Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

COMBUSTIO GRADE II PADA ANAK


DENGAN ANESTESI GA-TIVA
Pembimbing :
dr. Zaki Fikran, Sp. An

Disusun oleh:

Deby Antatifani Ritonga


110611008

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF anestesiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara
PENDAHULUAN

pembiusan, berasal dari bahasa Yunani an- "tidak


atau tanpa" dan aesthtos, "persepsi atau
Anestesia kemampuan untuk merasa"

secara parenteral melalui intravena dan intramuskular,


per-rektal (biasanya untuk anak-anak)
Metode inhalasi

hipnotik, analgesia dan relaksasi otot


TRIAS
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2 tahun
Alamat : Samudera
Suku : Aceh
Agama : Islam
Status perkawinan :-
Pekerjaan :-
No RM : 07.06.33
Ruangan : Ruang anak (V1B2)
TMRS : 20 Mei 2016
2.2 SUBJEKTIF

Anamnesis :

1. Keluhan Utama : luka bakar di wajah dan jari tangan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Terdapat luka bakar hampir seluruh wajah dan jari tangan kanan. Luka

bakar diakibatkan karena semburan api bensin 30 menit SMRS saat tante pasien

membakar sampah di halaman rumah. Pasien merasakan nyeri dan panas di luka

wajah dan jari tangan.


1. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi :Disangkal

Riwayat DM :Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung :Disangkal

Riwayat Asma :Disangkal

Riwayat Alergi Obat :Disangkal

Riwayat Operasi :Disangkal


Status Generalis Kesadaran Compos Mentis
TD -
Nadi 92x/ menit
Pernapasan 29x/ menit
Suhu 35,4oC
Berat badan 12 kg
Status Gizi
Tinggi badan 87 cm
Kepala Normosefali, edema (+), rambut terbakar (+)
Wajah Edema (+), kulit terkelupas berwarna kemerahan
Konjungtiva sulit dinilai, sklera ikterik (-/-), palpebra edema
Mata
(+/+) Alis dan bulu mata hilang karena terbakar
Normotia (+/+), kulit pada daun telinga bagian atas terkelupas
Telinga
(+/+)
Hidung Bentuk normal, tidak ada deviasi septum
Mulut Bibir edema (+) dan terkelupas
Paru
Inspeksi: normochest, simetris, jejas (-), sikatrik (-)
Palpasi : stem fremitus (normal/normal)
Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi: SP: vesikuler, ST: (-)
Thoraks
Jantung
Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi: Tidak ada trill
Perkusi: DBN
Auskultasi:DBN
Inspeksi: Distensi (-)
Palpasi: Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ada defans
Abdomen muskuler
Perkusi: Tympani
Auskultasi: Bising usus (+)
Status Lokalis
Capitis
Look : Terdapat rambut yang sedikit terbakar
dan luka bakar hampir di seluruh wajah dengan luka
terlihat jaringan dermis yang mengindikasikan luka
bakar tingkat 2
Feel : Terdapat nyeri dan gatal pada wajah
Movement : Gerakan otot wajah dan leher terbatas
oleh rasa nyeri
Extremitas
Atas:
Look : terdapat luka bakar dengan dasar luka
dermis dan tampak adanya bula pada jari tangan
mengindikasikan luka bakar tingkat 2. Luka terdapat
di bagian distal digiti I-V dextra.
Palpasi : nyeri pada saat palpasi
Movement : terasa nyeri bila digerakkan
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah rutin (26 november 2015)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

L= 13-18
Hemoglobin 10,6 g/dL P= 12-16
L= <15
LED - P= <20
L= 4,5-6,5
4,6 x 106/mm3
Eritrosit P= 3,8-5,8

Leukosit 17 x 103/mm3 4-11

Retikulosit - 0,5-1,5

Hematokrit 34,8 % 37-47

MCV 75 fl 76-96

MCH 23 pg 27-32

MCHC 30,4 g% 30-35

RDW 14,7 % 11-15

Trombosit 333 x 103/mm3 150-450


Assesment

Combustio facialis +digiti I-V dextra grade II+10%

Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA

ASA 1 (Pasien dalam kondisi normal, tidak ada penyakit sistemik dan

kelainan fungsi)

Rencana Pembedahan:

Debridement

Rencana Anestesi:

