Anda di halaman 1dari 38

STUDI LITERATUR

“Cold Stress”

Disusun oleh:
Clara Elitha 030.12.060
Nadya Akbarina 030.12.184
Anisa Bella Anggraini 030.13.020
Heni Wahyuningtyas 030.13.227

Pembimbing:
dr. Lie T. Merijanti S., MKK

KEPANITERAAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


PERIODE 29 April – 31 Mei 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

i
LEMBAR PENGESAHAN

Studi Literatur dengan Judul


“COLD STRESS”
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Periode 29 April – 31 Mei 2019

Jakarta, Mei 2019


Pembimbing

dr. Lie T. Merijanti S., MKK

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi literatur “Cold
Stress”
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Lie T. Merijanti S., MKK selaku pembimbing dalam
penyusunan studi literatur ini, serta kepada dokter-dokter pembimbing lain di
bagian Hiperkes Dan Keselamatan Kerja. Tujuan dari pembuatan studi literatur ini
selain untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembacanya, juga ditujukan
untuk memenuhi tugas Hiperkes Dan Keselamatan Kerja.
Penulis sangat berharap bahwa studi literatur ini dapat menambah
wawasan dan diharapkan, bagi para pembacanya dapat meningkatkan
kewaspadaan mengenai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan hal
tersebut.
Penulis menyadari bahwa studi literatur ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga
tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Jakarta, Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

2.1 Penilaian Cold Stress...........................................................................2

2.2 Definisi Cold Stress...........................................................................13

2.3 Prevalensi Cold Stress........................................................................14

2.4 Faktor Resiko dan Etiologi Cold Stress.............................................15

2.5 Patofisiologi Cold Stress...................................................................16

2.6 Gejala dan akibat Cold Stress...........................................................18

2.6 Tatalaksana Cold Stress.....................................................................22

2.7 Pencegahan Cold Stress .......……………………………………….24

BAB III KESIMPULAN........................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari
pekerjaannya. Iklim kerja berdasarkan suhu dan kelembaban ditetapkan dalam Kepmenaker No
51 tahun 1999 diatur dengan memperhatikan perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat setiap
hari dan berdasarkan beban kerja yang dimiliki tenaga kerja saat bekerja (ringan, sedang dan
berat).1

Menurut National Institue for Occupational and Safety Health (NIOSH) pekerja yang
terpapar suhu dingin yang ekstrim di lingkungan kerja dapat berisiko mengalami cold stress.
Setiap kali suhu turun dibawah normal dan kecepatan angin meningkat, panas akan dapat lebih
cepat meninggalkan tubuh,sehigga menimbulkan cedera yang berhubungan dengan penyakit
akibat suhu dingin.2

Cold stress adalah reaksi tubuh pada kondisi dingin di tempat kerja,dan terpapar suhu
dingin merupakan ancaman langsung pada tubuh tenaga kerja bisa menyebabkan ketegangan
tubuh atau mental. Terjadi pada suhu < 18 derajat celcius. 3 Cold stress merupakan gabungan
antara kondisi suhu (dingin), kecepatan angin, dan kelembapan yang membahayakan tubuh.4

Cold stress di tempat kerja dapat menyebabkan penyakit dan cedera yang dapat
menurunkan produktivitas. Pekerja dalam konstruksi, pertanian, ekstraksi minyak dan gas,
industri utilitas, pergudangan, penyimpanan dingin, pemrosesan makanan, transportasi, kegiatan
militer, industri perikanan komersial, dan banyak bidang lain yang bekerja di luar ruangan
kemungkinan berrisiko mengalami cold stress dan cold injury.5

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENILAIAN COLD STRESS

A. Penilaian risiko dingin

Banyak orang di seluruh dunia terpapar pada lingkungan yang dingin, baik di dalam
ruangan misalnya di toko dingin, atau di luar ruangan. Dingin berbahaya bagi kesehatan dan
dapat memengaruhi keselamatan dan kinerja pekerjaan. Dasar untuk penciptaan kondisi kerja
yang aman dan optimal dapat diperoleh oleh penerapan standar internasional yang relevan.
Standar internasional (International Organization for Standardization/ ISO) tersedia untuk
penilaian berbagai jenis cold stress dan dapat dimasukkan dalam program manajemen risiko.6

