Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis
dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi disebut
infected pseudoartrosis. Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan
ujung-ujung fragmen tulang yaitu :
Hipertrofik: ujung-ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang
disebut gambaran elephant’s foot, garis fraktur tampak dengan jelas, ruangan antar
tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa, pada jenis ini vaskularisasi
baik sehingga biasanya hanya diperlukan fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone
graft.
Atrofik/oligotrofik: tidak ada tanda-tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur, ujung
tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskuler, pada jenis ini disamping
dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone graft.
Etiologi
Vaskularisasi yang kurang pada ujung-ujung fragmen, reduksi yang tidak adekuat,
imobilisasi yang tidak adekut sehingga terjadi pada kedua fragmen, waktu imobilisasi
yang tidak cukup, infeksi, distraksi pada kedua ujung karena adanya traksi yang
berlebihan, interposisi jaringan lunak di antara kedua fragmen, terdapat jarak yang
cukup besar antara kedua fragmen, destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau
osteomielitis (fraktur patologis), disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia
(fraktur intrakapsuler), kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau
operasi, fiksasi interna yang tidak sempurna, delayed union yang tidak diobati,
pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan, terdapat benda
asing diantara kedua fraktur misalnya pemasangan screw diantara kedua fragmen.
Gambaran Klinis
Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada, gerakan abnormal pada daerah fraktur yang
membentuk sendi palsu yang disebut pseudoartrosis, nyeri tekan sedikit atau sama
sekali tidak ada, pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat
pembengkakan sama sekali, pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua
fragmen.
Radiologis
Pengobatan
Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft, eksisi fragmen kecil dekat sendi
misalnya kepala radius dan prossesus styloideus ulna, pemasangan protesis misalnya
pada fraktur leher femur, stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.
Terapi operatif
Fragmen direposisi secara non operatif dengan meja traksi. Setelah tereposisi
dilakukan pemasangan pen secara operatif.
Terapi operatif dengan membuka frakturnya
1. Reposisi terbuka dan fikasasi interna /ORIF (Open Reduction and Internal
Fixation)
Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa
juga berupa plat dengan skrup di permukaan tulang. Keuntungan ORIF adalah bisa
dicapai reposisi sempurna dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah
operasi tidak perlu lagi dipasang gips dan segera bisa dilakukan immobilisasi.
Kerugiannya adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.
Indikasi ORIF:
a) fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.
d) Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya fraktur femur.
2. Excisional arthroplasty
Emboli lemak biasanya terjadi pada patah tulang panjang dan dapat berakibat fatal
dengan angka mortalitas mencapai 10-20%. Kondisi ini umumnya muncul dalam
waktu 72 jam pada fraktur pelvis atau tulang panjang dengan trias dyspnea, bingung
dan petechiae. Emboli lemak timbul karena terganggunya sel lemak pada tulang yang
mengalami fraktur sehingga percikan lemak (fat globules) banyak dilepaskan dan
memasuki sirkulasi melalui robekan pembuluh darah medula. Teori lain
mengungkapkan bahwa adanya perubahan metabolisme asam lemak mencetuskan
terbentuknya agregasi sirkulasi asam lemak bebas yang selanjutnya berkembang
menjadi emboli lemak. Peningkatan kadar asam lemak bebas dapat memilikki efek
toksik pada membran alveolar-kapiler yang memicu pelapasan vasoaktif amin dan
prostaglandin yang nantinya dapat berkembang menjadi acute respiratory distress
syndrome.2
10
DVT dan emboli paru bisa menyebabkan morbiditas dan mortalitas saat
berlangsungnya operasi orthopedi pada pelvis dan ekstremitas bawah. Faktor risiko
seperti obesitas, umur lebih dari 60 tahun, prosedur berlangsung lebih dari 30 menit,
penggunaan torniquet, fraktur ekstremitas bawah dan imobilisasi lebih dari 4 hari.
Insiden DVT dapat mencapai 40-80% pada pasien yang tidak diberikan propilaksis.
Patofisiologi yang mendasari terjadinya DVT tersebut yakni stasis vena dengan
hipercoagulable state sebagai akibat dari respon inflamasi lokalis dan sistemik
terhadap pembedahan.2
11