Anestesi umum intravena

Premedikasi : Midazolam, SA, Fentanyl

Induksi : Ketamin

Kesimpulan

Pasien anak berjenis kelamin perempuan umur 2 tahun dengan status fisik

ASA 1. Pasien akan dilakukan debridement dengan rencana teknik anestesi

umum intravena.
LAPORAN ANESTESI

Pre Operatif

Persiapan Pasien

26 November 2015

Di ruang perawatan

Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi dan spesialis bedah untuk

menilai kondisi fisik pasien, apakah pasien dalam kondisi fisik yang layak untuk

dilakukan tindakan operasi. Setelah mendapatkan persetujuan, pasien disiapkan

untuk rencana debridement keesokan harinya. Diberikan juga informasi kepada

keluarga pasien, antara lain:

Informed consent: bertujuan untuk memberitahukan kepada keluarga

pasien tindakan medis akan apa yang akan dilakukan kepada pasien,

bagaimana pelaksanaanya, kemungkinan hasilnya, risiko tindakan

yang akan dilakukan.

Surat persetujuan operasi: merupakan bukti tertulis dari pasien atau

keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis

yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.


Persiapan operasi yang dianjurkan kepada pasien adalah:

Pasien dipuasakan (10 jam sebelum operasi) sejak pukul 24.00 WIB,

tujuannya untuk memastikan bahwa lambung pasien telah kosong

sebelum pembedahan untuk menghindari kemungkinan terjadinya

muntah dan aspirasi isi lambung yang akan membahayakan pasien.

Rencana post-op pasien adalah kembali ke ruangan.

Di Ruang Persiapan

Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.

Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD=(-), nadi=

92x/menit, suhu=35,40C, RR=29x/menit


Persiapan alat anestesi umum: Persiapan obat-obatan anestesi

Midazolam
Monitor
Dosis: 0,1 0,5 mg/kgbb
Sphygmomanometer
Sulfas atropine

Pulse Oxymetri Dosis: 0,01-0,02 mg/kgbb

Fentanyl
Alat untuk melakukan pembiusan:
Dosis: 2 5 g/kgbb
Spuit 3 cc
Ketamin

Spuit 5 cc Dosis: 1-2 mg/kgbb

Obat Tambahan/ pilihan lain:

Gentamisin salf 0,3%, Ondansentron 4 mg/2 ml, Ranitidin 25 mg/ml.


Rencana terapi cairan intraoperative:

Pada pasien, diberikan cairan asering yang setiap kolf nya berisi 500 ml.

M (Maintenance)

4 ml/ 10kgBB /jam 4 ml x 10 kg /jam 40 ml /jam

2 ml/ 10kgBB /jam 2 ml x 2 kg /jam 4 ml /jam

Total maintenance cairan 44 ml /jam

O (Operasi)

Karena operasi ini termasuk operasi kecil, maka kebutuhan cairannya adalah:

2-4 ml x kgBB 4 ml x 12 kg 48 ml

P (Puasa)

Karena pasien sudah dipuasakan selama 10 jam, maka kebutuhan cairannya

adalah:

Lama puasa x M 10 x 44 ml 440 ml

Total cairan yang dibutuhkan:

Jam pertama M + O + P (44 + 48 + 220) ml = 312 ml

Jam kedua M + O + P (44 + 48 + 110) ml = 202 ml

Jam ketiga M + O + P (44 + 48 + 110) ml = 202 ml

Jam keempat M + O (44 + 48) ml = 92 ml


PRE OPERASI

27 November 2015 pukul 9.45 WIB

Airway : clear

Breathing : RR 29 x/ menit, stidor (-) snorring (-) gargling (-)

Circulation : HR 92 x/ menit reguler, isi dan tegangan cukup, akral hangat

(+/+)

External bleeding : ptekie (+) di seluruh jejas luka bakar

Disability : GCS : E4V6M5 = 15,

kesadaran : compos mentis

Exposure : jejas luka bakar bentuk irregular, berwarna putih kemerahan,

dasar lapisan dermis, ptekie (+), dengan luas luka bakar 10%

ASA :1

Selanjutnya dilakukan pre medikasi:

Midazolam 3 mg/3 cc IV (spuit 5 cc)

Sulfat Atropin 0,25 mg/cc IV (spuit 3 cc)

Fentanyl 0,024mg/ cc IV (spuit 3 cc)


OPERASI

27 November 2015 pukul 10.05 WIB

1. Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi dengan

posisi supine kemudian dilakukan pemasangan manset dan oksimeter.

