Anda di halaman 1dari 31

TRAUMA HIDUNG

Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL
dr. Irma Suryati, Sp.THT-KL

Tiara Namora Tarigan


11.2019.171
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta
Identitas Pasien

Nama : Ny. TN
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Suku : Batak
Alamat : Jln Way Besay No 38 Jakarta
Barat
Agama : Kristen
Anamnesis

Autoanamnesis /Alloanamnesis :

• Dilakukan secara Autoanamnesa dengan


pasien pada hari Minggu tanggal 25
Oktober 2020 pukul 10.30 WIB di
Poliklinik THT RSUD Koja.

Keluhan Utama :

Seorang wanita berusia 19 tahun datang


dengan keluhan hidung buntu.

3
Riwayat Penyakit Sekarang

Lima hari yang lalu pasien mengeluh hidung buntu setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Hidung
buntu hilang-timbul, bergantian antara hidung kanan dan kiri, hidung buntu sebelah kanan terasa lebih
berat. Tampak cekungan pada pertengahan hidung.

Mimisan, hidung buntu pada kedua hidung,nyeri kepala disangkal, tidak mual maupun muntah, tidak
ada pandangan kabur, tidak sesak nafas, tidak ada nyeri maupun kesulitan dalam membuka maupun
menutup mulut.

4
Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Dahulu :


•Keluhan seperti sebelumnya (-)
•Riwayata DM dan Hipertensi (-)
•Riwayat sakit paru dan jantung (-)
•Riwayat Kelainan darah (-)
•Riwayat alergi obat (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


•Tidak ada riwayat penyakit kronis
•Tidak ada riwayat kelainan darah
Riwayat Pengobatan :

•Pasien belum pernah berobat sebelumnya


•Tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu sebelumnya
Hasil Pemeriksaan

• Status Generalis

• Keadaan umum : Sakit Ringan

• Kesadaran : Compos mentis

• Nadi : 80 x/ menit

• TD : 110/70 mmHg

• RR : 16 x/ menit

• Suhu : 36,2 °C

6
Pemeriksaan Fisik

7
Status Lokalis Telinga

Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri


Nyeri tekan (-), edema (-)
Tragus Nyeri tekan (-), edema (-)

Daun Telinga Bentuk dalam batas normal, lesi kulit (-),


Bentuk dalam batas normal, lesi kulit (-),
(aurikula,preaurikula,retr hematoma (-), massa (-), fistula (-), nyeri
hematoma (-), massa (-), fistula (-), nyeri
oaurikula) tarik aurikula (-)
tarik aurikula (-)

Serumen (-), hiperemis (-), edema (-)


Liang Telinga Serumen (-), hiperemis (-), edema (-)
Penyempitan (-), furunkel (-)
Penyempitan (-), furunkel (-)

Intak, retraksi (-), hiperemi (-), bulging (-), Intak, retraksi (-), hiperemi (-), bulging (-),

Membran Timpani Edema (-), perforasi (-), cone of light (+) Edema (-), perforasi (-), cone of light (+)

Arah jam 5 Arah jam 7


8
Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri

Status Lokalis Hidung Dorsum nasi Deformitas (+), nyeri tekan (-), Deformitas (+), nyeri tekan (-),
Krepitasi (-) Krepitasi (-)

Rinoskopi Anterior
Vestibulum Hiperemis (-), sekret (-) Hiperemis (-), sekret (-)

Kavum nasi Lapang, edema (-), mukosa Lapang, edema (-), mukosa
hiperemi (-). hiperemi (-).
Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema Mukosa hiperemi (-), edema
(-) (-)
Septum nasi Deviasi (++), benda asing (-), Deviasi (+), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).

Daerah sinus frontalis Tidak ada kelainan, nyeri Tidak ada kelainan, nyeri
tekan (-) tekan (-)
Daerah sinus maksilaris Tidak ada kelainan, nyeri Tidak ada kelainan, nyeri
9
tekan (-) tekan (-)
Status Lokalis Tenggorok
Bagian Keterangan

Mukosa lidah hiperemis (-), massa (-)

Mukosa gigi hiperemis (-), massa (-)

Palatum durum dan palatum


Hiperemis (-), massa (-)
mole

Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-),


Mukosa faring
ulkus (-)

Hiperemis (-), ukuran TI-TI, kripte melebar (-)


Tonsil
detritus (-)

1
0
Pemeriksaan
Penujang

Nasoendoskopi
didapatkan septum deviasi
ke kanan dan kiri dengan
septum deviasi kanan
lebih berat.

