Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

MIRINGITIS BULOSA

Pembimbing
Dr. dr. Bambang H. W., Sp. THT-KL (K)

Disusun oleh :

Darvin Febrian 2015-061-076


Florencia Ariella 2015-061-077
Arviana Laurensia Chaiyadi Putri 2015-061-078
Denish Gunawan 2015-061-079

Departemen Ilmu Penyakit THT-KL


Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Perode 18 September 2017 21 Oktober 2017

0
BAB I
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Nn. V
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 tahun
Suku Bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sleman, Yogyakarta
Tanggal Pemeriksaan : 25 September 2017

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 September 2017
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga kiri sejak
2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada telinga kiri, pilek
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga kiri sejak
2 minggu SMRS. Keluhan dirasakan tiba-tiba disertai dengan timbulnya rasa
nyeri dan rasa tidak nyaman pada telinga kiri. Pasien juga mengeluhkan
adanya pilek sejak 3 minggu SMRS. Lendir yang dikeluarkan bening, encer,
dan tidak ada darah. Pasien mengatakan ini merupakan kali pertama
mengalami keluhan serupa dan belum mengonsumsi obat apapun untuk
keluhannya saat ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi makanan ataupun obat disangkal
Riwayat operasi disangkal
Riwayat trauma disangkal

1
Riwayat penyakit lainnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal
Riwayat alergi dalam keluarga disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebiasaan mengonsumsi rokok disangkal
Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan rutin apapun
Riwayat Pengobatan
Pasien belum mengonsumsi obat apapun untuk keluhannya saat ini

Resume Anamnesis
Pasien perempuan 21 tahun dengan keluhan utamapenurunan pendengaran pada
telinga kiri sejak 2 minggu SMRS. Pasien juga mengeluhkan adanya pilek sejak 3 minggu
SMRS. Lendir yang dikeluarkan bening, encer, dan tidak ada darah.
Pasien sering mengkonsumsi minuman dingin dengan es, mengkonsumsi makanan
pedas, makan makanan berminyak atau gorengan, minum air putih 4-5 gelas dalam 1 hari.

1.2. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Suhu : 36,80C
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Respirasi : 16 x/menit
Laju nadi : 84 x/menit, teratur-kuat-penuh
Antropometri:
BB : 55
TB : 160
BMI : 21,48 (normal)
Pemeriksaan fisik :
o Mata : Konjungtiva anemis -, sklera ikterik -
o Telinga

2
AD AS
Aurikula Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Edema (-) Edema (-)
Deformitas (-) Deformitas (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Discharge (-) Discharge (-)
Kanalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Auditorius Edema (-) Edema (-)
Eksternus Serumen (-) Serumen (-)
Eksoriasi (-) Eksoriasi (-)
Furunkel (-) Furunkel (-)
Membran Intak Intak
Refleks cahaya
Timpani Refleks cahaya (+)
(memendek)
Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Edema (-) Edema (+)
Sekret (-) Sekret (-)
Gerakan bebas Gerakan terbatas
Bulla (-) Bulla (+) regio umbo

Retroaurikuler Tanda peradangan (-) Tanda peradangan (-)

3
Hasil Otoskopi Auris Sinistra
o Hidung
Inspeksi Deformitas (-)
Deviasi (-)
Hiperemis (-)
Jejas (-)
Allergic salute (-)
Allergic crease (-)
Palpasi Krepitasi (-)
Kavum Nasi Dextra Sinistra
Mukosa Normal Normal
Septum nasi Letak di tengah Letak di tengah
Deviasi (-) Deviasi (-)
Edema (+) Edema (+)
Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Darah (-) Darah (-)
Sekret (+) Sekret (+)

o Tenggorok
Rongga mulut

4
Stomatitis (-)
Hiperemis pada rongga mulut (-)
Lidah
Tidak tampak ada perlukaan
Permukaan lidah kasar dan bersih
Tonsil palatina : hiperemis (-), edema (-), ukuran T2/T2, detritus -/-
Faring : mukosa faring hiperemis (-), pseudomembran(-)
o Pemeriksaan laring : tidak dilakukan
o Pemeriksaan kelenjar: tidak dirasakan adanya pembesaran KGB