2. Menilai keadaan umum dan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di

awal atau penilaian pra induksi:

Kesadaran: Compos Mentis, TD= (-), nadi= 145 x/menit, saturasi O2: 85%.

3. Dilakukan induksi dengan ketamin 20 mg/2 cc IV (spuit 10 cc)

4. Pasien diberikan O2 6 L/ menit dimulai pada pukul 10.05 dengan

menggunakan nasal canul.

Pukul 10.10 WIB

Tindakan debridement dimulai

TD= - , nadi= 145x/menit, saturasi O2 98%


Pukul 10.20 WIB

TD= - , nadi= 127x/menit, saturasi O2 100%

Oksigenasi diturunkan menjadi 4L/menit

Pukul 10.35 WIB

TD= - , nadi= 120x/menit, saturasi O2 100%

Injeksi ranitidin 12,5 mg/ ml IV (spuit 3 cc) dan ondansetron 1 mg/

ml IV (spuit 3 cc)

Tindakan debridement selesai dan pasien dioleskan gentamisin salf 0,3%

di wajah dan dijari tangan sebelah kanan

Pukul 10.50 WIB

Pasien sudah bisa membuka matanya

Pasien dibawa ke recovery room


POST OPERASI

27 November 2015 pukul 10.50 WIB

Setelah tindakan selesai, pasien dibawa ke recovery room, lalu diberikan

O2 2-3 liter/menit dengan nasal canul, kemudian dilakukan pemantauan terhadap

6B:

B1 : Airway : clear

RR : 26 x/ menit, reguler

B2 : HR : 120 x/menit reguler, isi dan tegangan cukup, akral hangat

(+/+), Sianosis (-/-)

B3 : GCS : E4V6M5 = 15, kesadaran : compos mentis

B4 : urin : (-)

B5 : mual (-), muntah (-), bising usus (+) dalam batas normal

B6 : jejas luka bakar bentuk irregular, berwarna putih kemerahan, dasar

lapisan dermis, ptekie (+), bula (-) dengan luas luka bakar 10%.

