“Cold Stress”
Disusun oleh:
Clara Elitha 030.12.060
Nadya Akbarina 030.12.184
Anisa Bella Anggraini 030.13.020
Heni Wahyuningtyas 030.13.227
Pembimbing:
dr. Lie T. Merijanti S., MKK
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi literatur “Cold
Stress”
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Lie T. Merijanti S., MKK selaku pembimbing dalam
penyusunan studi literatur ini, serta kepada dokter-dokter pembimbing lain di
bagian Hiperkes Dan Keselamatan Kerja. Tujuan dari pembuatan studi literatur ini
selain untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembacanya, juga ditujukan
untuk memenuhi tugas Hiperkes Dan Keselamatan Kerja.
Penulis sangat berharap bahwa studi literatur ini dapat menambah
wawasan dan diharapkan, bagi para pembacanya dapat meningkatkan
kewaspadaan mengenai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan hal
tersebut.
Penulis menyadari bahwa studi literatur ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga
tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari
pekerjaannya. Iklim kerja berdasarkan suhu dan kelembaban ditetapkan dalam Kepmenaker No
51 tahun 1999 diatur dengan memperhatikan perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat setiap
hari dan berdasarkan beban kerja yang dimiliki tenaga kerja saat bekerja (ringan, sedang dan
berat).1
Menurut National Institue for Occupational and Safety Health (NIOSH) pekerja yang
terpapar suhu dingin yang ekstrim di lingkungan kerja dapat berisiko mengalami cold stress.
Setiap kali suhu turun dibawah normal dan kecepatan angin meningkat, panas akan dapat lebih
cepat meninggalkan tubuh,sehigga menimbulkan cedera yang berhubungan dengan penyakit
akibat suhu dingin.2
Cold stress adalah reaksi tubuh pada kondisi dingin di tempat kerja,dan terpapar suhu
dingin merupakan ancaman langsung pada tubuh tenaga kerja bisa menyebabkan ketegangan
tubuh atau mental. Terjadi pada suhu < 18 derajat celcius. 3 Cold stress merupakan gabungan
antara kondisi suhu (dingin), kecepatan angin, dan kelembapan yang membahayakan tubuh.4
Cold stress di tempat kerja dapat menyebabkan penyakit dan cedera yang dapat
menurunkan produktivitas. Pekerja dalam konstruksi, pertanian, ekstraksi minyak dan gas,
industri utilitas, pergudangan, penyimpanan dingin, pemrosesan makanan, transportasi, kegiatan
militer, industri perikanan komersial, dan banyak bidang lain yang bekerja di luar ruangan
kemungkinan berrisiko mengalami cold stress dan cold injury.5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak orang di seluruh dunia terpapar pada lingkungan yang dingin, baik di dalam
ruangan misalnya di toko dingin, atau di luar ruangan. Dingin berbahaya bagi kesehatan dan
dapat memengaruhi keselamatan dan kinerja pekerjaan. Dasar untuk penciptaan kondisi kerja
yang aman dan optimal dapat diperoleh oleh penerapan standar internasional yang relevan.
Standar internasional (International Organization for Standardization/ ISO) tersedia untuk
penilaian berbagai jenis cold stress dan dapat dimasukkan dalam program manajemen risiko.6
Pendekatan sistematis untuk evaluasi dan solusi masalah terkait dingin di tempat
kerja terdiri dari program tindakan dalam beberapa langkah. Gagasan prinsip di balik strategi
ini adalah upaya untuk memecahkan masalah yang diamati dengan metode sesederhana
mungkin. Hanya bila masalah menjadi kompleks dan membutuhkan tindakan pencegahan
yang mahal, investigasi dan pengukuran yang komprehensif dilakukan oleh para ahli yang
berkualifikasi. Penilaian risiko dingin di tempat kerja mengikuti prinsip penilaian risiko yang
disajikan dalam ISO 15265 (Gambar 1).6,7
2
Banyak masalah terkait dingin cukup jelas dan mudah untuk dikenali. Proses ini
melibatkan para pekerja, dengan menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan solusi dari
mereka berdasarkan kondisi spesifik di tempat kerja. Perubahan yang diprakarsai oleh
sesama pekerja lebih mudah diperkenalkan dan diterima. Tindakan pada tahap pertama
adalah observasi sederhana terhadap kondisi kerja yang dilakukan secara sistematis.
Pada tahap ini daftar periksa / checklist digunakan untuk sistematis pengamatan
sejumlah faktor risiko terkait dingin. Daftar disajikan dalam bentuk singkat di Tabel 1. Daftar
periksa lengkap dapat ditemukan di ISO 15743. Biasanya perwakilan perusahaan diberikan
pelatihan singkat tentang efek dingin pada manusia dan penggunaan daftar periksa. Inspeksi
dibuat dari tempat kerja dan catatan diambil dalam daftar masalah yang diamati. Pengamat
juga harus mempertimbangkan kasus terburuk, misalnya dengan perubahan kondisi cuaca.
