HIPERTIROID
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
RSU Cut Meutia Aceh Utara
Disusun Oleh:
Deby Antatifani Ritonga
110611008
Pembimbing:
dr. Mawaddah Fitria, Sp.PD
PENDHULUAN
hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-
kadang disebut tiroktosikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam
(Anonim, 2012).
tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama
periode 20 tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun.
cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia
kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita
yang berusia diatas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat
pada wanita sebesar (1,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa
disebabkan beberapa penyebab antara lain : penyakit Graves (75%), struma toksik
dan lain-lain. Hipertiroid dapat terjadi di daerah endemik maupun cukup yodium,
Hipertiroid lebih banyak pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 1:5,
dan banyak terjadi di usia pertengahan. Tetapi hipertiroid tidak hanya terjadi pada
usia pertengahan, namun di usia anak-anak dan remaja dapat terjadi walau
tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat
terjadi atrial fibrilasi 33 dari 47% pasien dengan umur lebih dari 60 tahun. Serta
kurang dari 1% kasus serangan baru atrial fibrilasi disebabkan hipertiroid. Dan
trikuspid regurgitasi.
peringkat pertama sebagai penyakit yang penting. Kirisi tiroid (Thyroid storm)
mengancam kehidupan yang ditandai dengan dekompensasi dari satu atau lebih
komplikasi penyakit Graves, namun terkadang dapat muncul pada keadaan toksik
multinoduler goiter. Keadaan krisis tiroid juga dapat dipresipitasi oleh keadaan
kehamilan.
Insidensi tiroid storm dikatakan tidak lebih dari 10% (1-2%) pasien yang
dirawat dengan tirotoksikosis. Namun, angka kematian oleh krisi tiroid masih
lebih spesifik, telah menggambarkan sistem poin untuk menilai derajat disfungsi
dari berbagai sistem organ (regulasi suhu tubuh, saraf pusat, pencernaan, dan
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Tn. D
Usia : 29 tahun
Agama : Islam
No. MR : 35.23.47
2.2 Anamnesis
jantung berdebar-debar
sebanyak 10 kali dalam sehari. Keluhan dialami selama 2 hari sebelum masuk ke
rumah sakit. BAB cair dengan sedikit ampas, tidak berlendir maupun berdarah.
BAB cair berwarna kuning kecoklatan, warna seperti cucian beras disangkal.
Pasien juga mengeluh adanya demam 1 hari setelah mencret, sebelumnya tidak
ada demam. Demam hanya 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak
disertai menggigil.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sebanyak 4 kali saat di rumah.
Muntah berisi makanan kemudian cairan kekuningan, tidak ada darah. Muntah
terjadi beberapa jam setelah pasien makan. Perut tidak nyaman terutama di daerah
Terdapat benjolan di leher pasien bagian depan merata dibagian kiri dan
kanan leher berukuran seperti telur ayam. Benjolan tidak merah, tidak nyeri, dan
teraba hangat. Benjolan sudah ada sejak tahun 2013. Dirasa semakin membesar,
awalnya benjolan kecil dan hanya dibagian leher depan kanan, namun setelah 1
tahun benjolan sebelah kiri juga muncul. Benjolan dileher juga disertai dada terasa
juga mengeluhkan sering merasa lelah, sering buang air besar 4-5 kali sehari
namun tidak cair, konsistensi padat lunak berwarna kuning tidak ada keluhan saat
BAB, nafsu makan pasien meningkat dan pasien sering merasa lapar, pasien juga
sering merasa kehausan dan banyak minum. Tidak ada keluhan BAK. Selama 1
tahun terakhir, pasien merasa mata semakin menonjol keluar dan saat tidur mata
setengah terbuka, namun tidak ada tidak ada gangguan dalam penglihatan. Pasien
Benjolan sudah ada sejak tahun 2013. Dirasa semakin membesar, awalnya
benjolan kecil dan hanya dibagian leher depan kanan, namun setelah 1 tahun
benjolan sebelah kiri juga muncul. Satu bulan yang lalu pasien kontrol ke poli
bedah RSU Cut Meutia dengan keluhan bejolan dileher, setelah dilakukan
Adik pasien juga mengalami keluhan yang sama muncul sejak 1 tahun
Pasien 1 bulan terakhir rutin mengkonsumsi obat dari poli bedah. Obat
7. Riwayat kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia muda, sekitar lebih dari 5
tahun, dan masih tetap merokok. Pasien merupakan penikmat seafood dan ikan
asin.
