Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ahmad Asrofi iza

NIM : 011811002

Prodi : Keperawatan A 2018

5.3 Analisa Kasus Pasien dengan Fraktur :


Ny. S berusia 34 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSK dengan keluhan nyeri
dibagian kaki sebelah kanan akibat mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat kejadian Ny. S
mengendarai sepeda motor, tiba-tiba klien mengantuk dan menabrak pembatas jalan. Pasien
mengatakan nyeri dibagian kaki sebelah kanan bagian bawah dan tidak dapat digerakkan. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan pada kaki kanan bagian bawah terdapat cidera (+), nyeri (+), rubor
(+), bengkak (+), nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+). klien tampak menahan nyeri dan
tampah lemah. Skala nyeri 8 (rentang respon 1-10). Tingkat kesadaran komposmentis (CM)
dengan GCS 15 dengan TTV : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 91x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36,3 ºc dan hasil laboratorium natrium 153 mmol/L, Kalium : 3,5 mmol/L,
Hemoglobin :12 g/dl, Leukosit 8,5 ribu/ul, hematokrit 40,1 %, Trombosit : 375 ribu/ul, GDS :
97mg/dl . Pada saat klien di IGD klien diberikan terapi obat ketrolac 3 x 1 ampuls,
metronidazole 3 x 500 gram dan terpasang IVFD RL 500 ml ditangan kanan klien. Dari
pemeriksaan foto rontgen didapatkan fraktur tibia fibula. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter
mengatakan klien di diagnosa medis fraktur tibia fibula dekstra. Kemudian klien di pindahkan
ke ruangan bedah dengan diagnosa Fraktur Tibia Fibula.
1. Jelaskan patofisiologi terjadinya fraktur
Jawab :
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh,yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu, dapat mengenai tulang dan
terjadi neurovascular neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Disamping itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan
kerusakan jaringan lunak dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit (Andra &
Yessie, 2013).
Referensi : https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjGid
ud2v3xAhVWAXIKHcHAC1cQFjADegQICxAD&url=http%3A%2F
%2Feprints.undip.ac.id
%2F50598%2F3%2FIvandy_Fam_22010112130089_Lap_KTI_BAB_II.pdf&usg=A
OvVaw2K-LtCQLx_zeC0DEjNbZ01

2. Jelaskan proses penyembuhan fraktur.


Jawab :
Proses penyembuhan fraktur dibagi dalam 3 fase, yaitu fase inflamasi, reparasi dan
remodelling, meski perlu dimengerti bahwa fase-fase tersebut bukanlah proses yang
terpisah melainkan sebuah proses yang continuum. Agar penyembuhan fraktur dapat
berjalan normal, beberapa syarat harus dipenuhi, yaitu viabilitas dari fragmen (suplai
darah yang intak), immobilisasi mekanik, dan absennya infeksi. Proses penyembuhan
fraktur berbeda pada konfigurasi fragmen yang berbeda, dan dapat dibagi menjadi 3
kategori: penyembuhan fraktur spontan/ sekunder, penyembuhan fraktur kontak/ primer,
dan penyembuhan fraktur gap.
Penyembuhan fraktur spontan merupakan penyembuhan natural yang paling
sering terjadi, dimana kedua fragmen fraktur didekatkan namun tidak beraposisi,
dengan terbentuknya hematoma dan adanya angulasi yang variatif. Hematoma fraktur
yang terbentuk akibat robeknya pembuluh dalah pada sistem harvesian memulai respon
penyembuhan. Dalam 48 jam, mekanisme signal kemotaksik yang dimediasi oleh
prostaglandin akan mendatangkan sel sel inflamasi yang penting dalam proses
penyembuhan fraktur. Ini menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi antara fragmen
fraktur, memberikan vaskularisasi kepada hematoma fraktur. Proses ini terjadi dalam 7-
14 hari setelah fraktur. Penggunaan obat anti inflamasi dalam seminggu pertama fraktur
dapat merubah respon inflamasi dan menginhibisi penyembuhan fraktur. Dalam fase
reparasi, sel dalam jaringan granulasi berproliferasi dan mulai
berdiferensiasi menjadi fibroblas dan kondroblas. Fibroblas membentuk matrik
ekstraselular berupa jaringan fibrous sedangkan kondroblas membentuk kartilago.
Osteoblas kemudian menjadi osteoid yang kemudian termineralisasi, membentuk soft
callus. Selanjutnya, kalus mengalami ossifikasim membentuk woven bone antar
fragmen fraktur. Proses ini berlangsung selama 4-6 minggu, dan pada saat ini kalus
masih rentan terhadap shear force, sehingga dibutuhkan fiksasi. Woven bone
kemudian akan diganti oleh lamellar bone, yang disusun paralel terhadap aksis
tulang.
Penyembuhan fraktur selesai dalam fase remodelling dimana tulang yang sembuh
kembali menpunyai bentuk, struktur dan kekuatan yang semula. Proses ini dapat
berlanjut bertahun-tahun. Pada anak, proses remodelling berlangsung lebih cepat dari
pada orang dewasa.