Setiap faktor diamati dan risikonya dinilai dalam tiga level:
- Tidak masalah / no problem: kondisinya dapat diterima dan tidak perlu tindakan
pencegahan
- Sedikit masalah / slight problem: masalah terkait dingin ditemukan dan merusak kondisi
di tempat kerja. Efeknya, bagaimanapun, dinilai sebagai tindakan ringan sampai sedang
dan korektif tidak segera diminta.
- Masalah berat / severe problem: Untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja
dan produktivitas optimal, masalah semacam ini harus segera diselesaikan.
Tabel 1. Faktor risiko terkait dingin untuk diamati dan dinilai selama inspeksi6
b. T a h a p 2 : I n v e s t i
stage6, 7
3
Beberapa masalah mungkin memerlukan pengukuran untuk evaluasi yang lebih
akurat. Risiko tahap kedua penilaian membutuhkan metode evaluasi yang diterapkan oleh
spesialis terlatih, seperti ahli pekerjaan atau ahli kesehatan industri. Prinsip penilaian pada
tahap 2 adalah tindak lanjuti pada daftar periksa / checklist tahap 1, fokus pada masalah yang
diidentifikasi, menemukan solusi hemat biaya langsung, keputusan tentang kemungkinan
kebutuhan untuk penilaian spesialis (Tahap 3). Serangkaian standar internasional tersedia
untuk tujuan ini (Gambar 2).
Berikut ini merupakan faktor-faktor iklim dingin yang dianalisa pada tahap 2:9
- Udara dingin
Evaluasi stres dingin dengan IREQ (ISO 11079), meliputi pengukuran suhu udara,
pengukuran kecepatan angina, penentuan waktu pemaparan estimasi tingkat aktivitas
(ISO 8996).
4
- Kontak dengan permukaan dingin dengan memegang alat, peralatan dan mesin atau
dengan duduk atau berbaring. Evaluasi pendinginan kontak (ISO 13732) dengan
menentukan suhu permukaan dari bahan yang dikontak, tentukan jenis bahan,
menentukan jenis kontak (menyentuh atau mencengkeram).
- Kontak dengan air, cairan atau bahan lembab.
Cairan memiliki kekuatan pendinginan yang jauh lebih tinggi daripada udara. Kulit basah
akan dingin oleh penguapan dan penanganan cairan secara terus menerus, pada akhirnya
mendinginkan permukaan kulit atau mendekati suhu cairan. Ini menyiratkan bahwa
kondisi basah dan lembab juga pada suhu antara 0 dan +15 ° C dapat menyebabkan
pendinginan tangan dan jari yang cukup. Perhatian khusus harus diberikan pada cairan
dengan titik beku di bawah nol (contoh; Bensin, etanol). Cairan tersebut mengalami
pendinginan dengan konveksi karena suhu rendah dan daya pendinginan tinggi, serta
dengan penguapan cairan.
- Pakaian pelindung dari dingin (bukan untuk tangan, kaki, dan kepala)
Efek pendinginan pada tubuh di lingkungan yang dingin ditentukan oleh insulasi termal
dari pakaian pelindung dingin bekas (clo-value), panas tubuh tersedia dari produksi
energi otot dan metabolisme. Isolasi termal pakaian dapat ditentukan berdasarkan
estimasi dari tabel ansambel serupa (ISO-9920)
5
Pada prinsipnya, efek dingin dapat dipecah menjadi pendinginan seluruh tubuh dan pendinginan
local:6,7
6
membandingkan IREQ dengan insulasi pakaian aktual yang tersedia, dikoreksi untuk
gerakan angin dan tubuh yang sama.6
Gambar 3.
Program untuk IREQ dan Duration limited exposure (Dlim)6
Gambar 3 memberikan nilai IREQ untuk tingkat "kenyamanan" untuk kelas aktivitas
pada Tabel 2. Sudah terlihat bahwa persyaratan isolasi meningkat dengan cepat pada suhu
rendah ketika aktivitas rendah. Pada aktivitas yang sangat tinggi, persyaratan isolasi sangat
kecil.6
7
Tabel 3. Nilai insulasi dasar untuk pakaian pelindung dingin6
ISO 11079 merekomendasikan kontrol suhu jari secara teratur di tempat kerja dan
menyarankan bahwa suhu jari seharusnya lebih tinggi dari 24 ° C untuk menjaga fungsi
tangan yang baik. Kadang-kadang, suhu jari turun hingga 15 ° C mungkin dapat diterima,
tetapi ketangkasan, kekuatan dan koordinasi mungkin menderita dan orang mungkin
mengeluh sensasi sakit. Salah satu sumber pendinginan tangan adalah kontak dengan
permukaan dingin. Menyentuh atau mencengkeram material yang dingin dapat menyebabkan
8
suhu kontak yang turun secara instan dan besar. ISO 13732 memberikan informasi tentang
suhu permukaan berbagai bahan yang dapat disentuh. Tiga kriteria berbeda diberikan untuk
evaluasi - sensasi nyeri, mati rasa dan frostbite.6
Gambar 4 memberikan contoh suhu permukaan bahan yang berbeda yang setelah kontak
dalam waktu singkat dapat mengembangkan mati rasa kulit. Gambar 5 menyediakan suhu
permukaan bahan yang berbeda yang akan menyebabkan rasa sakit ketika digenggam oleh
seluruh tangan.6
Tabel 4. Wind Chill Temperatures untuk kombinasi angin (10 m) dan suhu udara6
9
Indeks angin dingin atau dikenal sebagai Wind Chill Index telah digunakan selama
bertahun-tahun untuk Penelitian baru telah menyediakan indeks baru, Wind Chill
Temperature, yang didasarkan pada pendekatan yang sama (Tabel 4). Wind Chill
Temperature adalah suhu udara dari lingkungan yang seragam di mana seseorang berjalan
dengan kecepatan 4,8 km / jam (kecepatan relatif sekitar 1,33 m / s). WTC digunakan untuk
mengidentifikasi kombinasi angin yang berpotensi berbahaya dan suhu rendah.6,7
B. Penilaian kesehatan8
Suatu program perlu ditetapkan untuk pemeriksaan medis dan pengendalian pekerja
yang dipekerjakan dalam pekerjaan dingin. ISO 12894 dan ISO 15743 menangani aspek
medis paparan dingin. Paparan dingin dapat memicu atau memperburuk gejala orang dengan
diagnosis medis tertentu seperti hipertensi, angina pektoris, Raynaud, dan asma. Pemeriksaan
medis harus diberikan kepada orang-orang yang dipekerjakan di tempat-tempat kerja dingin.
Daftar periksa untuk tujuan ini disediakan dalam ISO 15743.8
Penilaian kesehatan yang terkait dingin mencakup tiga tahap skrining medis yang
dilakukan oleh profesi kedokteran kesehatan kerja. Tiap tahap meliputi identifikasi risiko
kesehatan terkait dingin pada tempat kerja, maupun pemeriksaan kesehatan tiap individu
pekerja.8
10
a. Tahap 1: Pemeriksaan kesehatan
Metode yang digunakan adalah kuesioner berbasis medis yang tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang potensial yang memiliki penyakit yang berkaitan dengan
pilek atau keterbatasan kerja pribadi yang berhubungan dengan pilek. Faktor-faktor yang
akan diidentifikasi adalah, misalnya, sensitivitas terhadap dingin, urtikaria dingin, gejala
pernapasan, gejala kardiovaskular, gangguan sirkulasi perifer, gejala yang berhubungan
dengan jari putih, gejala muskuloskeletal, efek dingin pada kinerja dan terjadinya cedera
dingin lokal. Sebagai hasil dari tahap 1 penilaian, individu-individu dengan kebutuhan
pribadi untuk analisis lebih lanjut sehubungan dengan dingin akan diidentifikasi.8
Tahap 2 sebagian besar dilakukan dengan wawancara dan penyelidikan klinis dari
orang yang diduga memiliki masalah kesehatan individu terkait dingin. Isi wawancara dan
investigasi klinis tergantung pada hasil kuesioner pendahuluan dan spesifik gejala atau
penyakit. Jika penyakit yang berhubungan dengan dingin atau keterbatasan kerja diakui, dan
evaluasi risiko tambahan di tempat kerja mungkin diperlukan.8
Tahap 3; jika masih ada beberapa pertanyaan terbuka tentang status kesehatan
individu atau konsekuensi dingin lainnya, analisis yang lebih rinci di unit ahli rumah sakit
atau bersatu atau laboratorium provokasi mungkin diperlukan. Ketika mengevaluasi aspek
kesehatan, penting juga untuk memanfaatkan informasi yang dihasilkan dari penilaian risiko
di tempat kerja, pemeriksaan risiko pada tahap 1 dan mungkin informasi yang lebih
kuantitatif dari tahap 2 dan 3.8
11
Gambar 6. Hubungan antara penilaian risiko dingin dan penilaian kesehatan8
Manajemen dan pengendalian kesehatan terkait dingin, kinerja kerja dan risiko
keselamatan harus diintegrasikan secara komprehensif dalam kebijakan perusahaan dan juga
dalam manajemen system kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan. Tindakan
pencegahan dilakukan di tempat kerja biasanya oleh delegasi keselamatan kerja, pengawas
dan pekerja. Partisipasi pekerja sangat disarankan. Dengan menggunakan standar, OHSAS
18001, mudah untuk menemukan pedoman untuk manajemen risiko terkait dingin dan
tindakan pencegahan berdasarkan prinsip peningkatan berkelanjutan. Bagian yang
ditunjukkan dalam model manajemen risiko dingin (Gambar 6) harus ditangani di tempat
kerja.10
12
Gambar 7. Model manajemen risiko dingin untuk tempat kerja.10
Cold stress adalah reaksi tubuh pada kondisi dingin di tempat kerja,dan terpapar suhu
dingin merupakan ancaman langsung pada tubuh tenaga kerja bisa menyebabkan ketegangan
tubuh atau mental. Terjadi pada suhu < 18 derajat celcius. 3 Cold stress merupakan gabungan
antara kondisi suhu (dingin), kecepatan angin, dan kelembapan yang membahayakan tubuh. 4
Pekerjaan seperti konstruksi, pertanian, ekstraksi minyak dan gas, industri utilitas,
13
pergudangan, penyimpanan dingin, pemrosesan makanan, transportasi, kegiatan militer,
industri perikanan komersial, dan banyak bidang lain yang bekerja di luar ruangan berisiko
mengalami penyakit dan cedera akibat cold stress. 5
Chilblain adalah hasil dari kerusakan neuronal dan endotel, sering ke puncak kaki dan
tangan, yang disebabkan oleh paparan dingin yang berulang-ulang.5
Trenchfoot merupakan hasil dari paparan berulang ke lingkungan yang dingin dan
basah di atas 32 ° F. Gejala mungkin termasuk gatal, kesemutan, terbakar, bengkak, atau
melepuh. Frostbite adalah ketika suhu tubuh jaringan jatuh di bawah 32 ° F, seperti yang
dapat terjadi ketika pekerja menyentuh bahan kimia atau logam dingin atau memakai
konstriksi pakaian.5
Menurut Wulandari dari hasil penelitian pada 66 pekerja di bagian produksi PT. Sari
Segar Laut Indonesia menunjukan bahwa pekerja yang berada pada suhu dingin 16,4-20,1⁰C
selama 4 jam bekerja mengalami penurunan suhu tubuh hingga mencapai hipotermia
sebanyak 30,4% dengan rata-rata penurunan 0,2⁰C. Selain itu selama 8 jam bekerja, pekerja
yang mengalami penurunan suhu tubuh hingga mencapai hipotermia sebanyak 62,4% dengan
rata-rata penurunan 0,7⁰C. Dilihat dari karakteristiknya proporsi terbesar pekerja yang
mengalami penurunan suhu tubuh adalah perempuan, berusia >32 tahun, memiliki masa
kerja. Menurut penelitian Sandsund dkk dari hasil penelitian terhadap 115 nelayan di
14
Norwegia melaporkan kesehatan mereka sendiri sebagai sangat baik atau baik. 53% (n = 80)
dan 55% (n = 83) pernah mengalami kekakuan dan / atau nyeri pada leher / bahu dan lebih
rendah belakang / kecil dari belakang masing-masing selama yang terakhir 12 bulan. Empat
puluh delapan persen (n = 72) menjawab mereka kadang-kadang atau sering merasa
kedinginan di tempat kerja, sementara 39% (n = 58) menjawab bahwa mereka telah
mengalami kehilangan merasa di jari / tangan mereka dan 14% menderita frostbite.11,12
Faktor resiko yang dapat menyebabkan cidera karena dingin (cold injury) yaitu terkait
agent (suhu dingin), host (manusia), dan lingkungan (angin dingin, kelembaban,durasi
terpajan, jumlah aktivitas, dan pakaian pelindung).13
Beberapa faktor risiko cold injury yang terdapat pada manusia (host) yaitu keadaan
fisik yang buruk, kelelahan, umur (sangat tua atau sangat muda) dimana kurang mampunya
untuk mengatasi suhu dingin, kekurangan asupan kalori, memiliki penyakit baik akut
maupun kronik (penyakit jantung).13
Selain hal tersebut, resiko terkena hipotermi juga dapat terjadi pada seseorang yang
sedang menerima perawatan medis seperti obat tidur, memiliki kelemahan ginjal, penyakit
syaraf yang mempengaruhi hipotalamus atau kelenjar pituitari serta penyakit jantung yang
15
menyebabkan berkurangnya fungsi kerja jantung, serta diabetes dan hipotiroid yang
membuat orang rentan terhadap dingin. Lamanya pemaparan terhadap suhu rendah dapat
menyebabkan frostbite, hypothermia dan trench foot. 13,14
Pada hipotalamus terdapat dua pusat regulasi suhu. Region posterior diaktifkan oleh
dingin dan kemampuan memicu refleks-refleks yang memerantarai produksi dan
penghematan panas. Region anterior diaktifkan oleh panas, memicu reflex-refleks yang
memerantarai pengeluaran panas. Sebagai respon terhadap pajanan dingin, region posterior
hipotalamus memicu peningkatan produksi panas, misalnya dengan menggigil, sekaligus
mengurangi pengeluaran panas yaitu konversi panas melalui vasokonstriksi kulit, terutama
pada bagian akral, dan konduktans suhu tubuh terhadap lingkungan menurun.15
Dengan vasokonstriksi perifer kemampuan isolator kulit dan jaringan subkutan dapat
meningkat sampai enam kali. Vasokonstriksi ini terutama terjadi pada ujung jari tangan dan
kaki. Diperkirakan jumlah darah yang beredar pada jari-jari dapat bervariasi cukup luas dari
0,2120 ml/ menit per 100 gram jaringan, dengan mekanisme suhu jaringan perifer dapat
mendekati suhu lingkungan.16
Dengan mekanisme ini laju metabolik dapat meningkat 2-4 kali dibandingkan dengan
laju metabolik istirahat. Sedangkan kegiatan otot dinamik biasa dapat meningkatkan laju
metabolik sebesar 10 kali lipat atau lebih.16
Terdapat dua jenis jejas akibat suhu dingin, yaitu jejas dingin local (trench foot,
frostbite) dan jejas dingin menyeluruh (hipotermi). Trench foot atau kaki parit terjadi akibat
dari pemaparan kaki secara jangka panjang dengan air dan lumpur pada suhu yang dingin
namun tidak membeku. Perubahan dapat juga terjadi pada bagian lain dari tubuh kita. Respon
awal jaringan terhadap air dingin adalah vasokontriksi. Vasokonstriksi yang berkepanjangan
akan mengakibatkan kerusakan iskemik pada otot dan saraf. Setelah beberapa jam kaki
terendam, maka terjadi paralisis vasomotor, yang mengakibatkan dilatasi yang menetap dan
kerusakan terhadap miikro sirkulasi. Jaringan yang bersangkutan akan membengkak (edem)
dan membiru sehingga tidak jarang dapat terjadi blister. Pada akhirnya dapat terjadi
thrombosis biasanya setelah beberapa hari terendam air, dan terjadi ganggren.18
Frosbite terjadi lebih cepat daripada trench foot, dan terjadi pada bagian tubuh yang
terpapar dengan temperatur beku. Kejadian ini bukan merupakan hal yang tidak lazim pada
negara yang mempunyai empat suhu udara. Bilamana seseorang terperangkap pada udara
dingin yang membeku (misalnya dalam badai salju) tanpa persiapan, maka kecelakaan
tersebut dapat terjadi. Vasokonstriksi, vasodilatasi dan oklusi pembuluh darah oleh sel darah
yang teraglutinasi dan thrombi, akan mengakibatkan nekrosis iskemia pada jaringan yang
terpapar hanya dalam beberapa jam saja. Frostbite ditandai adanya pembekuan jaringan yang
terjadi karena pembekuan kristal intraselluler dan oklusi mikrovaskuler sehingga terjadi
anoksia jaringan. Beberapa dari kerusakan jaringan terjadi akibat reperfusion injury setelah
upaya penghangatan tubuh.19
17
terjadi sebagai respons refleks untuk mengkonservasi panas tubuh. Vasokonstriksi organ-
organ dalam terjadi hanya bilamana temperatur “core” menurun. Setelah beberapa waktu
pemaparan, refleks vasokonstriksi pembuluh darah kulit gagal, sehingga terjadi vasodilatasi
yang luas. Vasodilatasi yang menyeluruh ini mengakibatkan penurunan temperatur “core”,
sehingga terjadi pengumpulan darah (pooling) pada pembuluh darah perifer. Keadaan ini
pada gilirannya akan mengakibatkan volume plasma efektif menurun, dan terjadi kegagalan
sirkulasi.18
Respon tubuh terhadap suhu dingin terutama ketika kondisinya yang lembab dapat
terjadi chiblains. Dimana pada keadaan tersebut suhu dingin dapat memicu sel–sel sistem
kekebalan tubuh yang memenuhi pembuluh darah dan akan berpindah ke jaringan intersisial
sehingga menjadi bengkak. Gejalanya berkembang 12 hingga 24 jam setelah terpapar suhu
dingin. Dimana akan timbul gejala pada ekstremitas yang menjadi sangat gatal, kemudian
membengkak dan merah. Dapat juga terbentuk plak kemerahan dan mungkin juga ada pada
kasus yang lebih parah dapat terjadi bula atau bahkan ulserasi.20
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap
kesehatan dapat mengakibatkan kondisi hipotermia (cidera non freezing) dan beberapa
penyakit yang disebut dengan frostbite, chilblains, dan trench foot (cidera freezing).21
Ada 4 faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya cold stress, yaitu temperatur
dingin, kedinginan angin, kelembaban, dan kedinginan air. Faktor ini baik secara sendiri
maupun bersama – sama dengan factor lainnya dapat menyebabkan panas keluar dari tubuh.
Faktor kedinginan angina (wind chill) dapat meningkatkan efek dari cold stress, dimana
kedinginan angin ini adalah perpaduan dari suhu dan kecepatan. Dan ini sangat penting untuk
menentukan risiko dari cold injury.20,21
1. Hipotermia
18
Hipotermia merupakan penurunan suhu inti tubuh dibawah 35°C. keadaan ini dapat
terjadi pada suhu udara 18,3°C ata suhu air hingga 22,3°C. Saat suhu tubuh menurun meski
hanya beberapa derajat dibawah suhu normal yaitu 37°C, tubuh akan mempertahankan suhu
inti tubuhnya. Hipotalamus bertanggung jawab mengatur suhu inti tubuh dalam merespon
suhu baik panas maupun dingin. Pada saat tubuh terpapar dingin, hipotalamus akan
menjalankan sistem pertahanan tubuh untuk melawan dingin dengan vasokonstriksi
peripheral (menurunkan hilangnya panas) dan kontraksi otot seperti menggigil
(meningkatkan produksi panas). Keadaan menggigil ini akan meningkatkan metabolik tubuh,
pernapasan dan detak jantung. Risiko hipotermia lebih besar pada mereka yang kekurangan
gizi, alkohol, septik, syok, atau yang mobilitasnya dibatasi oleh kecacatan atau cedera oleh
karena kurangnya kemampuan menghasilkan panas dari kontraksi otot.21
2. Frostbite
Frostbite adalah bentuk parah dari cedera jaringan akibat dingin terlokalisir yang
terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah -2°C, dimana kristal es terbentuk pada tingkat sel
yang mengakibatkan disfungsi atau penghancuran sel. Tingkat keparahan berkisar dari
hiperemia dengan edema hingga lepuh, perdarahan vesikula, nekrosis jaringan, dan
gangren.21
19
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang bergantian. Dengan vasodilatasi muncul kembali aliran
darah dan dengan demikian terjadilah pencairan parsial dan refreezing yang paling
menyebabkan kerusakan. Setelah siklus pembekuan / pencairan berulang, fase trombotik
progresif terjadi.20
Frostbite dikategorikan menjadi empat derajat. Pada derajat yang pertama (frostnip),
tampak eritema dengan keluhan mati rasa dan kaku di tempat yang terpajan seperti daun
telinga, pipi, bibir, jari tangan dan kaki. Cedera derajat kedua (superficial frostbite)
menyebabkan pembentukan lepuh (bula) dan perubahan warna pada jaringan menjadi putih
pucat. Lepuh ini terisi dengan cairan bening dalam 24 – 36 jam pertama. Pada derajat ketiga
(deep frostbite) ditandai dengan nekrosis total atau kehilangan jaringan yang menyebabkan
rasa baal, otot atau sendi tidak dapat digerakkan.20
3. Trench foot
Merupakan cidera pada kaki yang terjadi akibat paparan terlalu lama pada kondisi
basah dan dengan suhu antara 0 dan 16 °C. Untuk mencegah kehilangan panas, tubuh
20
meresponnya dengan vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan terhentinya
sirkulasi di kaki. Jaringan kulit mulai mati karena kekurangan oksigen dan nutrisi dan
terjadinya penumpukan produk beracun. Gejala yang dapat terjadi berupa kesemutan, mati
rasa, gatal, bengkak dan sakit. Kaki mungkin mulai merah dan berubah biru. Tingkat
keparahan cedera akan tergantung pada derajat dingin, basahnya jaringan, dan berapa lama
seseorang terpapar dengan kondisi tersebut.20
4. Chilblains
Chilblains yang juga dikenal dengan nama medis perniosis lebih umum terjadi pada
orang tua, tetapi dapat juga terjadi pada kelompok masyarakat atau pekerja di lingkungan
yang lebih dingin, terutama ketika iklim lembab. Chilblains terjadi disebabkan oleh adanya
respon tubuh seseorang terhadap suhu dingin terutama ketika kondisinya juga lembab.
Dingin dapat memicu sel –sel sistem kekebalan tubuh memenuhi pembuluh darah, yang akan
berpindah ke jaringan intersisial sehingga menjadi bengkak. Gejala berkembang 12 hingga
24 jam setelah terpapar dingin. Ekstremitas menjadi sangat gatal, kemudian membengkak
dan merah. Dapat juga terbentuk plak kemerahan dan mungkin juga ada pada kasus yang
lebih parah dapat terjadi bula atau bahkan ulserasi.20
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya chilblains antara lain adalah
tekanan dari sepatu ketat yang dapat membatasi sirkulasi pada kaki, pemanasan kulit dingin
21
terlalu cepat misalnya, menggunakan botol air panas atau duduk sangat dekat dengan api
ketika ekstremitas sangat dingin.20
2. Frostbite
22
Penanganan pada cold injury terbagi atas 3 yaitu yang pertama fase penanganan
pertama (sebelum berada di rumah sakit), fase perawatan di rumah sakit, dan fase perawatan
setelah keluar dari rumah sakit.20,22
3. Trench foot
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengeluarkan orang tersebut dari lingkungan
yang dingin dan basah, menghangatkan anggota tubuh yang terpapar secara perlahan.
Apabila dilakukan penghangatan secara cepat, dapat membuat kerusakan semakin parah.
Pemberian obat penghilang rasa sakit dapat dilakukan untuk meringankan rasa sakit dan
harus melindungi luka dari tekanan. Langkah – langkah lain termasuk membersihkan dan
mengeringkan kaki secara menyeluruh, mengenakan kaus kaki yang bersih dan kering setiap
hari, tidak memakai kaus kaki saat tidur atau beristirahat.20,22
Dalam kasus yang serius, penderita akan merasa sulit untuk berjalan karena mengalami
pembengkakan, rasa sakit, dan lepuh pada kaki. Mereka harus menghindari berjalan dan
mengangkat kaki karena ini akan membantu mengurangi pembengkakan.22
23
4. Chilblains
Berbagai krim dan lotion yang menenangkan peradangan dapat diberikan untuk
meringankan rasa sakit sampai gejala hilang. Diberikan krim steroid yang digunakan untuk
mengurangi rasa gatal dan nyeri, tetapi hanya disarankan untuk penggunaan jangka pendek.
Hindari menggaruk pada daerah lesi, lepuh kecil atau kerusakan pada kulit harus dibersihkan
dengan air dan dijaga agar tetap bersih dan tertutup dengan kasa yang steril.22
24
Menyiapkan jadwal dan stasiun kontrol (di luar ruangan)
Mengatur sistem komunikasi (di luar ruangan)
Area kerja
Melindungi dari kehilangan panas ke permukaan dingin
Meminimalkan kecepatan udara di zona kerja
Menjaga tempat kerja bersih dari air, es dan salju
Tanah pelindung untuk tempat kerja yang tidak bergerak dan berdiri
Pastikan tanah kokoh sebelum mengangkat benda berat
Permukaan licin
25
Hindari material yang licin dan material dengan kualitas gesekan yang berbeda di
ruang yang sama
Memastikan bahwa kemiringan lantai atau tanah cukup untuk mengalirkan air ke
lubang pembuangan
Mencegah penumpukan salju pada entri dengan tempat perlindungan terbuka
Menghilangkan es dan salju dari entri, lorong, lantai dan pesawat kerja, mesin
Pasir dan pertahankan jalan-jalan secara teratur
Gunakan tanda peringatan, jika permukaannya licin
Penerangan
Mengukur pencahayaan dan membandingkan rekomendasi berikut
Menyediakan pencahayaan yang lebih umum atau menggunakan pencahayaan spot
jika diperlukan
Hindari warna dan pandangan lurus ke mata serta pantulan dari permukaan yang
cerah
26
Dengan pakaian baru, pilih pakaian yang diuji
Pilih tingkat isolasi berdasarkan faktor iklim yang diantisipasi dan tingkat aktivitas
Merawat fleksibilitas dalam sistem pakaian untuk memungkinkan penyesuaian isolasi
yang besar
Pakaian harus mudah dikenakan dan dilepas
Mengurangi gesekan internal antar lapisan dengan pemilihan kain yang tepat
Pilih ukuran pakaian luar untuk memberi ruang bagi penyesuaian lapisan tengah
insulatif
Gunakan sistem multi-layer
o Lapisan dalam untuk kontrol iklim mikro
o Dalam keringat berat, lapisan penyerap antara lapisan dalam dan tengah
o Lapisan tengah untuk kontrol isolasi
o Lapisan luar untuk perlindungan lingkungan
Lapisan bagian dalam harus tidak menyerap ke air, jika berkeringat terjadi dalam
pekerjaan
Lapisan dalam dapat menyerap, jika tidak ada atau tingkat keringat rendah terjadi
dalam pekerjaan
Lapisan dalam dapat terdiri dari kain dua fungsi, dalam arti serat yang bersentuhan
dengan kulit tidak menyerap dan serat di sebelah lapisan tengah menyerap air atau
kelembaban
Lapisan tengah harus menyediakan loteng untuk memungkinkan lapisan udara yang
stagnan
Lapisan tengah dapat dilindungi oleh lapisan penghalang uap
Pakaian harus memberikan tumpang tindih yang cukup di daerah pinggang dan
punggung
Lapisan luar harus dipilih sesuai dengan persyaratan perlindungan tambahan, seperti
angin, air, minyak, api, sobek atau abrasi
Desain pakaian luar harus memungkinkan kontrol bukaan yang mudah dan ekstensif
di leher, lengan, pergelangan tangan dll, untuk mengatur ventilasi ruang interior
27
Resleting dan pengencang lainnya harus berfungsi juga dengan kondisi salju dan
berangin
Pakaian harus memungkinkan operasi, juga dengan jari yang dingin dan canggung
Desain harus memungkinkan postur bengkok tanpa kompresi lapisan dan hilangnya
isolasi
Pakaian tangan
Sarung tangan memberikan isolasi keseluruhan terbaik
Sarung tangan atau sarung tangan pengaman harus memungkinkan sarung tangan
tipis untuk dipakai di bawah (ukuran lebih besar)
Selalu siapkan sarung tangan tebal atau sarung tangan dan sarung tangan tipis
Sarung tangan tipis yang diinsulasi dan sarung tangan keselamatan luar
Kenakan pakaian tangan kedap air atau tahan air dalam kondisi basah
Ganti pakaian tangan basah dengan yang kering
Sarung tangan luar hanya dilepas saat melakukan pekerjaan presisi
Eksposur lama yang membutuhkan kerja tangan yang baik, harus dicegat oleh
pemanasan yang sering terjadi
Pemanas saku atau sumber panas eksternal lainnya dapat mencegah atau menunda
pendinginan tangan
Selongsong pakaian harus dengan mudah mengakomodasi bagian sarung tangan atau
sarung tangan - di bawah atau di atas
Pakaian luar harus memudahkan penyimpanan atau memperbaiki pakaian saat dilepas
Alas kaki
Sepatu bot harus memberikan isolasi tinggi ke tanah (sol)
Sol akan memungkinkan fleksi saat berjalan
Sol harus memiliki pola anti-licin dan koefisien gesekan yang optimal untuk
mencegahnya tergelincir
Pilih ukuran boot sehingga dapat mengakomodasi beberapa lapisan kaus kaki dan sol
28
Ventilasi sebagian besar alas kaki buruk, sehingga kelembaban harus dikontrol
dengan penggantian yang sering
Kenakan kaus kaki wol atau campuran wol atau campuran terry, alas liner dan sol
tebal untuk absorbsi kelembapan dan memungkinkan sepatu bot benar-benar kering di
antara shift, perangkat pengeringan alas kaki direkomendasikan
Pertimbangkan kebutuhan alas kaki tahan air
Kaki pakaian harus dengan mudah mengakomodasi bagian dari sepatu bot - di bawah
atau di atas
29
APD digunakan dengan pakaian pelindung dingin
Pastikan sifat kenyamanan dan kompatibilitas APD bila digunakan bersama dengan
dingin pakaian pelindung.
30
BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan sistematis untuk evaluasi dan solusi masalah terkait dingin di tempat kerja
terdiri dari program tindakan. Yang pertama menilai risiko dingin di tempat kerja dalam
beberapa langkah, antara lain adalah dengan observasi, investigasi spesialis, dan evaluasi pakar.
Kedua dapat dinilai dari penilaian kesehatan, dimana dilakukan pemeriksaan medis dan
pengendalian pekerja yang terdiri dari 3 tahap, yakni tahap pemeriksaan kesehatan menggunakan
kuesioner berbasis medis, tahap kedua dilakukan pemeriksaan kesehatan individual dengan
wawancara dan penyelidikan klinis dari orang yang diduga memiliki masalah kesehatan individu,
dan tahap yang terakhir adalah dilakukan analisis kesehatan khusus. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir angka kejadian cold stress pada pekerja dengan suhu rendah.6,7
Kehilangan panas terjadi karena radiasi, konduksi, konveksi (seperti angin mempercepat),
respirasi, dan penguapan. Karena itu, mereka yang bekerja di suhu rendah, angin kencang, dan
pakaian basah atau dengan tubuh basah berisiko tinggi terjadinya penurunan efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah
terhadap kesehatan dapat mengakibatkan kondisi hipotermia (cidera non freezing) dan beberapa
penyakit yang disebut dengan frostbite, chilblains, dan trench foot (cidera freezing).5,21
Setelah memastikan diagnosis cold stress, pengobatan yang cepat diperlukan untuk
mencegah kematian. Pakaian, sepatu maupun sarung tangan yang basah atau lembab harus
dilepaskan secepat mungkin, dan penderita tersebut harus dipindahkan dari ke lingkungan yang
hangat, kering dan terlindung. Melakukan debridasi dan mencegah kontak lebih lanjut pada
daerah lesi. Serta mengurangi tekanan pada daerah kaki maupun daerah yang terpapar agak
mengurangi pembengkakan ataupun kerusakan jaringan.22
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Environmental Ergonomics (ICEE XV) Portsmouth, UK:2015
http://www.extremephysiolmed.com/content/4/S1/A48
13. Rahmawati D K. Pajanan SUhu Dingin dan kejadian Hipotermia pada pekerja Cold
Storage. Digital Repository Universitas Jember: 2017
14. OSHA (Occupational Safety and Health Administration). Cold Stress Guide.
Washington, DC 20210: United States Department of Labor.
https://www.osha.gov/SLTC/emergencypreparedness/guides/cold.html
15. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Keseimbangan Energi dan
pengaturan Suhu Tubuh. Hal 713-16, edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran: EGC 2011.
16. Kukus Y, Supit W, Lintong F. Suhu Tubuh: Homeostasis dan Efek terhadap Kinerja
Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, hal 107-18. Universitas Sam
Ratulangi Manado: 2009.
19. Spector Jordan, Fernandez Wiliam. Chemical, Thermal and Biological ocular
Exposure. Emergency Medicine Clinic of North America. Philadelphia : Boston
University ; 2008.
20. William P and Cheshire Jr. Thermoregulatory disorders and illness related to heat and
cold stress. Autonomic neuroscience: basic and chlinical 196. 2016
21. Chen CJ, Dai YT, Tien Ck et al. Study on the heath hazards of cold stress in the
33
22. Heil K, Thomas R, Robertson G et al. Freezing and Non-freezing cold weather
injuries: a systematic review. Published by Oxford Univercity Press. Vol 117. 2016
23. Occupational Safety and Health Administration. OSHAcademy Course 602 Study
Guide: Heat and Cold Stress Safety. OSHA publications. 2018
34