Kesan : Stabil

Sikap : Observasi keadaan umum dan tanda vital


Penilaian Steward Score

Pergerakan :2

Pernapasan :2

Kesadaran :1

Total score : 5 pasien sudah boleh dibawa ke ruangan


Hari S O A P
rawatan
I Luka bakar wajah TD: - Combustio - Konsul bedah dan
(+), jari tangan HR: 112x/i facialis + mata (debridement)
kanan (+) (10%) RR: 30x/i digiti I-V - Pemeriksaan darah
0
T: 38,6 C dextra grade rutin
II+10% - IVFD RL 30 gtt/i
(mikro)
- Inj. Ceftriaxone
250mg /12 jam
- Inj. Ranitidin 2/3
amp /12 jam
- Inj. Ketorolac
amp/12 jam
- ATS 1500 IU
amp (ekstra)
- Burnazin cr
Konsul dokter anak :
- IVFD asering 100
ml
- Inj. Ceftriaxone
- PCT drip
- Becefort 1 x 1cth
II Nyeri di daerah TD: - Combustio - IVFD RL 30 gtt/i
luka bakar (+), HR: 94 x/i facialis + (mikro)
demam (-) RR: 28x/i digiti I-V - Inj. Ceftriaxone
o
T: 35,8 C dextra grade vial /12 jam
II+10% -Inj. Ranitidin1/3
amp/12 jam
-Inj. Ketorolac 1%
amp/8 jam
- Becefort 1x1cth
III Nyeri di daerah TD: - Combustio - Debridement
luka bakar sudah HR: 92x/i facialis+digi - Gentamisin cr
berkurang, RR:29x/i ti I-V dextra - IVFD Asering 30
demam (-) T: 35,4oC grade gtt /i(mikro)
II+10% - Inj. Ceftriaxone
vial /12 jam
-Inj. Ranitidin 1/3
amp /12 jam
-Inj. Ketorolac 1%
amp /8 jam
- Becefort 1x1cth
IV Mual (-), muntah TD: - Combustio - IVFD Asering 30
(-), demam (-), HR: 95x/i facialis+digi gtt /i(mikro)
nyeri luka bakar RR:24x/i ti I-V dextra - Inj. Ceftriaxone
o
di wajah dan jari T: 36,5 C grade vial /12 jam
tangan II+10% - Inj Ranitidin1/3
amp /12 jam
- Inj. Ketorolac 1%
amp /8 jam
- Becefort 1 x 1cth
- Salf sibro 20g tube
V Gatal dan nyeri TD: - Combustio - GV di ruang OK
pada luka HR:90x/i facialis+digi - MBTKTP telur 2
diwajah, BAB (-), RR: 21x/i ti I-V dextra butir
o
BAK (+) T: 36,4 C grade - IVFD Asering 30
II+10% gtt /i(mikro)
-Inj. Ceftriaxone
vial /12 jam
- Inj. Ranitidin
amp /12 jam
-Inj. Ketorolac
amp /8 jam
- Becefort 1 x 1cth
- Salf sibro 20g tube
- Dextran 70 /eyefres/
1tetes x 1 jam
- Polidex /6 jam
VI Gatal dan nyeri TD:- Combustio - GV dengan kasa
pada luka (+), HR: 72x/i facialis+digi steril dan NaCl
RR: 22x/i ti I-V dextra - IVFD Asering 30
T: 35,6oC grade gtt /i(mikro)
II+10% -Inj. Ceftriaxone
250mg /12 jam
- Inj. Ranitidin 1/3
amp /12 jam
-Inj. Ketorolac
amp /8 jam
- Becefort 1 x 1cth
- Salf chloramfenicol
- Dextran 1 tetes /jam
- Polidex /6 jam
VII Gatal pada luka, TD:- Combustio - GV dengan kasa
demam (+) HR:132x/i facialis+digi steril dan NaCl
RR: 24x/i ti I-V dextra - IVFD Asering 30
T: 39oC grade gtt /i(mikro)
II+10% - Inj. Ceftriaxone
250mg /12 jam
- Inj. Ranitidin 1/3
amp /12 jam
- Inj. Ketorolac
amp /8 jam
- Becefort 1x1cth
- Salf chloramfenicol
- Pct syr 120 mg /5
ml 3 x 1cth
VIII Gatal pada luka TD:- Combustio - Cefadroxil tab
(+), demam (-) HR: 72x/i facialis+digi - PCT 3 x 1cth
RR: 24x/i ti I-V dextra - Becefort 3x1cth
T: 35,3oC grade - Salf chloramfenicol
II+10% PBJ
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Combustio (luka bakar) suatu bentuk
kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
Epidemiologi
Lebih dari 60% pasien luka bakar terjadi dalam
kisaran usia produktif, pria lebih banyak daripada
perempuan.
55% disebabkan api, 40% karena air mendidih
dan selebihnya dikarenakan kimia dan listrik.
Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan
Kedalaman
Derajat I Derajat IIa Derajat IIb Derajat III
(Superficial) atau ( Partial Thickness- ( Partial Thickness- (Full Thickness) atau
dangkal Superficial dermal) atau Deep dermal) atau seluruh lapisan
sebagian dangkal sebagian dalam
Patologi Hanya mengenai Seluruh epidermis dan Seluruh epidermis, Seluruh epidermis,
epidermis (contoh: lapisan atas dermis lapisan dermis lebih seluruh dermis hingga
sun-burn) dalam lagi (tidak lapisan subkutan
seluruh dermis)
Warna Kemerahan Merah muda - kemerahan Merah - putih Putih, cokelat
kehitaman
Bula + +/- +/- -
Capillary refill + + + -
Nyeri + + + (tumpul) -
Kekeringan Kering Lembab Lembab Kering
Penampakan luar Kering dan merah; Gelembung berisi cairan, Gelembung berisi Putih berminyak
