Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1

BAB II ILUSTRASI KASUS………………………………………………………..2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA..…………………………………………………..2

3.1 Anatomi Telinga ..................................................................................... 9


3.2 Definisi Perikondritis ............................................................................. 11
3.3 Etiologi Perikondritis ............................................................................. 11
3.4 Faktor Predisposisi ................................................................................. 12
3.5 Epidemiologi Perikondritis ..................................................................... 12
3.6 Patofisiologi Perikondritis ...................................................................... 13
3.7 Diagnosis Perikondritis........................................................................... 14
3.8 Penatalaksanaan Perikondritis ................................................................ 17

BAB IV ANALISA KASUS/PEMBAHASAN..…………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………20
1

BAB I

PENDAHULUAN

Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi
apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi atau serum atau pus di antara
lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi
atau akibat kerusakan yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga. Terkadang
perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Stage awal infeksi,
pinna dapat menjadi merah dan kenyal ini diikuti oleh pembengkakan yang general
dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul di antara perikondrium
dengan tulang rawan di bawahnya.1
Bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi perikondritis adalah
Pseudomonas aeruginosa yang dapat ditemukan ditanah, dan air. Bentuk paling
umum dari perikondritis adalah perikondritis aurikuler yang melibatkan infeksi pada
cuping telinga akibat infeksi luka traumatik atau luka pembedahan atau proses
peradangan yang menyebar. Bentuk yang jarang adalah perikondritis laringeal. Hal
ini terjadi tiba-tiba akibat suatu cedera, organisme virulen, atau gangguan sistem
kekebalan tubuh manusia.2
Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa
mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka
daun telinga (cauliflower).3 Pada kasus-kasus yang sudah terjadi kerusakan berat,
bagian dari telinga dapat mati dan memerlukan pembedahan.2

BAB II
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
2

Nama : Tn. A R

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 33 tahun

Alamat : Banda Aceh

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

ANAMNESIS

1. Keluhan utama : Nyeri telingan kiri


2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Meuraxa dengan keluhan nyeri
telinga kiri, nyeri dirasakan setiap waktu, keluhan ini mulai dirasakan sejak 1
minggu ini, awalnya pasien mencoba membuang bintitan yang ada di kuping
pasien sejak beberapa tahun, setelah berdarah pasien meletakan daun sirih
sebagai obatnya, setelah kejadian itu telinga pasien mulai merah dan
membengkak, pasien juga merasakan demam dan sulit beraktivitas karena
nyeri pada telinga kiri pasien.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat asma : disangkal
Riwayat TBC : disangkal
Riwayat Bronchitis : disangkal
Alergi debu : disangkal
Alergi obat : disangkal
Alergi makanan : disangkal
3

Riwayat hipertensi : disangkal


Riwayat DM : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat alergi dalam keluarga disangkal.
Riwayat asma dalam keluarga disangkal.
Riwayat TBC dalam keluarga disangkal.
Riwayat bronkhitis dalam keluarga disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang pengusaha
Kesan ekonomi : Cukup

PEMERIKSAAN FISIK

1. STATUS GENERALISATA
Kesadaran : Compos mentis
Aktivitas : Aktif
Kooperativitas : Kooperatif
Status Gizi : Baik
Mata :Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Sekret
(-/-)
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nafas : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hati : Tidak dilakukan pemeriksaan
Limfe : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
4

2. STATUS LOKALIS
o Telinga

Telinga Kanan Kiri


Mastoid Nyeri ketuk (-) Nyeri ketuk (-)
Oedem (+), nyeri ketuk
Preaurikula Dbn, nyeri ketuk (-)
(+),hiperemis (+)
Retroaurikula Dbn Hiperemis (+)
Oedem (+), nyeri ketuk
Aurikula Dbn
(+), hiperemis (+)

o Canalis Akustikus Eksterna

Telinga Kanan Kiri


Discharge (-) (-)
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis
Serumen (-) (-)
Granulasi (-) (-)
Benda asing (-) (-)
Spora/ Hifa (-) (-)

o Membran Timpani

Telinga Kanan Kiri


Warna Mengkilap seperti Mengkilap seperti
mutiara mutiara
Reflek Cahaya (+) (+)
Perforasi (-) (-)
Bulging (-) (-)

o Pemeriksaan hidung luar


5

Hidung
Bentuk Dalam Batas Normal
Massa (-)
Deformitas (-)
Radang (-)

o Pemeriksaan sinus

Sinus Etmoid Sinus Frontal Sinus maksilla


Tidak Tidak Tidak
Hiperemis dilakukan dilakukan dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan
Nyeri Tekan (-) (-) (-)
Nyeri Ketuk (-) (-) (-)
Oedem (-) (-) (-)