1.3. RESUME
Pasien perempuan 21 tahun dengan keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital lain dalam batas normal. Pada
pemeriksaan telinga didapatkan pada membran timpani sinistra tampak intak, refleks
cahaya memendek, hiperemis, edema, bulla (+) di regio umbo. Pada pemeriksaan hidung
didapatkan pada kedua mukosa hidung tampak hiperemis dan edema disertai adanya
sekret. Pada pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

1.6.DIAGNOSIS KERJA
Miringitis bulosa

1.7. DIAGNOSIS BANDING


Otitis media akut
Otitis media efusi

1.8. PENATALAKSANAAN
Preventive:
- Menghindari kebiasaan membersihkan liang telinga dengan cotton bud ataupun
menggunakan alat pengorek kuping terlalu dalam sehingga tidak melukai gendang
telinga
- Mencegah liang telinga agar tidak kemasukan air

Konservatif :

5
- Bed rest
- Minum air putih minimal 8 gelas per hari
- Olahraga teratur minimal 3x seminggu
- Menjaga liang telinga agar tidak kemasukan air

Medikamentosa
- Co Amoxiclav 625 mg / 8 jam selama 10 hari
- K Diklofenak 2 x 50 mg k/p nyeri tenggorokan atau menelan

1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga Tengah dan Membran Timpani


Telinga tengah merupakan sebuah kavum kecil berisi udara berlapiskan epitelium yang
berada di bagian petrous dari tulang temporal. Secara anatomis, telinga tengah merupakan rongga
berbentuk kubus dengan batas-batas yang dikelilingi struktur organ lainnya. Batas-batas dari
telinga tengah antara lain :
Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbusjugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalisfasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tinkgap lonjong (oval window), tingkap(round window),
dan promontorium.

Anatomi Telinga Tengah

7
Tampak Anterior Telinga Tengah

Membran timpani adalah selaput tipis semi transparan dengan diameter 1 cm


yang teletak di antara kanalis auditorius eksternus dan telinga tengah. Cincin
fibrokartilago melekatkan membran timpani ke tulang temporal. Membran timpani
berbentuk cekung ke arah kavum timpani dan apeks dari membran timpani
membentuk umbo. Umbo merupakan bayangan penonjolan bagian bawah maleus
pada membran timpani. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah bawah yaitu
pada arah pukul tujuh untuk membran timpani kiri dan arah pukul lima untuk
membran timpani kanan.
Membran timpani dibagi menjadi dua bagian, yaitu pars tensa dan pars flaksida.
Pars flaksida (membrane Shrapnell) terletak di bagian atas sedangkan pars tenda
(membran propria) terletak di bagian bawah. Pars flaksida berlapis dua, yaitu bagian
luar lanjutan kulit liang telinga dan bagian dalam dlapisi sel kubus bersilia sama
seperti mukosa saluran pernapasan. Pars tensa mempunyai satu lapis di tengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dans edikit serat elastin yang berjala secara
radier di luar dan sirkuler di dalam. Membran timpani bergerak sebagai respon dari
getaran udara yang berasal dari kanalis auditorius eksternus. Pergerakan dari
membran timpani ini ditransmisikan oleh tulang pendengaran ke telinga bagian
dalam. Permukaan luar dari membran timpani dipersarafi oleh auricolotemporal nerve

8
dan auricular branch of the vagus. Permukaan dalam dari membran timpani
dipersarafi oleh nervus glosofaringeal.

Anatomi Membran Timpani (Telinga Kanan)