memucat dengan berkeringat, merah; cairan (rapuh); basah sampai abu-abu dan
penekanan memucat dengan atau kering berminyak, kehitaman; kering dan
penekanan berwarna dari putih tidak elastis; tidak
sampai merah; tidak memucat dengan
memucat dengan penekanan
penekanan
Waktu 3 6 hari 7-20 hari >21 hari Tidak dapat sembuh
penyembuhan (jika luka bakar
mengenai >2% dari
TBSA)
Jaringan parut Tidak terjadi Umumnya tidak Hipertrofi, berisiko Risiko sangat tinggi
jaringan parut terjadi jaringan parut; untuk kontraktur untuk terjadi
potensial untuk (kekakuan akibat kontraktur
perubahan pigmen jaringan parut yang
berlebih)
Lainnya - Edema, pucat Tidak terlalu pucat Hangus, disertai
eksar
Terapi Tidak perlu Dressing: Polyurethrane film, foam dressing Silversulfadiazine,
(terapi suportif: atau bacterial sellulose eksisi tangensial,
analgetik) skin graft
Perhitungan Luas Luka Bakar
Penatalaksanaan
Dibagi menjadi 7 fase:
1. rescue (selamatkan pasien dari sumber penyebab luka bakar)
2. resuscitate (jaga sirkulasi cairan)
3. retrieve (setelah evakuasi dan tatalaksana di UGD rujuk ke unit luka
bakar)
4. resurface (perbaikan kulit dan jaringan yang telah luka: dressing
sederhana, debridement hingga skin graft)
Debridement diusahakan sedini mungkin untuk membuang
jaringan mati dengan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan
segera setelah keadaan stabil karena eksisi ini menyebabkan
perdarahan. Biasanya dilakukan pada hari ke 3-
5. rehabilitate (mengembalikan semua fungsi baik fisik, emosional
dan psikologi dari pasien)
6. reconstruct (memperbaiki semua jaringan parut)
7. review ( terutama pada anak-anak, membutuhkan pemeriksaan
ulang setiap tahun)
TOTAL INTRAVENOUS ANESTHESIA
(TIVA)
Anestesi umum Indikasi TIVA:
intravena (TIVA) adalah 1) induksi anestesia
anestesi yang diberikan 2) induksi dan
melalui jalur intravena, pemeliharaan anestesi
baik untuk tujuan pada pembedahan
hipnotik, analgetik singkat
ataupun pelumpuh otot 3) menambahkan efek
hipnosis pada anestesi
inhalasi dan anestesi
regional
4) menambahkan sedasi
pada tindakan medik1
Tahapan tindakan yang dilakukan untuk
anestesi umum intravena :
1. Penilaian dan persiapan pra anestesi
anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, klasifikasi
status fisik, masukan oral & premedikasi.
2. Induksi obat anestesi intravena beserta
pemeliharaan.
3. Pemulihan.
Obat-obat induksi intravena
Anestesia intravena langsung masuk ke darah
dan elimininasinya harus menunggu proses
metabolisme maka dosisnya harus
diperhitungkan secara teliti
Obat nya dapat digolongkan dalam 2 golongan:
1) Obat yang terutama digunakan untuk induksi
anestesi golongan barbiturat
2) Obat yang digunakan baik sendiri maupun
kombinasi untuk mendapat keadaan seperti pada
neuroleptanalgesia (droperidol), anestesi
dissosiasi (ketamin), sedatif (diazepam)
Obat yang sering digunakan golongan
barbiturat, ketamin dan diazepam
PROPOFOL
Kelompok derivat fenol Metabolisme di hati
Dikemas dalam cairan melalui konjugasi oleh
emulsi berwarna putih glukoronida dan sulfat
susu bersifat isotonik untuk membentuk
dengan kepekatan 1% metabolit inaktif yang
(1ml=10 mg) larut air diekskresi
Waktu paruh 24-72 jam. melalui urin tetapi klirens
Dosis induksi cepat totalnya lebih besar dari
menimbulkan sedasi (30- aliran darah hati
45 detik) dengan durasi menunjukkan eliminasi
berkisar antara 20-75 ekstrahepatik.
menit tergantung dosis Sifat ini menguntungkan
dan redistribusi dari untuk pasien dengan
sistem saraf pusat4 gangguan metabolisme
hati
Farmakodinamik
Sistem Saraf Pusat Sistem kardiovaskuler
Dosis induksi pasien Induksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat
menyebabkan depresi pada
kehilangan kesadaran dengan
jantung dan pembuluh darah
cepat akibat ambilan obat menurunkan resistensi vaskular
lipofilik yang cepat oleh SSP sistemik 30% TD menurun
(dalam dosis yang kecil dapat Namun tidak disertai peningkatan
menimbulkan efek sedasi, denyut nadi.
tanpa disetai efek analgetik) Sistem pernafasan
Apnu , berlangsung selama 30
Propofol dapat menyebabkan
detik, namun dapat memanjang