o Rinoskopi Anterior

Hidung Sisi Kanan Sisi Kiri


Konka Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Oedem (-) Oedem (-)
Massa (-) (-)
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) (-)
Septum Deviasi (-) (-)
Epistaksis (-) (-)

o Tenggorok
6

Orofaring
Palatum : Simetris, warna merah muda
Arkus faring : simetris, hiperemis (-)
Uvula : di tengah
Mukosa : oedem (-), hiperemis (-)
Tonsil : dextra T1, sinistra T1
Nasofaring ( tidak dilakukan rinoskopi posterior)
Laringofaring ( tidak dilakukan pemeriksaan)
o Kepala dan Leher
Kepala : Normasefal
Wajah : Tidak ada kelainan (simetris)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-/-)
o Gigi dan Mulut
Gigi dan Geligi : Caries (-)
Palatum : simetris, radang (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Garpu Tala : tidak dilakukan


2. Audiometri : tidak dilakukan
3. Nasal swab : tidak dilakukan
4. Laboratorium : tidak dilakukan

DIAGNOSIS BANDING

1. Pericondritis auricular sinistra + abses aurikula sinistra


2. Othematom
3. Pseudokista

DIAGNOSIS SEMENTARA
7

Pericondritis auricular sinistra + abses aurikula sinistra

PENATALAKSANAAN

1. Operasi : Eksplorasi abses multiple

2. Famakologi :

Terapi Selama di RS Terapi Pulang


1. Inj . Ceftriaxone 1gr/12 jam 1. Cefixime 200mg 2x1
2. Inj. Ketorolac 30mg/ 6 jam 2. Natrium Diklofenak 50mg 3x1
3. Inj. Methylprednisolon 1vial/ 12 jam 3. Loratadine 10mg 1x1
4. Inj. Omeprazole 1vial/ 12 jam 4. Vit C 50mg 1x1
5. Loratadine 1x10mg 5. Lansoprazole 2x1
6. Vit C 2x1
7. salep Gentamycin 2x sehari

EDUKASI

o Minum obat teratur


o Intake cairan cukup
o Istirahat cukup
o Kontrol teratur ke poli THT

PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam

Quo ad Sanam : Dubia ad bonam

Quo Ad Funsionam : Dubia ad bonam


8

2.1 Gambar telinga Kanan

2.2 Gambar Telinga Kiri

2.3 Gambar Telinga Kiri Setelah Eksplorasi Abses & Pemasangan Penyangga
9

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Telinga Luar

Gambar 3.1. Anatomi Telinga

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran

dan keseimbangan). Telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga

tengah dan telinga dalam.3


10

Gambar 3.2. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan liang telinga sampai membrane

timpani. aurikula terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk

huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua

pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.3

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen

(kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.

Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Membran

timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat

oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane

shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). 3

Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit

liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa

saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang
11

terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian

luar dan sirkuler pada bagian dalam.3

Bayangan penonjolan bagian bawah meluas pada membran timpani disebut

sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah

yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani

kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh

membrane timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan

radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa

kerucut. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya

mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.4

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus malleolus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-

belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.4

3.2 Definisi Perikondritis


Perikondritis aurikula adalah infeksi pada perikondrium di daerah kartilago

aurikula dan biasanya disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa.5

3.3 Etiologi Perikondritis

Etiologi dari perikondritis yang paling banyak disebabkan oleh pseudomonas

aeruginosa sekitar 48%. Sedangkan untuk bakteri yang lainnya yang dapat

menyebabkan perikondritis seperti staphylococcus aureus, enterococcus faecalis,


12

streptococcus group A, polymicrobial infecetion, klebsiella pneumonia, dan candida

spp.5,6

3.4 Faktor Predisposisi Perikondritis

Faktor – faktor predisposisi yang dapat menyebabkan perikondritis, yaitu

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Penusukan anting pada tulang rawan

3. Trauma terbakar

4. Pasca operasi

5. Ekstensi infeksi otitis eksterna

6. Reaksi alergi

Dari faktor – faktor tersebut yang tersering menyebabkan perikondritis adalah

faktor yang diakibatkan oleh trauma seperti kecelakaan, penusukan anting pada

telinga, dan trauma terbakar. Kemudian diikuti oleh faktor-faktor lainnya.7

3.5 Epidemiologi Perikondritis


Secara epidemiologi pembengkakan daun telinga karena trauma terjadi pada

remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan yang melibatkan kekerasan,

