DISUSUN OLEH :
Muhammad reza M 1102016136
PEMBIMBING :
dr. Dian Nurul Al Amini, Sp.THT-KL
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 44 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Status : Menikah
Alamat : Jakarta
Tanggal pemeriksaan : Selasa, 2 Agustus
2022
II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Poli THT RSU YARSI pukul 11.30 WIB.
Keluhan Utama:
Pasien mengeluh suara serak sejak 2 tahun SMRS.
2
mengucapkan kata dengan sempurna tanpa ada kesulitan dalam melafalkan kata.
3
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit serupa : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat operasi : Disangkal
Riwayat mimisan : Disangkal
Riwayat diabetes : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat Kebiasaan:
Riwayat merokok : Disangkal
Riwayat minum alkohol : Disangkal
Riwayat narkoba : Disangkal
Riwayat Pengobatan:
Sebelumnya pasien sempat ke dokter umum dan di diagnosis dengan radang dan di
berikan antibiotik. Pasien juga dalam pengobatan TB paru berjalan 5 bulan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS
GENERALIS
4
STATUS LOKALIS
Pemeriksaan Telinga
5
Sekret (-) (-)
Konka Inferior
eutrofi (+) livid eutrofi (+)
livid
KOM terbuka terbuka
6
Pemeriksaan Saraf
NI Anosmia (-)
N II, III Penurunan tajam pengelihatan (-), ptosis (-)
N IV, VI Diplopia (-),
NV Neuralgia trigeminal (-)
N IX Disfagia ringan (-), deviasi uvula (-), hilang sensasi (-)
NX Afoni (-), disfoni (+), perubahan pita suara (+), disfagia (-),
nyeri pada faring dan laring (-)
Pemeriksaan Leher
7
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : ++ ++
Triceps : ++ ++
Radioperiost : ++ ++
APR : ++ ++
KPR : ++ ++
Strumple : ++ ++
8
V. RESUME
Ny . S, 44 th Pasien datang ke Poli Klinik THT RS Yarsi dengan keluhan suara serak
yang dirasakn sejak 2 tahun SMRS di ikuti dengan rasa kebas pada tagan sebelah kanan dan
semakin parah dalam beberapa bulan ini dan sekarang sudah mulai di rasakan di sebelah
kiri. Pasien merasakan susah dalam menelan dan sering tersedak ketika minum maupun
makan dan merasakan bagian tenggorokan belakang di rasa banyak kendir yang terkumpul.
Hal ini mulai di rasa menganggu oleh pasienyang mana menganggu tidur dari pasien. Pasien
saat ini dalam pengobatan TB paru pasien rutin dan teratur mengkonsumsi obat. Pasien
menyangkal memiliki riwayat penyakit yang sama seperti yang di rasakan sekarang. Dan
tidak memiliki riwayat merokok. Pemeriksaan fisik keadaan umum baik, composmentis,
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan telinga dalam batas normal, pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior kavum nasi sempit, deviasi septum, konka inferior eutrofi
dan livid, konka media eutrofi. Pemeriksaan mulut dan orofaring dalam batas normal, tidak
ada kelaian. Pemeriksaan penunjang pada saat pemeriksaan laringoskopi di dapatkan pada
plica vokalis dan ventrikularis kana tidak ikut bergerak pada saat fonasi .
9
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Disfagia ec polip pita suara
2. Disfonia ec motorik larinhg
XII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
10
11
BAB I
PENDAHULUAN
12
diselidiki. Pemakaian laringoskop direk, indirek, dan stroboskopi diperlukan
untuk menilai gangguan baik secara struktural dan fungsional.
Terapi berfokus pada konservasi suara dan edukasi teknik penggunaan
suara yang benar pada pasien. Medikamentosa digunakan secara konservatif, dan
diutamakan pada pasien yang memang profesinya menuntut penggunaan suara.
Intervensi bedah bergantung pada jenis penyebab disfonia, dan perlu didahului
terapi suara untuk mencegah komplikasi trauma sekunder paska operasi. Tindakan
pencegahan disfonia yang umum adalah anjuran untuk banyak minum dengan
tujuan memberi hidrasi laring dan mengatasi penyakit GERD atau laringotrakeal
refluks.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong. Laring menghubungkan
laringopharynx superior dan inferior dengan trakea yang terletak pada garis
tengah anterior leher pada vertebra cervicalis 4-6. Laring berbentuk piramida
triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroid di sebelah atas dan kartilago
krikoid di sebelah bawahnya.
Tulang hyoid dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini
merupakan tempat melekatnya otot-otot dan ligamen serta akan mengalami
osifikasi sempurna pada usia 2 tahun. Laring dibentuk oleh beberapa kartilago,
ligamentum dan otot. Tulang hyoid terdiri dari body, dua tanduk yang besar serta
dua tanduk kecil. Tulang ini tidak berartikulasi dengan tulang lainnya, berbentuk
U dan bergantung pada ujung proses styloid dari tulang temporal oleh ligamen
stylohyoid. Tulang hyoid terhubung ke kartilagi tiroid dan didukung oleh otot-otot
suprahyoid dan infrahyoid dan otot konstriktor faring tengah. Tulang hyoid
mendukung akar lidah.
34
laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan
kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus,
infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.
2. Glotis (pars media) yaitu ruangan yang terletak antara pita suara
palsu dengan pita suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel
laring Morgagni.
2.1.1 Kartilago
A. Kartilago Tiroidea
Kartilago tiroid adalah yang terbesar dari sembilan kartilago yang
membentuk kerangka laring, suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding
anterior dan lateral laring. Terdiri dari 2 (dua) sayap (ala tiroidea) berbentuk
seperti perisai yang terbuka di belakangnya tetapi bersatu di bagian depan dan
membentuk sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adam’s apple. Sudut ini
pada pria dewasa kira-kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat.
