Disusun oleh:
Pembimbing:
PENDAHULUAN
Untuk jari dan tangan secara keseluruhan, ukuran keberhasilan tentu tidak hanya
berhenti pada kehidupan jari atau tangan yang putus, tetapi yang lebih utama adalah
kembalinya fungsi jari dan tangan mendekati normal. Untuk itu diperlukan pekerjaan
yang teliti untuk mengembalikan fungsi jari melalui penyambungan tulang, saraf, tendon,
dan jaringan lunak atau kulit penutupnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ETIOLOGI
Amputasi dari jari pada umumnya terjadi sebagai efek dari adanya
laserasi, luka yang berantakan (hancur), luka tusuk, ataupun kombinasi dari jenis-
jenis luka tersebut yang dapat terjadi di mana saja, seringkali terjadi di tempat
kerja atau rumah. Amputasi pada anak-anak sering terjadi akibat menggunakan
peralatan tertentu, pintu mobil, dan pintu rumah. Pada orang dewasa , luka
seringkali terjadi oleh gergaji, pisau, pemotong kayu, dan mesin-mesin industri
lainnya. Luka-luka dalam bidang pekerjaan dapat dikurangi dengan
menggunakan peralatan keselamatan, lebih memperhatikan faktor yang dapat
memungkinkan terjadinya kecelakaan, untuk mencegah terjadinya kejadian yang
sama.
B. PATOFISIOLOGI 18,19,20,21
Pembuluh darah arteri (nadi) dan balik (vena) serta saraf yang menghidupi
dan memelihara jari-jari tangan seperti juga yang memelihara bagian- bagian
tubuh lain. Diameter pembuluh darah untuk ujung jari lebih kecil dari diameter
penjepit kertas kerja (paper clip).
4
Gambar 1. Teknik bedah mikro untuk perbaikan pembuluh darah
Hal yang sama juga diperlukan dalam menyambung saraf-saraf yang
halus. Penyambungan yang baik akan memungkinkan penyembuhan struktur
saraf tepi tersebut untuk memungkinkan impuls listrik yang ditransmisikan dapat
berlangsung dengan baik.
Sebagaimana diketahui, amputasi traumatika adalah terputusnya anggota
gerak (jari, tangan, lengan, kaki, dan tungkai) atau bagian tubuh, yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau kecelakaan) sehingga mengakibatkan putusnya
5
pembuluh darah nadi dan balik yang membawa aliran darah ke ujung bagian
tubuh tersebut.
Amputasi traumatika komplet berarti organ tubuh terputus sama sekali
tanpa ada bagian yang menjembataninya dengan tempat asalnya. Sementara itu,
amputasi traumatika inkomplet adalah bila bagian tubuh yang terputus masih
dihubungkan dengan jaringan yang menjembataninya dengan jaringan tempat
asalnya. Mengapa keadaan ini masih dibedakan adalah karena jembatan jaringan
yang masih menghubungkan bagian yang terputus dengan tempat asalnya ikut
menentukan prognosis atau masa depan keberhasilan kehidupan dan fungsinya.
Khusus untuk jari atau tangan, struktur penghubung seperti jembatan
kulit, tendon, atau saraf yang masih baik akan membantu keberhasilan operasi
replantasi. Mudah untuk memahaminya karena dokter bedah plastik tidak perlu
harus terbebani dengan semua struktur penting yang berfungsi untuk bagian jari
atau tangan tersebut.
Jenis kecelakaan yang bersifat tajam dan bersih (clean cut atau guillotine)
praktis akan memberikan potensi keberhasilan yang lebih besar dibandingkan
dengan jenis lain yang memberikan bentuk amputat dan puntung yang compang-
camping dengan beragam penampilannya.
Faktor lain yang ikut berperan penting dalam menentukan keberhasilan
adalah faktor cold ischemia atau lamanya amputat dalam keadaan dingin tanpa
pasokan oksigen dan nutrisi atau makanan.
Dalam keadaan cold-ischemic, jari yang putus masih memberikan
keberhasilan untuk disambung selama lebih kurang 24-48 jam. Berbeda bila jari
putus disimpan dalam keadaan hangat atau dalam suhu ruangan (warm ischemia),
jaringannya hanya memiliki toleransi untuk disambung dalam 8-12 jam setelah
teramputasi.
Keadaan ini berkaitan dengan toleransi metabolisme jaringan yang masih
dapat "dihidupkan" kembali dengan pengembalian aliran darah yang memasok
oksigen dan nutrisi. Bila level amputasi lebih tinggi dari jari, yaitu bila
mengikutsertakan struktur otot, toleransi keberhasilan untuk disambung akan
lebih pendek. Otot sangat rentan akan keadaan kekurangan oksigen dan nutrisi.
6
Dalam keadaan hangat, otot hanya bertahan selama 6 jam dan dalam keadaan
dingin, ia bertahan selama lebih kurang 12 jam.
Secara praktis, bila kita menghadapi keadaan dengan amputasi traumatika,
kita dianjurkan untuk membantu mempertahankan keadaan dingin pada jaringan
yang putus. Bagian yang putus atau amputat dibungkus dengan kasa atau kain
bersih dan kering, kemudian dimasukkan ke dalam wadah atau kantong plastik
yang bersih dan kering serta ditutup (sealed).
