 Bising dengan intensitas 85 dB atau lebih dapat


mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran
organ corti. Pada trauma akustik terjadi kerusakan
organik telinga akibat adanya energi suara yang sangat
besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan
fisiologis telinga dalam sehingga terjadi gangguan
kemampuan meneruskan getaran ke organ. Mekanisme
dasar terjadinya tuli karena trauma akustik adalah:
1. Proses mekanik
2. Proses metabolik
Gejala Klinis
• Gejala ketulian akibat trauma akustik
adalah tinnitus (suara mendenging),
ringing (suara berisik di telinga), gejala
sensasi penuh (fullness), nyeri telinga,
kesulitan melokalisir suara, dan
kesulitan mendengar di lingkungan
bising,dapat disertai vertigo.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik telinga tidak


ditemukan adanya kelainan dari telinga luar
hingga membran timpani. Membran timpani
utuh, perdarahan kecil di membran, ruptur
lapisan luar atau sobekan yang lurus. Selain
itu, sering tampak perforasi membrana
tympani spontan bahkan terjadi kerusakan
artikulasi dari tulang-tulang pendengaran. 1
9
2
0
DIAGNOSIS

Anamnesis : Tn. AS laki-laki 33 tahun datang pada tanggal 21 Oktober


2020 di RSUD Koja dengan keluhan pendengaran yang hilang timbul sejak 4 hari SMRS.
Keluhan dirasakan pada kedua telinga, namun lebih berat pada telinga sebelah kiri. Keluhan
tersebut dirasakan setelah pasien mengalami kecelakaan ledakan gas. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan nyeri dan berdengung pada telinga. Dengungan pada telinga terdapat 2 suara
yang pertama suara denging dan kedua suara seperti digedor-gedor

Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan telinga pasien didapatkan daun telinga


nyeri tarik (+) pada kedua telinga dengan nyeri lebih dirasakan pada telinga kiri. Membran
timpani tampak hiperemis (+), serta mengalami retraksi (+) pada kedua telinga sehingga reflek
cahaya bergeser (+) membran timpani dekstra ke arah jam 3 dan sinistra arah jam 10.

Pemeriksaan Penunjang : audiometri nada murni menunjukkan bentuk khusus yaitu


C5 dip atau torehan C5 pada frekuensi 4000 Hz. 1,2,6 Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
tes audiometri. Pada tes audiometri didapatkan hasil telinga kanan tuli konduktif derajat
sedang (41,25 dB) dan telinga kiri tuli campuran derajat sedang (50 dB).
2
1
Differential Diagnosis

• Gangguan Pendengaran Noise Induced


Hearing Loss (NIHL) biasanya terjadi
akibat paparan bising ditempat kerja
dalam waktu yang lama dengan intensitas
tertentu.
• Tuli mendadak,suatu kondisi gangguan
pendengaran yang terjadi pada satu atau
kedua telinga, yang bersifat progresif dan
subjektif dalam 72 jam.

2
2
Tatalaksana

•Tidak ada pengobatan yang spesifik dapat diberikan pada penderita

dengan trauma akustik. Oleh karena tuli kerena trauma akustik


adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap (irreversible),

•Hanya diberi tatalaksana yang bersifat simptomatik dan supportif.

•Edukasi :
omenghindari suara bising dan gaduh (mendengarkan musik yang

terlalu keras dalam jangka waktu yang lama)


oberhati-hati dalam aktivitas yang berisiko seperti menembak
omenggunakan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan

helmet) untuk pekerja


opemeriksaan kesehatan telinga secara teratur tiap 6 bulan sekali.
2
3
Komplikasi

Kehilangan pendengaran
progresif

2
4
PROGNOSIS

Dubia ad malam

Jenis ketulian pada trauma akustik ini merupakan ketulian


saraf koklea yang sifatnya menetap dan tidak dapat
diobati, maka prognosisnya kurang baik sehingga faktor
pencegahan lebih diutamakan.

2
5
KESIMPULAN

Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total


untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan
pendengaran karena trauma akustik diakibat paparan energi akustik yang
kuat dan mendadak. Pada kasus ini Tn. T, 43 tahun datang ke poli THT
RSUD Koja pada tanggal 19 Oktober 2020.Dari hasil anamnesis ditemukan
gejala-gejala gangguan pendengaran akibat trauma akustik berupa tinitus
dan rasa tidak nyaman pada telinga yang berupa rasa nyeri dan riwayat
pajanan yang mendukung yaitu kecelakaan ledakan gas dengan ukuran ±5
kg . Pada pemeriksaan telinga didapatkan membran timpani utuh dan
menunjukkan gambaran hiperemis pada membran timpani. Pada
pemeriksaan penunjang dilakukan tes audiometri. Pada tes audiometri
didapatkan hasil telinga kanan tuli konduktif derajat sedang (41,25 dB) dan
telinga kiri tuli campuran derajat sedang (50 dB). Pada pasien mendapatkan
terapi farmakologi simtomatik, suportif dan steroid (jika diperlukan)

2
6
THANKS
Does anyone have any questions?

tiaranamora2l@gmail.com

081229795158

2
7

Anda mungkin juga menyukai