Pada bagian atas terdapat lekukan yang disebut thyroid notch atau incisura
thyroidea, di belakang atas membentuk kornu superior yang dihubungkan dengan
tulang hyoid oleh ligamentum thyroidea lateralis. Pada bagian bawah membentuk
kornu inferior yang berhubungan dengan permukaan posterolateral dari kartilago
krikoidea dan membentuk artikulasio krikoidea. Pada bagian dalam perisai
kartilago thyroidea terdapat bagian dalam laring, yaitu : plika vokalis, ventrikel,
otot-otot dan ligament, kartilago aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata.
Terdapat dua lamina yang membentuk lateral utama yang menutupi kedua
sisi trakea. Tepi posterior dari lamina setiap berartikulasi dengan tulang rawan
krikoid inferior pada sendi yang disebut sendi krikotiroid. Gerakan tulang rawan
pada sendi ini menghasilkan perubahan dalam ketegangan di lipatan vokal , yang
34
pada gilirannya menghasilkan variasi suara . Kartilago tiroidea membentuk
sebagian besar dinding anterior laring, dan berfungsi untuk melindungi plika
vokalis ("pita suara"), yang terletak tepat di belakangnya.
34
B. Kartilago Krikoidea
C. Kartilago Aritenoidea
Plika vokalis merupakan dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di
atas ligamentum vokal, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam
kartilago thyroidea bagian depan dan kartilago arytenoidea bagian belakang. Plika
vokalis palsu memiliki dua lipatan membrana mukosa tepat di atas plica vokalis
sejati. Bagian ini tidak terlibat di dalam produksi suara. Ligamentum vokalis
terbentuk dari setiap prosesus vokalis dan berinsersi pada garis tengah kartilago
tiroidea membentuk tiga per lima bagaian membranosa atau vibratorius pada pita
suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini disebut glotis.
34
Gambar 2. Anatomi pita suara
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis
dari aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan
tertutupnya glotis.
D. Kartilago Epiglotis
34
E. Kartilago Kornikulata
34
1
2
2.1
2
2.1
2.1.2 Ligamentum
A. Membran Tirohyoid
Membran ekstrinsik yang menghubungkan kartilago tiroidea pada tulang
hyoid, sehingga memperkuat laring. Dipisahkan dari permukaan posterior tubuh
hyoid oleh bursa. Tebal bagian median disebut ligamentum tirohyoid medial dan
bagian lateral disebut ligamen tirohyoid lateral. Ligamen lateral yang
menghubungkan ujung tanduk superior dari kartilago tiroid ke ujung tanduk
yang lebih besar dari tulang hyoid.
34
D. Membran quadrangular dan ligamentum vestibular
Merupakan lembaran tipis jaringan ikat submukosa. Memanjang dari
kartilago aritenoid ke kartilago epiglottis. Ligamentum krikotiroid dan membran
quadrangularis, meskipun terpisah oleh interval antara ligamentum vokal dan
vestibular disebut sebagai membran fibroelastik laring.
34
E. Ligamentum epiglotis
Epiglotis melekat pada tulang hyoid oleh ligamentum hyoepiglottic. Bagian
posterior lidah oleh lipatan glossoepiglottic median. Untuk sisi faring oleh
lipatan glossoepiglottic lateral. Untuk kartilago tiroid oleh ligamentum
thyroepiglottic. Selaput lendir yang menutupi epiglottis dipantulkan ke bagian
posterior lidah sebagai salah satu lipatan medial dan dua glossoepiglottic
lateral. Antara lipatan terdapat bagian yang rendah disebut valleculae epiglottic.
34
2.1.3
1.1
1.2
3
Gambar 6. Ligamentum dan membran yang menyokong laring.
3.1
3.2
Otot
Otot-otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yang memiliki fungsi
berbeda. Yang pertama yaitu otot ekstrinsik. Otot ini memiliki fungsi untuk
menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot ini
menggerakkan laring secara keseluruhan.
1. Otot-otot suprahioid /
otot-otot elevator laring, yaitu :
M. Stilohioideus
M. Milohioideus
M. Geniohioideus
M. Digastrikus
M. Genioglosus
M. Hioglosus
Gambar 7. Otot-otot ekstrinsik
34
2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :
M. Omohioideus
M. Sternokleidomastoideus
M. Tirohioideus
Yang kedua yaitu otot intrinsik. Otot ini menghubungkan kartilago satu
dengan yang lainnya. Berfungsi untuk menggerakkan struktur yang ada di dalam
laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas. Otot-otot pada kelompok
ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang serabutnya berjalan
transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan suara, proses
menelan dan bernafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan
bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara.
M. Krikotiroideus
M. Krikotiroideus lateral
M. Krikoaritenoideus posterior
3. Otot-otot tensor :
34
Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
Berfungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor internus
kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
34
Gambar 8. Otot-otot intrinsik pada laring.
4
4.1
4.2
4.3
34
2.1.4 Persendian
Artikulasio Krikotiroidea
2.1.5 Persarafan
Laring dipersarafi oleh cabang saraf vagus yaitu saraf Laringeal Superior
dan saraf Laringeal Inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik
dan sensorik. Nervus laringeal superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga
memberikan sensasi pada mukosa laring di bawah pita suara. Nervus laringeal
inferior merupakan lanjutan dari saraf rekuren setelah bercabang. Nervus
rekuren merupakan cabang dari n.vagus. (Nn. Laringeal Rekuren) kiri dan
kanan.
34
suara sejati. Cabang Eksterna bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid
dan m. Konstriktor inferior.
