MIRINGITIS BULOSA
Pembimbing
Dr. dr. Bambang H. W., Sp. THT-KL (K)
Disusun oleh :
0
BAB I
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Nn. V
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 tahun
Suku Bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sleman, Yogyakarta
Tanggal Pemeriksaan : 25 September 2017
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 September 2017
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga kiri sejak
2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada telinga kiri, pilek
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga kiri sejak
2 minggu SMRS. Keluhan dirasakan tiba-tiba disertai dengan timbulnya rasa
nyeri dan rasa tidak nyaman pada telinga kiri. Pasien juga mengeluhkan
adanya pilek sejak 3 minggu SMRS. Lendir yang dikeluarkan bening, encer,
dan tidak ada darah. Pasien mengatakan ini merupakan kali pertama
mengalami keluhan serupa dan belum mengonsumsi obat apapun untuk
keluhannya saat ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi makanan ataupun obat disangkal
Riwayat operasi disangkal
Riwayat trauma disangkal
1
Riwayat penyakit lainnya disangkal
Resume Anamnesis
Pasien perempuan 21 tahun dengan keluhan utamapenurunan pendengaran pada
telinga kiri sejak 2 minggu SMRS. Pasien juga mengeluhkan adanya pilek sejak 3 minggu
SMRS. Lendir yang dikeluarkan bening, encer, dan tidak ada darah.
Pasien sering mengkonsumsi minuman dingin dengan es, mengkonsumsi makanan
pedas, makan makanan berminyak atau gorengan, minum air putih 4-5 gelas dalam 1 hari.
2
AD AS
Aurikula Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Edema (-) Edema (-)
Deformitas (-) Deformitas (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Discharge (-) Discharge (-)
Kanalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Auditorius Edema (-) Edema (-)
Eksternus Serumen (-) Serumen (-)
Eksoriasi (-) Eksoriasi (-)
Furunkel (-) Furunkel (-)
Membran Intak Intak
Refleks cahaya
Timpani Refleks cahaya (+)
(memendek)
Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Edema (-) Edema (+)
Sekret (-) Sekret (-)
Gerakan bebas Gerakan terbatas
Bulla (-) Bulla (+) regio umbo
3
Hasil Otoskopi Auris Sinistra
o Hidung
Inspeksi Deformitas (-)
Deviasi (-)
Hiperemis (-)
Jejas (-)
Allergic salute (-)
Allergic crease (-)
Palpasi Krepitasi (-)
Kavum Nasi Dextra Sinistra
Mukosa Normal Normal
Septum nasi Letak di tengah Letak di tengah
Deviasi (-) Deviasi (-)
Edema (+) Edema (+)
Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Darah (-) Darah (-)
Sekret (+) Sekret (+)
o Tenggorok
Rongga mulut
4
Stomatitis (-)
Hiperemis pada rongga mulut (-)
Lidah
Tidak tampak ada perlukaan
Permukaan lidah kasar dan bersih
Tonsil palatina : hiperemis (-), edema (-), ukuran T2/T2, detritus -/-
Faring : mukosa faring hiperemis (-), pseudomembran(-)
o Pemeriksaan laring : tidak dilakukan
o Pemeriksaan kelenjar: tidak dirasakan adanya pembesaran KGB
1.3. RESUME
Pasien perempuan 21 tahun dengan keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital lain dalam batas normal. Pada
pemeriksaan telinga didapatkan pada membran timpani sinistra tampak intak, refleks
cahaya memendek, hiperemis, edema, bulla (+) di regio umbo. Pada pemeriksaan hidung
didapatkan pada kedua mukosa hidung tampak hiperemis dan edema disertai adanya
sekret. Pada pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
1.6.DIAGNOSIS KERJA
Miringitis bulosa
1.8. PENATALAKSANAAN
Preventive:
- Menghindari kebiasaan membersihkan liang telinga dengan cotton bud ataupun
menggunakan alat pengorek kuping terlalu dalam sehingga tidak melukai gendang
telinga
- Mencegah liang telinga agar tidak kemasukan air
Konservatif :
5
- Bed rest
- Minum air putih minimal 8 gelas per hari
- Olahraga teratur minimal 3x seminggu
- Menjaga liang telinga agar tidak kemasukan air
Medikamentosa
- Co Amoxiclav 625 mg / 8 jam selama 10 hari
- K Diklofenak 2 x 50 mg k/p nyeri tenggorokan atau menelan
1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Tampak Anterior Telinga Tengah
8
dan auricular branch of the vagus. Permukaan dalam dari membran timpani
dipersarafi oleh nervus glosofaringeal.