pealiran darah ke otak & dengan pemberian opioid sebagai
konsumsi 0 otak premedikasi atau sebelum induksi
menurunkan TIK dan tekanan dengan propofol.
intraokular sebanyak 35% Dapat menurunkan frekuensi
pernafasan dan volume tidal
(bersifat sementara)
DOSIS EFEK SAMPING
Dosis induksi : Suntikan intravena sering
pasien >3 tahun dan < 55 menyebabkan nyeri,
tahun = 2-2,5 mg/kgBB sehingga beberapa detik
pasien >55 tahun, pasien sebelumnya dapat
lemah atau dengan ASA diberikan lidokain 1-
III/IV = 1-1,5 mg/kgBB 2mg/kgBB intravena
Dosis pemeliharaan: Bradikardi & hipotensi
setelah penyuntikan
Pasien >3 tahun dan <55 propofol diatasi
tahun = 0,1-0,2 dengan penyuntikkan
mg/menit/kgBB obat antimuskarinik
pasien >55 tahun, pasien (sulfat atropin)
lemah atau dengan ASA
III/IV = 0,05-0,1
mg/menit/kgBB
KETAMIN
Suatu rapid acting Ketamin kurang
non-barbiturate digemari untuk
general anesthetic induksi anestesi
Blok terhadap reseptor karena sering
opiat dalam otak dan menimbulkan
medulla spinalis efek takikardi, hipertensi,
analgesik, sedangkan hipersalivasi, nyeri
interaksi terhadap kepala, pasca anestesi
reseptor metil-aspartat dapat menimbulkan
menyebabkan mual muntah,
anastesi umum + efek pandangan kabur dan
analgesik mimpi buruk
Farmakokinetik
Onset kerja pemberian IV lebih cepat dibandingkan pemberian
IM.
Onset IV : 30 detik, IM 3-4 menit
Tetapi durasi kerja IV lebih singkat daripada IM. IV 5-10 menit
dan IM 12-25 menit
Metabolisme di hepar dengan bantuan sitokrom P450 di
reticulum endoplasma halus menjadi norketamine yang masih
memiliki efek hipnotis namun 30% lebih lemah dibanding
ketamin
Kemudian mengalami konjugasi oleh glukoronida menjadi
senyawa larut air selanjutnya diekskresikan melalui urin
Farmakodinamik
Sistem saraf pusat
Memiliki efek analgetik kuat tetapi efek hipnotiknya kurang
(tidur ringan) disertai anestesia disosiasi.
Pemberian ketamin IV , dalam 30 detik pasien mengalami
perubahan tingkat kesadaran disertai tanda khas kelopak
mata terbuka spontan, dilatasi pupil dan nistagmus.
Kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari
(cataleptic appearance), seperti gerakan mengunyah,
menelan, tremor dan kejang.
Pasien mengalami amnesia anterograde yang merupakan
efek anestesi dissosiatif dari ketamin
Sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada
periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi
Ketamin menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak,
konsumsi oksigen otak dan TIK
Sistem kardiovaskuler
TD meningkat 20-25% dari TD semula dan mencapai
maksimum beberapa menit setelah suntikan. Akan
turun kembali dalam 15 menit kemudian. Denyut
jantung juga meningkat Efek ini disebabkan
adanya aktivitas saraf simpatis yang meningkat dan
depresi baroreseptor Dapat dicegah dengan
pemberian premedikasi opioid.
Sistem pernafasan
Ketamin menyebabkan dilatasi bronkus dan bersifat
antagonis terhadap efek konstriksi bronkus oleh
histamin sehingga baik untuk penderita asma
Dosis
Dosis induksi pada pasien dewasa = 1-4mg/kgBB atau
1-2mg/kgBB dengan lama kerja 15-20 menit,
sedangkan melalui infus dengan kecepatan
0,5mg/kgBB/menit.
Untuk dosis anak-anak Mace et al (2004) dosis
induksi = 1-2 mg/kgBB, menurut Harriet Lane, 0,25-0,5
mg/kgBB. Dengan dosis tambahan setengah dari dosis
awal sesuai kebutuhan.
Untuk sedasi dan analgesik dosis yang dianjurkan
adalah 0,2-0,8 mg/kgBB IV dan untuk mencegah nyeri
dosis yang dianjurkan adalah 0,15-0,25 mg/kgBB IV.
MIDAZOLAM
Obat golongan benzodiazepine yang berinteraksi
dengan reseptor GABA di sistem saraf pusat.
Benzodiazepine berikatan dengan reseptor untuk
meningkatkan konduktifitas membran terhadap ion
klorida perubahan polarisasi membran sehingga
menghambat fungsi normal neuronal.
Efek midazolam yang paling penting efek hipnotik
dan sedatif, serta efek amnesia
Benzodiazepine pemulihan lebih lama, tetapi
amnesia anterograd yang ditimbulkannya
bermanfaat mengurangi kecemasan pascabedah
Waktu paruh distribusi 7 15 Dosis premedikasi dewasa
menit & waktu paruh eliminasi 2 0,05 0,1 mg/kgBB,
4 jam. disesuaikan dengan umur