34
Berjalan bersama ramus interna N. Laringeal Superior menembus
membrana thyrohioid menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus
pyriformis. 4
34
cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan middle
jugular node.
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe
trakea, middle jugular node, dan inferior jugular node.
Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral
oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas
m. aritenoideus.
34
8. Vestibulum Laring Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis,
membrana kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis
11. Plika Vokalis (pita suara sejati) Terdapat di bagian bawah laring.
Tiga per lima bagian dibentuk oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut
intermembranous portion, dan dua per lima belakang dibentuk oleh prosesus
vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut intercartilagenous portion.
Plika vokalis terlindungi oleh suatu lapisan tipis epitel squamous bertingkat,
berlainan dari lapisan epitel dari permukaan lain dari larynx dan trakea.
Dibawahnya terdapat lamina propria, yang dikenal sebagai Reinke’s space, adalah
suatu lapisan lembut yang terdiri dari protein termasuk elastin, kolagen dan
elemen ekstraseluler lainnya.9
34
Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya
tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan
resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung.
Terdapat dua teori mengenai pembentukan suara yaitu :
Teori Myoelastik – Aerodinamik.
Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung
menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan
memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan
plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot pernafasan dan tekanan pasif dari
proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara ruang subglotis meningkat,
dan mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah glotis terbuka.
Plika vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior. Secara
otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama kali membuka dan yang
pertama kali pula kontak kembali pada akhir siklus glotal. Setelah terjadi
pelepasan udara, tekanan udara ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis
akan kembali ke posisi saling mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis
melebihi kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran
udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif pada dinding
celah (efek Bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke posisi semula (adduksi)
sampai tekanan udara ruang subglotis meningkat dan proses seperti di atas akan
terulang kembali.
34
Gambar 12. Siklus glottal
Teori Neuromuskular.
Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari
getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N.
Vagus, untuk mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang
dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokalis.
Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah
benar (suara masih bisa diproduksi pada pasien dengan paralisis plika vokalis
bilateral).
34
Superior sehingga sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke
depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini
mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis
lalu ke introitus esofagus.
2.
2.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Faktor penyebab suara serak sangat banyak (Tabel 1). Hilangnya suara secara
total dengan onset tiba-tiba disebut aphonia, yang lebih mungkin disebabkan oleh
kelainan neurologis atau psikogenik daripada lesi organik. Lesi dari pita suara
34
(vocal folds) lebih sering menghasilkan gejala vokal dengan onset bertahap, sering
dimulai sebentar-sebentar dan kemudian menjadi konstan dan kadang-kadang
memburuk seiring berjalannya waktu. Pasien mungkin mengalami kesulitan
memproyeksikan suara mereka karena adanya lesi pada pita suara atau
kelumpuhan yang mengganggu penutupan glotis. Pada pasien dengan
pemeriksaan laring yang normal, kesulitan meningkatkan intensitas suara
mungkin juga mencerminkan dorongan aliran pernapasan yang tidak memadai
karena penyakit utama pada paru-paru, gangguan neurologis, atau teknik yang
tidak sesuai. Produksi suara yang jelas membutuhkan koordinasi antara respirasi,
fonasi, dan artikulasi. Teknik yang tidak tepat (misalnya, berbicara sambil
menahan nafas atau dengan regangan otot yang berlebihan di daerah leher) dapat
mengakibatkan disfonia. Selain itu, gangguan pencernaan adalah penyebab umum
dari keluhan gangguan suara. Tanda laryngotracheal reflux yaitu suara serak yang
lebih buruk pada waktu bangun di pagi hari dan berhubungan dengan peningkatan
dahak, heartburn, dan seringnya membersihkan tenggorokan.1
34
kesulitan intermiten, yang mungkin bisa konsisten dengan gangguan seperti
multiple sclerosis atau myasthenia gravis.
Ketidakseimbangan hormon mempengaruhi produksi vokal dengan
menyebabkan akumulasi cairan di lapisan superfisial dari lamina propria, yang
mengubah kemampuan getaran. Pasien dengan hipotiroidisme dapat hadir dengan
suara bernada rendah yang abnormal. Pasien wanita mungkin mengalami
gangguan vokal sementara ketika menjelang menstruasi, yang mungkin
berhubungan dengan beban cairan (fluid loading). Peningkatan massa
menyebabkan pita suara bergetar lebih lambat sehingga menghasilkan nada
rendah. Peningkatan penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) selama
menstruasi juga dapat mempengaruhi pasien untuk mengalami perdarahan akut
pita suara. Periode pertumbuhan pubertas mempengaruhi baik laki-laki dan
perempuan, sehingga tingkat lapangan produksi suara lebih rendah. Perubahan
hormonal yang dialami selama menopause juga dapat menghasilkan penurunan
dalam frekuensi dasar.1
Kondisi medis kronis juga dapat mempengaruhi suara. Pasien yang
mengalami penurunan kesehatan fisik akibat penyakit jantung atau penyakit
utama lainnya mungkin tidak memiliki dukungan paru yang cukup untuk
mempertahankan dan memproyeksikan suara mereka. Tergantung pada etiologi
yang mendasari, gejala mungkin dapat diperbaiki dengan latihan. Selain itu,
arthritis dapat mempengaruhi sendi krikoaritenoid, yang mengakibatkan rasa sakit
saat berbicara, suara serak, dan variasi nada (pitch) terbatas.
Saluran vokal membutuhkan pelumasan yang baik. Setiap agen yang
mengeringkan lapisan mukosa mungkin mengganggu produksi vokal yang
normal. Kekeringan ini akan menyebabkan sekret menjadi lebih kental, membuat
sekret menempel dan memberikan sensasi pada pasien untuk perlu membersihkan
tenggorokan. Beberapa obat dan zat dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir
saluran vokal.