Pendekatan sistematis untuk evaluasi dan solusi masalah terkait dingin di tempat
kerja terdiri dari program tindakan dalam beberapa langkah. Gagasan prinsip di balik strategi
ini adalah upaya untuk memecahkan masalah yang diamati dengan metode sesederhana
mungkin. Hanya bila masalah menjadi kompleks dan membutuhkan tindakan pencegahan
yang mahal, investigasi dan pengukuran yang komprehensif dilakukan oleh para ahli yang
berkualifikasi. Penilaian risiko dingin di tempat kerja mengikuti prinsip penilaian risiko yang
disajikan dalam ISO 15265 (Gambar 1).6,7

Gambar 1. Penilaian risiko dingin di tempat kerja8

a. Tahap 1: Observasi (Observation stage)6,7

2
Banyak masalah terkait dingin cukup jelas dan mudah untuk dikenali. Proses ini
melibatkan para pekerja, dengan menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan solusi dari
mereka berdasarkan kondisi spesifik di tempat kerja. Perubahan yang diprakarsai oleh
sesama pekerja lebih mudah diperkenalkan dan diterima. Tindakan pada tahap pertama
adalah observasi sederhana terhadap kondisi kerja yang dilakukan secara sistematis.

Pada tahap ini daftar periksa / checklist digunakan untuk sistematis pengamatan
sejumlah faktor risiko terkait dingin. Daftar disajikan dalam bentuk singkat di Tabel 1. Daftar
periksa lengkap dapat ditemukan di ISO 15743. Biasanya perwakilan perusahaan diberikan
pelatihan singkat tentang efek dingin pada manusia dan penggunaan daftar periksa. Inspeksi
dibuat dari tempat kerja dan catatan diambil dalam daftar masalah yang diamati. Pengamat
juga harus mempertimbangkan kasus terburuk, misalnya dengan perubahan kondisi cuaca.
Setiap faktor diamati dan risikonya dinilai dalam tiga level:

- Tidak masalah / no problem: kondisinya dapat diterima dan tidak perlu tindakan
pencegahan
- Sedikit masalah / slight problem: masalah terkait dingin ditemukan dan merusak kondisi
di tempat kerja. Efeknya, bagaimanapun, dinilai sebagai tindakan ringan sampai sedang
dan korektif tidak segera diminta.
- Masalah berat / severe problem: Untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja
dan produktivitas optimal, masalah semacam ini harus segera diselesaikan.

Tabel 1. Faktor risiko terkait dingin untuk diamati dan dinilai selama inspeksi6

b. T a h a p 2 : I n v e s t i
stage6, 7

3
Beberapa masalah mungkin memerlukan pengukuran untuk evaluasi yang lebih
akurat. Risiko tahap kedua penilaian membutuhkan metode evaluasi yang diterapkan oleh
spesialis terlatih, seperti ahli pekerjaan atau ahli kesehatan industri. Prinsip penilaian pada
tahap 2 adalah tindak lanjuti pada daftar periksa / checklist tahap 1, fokus pada masalah yang
diidentifikasi, menemukan solusi hemat biaya langsung, keputusan tentang kemungkinan
kebutuhan untuk penilaian spesialis (Tahap 3). Serangkaian standar internasional tersedia
untuk tujuan ini (Gambar 2).

Gambar 2. Tinjauan standar internasional yang berlaku untuk lingkungan dingin 6

Berikut ini merupakan faktor-faktor iklim dingin yang dianalisa pada tahap 2:9

- Udara dingin
Evaluasi stres dingin dengan IREQ (ISO 11079), meliputi pengukuran suhu udara,
pengukuran kecepatan angina, penentuan waktu pemaparan estimasi tingkat aktivitas
(ISO 8996).

- Gerakan angin / udara


Evaluasi stres dingin dengan IREQ (ISO 11079), meliputi data tambahan untuk kecepatan
angin, analisis yang lebih rinci tentang cold stress dan pendinginan seluruh tubuh bisa
diterapkan. Untuk analisis ini sifat termal pakaian pelindung dingin harus diketahui.