9
tektorial. Hal ini menyebabkan bengkoknya stereosilia dan memulai impuls saraf dari
serabut saraf koklea. Perubahan potensial aksi akan diteruskan ke saraf auditori untuk
dibawah ke korteks auditori di lobus temporalis otak sehingga suara dapat dipersepsikan.
Fisiologi Pendengaran
2.3. Definisi
Miringitis adalah inflamasi pada membrane timpani. Berdasarkan durasinya,
miringitis dapat dikelompokan menjadi miringitis akut (<3 minggu), subakut (3 minggu
sampai 3 bulan), dan kronis (>3 bulan). Miringitis bulosa merupakan suatu miringitis
akut yang ditandai oleh adanya pembentukan bulla pada membrane timpani.
10
dari infeksi bakteri lain seperti Streptococcus pneumoniae, maupun infeksi virus seperti
influenza, herpes zoster, dan lain-lain. Miringitis bulosa sering dihubungkan dengan
otitis media dan eksterna, sehingga agen yang menimbulkan penyakit-penyakit tersebut
dianggap sama, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza dan Moxarella
catarrhalis. Otitis media dan miringitis bulosa biasanya timbul setelah infeksi saluran
pernafasan atas, dengan pathogen seperti adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan
parainfluenza virus yang dapat merambat ke telinga tengah melalui tuba eustachius.
2.5. Patofisiologi
Infeksi yang menimbulkan gangguan epitel pernapasan dan disfungsi tuba eustachius
menyebabkan tekanan negative di telinga tengah dan akumulasi sekresi pada telinga
tengah. Disfungsi tuba eustachius memungkinkan mikroba pathogen untuk masuk dari
nasofaring ke telinga tengah dan menyebabkan serangan otitis media akut. Telah
diperkirakan adanya lesi bulosa mungkin hanya manifestasi dari cidera mekanik
membrane timpani atau reaksi jaringan nonspesifik untuk beberapa agen infektif.
Bula yang terbentuk pada miringitis bulosa terdapat di antara lapiran epitel luar
(stratum korneum) dan lapisan fibrosa media (lamina propia). Bula tersebut dapat berisi
cairan serosa, serosanguoinosa, maupun sanguinosa. Dalam hampir semua kasus
miringitis, infeksi saluran nafas atas menyebabkan radang telinga tengah melalui
jalurnya yaitu tuba eustachius dan secara sekunder menyebabkan miringitis bulosa. Pada
miringitis bulosa, bula yang berisi cairan di permukaan membrane timpani dapat pecah
ke telinga tengah sehingga dapat ditemukan middle ear fluid (MEF). Meskipun
demikian, MEF juga dapat ditemukan sebagai akibat dari otitis media akut yang terjadi
secara sekunder.
2.6.Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul umumnya bersifat akut dan unilateral. Anak yang lebih tua,
remaja, maupun dewasa umumnya mengalami otalgia, rasa peningkatan tekanan, dan
rasa penuh dalam telinga. Penderita pediatric dapat menunjukkan gejala
ketidaknyamanan dengan menjadi rewel, sulit makan, sulit tidur, dan banyak menangis.
Dalam miringitis akut, otalgia sifatnya berdenyut dan terletak di dalam telinga, namun
dapat menyebar ke ujung mastoid, tengkuk, temporomandibular, maupun wajah.