40% terjadi pada atlet. Sebuah penelitian oleh Tan dan Hsu pada kasus pseudokista

daun telinga sebagian besar (55%) menunjukkan pembengkakan daun telinga yang

bisa mengarah ke perikondritis aurikula.8

3.6 Patofisiologi Perikondritis


13

Didahului oleh trauma atau cedera pada aurikula yang menimbulkan luka

sehingga terjadilah infeksi.6 Reaksi inflamasi antara lain rubor atau kemerahan, kalor

atau panas, dolor atau nyeri, tumor atau benjolan, dan fungsiolesa atau terganggunya

fungsi dari organ yang mengalami inflamasi.9

Trauma eksternal seperti cedera dapat menyebabkan perdarahan. Perdarahan

adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskular disertai penimbunan dalam ruang

tubuh.6 Proses terjadinya peradangan pada setiap luka pada jaringan akan timbul

reaksi inflamasi, dimana pembuluh darah akan dilatasi sehingga saat inspeksi akan

terlihat merah dan saat palpasi teraba hangat. Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari

arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan

edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, sehingga akan terjadi benjolan, cairan

yang terkumpul tersebut akan menekan saraf, maka pada saat perabaan juga biasanya

terdapat rasa nyeri, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan

menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.5

Proses inflamasi tersebut juga berlaku pada trauma tumpul, namun pada trauma

tumpul yang relatif tidak menimbulkan luka, tidak terjadi proses pengeluaran benang-

benang fibrin.5 Akumulasi darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago

sehingga terjadi pembengkakan pada daun telinga. Perubahan warna kebiru-biruan

berkaitan dengan eritrosit yang keluar dan terkumpul dalam jaringan. Jika hematoma

bervolume besar, hematoma tersebut lebih dapat mengalami organisasi dan bukan

resolusi sempurna, sehingga dapat meninggalkan parut.6 Radang pada telinga yang

tidak diobati secara adekuat juga dapat menginfiltrasi perikondrium yang

menyebabkan nekrosis tulang rawan sehingga dapat terjadi deformitas daun telinga.4
14

3.7 Diagnosis

1. Gambaran Klinis

Gambar 3.3. Perikondritis akibat bekas tindikan di daerah perikondrium telinga

Penderita dengan perikondrititis pada umumnya datang ke dokter dengan

keluhan daun telinga terasa sakit, warna merah, dan tegang.8

2. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender,

kemudian bengkak (generalized swelling of the pinna), serta terdapat abses pada

daun telinga.3

Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri

tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun telinga,

sehingga sangat menonjol. Terdapat demam, pembesaran kelenjar limfe regional,


15

dan leukositosis. Serum yang terkumpul di lapisan subperikondrial menjadi

purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau terlokalisasi.3,8

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun

telinga untuk dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat

diberikan terapi yang tepat.

3. Diagnosis Banding

a. Othematoma

Gambar 3.4. Othematoma

Suatu hematom daun telinga akibat rudapaksa yang menyebabkan timbulnya

darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Mekanisme biasanya

melibatkan gangguan traumatis pembuluh darah perikondrial. Akumulasi darah

dalam hasil ruang subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang

rawan. Penanganan dengan cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips

sebagai fiksasi.3
16

b. Pseudokista

Gambar 3.5. Pseudokista

Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan

cairan kekuningan di antara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.

Biasanya pasien datang ke dokter, karena ada benjolan di daun telinga yang tidak

nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.8

Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah

timbulnya perikondritis. Kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan semen

gips selama seminggu supaya perikondrium melekat pada tulang rawan kembali.

Apabila perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan.5

c. Polikondritis Berulang
17

Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara

generalisata, terutama telinga, hidung, dan laringotrakeobronkial. Tampak

deformitas aurikula menyerupai perikondritis akut (cauliflower ear). Biasanya

terdapat serangan tunggal atau berulang. Untuk pengobatan dapat diberikan pada

fase akut dengan salisilat dan steroid.3

Gambar 3.6 Cauliflower Ear

3.8 Penatalaksanaan Perikondritis

Pada dasarnya penatalaksanaan yang diberikan untuk perikondritis aurikula

adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa hancurnya tulang rawan yang

menjadi kerangka pada telinga (cauliflower). Oleh karenanya, perikondritis

merupakan salah satu kegawatdaruratan dalam bidang THT (telinga hidung

tenggorokan), sehingga pasien biasanya dianjurkan untuk rawat inap di rumah sakit

karena obat antibiotik harus diberikan secara sistemik.8


18

Penatalaksanaan medikamentosa yang diberikan adalah antibiotik parenteral

dan pengobatan topikal untuk infeksi kanalis penyerta. Untuk mempertimbangkan

penanganan yang cepat pemberian antibiotik berdasarkan terapi empiris sambil

menunggu hasil pasti dari biakan bakteri yang menginfeksi. Bila kondisi tampaknya

meluas dan terdapat tanda-tanda adanya cairan di bawah perikondrium berupa abses

ataupun hematoma, maka indikasi untuk melakukan insisi dan drainasse cairan atau

pus. Karena tulang rawan tidak memiliki suplai darah langsung bila dipisahkan dari

perikondrium, maka dapat terjadi nekrosis tulang rawan. Dengan demikian tulang

rawan yang nekrosisi perlu dieksisi dan drainase dipertahankan.2

Medikamentosa yang bisa diberikan diantaranya :