Pemeriksaan x-foto os
nasal
didapatkan gambaran
fraktur depresi pada
bagian anterior os nasal

1
1
DIAGNOSIS

Working Diagnosis

Trauma Hidung :
Fraktur depresi pada
bagian anterior os nasal

Differential Diagnosis
•Kelainan kongenital hidung
•Fraktur Tulang Nasoethmoid

1
2
 
•Pasien dilakukan tindakan operasi reduksi tertutup dan
Tatalaksana septum koreksi. Operasi diawali dengan tindakan septum
koreksi yang dilanjutkan dengan reposisi fraktur os nasal

01
menggunakan forsep Asch. ( Disarankan Rinoplasti Korektif
jika lebih dari seminggu )
•Dilakukan pemasangan tampon intranasal kanankiri setelah
reduksi dan kontrol setelah 5 hari
•Tampon hidung dilepas, pasien dipulangkan dengan terapi
Nacl 0,9 % untuk cuci hidung. Terapi pulang diberikan
cefadroksil tablet 500 mg/8 jam, asam mefenamat 500mg/8

02
jam.

Edukasi
•Edukasi pada septum deviasi perlu dilakukan terkait
penyebab dan tindakan yang akan dilakukan.
•Edukasi pasca tindakan agar tidak terjadi komplikasi
Prognosis

Kebanyakan fraktur hidung tanpa disertai dengan perpindahan posisi


akan sembuh baik tanpa adanya kelainan kosmetik dan fungsional.
Teknik reduksi 16 tertutup dapat mengembalikan fungsional hidung
pasien.
Tinjauan Pustaka

Hidung merupakan salah satu bagian yang


paling menonjol pada wajah sehingga
cenderung mudah untuk mengalami cedera
baik cedera jaringan lunak maupun fraktur.
Fraktur os nasal menempati peringkat ketiga
dari seluruh insiden fraktur setelah fraktur
klavikula dan pergelangan tangan,sekitar 39–
45% dari seluruh fraktur wajah. Laki-laki 2–3
kali lebih sering dibandingkan perempuan
untuk terkena fraktur nasal. Insidensi 1,2
tertinggi pada rentang usia 15 sampai 30
tahun.

1
5
Tinjauan Pustaka

Hidung bagian luar atau piramid hidung dan


rongga hidung dengan bagiannya dari atas ke
bawah: 1).pangkal hidung atau nose bridge,
2).dorsum nasi, 3).puncak hidung, 4).ala nasi,
5).kolumela dan 6).lubang hidung atau nares
anterior.

Hidung luar terdiri dari kerangka tulang dan


tulang rawan yang dilapisi oleh kulit.
Kerangka tulang : 1). os nasalis ,2).prosesus
frontalis os maksila, dan 3).prosesus nasalis
os frontal.

1
6
Tinjauan Pustaka

Kerangka tulang rawan


1. 1 pasang kart. nasalis lateralis
superior
2. 1 pasang kart. nasalis lateralis inferior
( alar mayor)
3. Beberapa pasang kart. Alar minor
4. Tepi anterior kart. septum

1
7
Tinjauan Pustaka

Septum nasi terdiri dari tulang dan tulang


rawan hialin :
Bagian tulang :
•Lamina perpendikularis os.etmoid
•os.vomer
•krista nasalis os.maksila
•krista nasalis os palatina

Bagian Tulang Rawan :


•Kartilago septum
•Kolumela

1
8
Trauma Hidung
III. Arah Trauma :
1. Lateral (ringan sampai berat)
- Fraktur ipsilateral
Dibagi Berdasarkan : - Septum Deviasi
I. Waktu : - Fraktur kontralateral
1. trauma baru : < 2 minggu 2. Frontal :
- kalus belum sempurna terbentuk  Open Book
2. trauma lama : > 2 Minggu Fracture
- kalus sudah mengeras - Hidung rendah
- Septum
II. Hubungan dengan dunia Luar : terlipat
1. trauma terbuka : Kulit terluka 3. Inferior :
2. trauma tertutup : Kulit utuh - Fraktur septum
- Dislokasi septum