Otorrhea dan pruritus juga dapat timbul, bahkan beberapa pasien dapat mengeluhkan
11
adanya rasa pusing berputar atau vertigo sebagai akibat dari terlibatnya organ
keseimbangan.
Kebanyakan pasien mengalami peredaan nyeri dalam satu atau dua hari, namun
beberapa keluhan biasanya dirasakan selama tiga hari sampai empat hari. Rasa sakit
tidak sepenuhnya hilang setelah miringotomi atau setelah bula pecah secara spontan.
Membrane timpani kembali ke keadaan normalnya dalam dua atau tiga minggu.
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop dapat terlihat adanya lenting berisi cairan di
antara lapisan epitel luar dan lapiran fibrosa media dari membrane timpani. Sebagian
penderita memiliki bula bahkan di meatus auditori eksternus. Jumlah dan ukuran bula
dapat bervariasi dan tidak selalu menutupi seluruh bagian membrane timpani. Bula yang
muncul paling sering pada sisi posterior atau posteroinferior membrane timpani atau
pada dinding kanalis posterior. Gambaran membrane timpani yang mengalami buldging
mengindikasikan adanya otitis media dan efusi telinga tengah.
2.7.Diagnosis
Secara umum, keluhan utama pada pasien yang menderita miringitis adalah sensasi
penuh pada liang telinga, nyeri, dan gangguan pendengaran yang memiliki onset 2-3
hari. Keluhan muncul sebagai akibat dari bula yang terbentuk pada area yang kaya akan
persarafan pada epitel terluar membran timpani. Dari anamnesis lebih lanjut, dapat
ditemukan riwayat demam, kemungkinan riwayat trauma pada saluran telinga akibat
membersihkan telinga ataupun akibat penetrasi benda asing lainnya. Pasien juga dapat
mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari liang telinga. Selain itu, perlu juga ditanya
12
riwayat infeksi saluran pernapasan atas dalam waktu dekat dan riwayat gejala serupa
sebelumnya.
13
Sebuah Bula yang Berisi Cairan Serosa pada Permukaan Superfisial Membran Timpani
Kanan pada Regio Umbo
2.8.Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk miringitis hemoragik atau bulosa:
- Otitis eksterna
- Herpes zoster otikus ( Sindroma Ramsay-Hunt)
Sindrom Ramsay-Hunt ini harus dibedakan dari myringitis akut. Pada sindrom
Ramsay-Hunt, ada paralisis saraf perifer pada wajah, disertai dengan ruam vesikuler
eritematosa di telinga (oticus zoster) atau di dalam mulut, dan lepuh terlihat dalam
banyak kasus di daerah antihelix, fossa dari antihelix dan atau lobulus. Dalam beberapa
14
kasus lepuhan juga terlihat di dalam liang telinga. Virus Varicella zoster adalah agent
dari sindrom ini.
2.9.Tatalaksana
Penatalaksanaan miringitis:
Pembersihan kanalis auditorius eksterna.
Irigasi liang telinga untuk membuang debris. Irigasi tidak boleh dilakukan apabila
terdapat perforasi pada membran timpani. Pada kasus dimana membran timpani
tidak dapat dinilai, irigasi juga harus dihindari.
Timpanosentesis, yaitu pungsi dengan menggunakan jarum kecil menembus
membran timpani ke telinga tengah. Timpanosentesis bertujuan agar dapat
dilakukan kultur dan penyebab dapat dipastikan.
Miringotomi; pada otitis media akut, miringotomi memungkinkan terbentuknya
drainase untuk jalan keluar cairan yang menumpuk di belakang membran timpani
dan mencegah terjadinya pecahnya membran timpani setelah bulging.
Tindakan ini menyembuhkan gejala lebih cepat dan robekan sembuh dalam
waktu lebih cepat dibandingkan ruptur spontan.
Timpanostomi yang disertai insersi pipa ke telinga tengah sebagai drainase.