Potensi yang tinggi dan waktu dan keadaan pasien. Dosis
aksi yang lebih pendek membuat lazim adalah 5 mg.
midazolam menjadi pilihan yang Pada orang tua dan pasien
baik untuk digunakan. lemah dosisnya 0,025-0,05
Midazolam ditransformasikan mg/kgBB.
dan dieksresi melalui urin.
Pada anak umumnya
Metabolisme dilakukan di dalam
digunakan oral 0,5 mg/kg,
hepar.
30 menit sebelum induksi.
Pada pasien dengan gagal ginjal,
fungsi kerja sedasi pada
midazolam relative lebih panjang
oleh adanya akumulasi dari -
hydroxymidazolam
Farmakodinamik
Sistem kardiovaskular Sistem respirasi
Tekanan darah, volume Benzodiazepine
curah jantung dan tahanan mendepresi respon
pembuluh darah perifer ventilasi secara minimal,
cenderung akan sedikit dengan mengurangi
menurun. Hal tersebut respons ventilasi terhadap
terjadi akibat oleh CO2.
menurunnya tonus vagal Golongan ini dapat
(drug-induced vagolysis) membuat
kegawatdaruratan
nafaspemakaiannya
perlu dipertimbangan bila
ingin diimbangi dengan
golongan opioid karena
dapat apnea
FENTANYL
Golongan opioid yang sering
digunakan dalam TIVA. Mulai
kerjanya cepat, yaitu dalam 2-3
Dosis 1-3 ug/kgBB analgesinya menit (IV), tetapi singkat, hanya
berlangsung 30 menit
30 menit.
Dosis besar 50-75 g/kgBB digunakan
untuk induksi anestesia dan Fentanyl bekerja pada reseptor
pemeliharaan anestesia dengan yang memiliki efek klinis pada
kombinasi benzodiazepin dan anestetik
inhalasi dosis rendah, pada bedah analgesi supraspinal dan spinal.
jantung. Reseptor 1 memerantai
Untuk dosis maintenance dapat analgesia, euphoria dan rasa
digunakan 2-10 g/kgBB/jam tenang. Reseptor 2
menyebabkan hipoventilasi,
bradikardia, pruritus,
penglepasan prolaktin, dan
ketergantungan fisis.
Fentanyl secara tunggal
ditransformasi di hepar
Farmakodinamik
Sistem kardiovaskuler Sistem respiratori
Opioid tidak terlalu Golongan opioid dapat
mempengaruhi tekanan membuat depresi nafas
darah kecuali pada dosis oleh efek penurunan laju
yang sangat tinggi. Dalam nafas dengan cara
hal ini dapat terjadi menurunkan sensitivitas
hipotensi dan bradikardia. neuron pusat pernapasan
Tekanan serebrospinal terhadap CO2.
dapat meningkat karena Depresi nafas terjadi
vasodilatasi pembuluh setelah mencapai kadar
serebral akibat depresi tertentu dan akan
pernapasan dan retensi meningkat dengan
CO2 peningkatan dosis.
Sistem serebral
Golongan opioid secara
keseluruhan menimbulkan
penurunan konsumsi O2 di otak,
penurunan aliran darah otak dan
tekanan intrakranial,.
Sistem gastointestinal
Opioid memiliki efek EEG yang
Opioid menurunkan kecepatan
minimal bila diberikan pada
pengosongan lambung oleh karena
dosis tinggi sehingga timbul efek
penurunan
peristaltikmenghilangkan diare. kejang dan kekakuan otot.
Pada pemakaian jangka panjang, Euforia yang ditimbulkan opioid
opioid dapat menyebabkan akibat stimulasi dari
konstipasi. tegmentum ventral.
Opioid dapat menyebabkan mual
muntah karena menstimulasi secara
langsung chemoreceptor trigger
zone (CTZ) pada area postrema yang
menyebabkan muntah
Teknik Anestesi Umum Intravena
Persiapan pasien Persiapan alat (STATICS)
Anamnesis Scope: Laringoskop yang
terdiri dari blade dan lampu,
Pemeriksaan fisik
stetoskop
Pemeriksaan penunjang Tube : ETT
Klasifikasi status penderita Airway: Pipa orofaring dan
dengan ASA pipa nasofaring
Kesimpulan Tape : Plaster untuk fiksasi
Instruksi ETT
Intraducer : mandrin
Connector : penghubung
pipa dengan mesin anestesi
Suction
Persiapan obat: (premedikasi, induksi, maintanance)
Premedikasi
Analgesik : fentanyl /petidin /morfin
Sedatif : midazolam /diazepam
/dehydrobenzodiazepin
Hipnotik : ketamin /pentotal
Antikolinergik: sulfat atropin (SA)
Anti emetik : ondancetron /ranitidin
Induksi
Propofol /pentotal /ketamin
Pemberian premedikasi
Premedikasi digunakan sesuai tujuan;
Menenangkan pasien (sedasi) berikan Midazolam (0,1
mg/KgBB) / Diazepam (0,1 mg/KgBB)
Mengurangi nyeri (analgetik) digunakan fentanyl 1-3
mcg/KgBB / petidin 1-2 mg/KgBB / morfin 0,1 mg/KgBB
Bila tekanan darah meningkat dapat diberikan Clonidin
HCl (Catapress)
Bila mual muntah dapat diberikan ondancentron
/ranitidin /simetidin.