Gangguan psikologis sering tercermin dalam suara dan mungkin menjadi
penyebab utama dari gangguan suara. Sebagai contoh, suara pasien depresi
biasanya berkurang dalam kenyaringan. Stres juga memainkan peranan penting.
Kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup sehari-hari dapat memicu atau
mengabadikan gangguan suara yang ada. Secara umum, stres tampaknya
memperburuk semua masalah tetapi seharusnya tidak akan overgeneralized
34
sebagai penyebab yang mendasari.
2.4 DIAGNOSIS
Tanyakan pasien tentang pola pengunaan suara dan permintaan vokal dalam
pekerjaan dan lingkungan. Pasien dapat menggunakan suara mereka cukup
berbeda di tempat kerja dibandingkan dengan ketika bersosialisasi atau berada di
rumah. Berbicara lebih dari kebisingan latar belakang yang berlangsung dalam
waktu lama, bekerja atau merawat anak-anak muda, bersorak di acara olahraga,
34
atau bernyanyi tanpa menggunakan teknik yang optimal dapat menyebabkan
gangguan suara hiperfungsional1.
Menanyakan informasi mengenai segala obat atau zat yang dapat
berkontribusi untuk pengeringan selaput lendir saluran vokal adalah penting. Zat-
zat ini termasuk antihistamin, diuretik, obat psikotropika, tembakau, produk yang
mengandung kafein (kopi, teh, soda, dan cokelat), alkohol, dan dosis tinggi
vitamin C. Selain itu, obat anti-inflamasi nonsteroidal (NSAID) seperti ibuprofen
atau aspirin dapat berkontribusi untuk terjadinya perdarahan pita suara karena
sifat antikoagulan dari agen ini1.
Semua pasien dengan suara serak yang menetap selama lebih dari dua
minggu yang tidak disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, memerlukan
evaluasi. Anamnesa dapat menghasilkan informasi penting untuk mempersempit
diagnosis banding. Setiap pasien dengan suara serak dan riwayat penggunaan
tembakau, diagnosis pertama yang perlu dipertimbangkan adalah kanker kepala
dan leher, karena suara serak sering menjadi satu-satunya gejala yang muncul7.
Tanyakan mengenai gejala lain yang menyertai seperti nyeri, sulit menelan,
batuk atau sesak napas, gejala gastroesophageal reflux, seperti rasa asam di mulut
di pagi hari; penyakit sinonasal yang berkaitan (rhinitis alergi atau sinusitis
kronis). Pasien juga harus ditanya tentang riwayat operasi di kepala dan leher
sebelumnya atau operasi lain yang membutuhkan intubasi7.
TABEL 2. Petunjuk klinis yang menunjukkan penyebab spesifik dari suara
serak
34
Seperti klakson Sarkoidosis
(Honking)
34
multiple sclerosis7,8.
A. Visualisasi laring
34
A B
Gambar 14. Gambar A menunjukkan laringoskopi direk menggunakan laringoskop dan
Video-stroboskopi (Strobovideolaryngoscopy). Pita suara biasanya bergetar
teleskop
Gambar laring kaku
12. Gambar (rigid). Gambar
A menunjukkan B menunjukkan
laringoskopi laringoskopilaringoskop
direk menggunakan direk menggunakan
dan
teleskopselama
laring kaku (rigid).nasofaringoskopi
Gambar B fleksibel
menunjukkan atau fiber optic.
berbicara, bernyanyi atau bersenandung pada tingkat 80 sampai 400 kali
laringoskopi direk menggunakan
nasofaringoskopi fleksibel atau fiber optic.
per detik. Getaran ini terlalu cepat untuk dapat dilihat dengan mata telanjang,
karena itu, tidak dapat sepenuhnya dievaluasi dengan laringoskopi tidak langsung
(kaca laring).Visualisasi laring dan pita suara secara dinamis akan lebih jelas
dengan menggunakan video-stroboskopi dimana gerakan pita suara dapat
diperlambat (slowmotion) sehingga dapat dilihat getaran (vibrasi) pita suara dan
gelombang mukosanya (mucosal wave). Video-stroboskopi dilakukan dengan
menggunakan teleskop yang kaku dengan sudut 700 atau nasofaringoskopi
fleksibel. Video-stroboskopi ini penting terutama dalam mengevaluasi kasus lesi
halus yang mempengaruhi getaran pita suara. Mode ini memungkinkan untuk
penemuan lesi kecil seperti bekas luka pada pita suara, perdarahan, kista
intracordal, atau invasi epitelial pada awal karsinoma glotis.7,8
34
(astenitas), dan kekakuan (strain). Penilaian suara secara objektif
mendokumentasikan status suara pada saat evaluasi dan menetapkan dasar untuk
perbandingan lebih lanjut setelah pengobatan. Hasilnya juga dapat dibandingkan
dengan data normatif yang telah ditentukan. Cara sederhana mendokumentasikan
suara adalah melalui rekaman suara. Namun, perekaman (audiotape) masih
bersifat subjektif. Perubahan halus dalam produksi suara sulit untuk dinilai.
Analisis yang lebih canggih meliputi analisis akustik dan aerodinamis1,8.
2. Analisis akustik
Analisis akustik memeriksa energi dalam sinyal listrik yang mewakili suara.
Pengukuran spesifik dapat diambil untuk mengukur keteraturan getaran pita suara.