4
- Kontak dengan permukaan dingin dengan memegang alat, peralatan dan mesin atau
dengan duduk atau berbaring. Evaluasi pendinginan kontak (ISO 13732) dengan
menentukan suhu permukaan dari bahan yang dikontak, tentukan jenis bahan,
menentukan jenis kontak (menyentuh atau mencengkeram).
- Kontak dengan air, cairan atau bahan lembab.
Cairan memiliki kekuatan pendinginan yang jauh lebih tinggi daripada udara. Kulit basah
akan dingin oleh penguapan dan penanganan cairan secara terus menerus, pada akhirnya
mendinginkan permukaan kulit atau mendekati suhu cairan. Ini menyiratkan bahwa
kondisi basah dan lembab juga pada suhu antara 0 dan +15 ° C dapat menyebabkan
pendinginan tangan dan jari yang cukup. Perhatian khusus harus diberikan pada cairan
dengan titik beku di bawah nol (contoh; Bensin, etanol). Cairan tersebut mengalami
pendinginan dengan konveksi karena suhu rendah dan daya pendinginan tinggi, serta
dengan penguapan cairan.

- Pakaian pelindung dari dingin (bukan untuk tangan, kaki, dan kepala)
Efek pendinginan pada tubuh di lingkungan yang dingin ditentukan oleh insulasi termal
dari pakaian pelindung dingin bekas (clo-value), panas tubuh tersedia dari produksi
energi otot dan metabolisme. Isolasi termal pakaian dapat ditentukan berdasarkan
estimasi dari tabel ansambel serupa (ISO-9920)

- Perlindungan terhadap dingin untuk tangan, kaki dan kepala


Selain perlindungan seluruh tubuh dingin harus diperhatikan perlindungan tangan, kaki
dan kepala. Evaluasi keseimbangan panas tangan dapat dilakukan dengan pengetahuan
tentang kondisi iklim, produksi panas tubuh, isolasi termal dari pakaian tangan. Demikian
pula informasi tentang isolasi termal alas kaki dapat digunakan untuk evaluasi dingin
perlindungan.

- Penggunaan peralatan pelindung pribadi (mis. Helm, pelindung telinga, celemek)


- Masalah lain yang berhubungan dengan dingin

5
Pada prinsipnya, efek dingin dapat dipecah menjadi pendinginan seluruh tubuh dan pendinginan
local:6,7

- Pendinginan seluruh tubuh


Pakaian pelindung yang memadai sangat penting untuk pemeliharaan
keseimbangan panas dalam dingin. Faktor 1, 2 dan 5 pada Tabel 2 merujuk pada efek
pendinginan seluruh tubuh. Metode dalam ISO 110791 menghitung insulasi pakaian yang
diperlukan (IREQ) untuk menjaga keseimbangan panas pada tingkat ketegangan
fisiologis yang ditentukan. Empat faktor iklim perlu diukur atau diperkirakan untuk
analisis keseimbangan panas. Temperatur udara dan kecepatan angin adalah dua faktor
terpenting. Tingkat aktivitas ditentukan menggunakan tabel dalam standar atau
menggunakan salah satu metode yang lebih rumit yang dijelaskan dalam ISO-8996.
Beberapa contoh kegiatan dan laju metabolisme yang sesuai diberikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinjauan standar internasional yang berlaku untuk lingkungan dingin 6

Insulasi pakaian yang diperlukan untuk keseimbangan panas (IREQ) sekarang


dapat dihitung. Versi komputer dari program-IREQ tersedia. Gambar 3 menunjukkan
program-IREQ dengan kotak untuk nilai input dan hasil. Dua nilai diberikan untuk IREQ
yang mewakili dua tingkat strain fisiologis. Nilai tertinggi harus dianggap sebagai nilai
"kenyamanan" dengan sedikit atau tanpa pendinginan jaringan. Nilai yang lebih rendah
sesuai dengan penurunan suhu tubuh rata-rata sebesar 1 ̊C, yang pada dasarnya berasal
dari pendinginan kulit. IREQ adalah nilai insulasi yang benar-benar diperlukan dalam
pergerakan angin dan tubuh yang berlaku. Evaluasi stres dingin dilakukan dengan

6
membandingkan IREQ dengan insulasi pakaian aktual yang tersedia, dikoreksi untuk
gerakan angin dan tubuh yang sama.6

Gambar 3.
Program untuk IREQ dan Duration limited exposure (Dlim)6

Gambar 3 memberikan nilai IREQ untuk tingkat "kenyamanan" untuk kelas aktivitas
pada Tabel 2. Sudah terlihat bahwa persyaratan isolasi meningkat dengan cepat pada suhu
rendah ketika aktivitas rendah. Pada aktivitas yang sangat tinggi, persyaratan isolasi sangat
kecil.6

7
Tabel 3. Nilai insulasi dasar untuk pakaian pelindung dingin6

- Pendinginan lokal (pendinginan ekstremitas, pendinginan kulit oleh angin, pendinginan


kulit melalui kontak, pendinginan saluran napas).