Referensi :
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjGid
ud2v3xAhVWAXIKHcHAC1cQFjADegQICxAD&url=http%3A%2F
%2Feprints.undip.ac.id
%2F50598%2F3%2FIvandy_Fam_22010112130089_Lap_KTI_BAB_II.pdf&usg=A
OvVaw2K-LtCQLx_zeC0DEjNbZ01

3. Sebutkan dan jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur


Jawab :
Komplikasi fraktur menurut Black dan Hawks (2014) antara lain : Ada beberapa
komplikasi fraktur. Komplikasi tergantung pada jenis cedera , usia klien, adanya masalah
kesehatan lain (komordibitas) dan penggunaan obat yang mempengaruhi perdarahan,
seperti warfarin, kortikosteroid, dan NSAID.
Komplikasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Komplikasi awal
1) Syok
Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakan organ yang sangat
vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat besar sebagai akibat dari trauma
khususnya pada fraktur femur dan fraktur pelvis.

2) Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan katekolamin yang dilepaskan
memobilisasi asam lemak kedalam aliran darah. Globula lemak ini bergabung dengan
trombosit membentuk emboli yang dapat menyumbat pembuluh darah kecil yang
memasok darah ke otak, paru-paru, ginjal dan organ lainnya.

3) Compartment Syndrome
Compartment syndrome merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh karena
penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat, balutan yang terlalu ketat
dan peningkatan isi kompartemen karena perdarahan atau edema.

4) Komplikasi awal lainnya seperti infeksi, tromboemboli dan koagulopatiintravaskular.

b. Komplikasi lambat
1) Delayed union, malunion, nonunion
Penyatuan terlambat (delayed union) terjadi bila penyembuhan tidak
terjadi dengan kecepatan normal berhubungan dengan infeksi dan distraksi (tarikan) dari
fragmen tulang. Tarikan fragmen tulang juga dapat menyebabkan kesalahan bentuk dari
penyatuan tulang (malunion). Tidak adanya penyatuan (nonunion) terjadi karena
kegagalan penyatuan ujung- ujung dari patahan tulang.

2) Nekrosis avaskular tulang


Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kekurangan asupan darah dan mati. Tulang yang
mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan diganti dengan tulang yang baru. Sinar-X
menunjukkan kehilangan kalsium dan kolaps struktural.

3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna


Alat fiksasi interna diangkat setelah terjadi penyatuan tulang namun pada kebanyakan
pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan gejala. Nyeri dan penurunan
fungsi merupakan indikator terjadinya masalah. Masalah tersebut meliputi kegagalan
mekanis dari pemasangan dan stabilisasi yang tidak memadai, kegagalan material,
berkaratnya alat, respon alergi terhadap logam yang digunakan dan
remodeling osteoporotic disekitar alat.

Referensi :
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi4w
OqK4v3xAhWJYisKHW30DWwQFjAFegQICxAD&url=https%3A%2F
%2Fsinta.unud.ac.id%2Fuploads%2Fwisuda%2F1302116025-3-BAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw24431Ot7uCZQKykBcp6S-7

4. Identifikasi 3 masalah keperawatan utama pasien didukung dengan data focus


Jawab :

5. Buat NCP pada 3 masalah utama tersebut


Jawab :
Clinical activity 3 : IDC and Bladder irrigation
1. Explain why a patient requires an Indwelling catheter!
Jawab :
Pasien yang terpasang kateter menetap membutuhkan perawatan
khusus. Tindakan keperawatan diarahkan pada tindakan pencegahan infeksi dan
mempertahankan kelancaran aliran urin pada sistem drainase kateter.
2. What assessment should be done before inserting the catheter?
Jawab :

3. How much fluid to fill the balloon of catheter?


Jawab :
Balon kateter diisi/disuntikkan dengan air steril/larutan NaCl 0,9%, sebanyak 5-20 cc
tergantung kapasitas balon, kemudian kateter ditarik keluar sampai tertahan pada
balonnya. Hal ini penting untuk mencegah pengisian balon sementara ujung kateter
masih di dalam urethra yang dapat menyebabkan ruptura urethra.
4. What information do you provide to the patient regarding the daily catheter care?
Jawab :
Berikan penjelasan pada klien dengan bahasa yang
dimengerti olehnya atau keluarganya tentang:
- tujuan pemeriksaan
- jenis kateter yang akan dipakai,
- dimana kateter akan dipasang
- cara memasang kateter
- jelaskan kemungkinan risiko pemasangan kateter, tetapi
beri jaminan bahwa bahaya itu kemungkinannya sangat
kecil, karena anda sudah mahir melakukan dan anda
memakai alat yang tepat dan steril.