Istilah frekuensi dasar mengacu pada jumlah getaran pita suara per detik dan
berkorelasi dengan persepsi pitch. Pita suara pria dewasa bergetar antara 100 dan
130 Hz, sedangkan pita suara perempuan bergetar antara 200 dan 230 Hz. Tingkat
nada tinggi abnormal untuk usia dan jenis kelamin mungkin berhubungan dengan
hiperkontraksi dari otot krikotiroid dan mungkin merupakan disfonia fungsional
atau kompensasi. Rentang pitch dapat diukur dan berkorelasi dengan fleksibilitas
dari otot intrinsik laring. Orang dewasa sehat mampu menghasilkan rentang tiga
oktaf, meskipun biasanya hanya empat sampai lima nada yang digunakan dalam
percakapan umum. Sekarang ini analisis akustik dilakukan dengan menggunakan
program komputer seperti CSL (Computerized Speech Laboratory), Multyspeech,
ISA (Intelegence Speech Analysis), dan MDVP (Multi Dimensional Voice
Programe). Hasil pemeriksaan ini berupa parameter-parameter akustik dan
spektrogram dari gelombang yang dianalisis, yang kemudian dapat dibandingkan
antara suara yang normal dan yang mengalami gangguan.
3. Analisis aerodinamika
Suara tergantung pada dukungan napas yang konstan, dengan demikian,
bahkan masalah pernapasan halus dapat mengakibatkan disfungsi suara.
Pengukuran aerodinamika berguna dalam mengukur aliran udara selama respirasi
dan fonasi. Skrining fungsi paru dapat dilakukan untuk menyingkirkan segala
masalah yang mendasari pada paru-paru yang mungkin mencegah kapasitas yang
memadai untuk aliran udara yang teratur selama mengeluarkan suara. Waktu
34
fonasi maksimum (Maximum Phonation Time - MPT) adalah ukuran jumlah
waktu pasien dapat mempertahankan suara vokal pada satu napas. Orang dewasa
sehat biasanya dapat memperpanjang vokal untuk antara 15 dan 25 detik.
Penurunan nilai MPT biasanya berhubungan dengan penutupan glotis yang tidak
sempurna dan kehilangan udara dan/atau penggunaan yang tidak efisien (yaitu,
suatu kelainan) dalam mendukung paru-paru. Penyanyi, pelari jarak jauh, dan
perenang sering mampu mempertahankan suara yang lebih lama dari 25 detik;
namun nilai tersebut masih berada dalam batas normal dan merupakan penurunan
fungsi saat pasien ini hadir dengan gangguan suara.
34
1.
2.
3.
4.
5.
2.5. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
a. Sering
- Laryngitis
Laringitis (akut atau kronis) mungkin etiologi yang paling umum dari suara
serak. laringitis akut biasanya virus dan bersifat self-limiting. Tatalaksananya
ialah dengan peningkatan hidrasi dan konservasi suara. Ketika gejala laringitis
disertai dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas, dekongestan sangat
membantu. Nilai antihistamin terbatas karena mereka efek pengeringan, yang
kontraproduktif dengan yang diperlukan pelumasan laring. Laringitis kronis lebih
mungkin berhubungan dengan hyperfungsi kronis dan paparan iritasi. Dalam
beberapa kasus, radang tenggorokan bisa menjadi prekursor untuk pengembangan
nodul pita suara.
- Nodul dan polyp pita suara (Vocal cord nodules and polyps)
Lesi jinak yang paling umum dijumpai pada orang dewasa adalah polip.
Nodul, polip, dan kista intracordal biasanya terkait dengan hiperfungsi vokal dan
paparan iritan. Lesi ini mengganggu penutupan glottic dan memungkinkan udara
melarikan diri selama fonasi sehingga menghasilkan suara serak. Nodul dan polip
terbentuk di persimpangan dari dua pertiga anterior vibrating edge pita suara,
34
yang merupakan titik kekuatan maksimal dengan menyuarakan. Granuloma
prosesus vokalis (Vocal process granuloma/intubation granuloma)
Granuloma dan ulkus kontak ditemukan di bagian posterior dari laring sekitar
proses vokal dan arytenoids. Granuloma dan ulkus kontak sering berkaitan dengan
penyakit refluks laryngotracheal dan berkaitan dengan pembersihan tenggorokan
kronis dan kebiasaan nada rendah. Baik granuloma dan ulkus kontak
mengakibatkan stress berlebih pada bagian tulang rawan pita suara, sehingga
terjadi ulserasi traumatis dan pembentukan granuloma sekunder.
- Kista Intrakordal
Kista Intracordal dapat berupa kista retensi lendir atau kista sederhana yang
mengandung keratin epidermoid. Laringoskopi menunjukkan kista unilateral
biasanya dari sepertiga tengah pita suara dengan luas sesuai hiperkeratosis pada
pita suara yang berlawanan. Stroboscopy menunjukkan hilangnya gelombang
mukosa di lokasi lesi.
- Kista Sakular
Kista sakular laring muncul sebagai divertikulum dari ujung anterior ventrikel
laring. Ini memanjang ke atas antara lipat vokal palsu dan permukaan bagian
dalam kartilago tiroid dan mengandung kelenjar mukus. Sebuah kista sakular
terjadi sebagai akibat dari obstruksi kelenjar ini, yang mungkin sekunder dari
sebuah anomali kongenital atau didapat.
Pemeriksaan menunjukkan perluasan lipatan aryepiglottic oleh kista di
dalamnya, yang dapat meluas ke leher melalui membran thyrohyoid. CT-Scan
34
menunjukkan kista memperluas ke supraglottis, dan tidak adanya udara di dalam
lesi membedakannya dari suatu laryngocele. Jaringan mesodermal mungkin tidak
terlihat di dinding kista sakular kongenital dan dapat mempengaruhi pendekatan
bedah.