IV. Berdasarkan Lokasi :


- dorsum nasi
- frontal etmoid (inter cantus)
1
9
Etiologi

Trauma langsung pada hidung atau wajah. Hanya


sedikit kekuatan benturan yang diperlukan untuk
dapat menimbulkan fraktur hidung. Fraktur hidung
paling sering terjadi pada dewasa, di daerah
perkotaan biasanya terjadi pada perkelahian,
olahraga, dan kecelakaan lalu lintas
sedangkan daerah pedesaan biasanya terjadi
akibat kecelakaan bekerja. Kekerasan fisik
pada perempuan dapat juga dipertimbangkan.

2
0
Epidemiologi

Fraktur hidung menduduki peringkat ketiga


tersering dalam semua insiden fraktur. Insiden di
Amerika Serikat sekitar 39-45% pada fraktur wajah.
Prevalensi laki-laki dua kali lebih banyak dibanding
perempuan. Pada laki-laki dikaitkan dengan trauma
dan lebih umum terjadi pada usia 12-25 tahun
sedangkan pada perempuan yang sering terjadi
kecelakaan pribadi akibat jatuh pada pasien diatas
usia 60 tahun. Insiden meningkat pada umur 15-30
tahun disebabkan oleh perkelahian 34%,
kecelakaan lalu lintas 28% atau cedera akibat
olahraga 23%.

2
1
Patofisiologi
 Cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan ke hidung
bervariasi sesuai dengan faktor: 1).usia, berhubungan dengan
fleksibilitas jaringan, 2).jumlah kekuatan yang diterapkan, 3).arah gaya,
dan 4).sifat dari objek yang mencolok.

 Klasifikasi fraktur tulang hidung: tipe I. Lurus sederhana unilateral


atau bilateral tanpa deviasi septum, tipe II. Deviasi sederhana
unilateral atau bilateral dengan deviasi septum, tipe III. Kominutif
tulang hidung, tipe IV. Berat, terjadi deviasi hidung dan patah
tulang septum, tipe V.Kompleks dengan fraktur tulang hidung dan
fraktur septum Luka berat termasuk laserasi dan trauma jaringan
lunak, saddle nose akut, cedera terbuka dan avulsi jaringan
Patofisiologi
 Trauma yang sering dihubungkan dengan fraktur hidung melibatkan
sebagian wajah adalah 1).fraktur dinding orbita 2).fraktur lamina
kribriformis, 3).fraktur sinus frontalis dan 4. fraktur maksila Le Fort I, II
dan III.
Gejala Klinis Pemeriksaan Fisik

Gambaran Kinis : • Memastikan kondisi pasien stabil, airway


• Edema, hematom, laserasi, luka bebas dan ventilasi adekuat maka
• Epistaksis pemeriksaan fisik dapat dilakukan
• Deformitas ( indikasi fraktur) • Paling akurat diperiksa 2-3 jam setelah
• Krepitasi (indikasi fraktur) trauma
• Pada trauma hebat pemeriksaan tidak
hanya dilakukan pada organ hidung saja
Pemeriksaan Penunjang : • PF : Inspeksi dan palpasi
• Pemeriksaan intranasal dapat dengan
 Radiologi : AP dan Lateral rinoskopi anterior apabila tidak mempunyai
fasilitas endoskopi
• Foto polos nasal masih diperdebatkan karena • Pemeriksaan dapat dimulai dari distal ke
banyaknya salah persepsi antara garis sutura proksimal.
yang normal dengan garis fraktur • Jika udem, tunda reposisi!
• CT Scan memiliki sensitifitas dan spesifitas lebih
besar untuk diagnosis fraktur nasal. Namun
biayanya relatif lebih mahal.

2
4
DIAGNOSIS

Anamnesis :Lima hari yang lalu pasien mengeluh hidung buntu setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Hidung buntu hilang-timbul, bergantian antara hidung kanan
dan kiri, hidung buntu sebelah kanan terasa lebih berat. Tampak cekungan pada pertengahan
hidung.Mimisan, hidung buntu pada kedua hidung,nyeri kepala disangkal, tidak mual maupun
muntah, tidak ada pandangan kabur, tidak sesak nafas, tidak ada nyeri maupun kesulitan
dalam membuka maupun menutup mulut.