2.2. Fisiologi Pendengaran


Aurikula mengarahkan gelombang suara masuk ke dalam kanalis auditorius eksternus.
Saat elombang suara mengenai membran timpani, perubahan gelombang antara tekanan
tinggi dan rendah di udara menyebabkan membran timpani bergetar ke depan dan ke
belakang. Membran timpani akan bergetar perlahan sebagai respon terhadap suara
frekuensi rendah dan bergetar cepat sebagai respon terhadap suara frekuensi tinggi. Area
tengah dari membran timpani berhubungan dengan tulang maleus yang ikut bergetar
bersama dengan membran. Getaran ini diteruskan dari maleus ke inkus, lalu stapes. Saat
stapes bergerak ke depan dan ke belakang, dasarnyaa yaitu oval window ikut bergetar.
Getaran pada oval window 20 kali lebih kuat daripada getaran di membran timpani
karena tulang pendengaran yang berfungsi menghantarkan getaran-getaran kecil dari
membran timpani (permukaan luas) menjadi getaran-getaran besar pada oval window
(permukaan kecil). Getaran tersebut memberikan tekanan (mendorong) cairan perilimfe
di koklea menuju ke skala vestibuli.
Gelombang ditransmisikan dari skala vestibuli ke skala timpani dan round window,
memberikan dampak buldging ke telinga tengah. Tekanan dari elombang berjalan dari
perilimfe di skala vestibuli menuju membran vestibuli, lalu menuju endolimfe di dalam
duktus koklea. Tekanan gelombang di endolimfe menyebabkan membran basilar
bergetar, yang kemudian menggetarkan sel rambut dari organ spiral ke arah membran

9
tektorial. Hal ini menyebabkan bengkoknya stereosilia dan memulai impuls saraf dari
serabut saraf koklea. Perubahan potensial aksi akan diteruskan ke saraf auditori untuk
dibawah ke korteks auditori di lobus temporalis otak sehingga suara dapat dipersepsikan.

Fisiologi Pendengaran
2.3. Definisi
Miringitis adalah inflamasi pada membrane timpani. Berdasarkan durasinya,
miringitis dapat dikelompokan menjadi miringitis akut (<3 minggu), subakut (3 minggu
sampai 3 bulan), dan kronis (>3 bulan). Miringitis bulosa merupakan suatu miringitis
akut yang ditandai oleh adanya pembentukan bulla pada membrane timpani.

2.4.Epidemiologi dan Etiologi


Sekitar 8% miringitis bulosa terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 12 tahun yang
mengalami otitis media akut. Morbiditas miringitis berkorelasi dengan morbiditas kasus
otitis media, otitis eksternal, dan benda asing di telinga. Frekuensi penyakit membrane
timpani pada pria dan wanita sama, dan penyakit ini dapat mengenai semua kelompok
umur.
Berdasarkan perkembangan penyakitnya, miringitis bulosa dapat terjadi sebagai
penyakit primer maupun sekunder. Miringitis bulosa secara primer disebabkan oleh agen
infeksius. Etiologi primer miringitis bulosa yang terbanyak adalah Mycoplasma
pneumoniae, namun beberapa literature lain menunjukkan bahwa miringitis bulosa lebih
disebabkan oleh agen viral. Selain itu, miringitis bulosa dapat juga terjadi sebagai akibat

10
dari infeksi bakteri lain seperti Streptococcus pneumoniae, maupun infeksi virus seperti
influenza, herpes zoster, dan lain-lain. Miringitis bulosa sering dihubungkan dengan
otitis media dan eksterna, sehingga agen yang menimbulkan penyakit-penyakit tersebut
dianggap sama, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza dan Moxarella
catarrhalis. Otitis media dan miringitis bulosa biasanya timbul setelah infeksi saluran
pernafasan atas, dengan pathogen seperti adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan
parainfluenza virus yang dapat merambat ke telinga tengah melalui tuba eustachius.

2.5. Patofisiologi
Infeksi yang menimbulkan gangguan epitel pernapasan dan disfungsi tuba eustachius
menyebabkan tekanan negative di telinga tengah dan akumulasi sekresi pada telinga
tengah. Disfungsi tuba eustachius memungkinkan mikroba pathogen untuk masuk dari
nasofaring ke telinga tengah dan menyebabkan serangan otitis media akut. Telah
diperkirakan adanya lesi bulosa mungkin hanya manifestasi dari cidera mekanik
membrane timpani atau reaksi jaringan nonspesifik untuk beberapa agen infektif.
Bula yang terbentuk pada miringitis bulosa terdapat di antara lapiran epitel luar
(stratum korneum) dan lapisan fibrosa media (lamina propia). Bula tersebut dapat berisi
cairan serosa, serosanguoinosa, maupun sanguinosa. Dalam hampir semua kasus
miringitis, infeksi saluran nafas atas menyebabkan radang telinga tengah melalui
jalurnya yaitu tuba eustachius dan secara sekunder menyebabkan miringitis bulosa. Pada
miringitis bulosa, bula yang berisi cairan di permukaan membrane timpani dapat pecah
ke telinga tengah sehingga dapat ditemukan middle ear fluid (MEF). Meskipun
demikian, MEF juga dapat ditemukan sebagai akibat dari otitis media akut yang terjadi
secara sekunder.