- Laryngocele
Laryngocele adalah ekspansi abnormal dari ventrikel laring, yang dapat
dibatasi oleh kartilago tiroid (internal laryngocele) atau meluas melalui membran
krikotiroid ke leher (eksternal laryngocele). Perkembangan laryngocele sering
dikaitkan dengan aktivitas yang menyebabkan peningkatan tekanan intralaryngeal
–secara klasik adalah bermain terompet-tetapi dapat terjadi sekunder diakibatkan
keganasan dalam ventrikel laring, yang harus disingkirkan.
- Papilomatosis
Recurrent Respiratory Papilomatosis (RRP) ditandai dengan perkembangan
lesi berkutil eksofitik, terutama dalam laring, tetapi yang dapat ditemukan di
hidung, faring, dan trakea. Kondisi ini jinak tetapi terkait dengan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan. Ada distribusi bimodal; RRP onset remaha umumnya
didiagnosis antara usia 2 dan 4 tahun dan lebih agresif dari onset RRP dewasa,
yang puncak pada dekade ketiga.
RRP disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV), subtipe 6 dan 11, dan
kurang sering oleh subtipe 16 dan 18. HPV 6 dan 11 juga merupakan penyebab
paling umum dari papilomatosis genital, dan transmisi dari saluran genital
diyakini menjadi penyebab utama dari RRP. Transmisi vertikal virus dari ibu ke
anak terjadi baik sebagai infeksi rahim ascending atau melalui kontak langsung di
jalan lahir. Namun, risiko seorang anak berkembang RRP setelah melahirkan per
vaginam bersamaan kehadiran acuminatum kondiloma diperkirakan hanya 1 dari
400. Faktor yang menimbulkan kerentanan masih berada dalam penyelidikan.
b. Jarang5
- Kondroma
Kondroma adalah tumor jinak dari kartilago laring sering mempengaruhi laki-
laki di dekade keempat dekade keenam. Pasien hadir dengan disfonia perlahan
34
progresif, dispnea, dan disfagia, karena itu, pertumbuhan ini bisa meniru
neoplasma jinak ganas dalam presentasi mereka. Kondroma biasanya muncul
sebagai firm lesion yang halus dari laring subglottic atau salah satu kartilago
lainnya. Kadang-kadang, mereka hadir sebagai benjolan di leher. CT scan berguna
dalam menggambarkan tingkat neoplasma sedangkan laser CO2 berguna dalam
melakukan biopsi. Namun, pengobatan definitif bergantung pada bedah eksisi
tumor total melalui pendekatan terbuka. Eksisi endoskopik dipergunakan untuk
tumor berukuran kecil.
- Amyloidosis
Laring adalah situs yang paling umum di saluran pernapasan untuk deposisi
amiloid. Presentasi pasien ditandai oleh adanya massa submukosa, yang mungkin
timbul di mana saja di laring dan dapat mengganggu mobilitas pita suara.
Diagnosis dikonfirmasi oleh kehadiran birefringence "hijau apel" dilihat dengan
mikroskop polarisasi setelah pewarnaan dengan pewarna merah Kongo.
Pengobatan melibatkan reseksi lokal, biasanya dilakukan endoskopi. Amiloid
34
laring biasanya primer dan lokal, tetapi telah dikaitkan dengan keterlibatan
jantung dan evaluasi sistemik menyeluruh sangat penting.
- Sarcoidosis
Satu sampai lima persen pasien dengan sarkoidosis hadir dengan lesi dalam
laring. Epiglottis adalah situs pada organ fonasi yang paling sering terlibat.
Umumnya granuloma kecil dan non-caseating yang nampak secara histologis, tapi
kondisi granulomatosa lain seperti infeksi jamur atau mikobakteri harus
disingkirkan. Remisi spontan terjadi, sehingga pengobatan umumnya simtomatik,
reseksi endoskopik dan steroid sistemik hanya digunakan dalam kasus khusus.
34
kompleks dan beragam penyakit ini, rencana perawatan yang terbaik disampaikan
melalui format papan tumor multidisiplin.
Jika lesi berasal dari pita suara, suara serak persisten adalah tanda paling
awal. Kadang-kadang, pasien datang dengan dispnea, stridor, disfagia, odinofagia,
hemoptisis, penurunan berat badan disebabkan oleh nutrisi yang buruk, dan
halitosis disebabkan oleh nekrosis tumor, yang menandakan penyakit sudah
berada pada tahap lanjut. Pasien juga mungkin datang dengan massa di leher
akibat metastasis ke kelenjar getah bening regional. Temuan laringoskopik
konsisten dengan gambaran tumor berbentuk jamur yang rapuh dengan tepi yang
menumpuk dan penampilan granular dengan beberapa daerah nekrosis pusat dan /
atau daerah hiperemia (erythroplasia) atau hiperkeratosis (leukoplakia).
Trakeostomi darurat kadang-kadang diperlukan jika tumor cukup besar untuk
menyebabkan obstruksi saluran napas atas. Pada tahap awal KSS dapat diobati
dengan terapi radiasi atau laser cordectomy dengan persentase tingkat
kesembuhan lebih dari 90%. Pasien dengan penyakit yang lebih lanjut mungkin
menjadi kandidat untuk dikombinasikan kemoterapi / radiasi terapi (protokol
konservasi laring) dan / atau laryngectomy parsial atau total.