1. Antibiotik : untuk yang ringan diberikan cloxaciline 3 x 500 mg oral/hari.

Untuk yang berat diberikan gentamycine IV 2 x 80 mg/ hari atau

aminoglikosida lainnya.

2. Anti inflamasi / analgesik : asam mefenamat/piroxicam/natrium diclofenac.

Pengobatan dengan antibiotik sering gagal karena bakteri Pseudomonas


aeruginosa sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk pengobatan
dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida (gentamicin),
fluorkinolon (kuinolon) seperti siprofloksasin1,6. Sebaiknya dilakukan kultur dan tes
sensitivitas sebelumnya. Pada daun telinga diberikan kompres panas. Bila terdapat
fluktuasi, dilakukan insisi secara steril dan diberi perban tekan selama 48 jam6.
19

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pada kasus ini didiagnosis perikondritis berdasarkan anamnesis yaitu pasien


laki-laki usia 33 tahun, dengan keluhan nyeri telinga kiri, nyeri dirasakan setiap
waktu, keluhan ini mulai dirasakan sejak 1 minggu ini, awalnya pasien mencoba
membuang bintilan yang ada di kuping kiri pasien sejak beberapa tahun, setelah
berdarah pasien meletakan daun sirih sebagai obatnya, setelah kejadian itu telinga
pasien mulai merah dan membengkak, pasien juga merasakan demam dan sulit
beraktivitas karena nyeri pada telinga kiri pasien Pada pemeriksaan telinga
menggunakan otoskop pada telinga kanan dan kiri terdapat membran timpani utuh
dan berwarna seperti putih mutiara. Pada telinga luar didapatkan oedem pada telinga
kiri dan hiperemis serta dilakukan punksi didapatkan pus pada telinga kiri yang
oedem.

Berdasarkan tinjauan pustaka perikondritis radang pada tulang rawan dan


telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi atau pus di
antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar, hal ini sesuai dengan keadaan
yang dialami oleh pasien maka pendekatan diagnosis dengan perikondritis dapat
ditegakkan.

Penatalaksanaan yang diberikan pungsi, aspirasi, dan drainase pada saat di


operasi dan selanjutnya dilanjutkan dengan pengobatan farmakologi golongan
antibiotic, antinyeri, antiinflamasi dan golongan PPI (proton-pump inhibitor)
penatalaksaan ini sesuai dengan penatalaksaan ditinjauan pustka dan dikombinasi
20

dengan golongan lain seperti PPI untuk menghindari efek samping dari obat, serta
anti inflamasi untuk mempercepat hilangnya infalamasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Basak B, Gautam D, Gayen GC, et al, 2013, Auricular Perichondritis in a


Tertiary Rural Hospital, Philippine Journal of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery, pp.7-8.

2. Boies LR.,2015 Penyakit Telinga Luar: Perikondritis, Dalam : Adams GL.,


Boies LR., Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT, ed. 6, EGC, Minnesota,
pp.81

3. Dhingra D, Dhingra PL, Dhingra S, 2014, Diseases Of Ear, Nose And Throat &
Head And Neck Surgery, ed. 6, Elsevier, Haryana, pp. 49-53.

4. Koshore H, Prasad C, Sampath S, et al., 2007, Perichondritis of The Auricle


and Its Management, The Journal of Laryngology & Otology, pp. 530 – 534.

5. Mitchell, Richard N., dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, EGC,
Jakarta.

6. Price SA, Wilson LM, 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit, ed. 6, vol. 1, EGC, Jakarta.

7. Shrivastav RP, 2014, Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery, ed. 2,
Jaypee Brother Medical Publishers (P) LTD, New Delhi, pp.38.

8. Soepardi EA, Iskandar N (Ed.), 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, ed. 6, FKUI Press, Jakarta, pp. 58.

9. Tan By, Hsu, 2004, Auricular Pseudocyst in The Tropics : A Multi –Racial
Singapore Experience, The Journal of Laryngology & Otology, pp. 183 – 185.

Anda mungkin juga menyukai