Premedikasi di ruangan maupun di ruang operasi,


melalui oral (efek tercapai 1-2 jam), IM (efek tercapai 30-
40 menit) dan IV (efek tercapai 2-3 menit)
Induksi
Tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi
tidak sadar. Induksi intravena adalah induksi yg
suntikan ke intravena, disuntikan perlah-lahan
dengan kecepatan antara 30-60 detik.
Obat pilihannya: Propofol (2-2,5 mg/KgBB) /
ketamin (1-2 mg/KgBB) / pentotal (4-6mg/KgBB) /
golongan benzodiasepin; diazepam (0,05-0,2
mg/KgBB) / midazolam (0,15-0,3 mg/KgBB).
Cek refleks bulu mata untuk penilaian adekuat obat
berikan oksigen. Untuk dosis pemeliharaan
dapat diberikan - 1/3 dari dosis induksi, dapat
pula dikombinasi dengan gas anestesi, seperti N20
atau dengan obat anestesi inhalasi isofluran,
enfluran, dan juga sevofluran. Dengan
perbandingan 30:70 / 50:50 / 3:2.
KESIMPUL
AN
Telah dilaporkan pasien An. P, perempuan usia 2 tahun, dengan
luka bakar hampir di seluruh wajah dan jari tangan kanan 30
menit sebelum masuk rumah sakit. Dari alloanamnesis, pasien
terus menangis karena nyeri dan panas diluka bakar. Pada
pemeriksaan fisik diterlihat rambut yang sedikit terbakar dan
luka bakar hampir di seluruh wajah dengan luka terlihat jaringan
dermis yang mengindikasikan luka bakar tingkat 2. Pemeriksaan
darah rutin diperoleh Hb= 10,6 g%, leukosit meningkat menjadi
17.000 mm3, CT dan BT masih dalam batas normal. Pasien
didiagnosis dengan combustion facialis + digiti I-V dextra grade
II + 10%. Penatalaksaan pada pasien ini berupa debridement
dengan anestesi GA-TIVA.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai