Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

Skrining Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun

Disusun oleh:
Nabila Edward
030.14.131

Pembimbing:
dr. Andri Firdaus , Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 1 Oktober - 8 Desember 2018
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat kasih dan
karuniaNya, saya dapat menyelesaikan makalah yang Skrining Perkembangan Anak
Usia 0-5 Tahun ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Kesehatan Anak Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum
Daerah Karawang.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada:
1. dr. Andri Firdaus , Sp.A yang telah membimbing penulis dalam penyusunan
makalah.
2. Dokter serta Staf SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Karawang
3. Teman-teman kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Karawang yang turut
membantu penyelesaian makalah ini.
4. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
saya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk ikut memperbaiki
makalah ini agar dapat bermanfaat untuk pembaca dan masyarakat luas.

Jakarta, Oktober 2018

Penyusun
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN
REFERAT

Judul:

Skrining Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun


Nama : Nabila Edward
NIM : 030.14.131

Telah disetujui untuk dipresentasikan

Pada Hari.................., Tanggal ........................................ 2018

Karawang, Oktober 2018


Pembimbing,

dr. Andri Firdaus, Sp.A


BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam


struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.1
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia
dini, yaitu dari 0 - 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”.
Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi
kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat
meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelainan yang
bersifat permanen dapat dicegah.3
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari
seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh
kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi
yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan
berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.
Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh
kembang anak juga perlu dieliminasi. 5 Angka kejadian terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan di amerika serikat mencapai 15-18%. Keadaan ini
memburuk diikuti tingginya angka tidak lulus sekolah akibat kekurangan kemampuan
untuk mengikuti yang mencapai 7-10%. Gangguan tumbuh kembang sendiri di
Indonesia masih tidak terdapat data yang akurat mengenai angka prevalensi hal ini.6
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek
fisik, psikologi, dan sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang
tua.5 Selain itu pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui
kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki oleh
orang tua, guru, dan masyarakat. 6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel, serta
jaringan interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau keseluruhan. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur
dengan menggunakan satuan panjang dan berat.7
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, sehingga bersifat kualitatif, yang
pengukurannya jauh lebih sulit dibanding dengan pengukuran pertumbuhan.7
Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik,
Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial), periode ini merupakan
kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai  dengan terjadinya
perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan
perilaku), psikososial serta diikuti oleh perubahan-perubahan yang lain.8
Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip cephalocaudal dan
proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian dimana pertumbuhan
yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran
secara bertahap bekerja dari atas kebawah, perkembangan sensorik dan motorik juga
berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian
atas sebelum mereka menggunakan tubuh bagian bawahnya.8

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


2.2.1 Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Namun melalui instruksi genetik yang terkandung dalam sel
telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.1

2.2.2 Faktor Eksternal/Lingkungan


Faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan yakni
lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial. Secara garis besar faktor lingkungan
di bagi dua, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih
dalam kandungan (prenatal) dan faktor lingkungan setelah lahir (postnatal). 3 Paparan
terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan
kongenital mata dan jantung. Ibu yang mengalami infeksi pada trimester pertama dan
kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dan
penyakit menular seksual dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak,
bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.9

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3
kebutuhan dasar yaitu:1
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
a. pangan/gizi
b. perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
yang teratur, pengobatan
c. pemukiman yang layak- kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
d. pakaian
e. rekreasi, kesegaran jasmani dll
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental atau psikososial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya

2.3 Penilaian Tumbuh Kembang


2.3.1 Antropometri
a. Berat Badan
Berat badan (BB) merupakan salah satu antropometri yang memberikan
gambaran tentang masa tubuh (tulang, otot dan lemak). Berat badan dipakai sebagai
indikator terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak karena
sensitif terhadap perubahan, pengukuran objektif dan dapat diulangi, relatif murah,
mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.10

b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Tinggi badan juga merupakan ukuran antropometri kedua yang
penting, keistimewaannya adalah nilai tinggi badan terus meningkat, walaupun laju
tumbuh berubah pesat dari masa bayi kemudian melambat dan menjadi pesat lagi
(growth spurt) pada masa remaja.10
c. Lingkar Kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil.
Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali), maka
menunjukkan adanya retradarsi mental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada
cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga
LK lebih besar dari normal.1 Hasil pengukuran LK dicatat pada grafik lingkaran
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak menggunakan grafik Nellhaus.11