Diagnosis fraktur nasal berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adanya udim
nasal, laserasi, ekimosis periorbital, perlunakan nasal, deformitas nasal, krepitasi,
hematom, obstruksi nasal, kerusakan mukosa dan epistaksis makin menyokong dugaan
terjadinya fraktur nasal. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
sedangkan pemeriksaan radiologi baru dikerjakan apabila ada kecurigaan terjadi fraktur
maksilofasial.

2
5
Differential Diagnosis

• Fraktur maksilofacial

• Fraktur nasoethmoid

• Kelainan kongenital hidung

2
6
Tatalaksana

• Terapi fraktur nasal sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain usia
pasien, waktu terjadinya cedera, waktu reposisi, pilihan anestesi dan teknik
reposisi.
• Mengontrol perdarahan bila terjadi epistaksis.
• Pertimbangan pemilihan anestesi pada tindakan reposisi fraktur nasal adalah
dengan melihat beratringannya cedera dan kenyamanan penderita

• Apabila terjadi hematom septum harus segera ditangani. Dilakukan aspirasi


atau insisi pada bagian dasar hematom dengan bantuan lokal anestesi.
• Pada umumnya fraktur nasal baik itu fraktur depresi atau deviasi septum dapat
direposisi dengan reposisi tertutup
• Reposisi terbuka untuk fraktur nasal sederhana jarang dilakukan. Reposisi
terbuka hanya dilakukan apabila reposisi tertutup mengalami kegagalan atau
terjadi reposisi yang tidak sempurna
• Antibiotik, antiinflamasi
2
7
Komplikasi

Komplikasi cepat : Komplikasi lambat : EMERGENCY?!


cedera pada ligamen kantus medius,
cedera duktus lakrimalis, nyeri
hidung deformitas hidung, perforasi Emergensi pada fraktur nasal antara lain
hematom septum yang bila tidak • perdarahan hebat
dan nekrosis septum • sumbatan hidung pada pasien
ditangani dapat menyebabkan
deformitas saddle nose, fraktur saddle nose, kontraktur neonatus,
lamina kribiformis yang karena jaringan parut dan • hematom septum pada pasien anak,
menyebabkan rinore CSF dan • Rinore CSF, dan
nyeri hidung yang terus • gangguan penglihatan. Emergensi
anosmia, epistaksis persisten dan
obstruksi jalan napas.
menerus fraktur nasal harus segera ditangani

2
8
PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Secara umum prognosis fraktur nasal sederhana tanpa


komplikasi adalah baik dan dapat sembuh dalam waktu 2
sampai 3 minggu dengan memberikan hasil kosmetik dan
fungsi hidung yang cukup baik.

2
9
KESIMPULAN

Fraktur nasal adalah fraktur yang paling sering terjadi pada daerah kepala-
leher dan menempati posisi ke tiga fraktur yang terjadi pada seluruh tubuh.
Diagnosis fraktur nasal berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
sedangkan pemeriksaan radiologi masih menjadi perdebatan atau tidak
dianjurkana kecuali fraktur melibatkan daerah maksilofasial. Tanda dan
gejala fraktur nasal antara lain deformitas, epistaksis, udim, perlunakan,
krepitasi, dan obstruksi hidung. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang
tepat akan menghindari terjadinya komplikasi jangka panjang yaitu terjadinya
kecacatan kosmetik dan gangguan fungsi hidung. Adanya hematom septum
harus segera dideteksi dan diatasi karena untuk mencegah terjadinya
nekrosis septum sehingga dapat mengakibatkan deformitas saddle nose.
Pasien dengan deviasi piramid hidung hampir selalu berkorelasi dengan
terjadinya fraktur septum nasi yang serius. Banyak kasus fraktur nasal dapat
ditangani dengan pendekatan reposisi tertutup

3
0
THANKS
Does anyone have any questions?

tiaranamora2l@gmail.com

081229795158

3
1

Anda mungkin juga menyukai