2.6.Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul umumnya bersifat akut dan unilateral. Anak yang lebih tua,
remaja, maupun dewasa umumnya mengalami otalgia, rasa peningkatan tekanan, dan
rasa penuh dalam telinga. Penderita pediatric dapat menunjukkan gejala
ketidaknyamanan dengan menjadi rewel, sulit makan, sulit tidur, dan banyak menangis.
Dalam miringitis akut, otalgia sifatnya berdenyut dan terletak di dalam telinga, namun
dapat menyebar ke ujung mastoid, tengkuk, temporomandibular, maupun wajah.
Otorrhea dan pruritus juga dapat timbul, bahkan beberapa pasien dapat mengeluhkan

11
adanya rasa pusing berputar atau vertigo sebagai akibat dari terlibatnya organ
keseimbangan.
Kebanyakan pasien mengalami peredaan nyeri dalam satu atau dua hari, namun
beberapa keluhan biasanya dirasakan selama tiga hari sampai empat hari. Rasa sakit
tidak sepenuhnya hilang setelah miringotomi atau setelah bula pecah secara spontan.
Membrane timpani kembali ke keadaan normalnya dalam dua atau tiga minggu.
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop dapat terlihat adanya lenting berisi cairan di
antara lapisan epitel luar dan lapiran fibrosa media dari membrane timpani. Sebagian
penderita memiliki bula bahkan di meatus auditori eksternus. Jumlah dan ukuran bula
dapat bervariasi dan tidak selalu menutupi seluruh bagian membrane timpani. Bula yang
muncul paling sering pada sisi posterior atau posteroinferior membrane timpani atau
pada dinding kanalis posterior. Gambaran membrane timpani yang mengalami buldging
mengindikasikan adanya otitis media dan efusi telinga tengah.

Miringitis Bulosa dengan Pembersaran Otoskopi

2.7.Diagnosis
Secara umum, keluhan utama pada pasien yang menderita miringitis adalah sensasi
penuh pada liang telinga, nyeri, dan gangguan pendengaran yang memiliki onset 2-3
hari. Keluhan muncul sebagai akibat dari bula yang terbentuk pada area yang kaya akan
persarafan pada epitel terluar membran timpani. Dari anamnesis lebih lanjut, dapat
ditemukan riwayat demam, kemungkinan riwayat trauma pada saluran telinga akibat
membersihkan telinga ataupun akibat penetrasi benda asing lainnya. Pasien juga dapat
mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari liang telinga. Selain itu, perlu juga ditanya

12
riwayat infeksi saluran pernapasan atas dalam waktu dekat dan riwayat gejala serupa
sebelumnya.

Pemeriksaan yang penting dan mudah dilakukan untuk mendiagnosis miringitis


bulosa adalah otoskopi. Hasil-hasil yang dapat ditemukan dari pemeriksaan otoskopi pada
penderita miringitis bullosa antara lain:

o Terdapat tanda-tanda inflamasi pada membran timpani; deformitas dan hiperemis


pada membran timpani. Refleks cahaya pada membran timpani juga memendek atau
menghilang sama sekali.
o Karakteristik dari miringitis bulosa adalah terdapatnya bula pada membran timpani.
Perlu dibedakan antara bula yang berasal dari membran timpani dan bula yang berasal
dari saluran telinga luar. Bula dapat pecah dan menimbulkan perdarahan pada
membran timpani.
o Pada beberapa kasus, didapatkan nyeri saat pinna ditarik.
o Pemeriksaan otoskopi pneumatik dapat memastikan apakah sudah terjadi perforasi
pada membran timpani.
o Pada kasus kronis, didapatkan perforasi membran timpani dengan tepi yang inflamasi
disertai jaringan granulasi.
Selain pemeriksaan fisik yang tertera diatas, dapat juga dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan lain, seperti:

o Pemeriksaan kelenjar getah bening, dapat ditemukan limfadenopati servikal posterior.


o Pemeriksaan pendengaran, dapat ditemukan adanya penurunan pendengaran.
o Tympanometri, dilakukan untuk menemukan bukti adanya cairan di belakang
membran timpani. Sehingga kita dapat mengetahui ada tidaknya otitis media yang
menyertai miringitis bulosa.
o Tympanoparasintesis, dilakukan untuk kultur dan identifikasi agen penyebab
miringitis bulosa.