Faktor 2, 3, 4 dan 6 dalam Tabel 1 berhubungan dengan pendinginan lokal. ISO


11079 menetapkan nilai batas untuk suhu kulit jari, suhu permukaan, dan menyediakan
pedoman untuk penilaian paparan dingin dan angin, menggunakan Wind Chill Temperature.
Persyaratan perlindungan untuk tangan dapat ditentukan dengan EN-511. Isolasi termal dari
pakaian pelindung tangan diukur dan diklasifikasi menjadi: isolasi terhadap konvektif
pendinginan (seluruh sarung tangan) dan isolasi terhadap kontak pendinginan (palm of
glove).6

ISO 11079 merekomendasikan kontrol suhu jari secara teratur di tempat kerja dan
menyarankan bahwa suhu jari seharusnya lebih tinggi dari 24 ° C untuk menjaga fungsi
tangan yang baik. Kadang-kadang, suhu jari turun hingga 15 ° C mungkin dapat diterima,
tetapi ketangkasan, kekuatan dan koordinasi mungkin menderita dan orang mungkin
mengeluh sensasi sakit. Salah satu sumber pendinginan tangan adalah kontak dengan
permukaan dingin. Menyentuh atau mencengkeram material yang dingin dapat menyebabkan

8
suhu kontak yang turun secara instan dan besar. ISO 13732 memberikan informasi tentang
suhu permukaan berbagai bahan yang dapat disentuh. Tiga kriteria berbeda diberikan untuk
evaluasi - sensasi nyeri, mati rasa dan frostbite.6

Gambar 4. Perkembangan mati rasa pada Gambar 5. Perkembangan rasa sakit


kulit6 pada kulit6

Gambar 4 memberikan contoh suhu permukaan bahan yang berbeda yang setelah kontak
dalam waktu singkat dapat mengembangkan mati rasa kulit. Gambar 5 menyediakan suhu
permukaan bahan yang berbeda yang akan menyebabkan rasa sakit ketika digenggam oleh
seluruh tangan.6

Tabel 4. Wind Chill Temperatures untuk kombinasi angin (10 m) dan suhu udara6

9
Indeks angin dingin atau dikenal sebagai Wind Chill Index telah digunakan selama
bertahun-tahun untuk Penelitian baru telah menyediakan indeks baru, Wind Chill
Temperature, yang didasarkan pada pendekatan yang sama (Tabel 4). Wind Chill
Temperature adalah suhu udara dari lingkungan yang seragam di mana seseorang berjalan
dengan kecepatan 4,8 km / jam (kecepatan relatif sekitar 1,33 m / s). WTC digunakan untuk
mengidentifikasi kombinasi angin yang berpotensi berbahaya dan suhu rendah.6,7

c. Tahap 3: Evaluasi Pakar (Expert Stage)

Di Uni Eropa, arahan wajib mewajibkan pengusaha untuk mengidentifikasi risiko


kesehatan kerja di tempat kerja dan lingkungan, mengevaluasi mereka dan memulai langkah-
langkah pencegahan untuk mengendalikan dan menghilangkan risiko. Banyak masalah
spesifik cold stress dapat dinilai dengan standar internasional yang tersedia, seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Seorang ahli dapat dipanggil untuk mengatur manajemen program
lengkap faktor-faktor risiko terkait dingin. Ini juga harus mencakup masalah yang tidak
tercakup oleh standar, misalnya pekerjaan di bawah kondisi kerja yang berubah, kondisi
bersalju dan es, dan penggunaan peralatan pelindung khusus.6,7,9