2.4 Menurut Depkes, aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau:6


a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengawasi sesuatu, menjepit, menulis dan
sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah
selesai bermain), berpisah dengan ibu/ pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
2.5 Tahap Perkembangan Anak Menurut Usia

Usia 1-2 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• Merangkak • mengambil benda kecil dengan ibu jari
• berdiri dan berjalan beberapa atau telunjuk
langkah • membuka 2-3 halaman buku secara
• berjalan cepat bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh • menyusun menara dari balok
• merangkak di tangga • memindahkan air dari gelas ke gelas
• berdiri di kursi tanpa pegangan lain
• menarik dan mendorong benda- • belajar memakai kaus kaki sendiri
benda berat • menyalakan TV dan bermain remote
• melempar bola • belajar mengupas pisang

Usia 2-3 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1 tangan
• berjalan mundur dan jinjit • menggambar garis tak beraturan
• menendang bola • memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur • belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak tangga • mengancingkan baju
terakhir • memakai baju sendiri
• berdiri dengan 1 kaki

Usia 3-4 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki • menggambar manusia
• berjalan menyusuri papan • mencuci tangan sendiri
• menangkap bola besar • membentuk benda dari plastisin
• mengendarai sepeda • membuat garis lurus dan lingkaran cukup
• berdiri dengan 1 kaki rapi

Usia 4-5 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat • menggunting dengan cukup baik
• seimbang saat berjalan mundur • melipat amplop
• melompati rintangan • membawa gelas tanpa menumpahkan
• melempar dan menangkap bola isinya
• melambungkan bola • memasikkan benang ke lubang besar

2.6 Skrining Tumbuh Kembang

1. Denver
Denver II adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. Denver II memenuhi
semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah
dan cepat (15−20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi.
Denver II lebih menyeluruh tapi ringkas, sederhana dan dapat diandalkan, yang
terbagi dalam 4 (empat) sektor, yakni:1
a. Sektor personal sosial (kemandirian bergaul)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan


berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Sektor fine motor adaptive (gerakan-gerakan halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,


melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

c. Sektor language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah


dan berbicara spontan

d. Sektor cross motor (gerakan - gerakan kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

 Tujuan 14
a. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.
b. Menilai tingkat perkembanban anak yang sehat.
c. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala,
kemungkinan adanya kelainan perkembangan.
d. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.
e. Memantau anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.

 Persiapan15
1. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak
bising, dan bersih.
2. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.
3. Formulir Denver II.
4. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125
gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring
fungsi.
5. Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam
bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
6. Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24
bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
7. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas
kemampuan perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus
pada tugas perkembangan tersebut.
8. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak
sebelah kiri, contohnya R (report) artinya tugas perkembangan tersebut dapat
lulus berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh anak, tetapi apabila
memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan
oleh anak.
9. Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor
yang ada pada formulir.
10. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.
11. Menjelaskan pada orang tua bahwa Denver II bukan test IQ.
12. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama test.
 Cara Pemeriksaan Denver II15
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun.
2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal
tugas perkembangan pada formulir DDST.
4. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang lulus (P =
Passed) dan berapa yang gagal (F = Fail).
5. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,
Meragukan dan tidak dapat dites.
a. Abnormal
 Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
 Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
Plus 1sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia
 Konsultasikan ke dokter Spesialis Anak Tumbuh Kembang untuk
tindakan selanjutnya
b. Meragukan
 Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
 Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
 Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor
sesaat seperti takut, keadaan sakit atau kelelahan
c. Tidak dapat dites
 Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
 Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu

d. Normal
 Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
 Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
 Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya

 Interpretasi Skor Denver II16


Denver II perkembangan ditest sesuai dengan penilaian yang diberikan pada
balok P (lulus), F (gagal), R (menolak) dan No (tidak mendapat kesempatan
untuk melaksanakan tugas).
1. Lebih/Advance
Bila anak lulus melakukan tugas yang terletak disebelah kanan garis umur,
perkembangan anak dinyatakan lebih pada tugas tersebut.
2. Berhasil/O.K
Bila anak gagal melakukan tugas yang terletak disebelah kanan garis umur
dinilai normal, demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak
(R) pada tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil
25 dan 75, maka dikategorikan normal.
3. Peringatan/Caution
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan,
dimana garis umur terletak lengkap disebelah kiri garis umur.
4. Keterlambatan/Delay
Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas yang terletak lengkap
disebelah kiri garis umur.
5. Tidak ada kesempatan/No opportunity
Bila orang tua melaporkan anaknya tidak mempunyai kesempatan
mencoba suatu tugas dinilai nol. Namun tidak dimasukkan dalam
interpretasi tes secara keseluruhan.
2. KPSP

KPSP (Kuesioner Pra-skrining Perkembangan) adalah instrumen yang


digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Tujuan skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal atau
tidak. Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9,
12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Bila orang tua datang
dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar
jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat yang lebih muda.17

 Cara menggunakan KPSP menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2012:18

1. Pada waktu skrining anak harus dibawa.


2. Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak
lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi
3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.
Contoh: “dapatkah bayi makan kue sendiri?”
b) Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “pada posisi bayi anda terlentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan–lahan ke posisi
duduk”
5. Baca dulu dengan baik pertanyaan–pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau
ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
6. Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu
7. Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
8. Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

 Interpretasi hasil KPSP18


1. Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang–kadang)
2. Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
3. Bila jawaban YA = 9−10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
4. Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
5. Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
6. Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja
Untuk anak dengan perkembangan SESUAI (S)
1. Orang tua atau pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik
2. Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak
3. Keterlibatan orang tua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak
usah mengambil moment khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan
sehari–hari yang terarah
4. Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu
Untuk anak dengan perkembangan MERAGUKAN (M)
1. Konsultasikan nomor jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang
diberikan lebih sering
2. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan
anak
3. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter atau dokter
spesialis anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang
menghambat perkembangannya
4. Lakukan KPSP ulang setelah dua minggu menggunakan daftar KPSP yang
sama pada saat anak pertama dinilai
5. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah
bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan dua minggu dan ia hanya bisa
7-8 YA. Lakukan stimulasi selama dua minggu. Pada saat menilai KPSP
kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah
berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.
6. Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi
7. Bila setelah dua minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8
jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah
sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang.
3. Milestone6

Kartu perkembangan motorik anak merupakan kartu yang digunakan Depkes


dan dokter anak. Kurva perkembangan anak yg hanya mencantumkan satu titik
kemampuan gerak anak yang merupakan hasil perhitungan modus sejumlah anak
pada umur tertentu.

Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik yang dikembangkan oleh Depkes:


4. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale7

Berfungsi menaksir kondisi bayi, refleks dan interaksi. Skala ini digunakan
untuk anak umur neonates

5. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale8

Berfungsi menaksir stadium sensorimotor menurut Piaget, yang digunakan


pada anak umur 0-2 tahun.Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam
periode:
a. Refleks (umur 0-1 bulan). Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks,
spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan. Contoh: refleks menangis,
mengisap, menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya,
dan lain-lain.
b. Kebiasaan (umur 1-4 bulan). Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-
coba dan mengulang-ulang suatu tindakan. Contoh: seorang bayi
mengembangkan kebiasaan mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat
mengangkat tangannya ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya
bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan kembali. Maka itu,
terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari.
c. Reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan). Pada periode ini, seorang
bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di
sekitarnya. Misal, diatas ranjang,seorang bayi diletakkan mainan yang
akan berbunyi jika talinya dipegang. Suatu saat ia main-main dan menarik
tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka, ia akan
menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama.
d. Koordinasi skemata (8-12 bulan). Seorang bayi mulai membedakan antara
sarana dan hasil tindakannya. Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi
letakknya jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut.
e. Eksperimen (12-18 bulan). Mulainya anak memperkembangkan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen. Contoh: anak diberi
makanan yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan
makanan itu dan memakannya.
f. Representasi (18-24 bulan). Seorang anak sudah mulai menemukan cara-
cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi
juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Misal: Lauren
mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak berhasil karena pintu disangga
oleh sebuah kursi diseberangknya. Ia pergi di sisi lain dan memindahkan
kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak melihat. Dari kejadian
tersebut, tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila penyebab
pintu itu adalah sesuatu yang berada dibelakangpintu tersebut, meskipun
ia tidak melihat.

6. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale9


Berfungsi terutama menaksir perkembangan motorik pada tahun pertama
dengan beberapa perkembangan sosial dan bahasa, digunakan pada umur 4
minggu ke 3,5/6 tahun. Tes ini bertujuan untuk menentukan tahap kematangan
dan kelengkapan kegiatan suatu sistem yang sedang berkembang. Tes ini tidak
hanya meninjau aspek diagnostik, tetapi juga aspek prognosis dan
kemungkinan pengobatannya.
7. Bayley Infant Scale of Development9
Berfungsi menaksir perkembangan motorik dan sosial, digunakan pada usia 8
minggu – 2,5 tahun. Tujuan dari program diagnosik perkembangan ini adalah
untuk menentukan kemampuan perkembangan mental dan motorik seorang
anak, dan mencari penyimpangan dari perkembangan yang normal. Skala ini
dibagi menjadi 3 bagin yang saling melengkapi, yaitu : mental scale, motoric
scale dan infant behavior record.

8. Yale Revised Development Test12


Berfungsi menaksir perkembangan motorik kasar, motorik halus, adaptif,
perilaku sosial dan bahasa, diguanakn pada usia 4 minggu – 6 tahun.

9. Geometric Forms Test13


Berfungsi menaksir perkembangan motorik halus dan intelektual. Tes ini
merupakan suatu prosedur yang sederhana untuk mengetahui kemampuan
anak-anak umur 2 ½ tahun sampai 7 tahun dengan cara meniru bentuk
geometrik yang sederhana. Tes ini dapat sebagai indikator perkembangan
intelegensia dan perkembangan motorik halus.
BAB III

KESIMPULAN

Pertumbuhan (growth) adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan


dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam
arti sebagian atau menyeluruh. Dan perkembangan (development) ialah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, sehingga bersifat
kualitatif, yang pengukurannya jauh lebih sulit dibanding dengan pengukuran
pertumbuhan.

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum di golongkan


menjadi tiga kebutuhan dasar : yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan akan
emosi atau kasih sayang (asih) dan kebutuhan akan stimulasi (asah).
Untuk menilai pertumbuhan anak, digunakan ukuran antropometrik, misalnya
berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Sementara, untuk
mengukur tingkat perkembangan anak dapat menggunakan Denver II, KPSP,
milestone, Bayley, Brazelton dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2012


2. Irwanto. Penyimpangan tumbuh kembang anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNAIR. Surabaya: 2006
3. Chamidah Nur Atien. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak. 2009. Yogyakarta. FK UNY.
4. IDAI. Buku Pelatihan Denver II. Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang
/Pediatri Sosial. Jakarta. 1-11
5. Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI.
Jakarta. 192 : 6 – 18.
6. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Depkes RI.
Jakarta. 2006. 1-14.
7. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, dkk, penyunting. Buku ajar 1:
tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto, IDAI;
2002.
8. Santrock JW. Perkembangan masa hidup edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2011
9. Tanuwijaya S. Konsep umum tumbuh kembang. Jakarta: EGC. 2003
10. Suhardjo, Royadi H. Penilaian keadaan gizi masyarakat PAUD pangan dan
gizi. Bogor: 2008
11. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak edisi
2. Jakarta: Sagung seto. 2009
12. Gunadi T, Mayasari H. Skrinning Tumbuh Kembang. Universitas
Muhammadiyah Jakarta: 2012
13. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, dkk, penyunting. Buku ajar 1:
tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto, IDAI;
2002.
14. Heru Santoso Wahito Nugroho, Petunjuk Praktis Denver Developmental
Screening Test, Jakarta : EGC. 2009
15. Suwariyah P. Tes perkembangan bayi/anak menggunakan Denver
Development Screening Test. Jakarta: 2013
16. Wong DL. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 2009.
17. Dhamayanti M. Kuesioner pra skrinning perkembangan (KPSP) anak. Sari
Pediatri. 8 (1): 9-15. 2006.
18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelaksanaan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak tingkat pelayanan kesehatan
dasar. Jakarta: Depkes RI. 2012.

Anda mungkin juga menyukai