8. Anamnesis umum
c. Keluhan di leher
Nyeri : ada
Muntah-muntah : ada
g. Keluhan lain
1. Kesan Umum
a. Keadaan umum
Berat badan : 70 kg
b. Keadaan sirkulasi
Isi : penuh
Irama : reguler
Suhu : 37,0 C
c. Keadaan pernafasan
2. Pemeriksaan khusus
A. Kepala
a. Tengkorak : normocephali
b. Muka : normal
c. Mata
Kornea : normal
Refleks kornea: kiri normal /kanan normal
Pupil : isokor
d. Telinga: normal
e. Hidung
f. Bibir
h. Lidah
Permukaan : licin
j. Rongga leher:
- Inspeksi
- Palpasi
D. Pemeriksaan thorax
1. Thoraks depan
Inspeksi
Pergerakan : normal
Skeletal : normal
Kulit : normal
Palpasi
Kulit : hangat
Mammae : normal
Iktus kordis
Irama : reguler
Perkusi
- Paru-paru
Kanan : sonor
Kiri : sonor
- Cor
- Paru-paru
- Cor
2. Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : normal
Pergerakan : simetris
Perkusi
dextra
Auskultasi
Paru-paru
Inspeksi
Bentuk : normal
Kulit : normal
Palpasi
Hepar
Lien
Ginjal
Perkusi
Asites
Auskultasi
F. Lipat paha:
Inspeksi
Bentuk : normal
Pergerakan : tremor
Palpasi
H. Sendi
Inspeksi
Palpasi: normal
I. Neurologis
Reflex fisiologi
3. Pemeriksaan Laboratorium
18 April 2016
Darah Rutin
Hb 13,7 g % 13-18
LED - <15
MCV 81 fl 76-96
MCH 27 pg 27-32
Urin Rutin
Makroskopis
pH 6 4,6-8,0
Bilirubin - Negatif
Protein - Negatif
Keton - Negatif
Nitrit - Negatif
Mikroskopis
Bakteri -
Jamur/yeast -
Kristal -
Torak/cast
19 April 2016
Seroimmunologi
T4 60-120 mol/L -
4. Pemeriksaan EKG
Interprestasi
Irama : sinus
Regularitas : reguler
Aksis : Normoaxis
Gelombang P : 0,08 s
Interval PR : 0,16 s
Interpretasi:
Thyroid dextra:
batas tegas, multipel, ukuran salah satunya 9,46 mm, pada CFM tampak
hypervaskular
Thyroid sinistra:
hypervaskular
Index wayne
2.6 Terapi
Non farmakologi
a. Tirah baring
b. Diet MB
c. Berhenti merokok
Farmakologi
a. IVFD RL 20 gtt/i
d. PTU 3x100 mg
e. Propanolol 2x10 mg
f. Clobazam 1x10 mg
Tindakan invasif:
a. Tiroidektomi
b. Yodium radioaktif
2.7 Prognosis
yang sering. Pengobata dengan Yodium radioaktif relatif cepat dan jarang
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher
bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin
yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari
lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan
trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh
suatu jembatan jaringan ismus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di
leher, dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari ismus di
sampai trokalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan ileh ismus.
Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan basis di bawah cincin trakea 5
atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang lebih kurang 5 cm, lebar 3 cm, dan
dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10
sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat
tinggi (lebih kurang 5ml/menit/gram tiroid, kira-kira 50x lebih banyak dibanding
sternothyroideus dan musculus sternohyoideus) kanan dan kiri yang bertemu pada
midline.Otot-otot ini disarafi oleh cabang akhir nervus kranialis hipoglossus
desendens dan yang kaudal oleh ansa hipoglossus. Pada bagian superfisial dan
sedikit lateral ditutupi oleh fasia kolli profunda dan superfisial yang membungkus
simpatikus, dan arteri tiroidea inferior. Bagian posterior dari sisi medialnya
terletak dibelakang trakea dan laring sedangkan nervus rekuren laringeus terletak
Unit struktural dari tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat, berupa
ruangan bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk gepeng, kubus
oleh aktivitas fungsional kelenjar tiroid itu sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan
inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan menjadi kubus atau kolumnar bila
dengan aktivitas fungsional, sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak
keganasan. Pada keadaan yang belum jelas diketahui penyebabnya, sel-sel folikel
ini akan berubah menjadi sel-sel yang besar dengan sitoplasma banyak dan
dipengaruhi oleh TRH dan TSH dari hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon
terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. Proses yang dikenal sebagai
masuk ke dalam sel folikel dengan bantuan iodine pump. Iodine yang sudah
sampai ke koloid akan berikatan dengan tiroksin yang terkandung dalam globulin
(Agamemnon, 2001).
kemudian dilepaskan ke dalam darah sedangkan iodine yang terikat pada MIT dan
kelenjar tiroid dan meningkatkan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid. Dalam
keadaan fisiologis, faktor yang diketahui dapat meningkatkan sekresi TRH dan
TSH dalam darah adalah rasangan udara dingin pada bayi baru lahir untuk
melalui TRH atau TSH melainkan melalui jalur simpatis. Respon terhadap
kenaikkan kadar hormon tiroid di dalam darah dapat dideteksi setelah beberapa
jam. Durasi kerjanya bisa sangat lama oleh karena responsnya akan tetap
berlangsung sampai konsentrasi hormon tiroid di dalam darah normal dan juga
3.2.1 Definisi
penyakit graves, dengan nodul toksik soliter dan goiter multinodular toksik
3.2.2 Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu
fungsional)
3.2.3 Klasifikasi
kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus. Graves disease
lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada
berbagai usia, terutama pada usia 20-40 tahun. Faktor keturunan juga dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan
tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5-10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan.