13
Sebuah Bula yang Berisi Cairan Serosa pada Permukaan Superfisial Membran Timpani
Kanan pada Regio Umbo

Miringitis Bulosa Auris Dekstra

2.8.Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk miringitis hemoragik atau bulosa:
- Otitis eksterna
- Herpes zoster otikus ( Sindroma Ramsay-Hunt)
Sindrom Ramsay-Hunt ini harus dibedakan dari myringitis akut. Pada sindrom
Ramsay-Hunt, ada paralisis saraf perifer pada wajah, disertai dengan ruam vesikuler
eritematosa di telinga (oticus zoster) atau di dalam mulut, dan lepuh terlihat dalam
banyak kasus di daerah antihelix, fossa dari antihelix dan atau lobulus. Dalam beberapa

14
kasus lepuhan juga terlihat di dalam liang telinga. Virus Varicella zoster adalah agent
dari sindrom ini.

2.9.Tatalaksana
Penatalaksanaan miringitis:
Pembersihan kanalis auditorius eksterna.
Irigasi liang telinga untuk membuang debris. Irigasi tidak boleh dilakukan apabila
terdapat perforasi pada membran timpani. Pada kasus dimana membran timpani
tidak dapat dinilai, irigasi juga harus dihindari.
Timpanosentesis, yaitu pungsi dengan menggunakan jarum kecil menembus
membran timpani ke telinga tengah. Timpanosentesis bertujuan agar dapat
dilakukan kultur dan penyebab dapat dipastikan.
Miringotomi; pada otitis media akut, miringotomi memungkinkan terbentuknya
drainase untuk jalan keluar cairan yang menumpuk di belakang membran timpani
dan mencegah terjadinya pecahnya membran timpani setelah bulging.
Tindakan ini menyembuhkan gejala lebih cepat dan robekan sembuh dalam
waktu lebih cepat dibandingkan ruptur spontan.
Timpanostomi yang disertai insersi pipa ke telinga tengah sebagai drainase.

Miringitomi atau insisi bulla


Pada beberapa dekade terakhir, telah direkomendasikan untuk dilakukan insisi bulla
sebagai terapi pilihan. Namun beberapa mengatakan bahwa miringotomi dapat
meningkatkan risiko infeksi sekunder pada telinga tengah. Miringotomi ialah tindakan
insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah
ke liang telinga luar. Miringotomi ini merupakan indikasi untuk kasus otitis media
supuratif akut dengan eksudasi pada timpani. Miringotomi merupakan tindakan
pembedahan kecil yang dilakukan dengan cara dilihat langsung, sehingga apabila
pasien adalah seorang anak, harus dapat tenang dan tidak banyak bergerak sehingga
membran timpani dapat dilihat dengan baik. Miringotomi biasanya dilakukan di
kuadran postero-inferior dari membran timpani.

15
Medikamentosa
Prinsip pengobatan adalah meredakan nyeri dan mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Penanganan miringitis bulosa terdiri dari pemberian analgetika untuk nyeri
dan memelihara kebersihan dan kekeringan telinga. Terapi konservatif ditujukan
untuk mengurangi rasa nyeri. Obat-obatan analgetik, anti-inflamasi, antihistamin, dan
antibiotik dapat diberikan. Apabila terdapat komplikasi berupa supurasi, perforasi
membran timpani, atau kecurigaan mastoiditis, dianjurkan untuk melakukan
konsultasi pada dokter spesialis THT-KL. Pengobatan khusus perforasi membran
timpani meliputi:
Larutan alkohol yang mengandung asam salisilat dapat merangsang
pertumbuhan epitel yang akan berguna jika tingkat pertumbuhan epitel
berkurang. Namun, ketika kontak dengan mukosa telinga tengah, alkohol dapat
menyebabkan nyeri dan iritasi mukosa yang akan menyebabkan meningkatnya
sekresi mukus.
Larutan burowi dapat membantu menghilangkan peradangan pada mukosa pada
telinga tengah, tetapi dapat menyebabkan maserasi dari epidermis dalam liang
telinga.

Pemberian antibiotik:
Pada kasus miringitis bulosa pada orang dewasa, dapat diberikan antibiotik lini
pertama berupa Amoxicillin dengan dosis 3 x 500 mg/hari. Pada anak-anak, dosis
Amoxicillin yang diberikan adalah 50 mg/kgBB/hari dibagi menjadi beberapa dosis.
Selain Amoxicillin, dapat juga diberikan Eritromisin dengan dosis yang sama seperti
Amoxicillin baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Cotrimoxazole juga dapat
dipertimbangkan sebagai antibiotik lini pertama pada kasus miringitis bulosa. Pada
dewasa, dapat diberikan Cotrimoxazole dengan dosis 2 x 80/400 mg. Pada anak-anak
dapat diberikan Cotrimoxazole sirup dengan dosis 2 x 5 mL.
Apabila dicurigai terdapat resistensi dari mikroba penyebab miringitis bulosa, dapat
diberikan antibiotik lini kedua, yaitu Amoxicillin-clavulanate, dengan dosis 3 x 625 mg
untuk orang dewasa dan 20 mg/kgBB/hari untuk anak-anak. Dapat juga diberikan
antibiotik golongan sefalosporin golongan kedua, antara lain Cefuxorime, Cefixime,
dan Cefadroxil selama 7-10 hari. Harus dipastikan bahwa pasien dapat menuntaskan
terapi antibiotik agar tidak terjadi kekambuhan.

16
Pemberian kortikosteroid:
Untuk meredakan inflamasi yang terjadi, dapat diberikan Prednison dengan dosis 40-
60 mg/hari (single dose), diberikan pada pagi hari selama satu minggu kemudian dosis
diturunkan perlahan.

Pemberian analgetik
Dengan pemberian asetaminofen dengan kodein. Hasil yang baik didapat dari
penggunaan larutan asetil salisilat.

2.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh miringitis bulosa antara lain:

o Adanya penurunan pendengaran (bisa tuli konduktif dan sensorineural)


o Perforasi membran timpani
o Paralisis fasial
o Vertigo
o Proses supuratif yang berkelanjutan pada struktur disekitarnya yang dapat
mengakibatkan terjadinya mastoiditis, meningitis, maupun abses.

2.11. Prognosis
Pada sebagian besar kasus yang dijumpai, penyembuhan dapat terjadi secara total
apabila kasus ditangani oleh ahli (spesialis THT-KL). Tindakan drainase biasanya
memberikan prognosis yang menguntungkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Jeng K. Bullous Myringitis [Internet]. HQMedEd.com. 2015 [cited 2017 Oct 2].
Available from: http://hqmeded.com/bullous-myringitis/

2. Bullous Myringitis | SYMPTOMA.com [Internet]. [cited 2017 Oct 2]. Available from:
https://www.symptoma.com/en/info/bullous-myringitis

3. Elzir L, Saliba I. Bullous Hemorrhagic Myringitis. Am Acad Otolaryngol-Head Neck


Surg Found. 2013;2:3478.

4. Kumar S, M.S V. Bullous Myringitis: An enigmatic disease and insights into its
management. Otolaryngol Online J. 2014;4(4).

5. Myringitis (Middle Ear, Tympanic Membrane, Inflammation): Background,


Pathophysiology, Epidemiology. 2017 Jun 20 [cited 2017 Oct 2]; Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/858558-overview?pa=eP4Hv7y7LoH7G5TtvsSQTF1
vU%2Bv7S5GmYhTIulDfL9SyECziCFq6fFr4uvpfCFLXIYYAu2j%2BX%2FMt6REvLULl
meN5lPYw%2FtQ7Z8WOOzpssmw%3D#a6

6. Snow J, Wackym P. Ballenger's Otolaryngology. Shelton: PMPH USA, Ltd.; 2014.

7. Sadler T, Sadler-Redmond S, Imseis H, Tosney K, Byrne J, Langman J. Langman's


medical embryology. Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2015.

18

Anda mungkin juga menyukai