1. Explain why a patient requires bladder irrigation?


Jawab :
Irigasi kandung kemih dilakukan dengan tujuan untuk menyingkirkan dan mencegah
terbentuknya bekuan darah dalam kandung kemih. Tidak hanya pasca operasi kandung
kemih, tindakan ini juga bisa dilakukan pasca operasi prostat (pada pria), kemoterapi,
juga radioterapi. Pada tindakan ini, akan dipasang kateter urin yang terhubung langsung
dari ujung saluran kemih sampai ke kandung kemih. Dalam kateter ini, berisi 3 tabung,
tabung pertama yang terhubung langsung ke kantung urin, tabung kedua yang berguna
untuk menggembungkan balon di ujung kateter agar tetap berada di posisinya, dan tabung
ketiga yang terhubung ke kantung berisi cairan salin (larutan garam). Cairan salin ini
kemudian akan dialirkan ke kandung kemih hingga dirasa kandung kemih telah bersih.
Bersihnya kandung kemih ini biasanya ditandai dengan warna urin yang mulai keputihan,
tidak lagi merah atau cokelat akibat mengandung darah. Biasanya, tindakan irigasi
kandung kemih ini dilakukan selama 1 hingga 2 hari.
2. What fluid was used in bladder irrigation?
Jawab :
cairan NaCl 0,9%
3. What to consider during that procedure?
Jawab :
Prosedur tindakan :
Setelah persiapan alat dan persiapan pasien selesai, maka selanjutnya adalah prosedur
tindakan yang harus Anda lakukan adalah sebagi berikut :
a. Buka set wadah steril. Pertahankan sterilitas bagian dalam
b. Letakkan absorben pad di bawah ujung kateter untuk menciptakan area kerja
c. Tuangkan cairan irigasi pada wadah steril
d. Klem selang urin bag tepat di bawah tempat injeksi
e. Usap area injeksi dengan kapas alcohol
f. Masukkan kanula spuit ke area injeksi
g. Coba lakukan aspirasi adanya bekuan darah atau bagian yang menyebabkan obstruksi
h. Masukkan cairan irigasi ke dalam spuit
i. Usap lokasi injeksi kembali
j. Suntikkan cairan irigasi melalui lokasi penginjeksian secara perlahan-lahan
k. Cabut spuit dari lokasi penginjeksian
l. Lepaskan klem dan rendahkan posisi kateter untuk mengalirkan cairan ke urin bag
m. Ulangi prosedur hingga didapatkan cairan jernih tanpa adanya bekuan darah atau
benda yang dapat menyebabkan obstruksi
n. Rapikan kembali alat dan lepaskan sarung tangan
o. Turunkan bed dan naikkan pengaman sisi tempat tidur
p. Cuci tangan
q. Hitung jumlah cairan yang keluar dan kondisi visual dari cairan irigasi. Catat di rekam
medis pasien
4. What information do you provide to the patient regarding bladder training?
Jawab :
Daftar Pustaka

1. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiJl-
ST6P3xAhXBUn0KHVKbDRIQFjABegQIBRAD&url=https%3A%2F
%2Fwww.alodokter.com%2Fkomunitas%2Ftopic%2Foveraktif-
bladder&usg=AOvVaw1u8FPG1MYrDeqE_9wSPwgq

2. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjg1P
yWyP3xAhXTUn0KHSn3BPsQFjABegQIBBAD&url=https%3A%2F
%2Fmed.unhas.ac.id%2Fkedokteran%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2017%2F02%2FManual-Kateter-Pria-dan-
Wanita.pdf&usg=AOvVaw2CZcYJVna9V63ClQIMIHwS

3. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi4w
OqK4v3xAhWJYisKHW30DWwQFjAFegQICxAD&url=https%3A%2F
%2Fsinta.unud.ac.id%2Fuploads%2Fwisuda%2F1302116025-3-BAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw24431Ot7uCZQKykBcp6S-7

4. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjGid
ud2v3xAhVWAXIKHcHAC1cQFjADegQICxAD&url=http%3A%2F
%2Feprints.undip.ac.id
%2F50598%2F3%2FIvandy_Fam_22010112130089_Lap_KTI_BAB_II.pdf&usg=A
OvVaw2K-LtCQLx_zeC0DEjNbZ01

5. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjXw
8Hr7P3xAhWZXisKHSc2DWoQFjAAegQIBBAD&url=http%3A%2F
%2Fbppsdmk.kemkes.go.id%2Fpusdiksdmk%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2017%2F08%2FPraktikum-KMB-2-
Komprehensif.pdf&usg=AOvVaw2ZvYyg-qNpaHckmVJ5n7FX

6.

Anda mungkin juga menyukai