Dalam kasus paralisis pita suara unilateral, ketiadaan gerak pada salah satu
pita suara dapat diamati pada pemeriksaan. Tergantung pada posisinya, penutupan
glotis yang tidak lengkap dapat mengakibatkan hilangnya udara. Pasien dengan
paralisis pita suara unilateral paling sering mengeluhkan suara mendesah, kualitas
vokal serak dengan volume menurun dan kelelahan jika berbicara dalam waktu
lama. Perlindungan jalan napas saat menelan merupakan proses yang melibatkan
lipat banyak lapis epiglotis, gerakan anterior dan superior dari seluruh laring,
kontak antara kartilago arytenoid dan epiglotis, penutupan lipat palsu, dan
penutupan lipat benar vokal. Penutupan glotis yang tidak lengkap yang dapat
34
menyebabkan aspirasi cairan. Pasien kadang-kadang batuk ketika minum cairan
karena kesulitan ini melindungi jalan napas. Etiologi yang paling umum dari
paralisis pita suara unilateral adalah iatrogenik, yaitu operasi toraks, kepala-leher,
dan basis kranii dimana di saraf laring mengalami kompresi, regangan, ataupun
terpaksan dikorbankan. Pada beberapa kasus tidak ditemukan penyebab khusus
(idiopatik).
34
dislokasi arytenoid atau proses lain yang mengganggu mobilitas sendi adalah
penting. Laringoskopi direk, palpasi sendi, dan pemeriksaan EMG berguna selama
pengkajian. Pasien dengan onset baru dari paralisis pita suara bilateral perlu
diperiksa dengan CT-Scan untuk menyingkirkan lesi neoplastik sepanjang
perjalanan saraf laringeus rekuren pada sisi ipsilateral. CT dari dasar tengkorak ke
mediastinum biasanya diperlukan.
Pada paralisis pita suara bilateral keluhan khas yang sering timbul adalah
hilangnya suara secara tiba-tiba biasanya setelah operasi tiroidektomi total atau
paratiroidektomi. Suara menjadi lemah untuk beberapa bulan pada awalnya. Lalu
suara menjadi seperti ”Mickey Mouse” untuk beberapa minggu. Kemudian suara
pun membaik hingga hampir normal atau suara mungkin menjadi sedikit tidak
dapat diprediksi dengan adanya suara yang tidak biasanya pada waktu yang tidak
terduga. Lalu pernapasan menjadi berat dengan adanya latihan. Terdapat episode
dimana pasien tidak dapat bernapas, sering akibat spasme laring, suara dengan
nada tinggi terdengar ketika sedang berusaha untuk bernapas. Seringkali terdapat
suara yang sangat berisik pada malam hari.3,6,7
34
Paralisis Komplit Nervus Vagal Bilateral Paralisis ini biasanya melibatkan
nervus kranialis, yakni nervus glosofaringeus dan nervus hipoglosus. Pada
paralisis ini terjadi imobilasasi dari pita suara yang berlokasi pada posisi
intermediate dengan pelebaran celah glotis.7
34
3. Intubasi
F. Pasca-Bedah (24,2%)
1.Tiroid
2.Operasi leher (endartektomi karotis)
3.Operasi jantung
4.Operasi dada
5. Reseksi tulang temporal
G. Idiopatik (18,1%)
1. Bersama sepsis viral
2. Spontan
Kadang-kadang, pasien mungkin juga hadir dengan distonia yang lebih umum
dalam kelompok otot yang lain dari mulut, wajah, dan / atau leher. Penyakit ini
pernah dianggap gangguan psikogenik, namun kini dianggap sebagai gangguan
suara neurologis, meskipun dapat diperburuk oleh stres. Disfonia spasmodik
paling sering menyerang perempuan di pada dekade keempat dan kelima dari
kehidupan. Belum ada pengobatan untuk penyembuhan total sampai saat ini.
Injeksi toksin botulinum ke dalam otot thyroarytenoid mengurangi gejala secara
temporer dengan menyebabkan chemodenervation sementara dan melemahnya
resultan dari vokal lipat adduction.12 Hasil -13 biasanya berlangsung rata-rata 4
bulan, dan karena itu pengobatan harus diulang secara berkala.
Dalam gangguan suara fungsional, kelainan suara pasien tidak sesuai dengan
pengamatan laring. Dalam kebanyakan kasus, pita suara dan gerakan pita suara
34
mereka normal meskipun terdapat berbagai tingkat disfonia. Gangguan fungsional
dapat disebabkan faktor psikogenik atau teknis. Gangguan konversi
mempengaruhi gangguan bicara dan suara mungkin termasuk aphonia, suara
serak, hembusan nafas berat, nada terlalu tinggi, prosodi yang abnormal, bisu,
batuk kebiasaan, dan paradoks gerakan pita suara. Pemeriksaan laring
menunjukan gambaran normal. Bukti terkuat untuk disfonia fungsional adalah
reversibilitas gejala psikologis dimana tiba-tiba disfonia menghilang dan / atau
berulang tanpa perubahan status medis pasien. Selama evaluasi, pasien-pasien ini
sering diamati melakukan tugas non-fonasi seperti membersihkan tenggorokan
dengan kualitas vokal yang relatif normal meskipun aphonic atau sangat
dysphonic. Dalam kasus ini, pasien biasanya menekan kebutuhan psikologis yang
mendasari, dan keuntungan sekunder sering dijumpai.
34
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.6 TATALAKSANA
34
pada pita suara jarang disebabkan oleh episode berteriak ; adapun kombinasi
paparan iritasi dan penyalahgunaan merupakan penyebab lebih sering.
Rehabilitasi diarahkan untuk membangun keseluruhan kebersihan vokal dan
mendidik pasien tentang konservasi vokal. Komponen utama dari terapi suara
melibatkan tentang edukasi pasien tentang anatomi dasar dan fisiologi mekanisme
produksi vokal. Pasien harus memahami hubungan antara gangguan suara yang
spesifik dan faktor penyebab. Pemahaman ini memfasilitasi kerjasama dengan
regimen terapi.