Wadah berisi amputat ini kemudian dimasukkan ke dalam wadah ke-2
yang lebih besar yang berisi air es dengan batu es terendam di dalamnya. Tidak
dianjurkan untuk menggunakan dry ice karena materi ini terlalu dingin dan justru
akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Prinsip tata laksana sebelum sampai ke
rumah sakit rujukan ini disebut sebagai two package technique.
Bagian puntung dapat dibungkus dengan kasa atau kain bersih yang
memberikan tekanan untuk menghentikan perdarahan. Rumah sakit yang dituju
adalah rumah sakit yang memiliki fasilitas bedah mikro dan dokter bedah plastik
atau dokter lain yang berminat dan terlatih dalam bedah mikro). Upaya
pemberitahuan melalui telepon ke rumah sakit rujukan akan mempercepat
persiapan tim bedah replantasi.
7
3. Jenis dan lokasi harus dicatat. Kondisi digit yang akan diamputasi harus
dinilai. Kerusakan digit yang sangat parah tidak disarankan untuk di
replantasi
4. Bagian tubuh yang teamputasi perlu juga diperhatikan, sebaiknay bagian
tubuh tersebut dibalut dengan kasa yang dibasahi dengan larutan Ringer
Lactat dan sebaiknya ditempatkan di kantong plastik dan diletakkan di
atas es. Jangan tempatkan kontak langsung dengan es. Dan bagian yang
tunggul harus dibungkus dengan kain kasa lembab baik.
5. Riwayat kesehatan sebelumnya harus dievaluasi gangguan kejiwaan dan
status fungsional secara keseluruhan.
6. Karakteristik pasien
a. Usia:
Anak-anak menunjukkan pemulihan dan fungsional outcome yang
lebih baik daripada orang dewasa, dan replantasi hampir selalu
dilakukan pada populasi anak-anak. Selain itu, bagian-bagian yang
replantasi kembali menunjukkan pertumbuhan normal. Pada orang
dewasa atau telah lansia cenderung akan dipengaruhi oleh faktor
faktor komorbiditas medis, penurunan regenerasi saraf, dan
penurunan rentang gerak membuat lansia pasien lebih kecil
kemungkinannya untuk menjalani replantasi.
b. Medical comorbidity
c. Smoking status
d. Lamanya rehabilitasi.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
13. Wolfe, S. W., Pederson, W. C., Hotchkiss, R. N., Kozin, S. H., & Cohen, M. S.
(2010). Green's operative hand surgery: the pediatric hand E-book. Elsevier Health
Sciences.
14. Lycans, D., Kim, J., & Koester, A. (2017). Upper Extremity Replantation.
In Orthopedic Surgery Clerkship (pp. 233-236). Springer, Cham.
15. Bastidas, N., Cassidy, L., Hoffman, L., & Sharma, S. (2011). A single-institution
experience of hand surgery litigation in a major replantation center. Plastic and
reconstructive surgery, 127(1), 284-292.
16. Van Alphen, N. A., Gonzalez, A., McKenna, M. C., McKenna, T. K., Carlsen, B. T.,
& Moran, S. L. (2014). Ciprofloxacin-resistant Aeromonas infection following leech
therapy for digit replantation: report of 2 cases. The Journal of hand surgery, 39(3),
499-502.
17. Yaffe, B., Hutt, D., Yaniv, Y., & Engel, J. (2009). Major upper extremity
replantations. Journal of hand and microsurgery, 1(2), 63-67.
18. Guedes, T., Azevedo, M., Morais, J., Andresen, C., Coelho, G., Zenha, H., & Costa,
H. (2019). Replantation and revascularization of the upper extremity: clinical
experience of a microsurgical department in Portugal. European Journal of Plastic
Surgery, 1-6.
19. Lin, C. H., Webb, K., & Neumeister, M. W. (2014). Immediate tissue transplantation
in upper limb trauma: spare parts reconstruction. Clinics in plastic surgery, 41(3),
397-406.
20. Barbary, S., Dap, F., & Dautel, G. (2013). Finger replantation: surgical technique
and indications. Chirurgie de la main, 32(6), 363-372.
21. Laing, T. A., Cassell, O., O'Donovan, D., & Eadie, P. (2012). Long term functional
results from major limb replantations. Journal of Plastic, Reconstructive & Aesthetic
Surgery, 65(7), 931-934.
22. Ozer, K., Kramer, W., Gillani, S., Williams, A., & Smith, W. (2010). Replantation
versus revision of amputated fingers in patients air-transported to a level 1 trauma
center. The Journal of hand surgery, 35(6), 936-940.
23. Datiashvili, R. O., Knox, K. R., & Kaplan, G. M. (2007). Solutions to challenging
digital replantations. Clinics in plastic surgery, 34(2), 167-175.
10
24. Medling, B. D., Bueno Jr, R. A., Russell, R. C., & Neumeister, M. W. (2007).
Replantation outcomes. Clinics in plastic surgery, 34(2), 177-185.
25. Marques, M., Correia-Sá, I., Festas, M. J., Silva, S., Silva, A. I., Silva, A., &
Amarante, J. (2013). Six years of follow-up after bilateral hand
replantation. Chirurgie de la main, 32(4), 226-234.
11