15
Medikamentosa
Prinsip pengobatan adalah meredakan nyeri dan mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Penanganan miringitis bulosa terdiri dari pemberian analgetika untuk nyeri
dan memelihara kebersihan dan kekeringan telinga. Terapi konservatif ditujukan
untuk mengurangi rasa nyeri. Obat-obatan analgetik, anti-inflamasi, antihistamin, dan
antibiotik dapat diberikan. Apabila terdapat komplikasi berupa supurasi, perforasi
membran timpani, atau kecurigaan mastoiditis, dianjurkan untuk melakukan
konsultasi pada dokter spesialis THT-KL. Pengobatan khusus perforasi membran
timpani meliputi:
Larutan alkohol yang mengandung asam salisilat dapat merangsang
pertumbuhan epitel yang akan berguna jika tingkat pertumbuhan epitel
berkurang. Namun, ketika kontak dengan mukosa telinga tengah, alkohol dapat
menyebabkan nyeri dan iritasi mukosa yang akan menyebabkan meningkatnya
sekresi mukus.
Larutan burowi dapat membantu menghilangkan peradangan pada mukosa pada
telinga tengah, tetapi dapat menyebabkan maserasi dari epidermis dalam liang
telinga.
Pemberian antibiotik:
Pada kasus miringitis bulosa pada orang dewasa, dapat diberikan antibiotik lini
pertama berupa Amoxicillin dengan dosis 3 x 500 mg/hari. Pada anak-anak, dosis
Amoxicillin yang diberikan adalah 50 mg/kgBB/hari dibagi menjadi beberapa dosis.
Selain Amoxicillin, dapat juga diberikan Eritromisin dengan dosis yang sama seperti
Amoxicillin baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Cotrimoxazole juga dapat
dipertimbangkan sebagai antibiotik lini pertama pada kasus miringitis bulosa. Pada
dewasa, dapat diberikan Cotrimoxazole dengan dosis 2 x 80/400 mg. Pada anak-anak
dapat diberikan Cotrimoxazole sirup dengan dosis 2 x 5 mL.
Apabila dicurigai terdapat resistensi dari mikroba penyebab miringitis bulosa, dapat
diberikan antibiotik lini kedua, yaitu Amoxicillin-clavulanate, dengan dosis 3 x 625 mg
untuk orang dewasa dan 20 mg/kgBB/hari untuk anak-anak. Dapat juga diberikan
antibiotik golongan sefalosporin golongan kedua, antara lain Cefuxorime, Cefixime,
dan Cefadroxil selama 7-10 hari. Harus dipastikan bahwa pasien dapat menuntaskan
terapi antibiotik agar tidak terjadi kekambuhan.
16
Pemberian kortikosteroid:
Untuk meredakan inflamasi yang terjadi, dapat diberikan Prednison dengan dosis 40-
60 mg/hari (single dose), diberikan pada pagi hari selama satu minggu kemudian dosis
diturunkan perlahan.
Pemberian analgetik
Dengan pemberian asetaminofen dengan kodein. Hasil yang baik didapat dari
penggunaan larutan asetil salisilat.
2.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh miringitis bulosa antara lain:
2.11. Prognosis
Pada sebagian besar kasus yang dijumpai, penyembuhan dapat terjadi secara total
apabila kasus ditangani oleh ahli (spesialis THT-KL). Tindakan drainase biasanya
memberikan prognosis yang menguntungkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Jeng K. Bullous Myringitis [Internet]. HQMedEd.com. 2015 [cited 2017 Oct 2].
Available from: http://hqmeded.com/bullous-myringitis/
2. Bullous Myringitis | SYMPTOMA.com [Internet]. [cited 2017 Oct 2]. Available from:
https://www.symptoma.com/en/info/bullous-myringitis
4. Kumar S, M.S V. Bullous Myringitis: An enigmatic disease and insights into its
management. Otolaryngol Online J. 2014;4(4).
18