Konservasi Vokal
Pasien dengan gangguan suara yang disebabkan karena fungsi berlebihan
harus dinasehati mengenai metode-metode konservasi vokal. Mengistirahatkan
suaranya , jarang diperlukan kecuali dalam kasus-kasus perdarahan pita suara
akut. Sedangkan istirahat vokal memungkinkan perbaikan pembengkakan
jaringan ,namun perbaikan suara bersifat sementara dan disfonia dapat kembali
sampai perilaku vokal lebih tepat dipelajari.
Konservasi vokal adalah metode yang lebih praktis dan realistis
mengurangi penggunaan vokal, terutama pada pasien dengan penyalahgunaan
vokal perilaku. Mengurangi sumber yang jelas dari penyalahgunaan vokal
(misalnya, berteriak dan menjerit) hanya bagian dari program. pembersihan
tenggorokan berulang seperti berdeham adalah iritan plika vokalis dan harus
dihindari.
Metode konservasi vokal bersifat individu dengan gaya hidup spesifik
pasien. Berbicara melebihi latar belakang suara harus dihindari (imsalnya, musik
di mobil atau televisi) adalah sumber umum dari contoh yang tak perlu. Dalam
beberapa kasus, suara kerja tidak dapat dihindari, namun pasien dapat mengambil
manfaat dari menggunakan ‘ amplifier’ misalkan pada guru sekolah yang harus
mengeluarkan suara mereka untuk mendapatkan perhatian para siswa muda
mereka dapat menggunakan peluit untuk mencapai tujuan yang sama.
34
khusus lainnya.4
Umpan balik sangat penting untuk proses terapi untuk memberikan
pasien kemampuan untuk membedakan antara target perilaku vokal dan perilaku
yang tidak tepat. Auditori, visual, sensorik, dan isyarat kinestetik semua
digunakan untuk meningkatkan kemampuan pasien untuk memantau suara dalam
sesi latihan. Mesin ‘biofeedback’ yang canggih juga tersedia untuk menyediakan
tampilan visual mewakili sinyal vokal. Tergantung pada dasar etiologi dan
keparahan dari gangguan suara, terapi mungkin memerlukan minggu ke bulan.
Intervensi Medis
Indikasi untuk penggunaan antibiotik dan / atau antihista-dekongestan pada
pasien dengan suara serak adalah sangat jarang kecuali pasien dengan rinosinusitis
bersamaan atau laryngotrakeitis bakterial, yang dapat menyebabkan atau
komplikasi suara serak pasien. Kortikosteroid harus digunakan konservatif dan
hanya pada pasien yang memiliki yang penting kepentingan berbicara atau
bernyanyi dan yang tidak memiliki kecenderungan untuk penyalahgunaan vokal
kronis.4
Kortikosteroid dengan mengurangi edema pada tingkat glotik sehingga
mengurangi tingkat suara serak. Oleh karena itu, perlu diagnosis yang sepatutnya
adalah penting dalam rangka untuk mengobati penyebab suara serak pasien dan
untuk mengurangi kesempatan berulang suara serak. Kortikosteroid harus
diresepkan untuk tidak lebih dari 4 sampai 5 hari di samping konservasi suara.
Biasanya, pasien diberitahu untuk menggunakan suara mereka hanya untuk
panggilan suara mereka selama periode waktu. Selain itu, pentingnya pemanasan
sebelum pertunjukan harus menekankan kepada penyanyi.
Berikut adalah obat-obatan yang dapat menyebabkan suara serak.
Penting pemantauan pasien untuk tidak menggunakan produk yang dapat
menyebabkan disfonia.
34
Intervensi Bedah
Peran intervensi bedah tergantung pada penyebab suara serak pasien. Pasien
dengan nodul pada plika vokalis atau polip biasanya memiliki riwayat
penyalahgunaan vokal yang harus diatasi. Penghilangan lesi tanpa mengatasi
penyalahgunaan vokal dapat menyebabkan kekambuhan dalam 1 tahun eksisi.
Pada pasien yang membutuhkan intervensi bedah, terapi suara harus dimulai
sebelum operasi untuk meminimalkan penyalahgunaan vokal dantrauma sekunder
pada periode pasca operasi. Teknik phonosurgikal untuk menghilangkan lesi
jinak fokus pada pelestarian mukosa yang normal sementara menghapus daerah
yang terkena saja. Pasien dengan paralisis pita suara dan disfonia yang tidak
membaik selama 3 bulan dan menunjukkan tanda-tanda prognostic miskin pada
mungkin ‘reinnervation’ pada EMG (yaitu fibrillation potentials or absent
activity ) adalah kandidat untuk medialization laryngoplasty (thyroplasty tipe I).
Injeksi pita suara dengan lemak, kolagen, atau polytef tergantung pada preferensi
ahli bedah dan pengalaman. Namun, injeksi polytef kurang dimanfaatkan oleh
sebagian laryngologists karena kesempatan meningkat untuk Granuloman dan
distorsi permanen integritas struktur pita suara.4
2.7 PENCEGAHAN
34
Pasien harus dikonseling tentang pentingnya hidrasi yang memadai dan
tindakan pencegahan antirefluks.
Pencegahan Hidrasi
Lubrikasi saluran vokal sangat penting untuk produksi vokal yang jelas. Oleh
karena itu pasien harus menghilangkan produk yang mengeringkan mukosa
termasuk produk berkafein, alkohol, dan antihistamin. Meskipun pengering atau
diuretik obat tidak dapat dihilangkan, hidrasi meningkat dapat membantu untuk
melakukan serangan balik efek obat itu dehidrasi. Pasien harus disarankan untuk
minum cairan yang memadai sampai warna urine mereka relatif jernih (yaitu,
"pee-pale”).
34
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
34