3.2.4 Patofisiologi
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar
daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal
juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
terdesak keluar.
Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang
usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak.
Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat.
terhadap katekolamin
makan baik)
7. Gangguan reproduksi
9. Cepat letih
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
3. Bebas T4 (Tiroksin)
4. Bebas T3 (Triiodotironin)
hiperglikemia.
INDEX WAYNE
bertambah berat
2. Berdebar +2
3. Kelelahan +2
6. Keringat berlebihan +3
7. Gugup +2
1. Tyroid teraba +3 -3
2. Bising tyroid +2 -2
3. Exoptalmus +2 -
5. Hiperkinetik +4 -2
6. Tremor jari +1 -
7. Tangan panas +2 -2
8. Tangan basah +1 -1
9. Fibrilasi atrial +4 -
< 80x/menit - -3
80-90 x/menit - -
>90 x/menit +3 -
25-34
35-44
45-54
>55
2. Psicological Presipitastion -5
3. Frequen Cheking -3
5. Increased Appatie +5
6. Goiter +3
8. Exoptalmus +9
9. Lid Retraction +2
0
10. Find fingger tremor +7
80-90 +8
<80 0
Eutyroid (-11)-(+23)
Prob.Hipertiroid (+24)-(+39)
Def.Hipertiroid (+40)-(+80)
3.2.7 Penatalaksanaan
a. Konservatif
simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka manifestasi klinis tersebut
pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propranolol
dosis 40-200mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol stelah 4-8
minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali : memantau gejala
dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat
anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih
dihentikan, dan dinilai apakah terjadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1
tahun obat antitiroid dihentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
Lama terapi dengan obat-obat anti tiroid pada penyakit hipertiroid atau
graves diseases (tirotoksikosis) cukup bervariasi dan dapat berkisar dari 6 bulan
2) Pasien dikontrol dengan obat anti tiroid dosis yang relative kecil
pemberian liotironin.
b. Surgical
1. Radiaktif iodine
2. Tiroidektomi
membesar.
3.2.8 Komplikasi
tiroktosis (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 106 F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan
kematian.
gangguan pertumbuhan.
c. Krisis Tiroid
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan
Sering terjadi pada pasien dengan hipertiroid yang tidak diberikan terapi
atau mendapat terapi yang tidak adekuat, dan dipicu oleh adanya infeksi, trauma,
pembedahan tiroid, atau diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Paling sering
terjadi pada pasien dengan penyakit Graves, tiroiditis, dan struma multinodosa
toksik.
Etiologi :
Graves Disease
Tiroiditis Hashimoto
Demam
koma
(pria)
dada, takikardi.
ditandai dengan pembesaran kelenjar yang difus dan dapat dijumpai bruit,
Kriteria Skor
Suhu 37,2o-37,7oC 5
Suhu 37,80-38,2oC 10
Suhu 38,3o-38,8oC 15
Suhu 38,9o-39,3oC 20
Suhu 39,4o-39,9oC 25
Tidak ada 0
Gelisah 10
Delirium 20
Disfungsi Gastrointestinal
Tidak ada 0
Ikterik 20
90-109 5
110-119 10
120-129 15
130-139 20
140 25
Tidak ada 0
Ringan (udem) 5
Fibrilasi Atrium
Tidak ada 0
Ada 10
Tidak ada 0
Ada 10
Skor total : > 45 thyroid storm, 25-44 Impending storm, < 25 Storm unlikely
Diagnosis :
Jika gambaran klinis sama dengan krisis tiroid, terapi tidak boleh ditunda.
Laboratorium :
Pengobatan :
mencegah konversi dari T4 menjadi T3, dan terapi pendukung pada pasien dengan
kegawatdaruratan.
Terapi suportif
dehidrasi.
Diberikan jika gejala krisis tiroid sudah teratasi. Perbaikan gejala biasanya
Prognosis :
Krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka kematian
pencetus atau penyakit yang mendasari terjadinya krisis tiroid. Dengan diagnosis
yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan baik.
BAB 4
KESIMPULAN
kardiovaskuler.
Cooper DS, Greenspan FS, Ladenson PW. The Thyroid Gland. Dalam : Gardner
DG, Shoback D, editor. Greenspans Basic & Clinical Endocrinology.
Edisi 8. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc ; 2007
Lal G, Clark OH. Endocrine Surgery. Dalam : Gardner DG, Shoback D, editor.
Greenspans Basic & Clinical Endocrinology. Edisi 8. USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc ; 2007
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Dalam : Rachman LY,
editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :EGC ; 2007
Otto CM. Valvular Heart Disease. Dalam : Libby P, editor. Braunwalds Heart
Disease. Edisi 8. Philadelphia : Saunders Elsevier ; 2008
Schraga ED. Hyperthyroidism , thyroid storm , and Graves disease. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/324556-print.