B. Penilaian kesehatan8

Suatu program perlu ditetapkan untuk pemeriksaan medis dan pengendalian pekerja
yang dipekerjakan dalam pekerjaan dingin. ISO 12894 dan ISO 15743 menangani aspek
medis paparan dingin. Paparan dingin dapat memicu atau memperburuk gejala orang dengan
diagnosis medis tertentu seperti hipertensi, angina pektoris, Raynaud, dan asma. Pemeriksaan
medis harus diberikan kepada orang-orang yang dipekerjakan di tempat-tempat kerja dingin.
Daftar periksa untuk tujuan ini disediakan dalam ISO 15743.8

Penilaian kesehatan yang terkait dingin mencakup tiga tahap skrining medis yang
dilakukan oleh profesi kedokteran kesehatan kerja. Tiap tahap meliputi identifikasi risiko
kesehatan terkait dingin pada tempat kerja, maupun pemeriksaan kesehatan tiap individu
pekerja.8

10
a. Tahap 1: Pemeriksaan kesehatan

Metode yang digunakan adalah kuesioner berbasis medis yang tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang potensial yang memiliki penyakit yang berkaitan dengan
pilek atau keterbatasan kerja pribadi yang berhubungan dengan pilek. Faktor-faktor yang
akan diidentifikasi adalah, misalnya, sensitivitas terhadap dingin, urtikaria dingin, gejala
pernapasan, gejala kardiovaskular, gangguan sirkulasi perifer, gejala yang berhubungan
dengan jari putih, gejala muskuloskeletal, efek dingin pada kinerja dan terjadinya cedera
dingin lokal. Sebagai hasil dari tahap 1 penilaian, individu-individu dengan kebutuhan
pribadi untuk analisis lebih lanjut sehubungan dengan dingin akan diidentifikasi.8

b. Tahap 2: Pemeriksaan kesehatan individual

Tahap 2 sebagian besar dilakukan dengan wawancara dan penyelidikan klinis dari
orang yang diduga memiliki masalah kesehatan individu terkait dingin. Isi wawancara dan
investigasi klinis tergantung pada hasil kuesioner pendahuluan dan spesifik gejala atau
penyakit. Jika penyakit yang berhubungan dengan dingin atau keterbatasan kerja diakui, dan
evaluasi risiko tambahan di tempat kerja mungkin diperlukan.8

c. Tahap 3: Analisis kesehatan khusus

Tahap 3; jika masih ada beberapa pertanyaan terbuka tentang status kesehatan
individu atau konsekuensi dingin lainnya, analisis yang lebih rinci di unit ahli rumah sakit
atau bersatu atau laboratorium provokasi mungkin diperlukan. Ketika mengevaluasi aspek
kesehatan, penting juga untuk memanfaatkan informasi yang dihasilkan dari penilaian risiko
di tempat kerja, pemeriksaan risiko pada tahap 1 dan mungkin informasi yang lebih
kuantitatif dari tahap 2 dan 3.8

11
Gambar 6. Hubungan antara penilaian risiko dingin dan penilaian kesehatan8

2. Manajemen risiko dingin di tempat kerja

Manajemen dan pengendalian kesehatan terkait dingin, kinerja kerja dan risiko
keselamatan harus diintegrasikan secara komprehensif dalam kebijakan perusahaan dan juga
dalam manajemen system kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan. Tindakan
pencegahan dilakukan di tempat kerja biasanya oleh delegasi keselamatan kerja, pengawas
dan pekerja. Partisipasi pekerja sangat disarankan. Dengan menggunakan standar, OHSAS
18001, mudah untuk menemukan pedoman untuk manajemen risiko terkait dingin dan
tindakan pencegahan berdasarkan prinsip peningkatan berkelanjutan. Bagian yang
ditunjukkan dalam model manajemen risiko dingin (Gambar 6) harus ditangani di tempat
kerja.10

12
Gambar 7. Model manajemen risiko dingin untuk tempat kerja.10

2.2 DEFINISI COLD STRESS

Cold stress adalah reaksi tubuh pada kondisi dingin di tempat kerja,dan terpapar suhu
dingin merupakan ancaman langsung pada tubuh tenaga kerja bisa menyebabkan ketegangan
tubuh atau mental. Terjadi pada suhu < 18 derajat celcius. 3 Cold stress merupakan gabungan
antara kondisi suhu (dingin), kecepatan angin, dan kelembapan yang membahayakan tubuh. 4
Pekerjaan seperti konstruksi, pertanian, ekstraksi minyak dan gas, industri utilitas,

13
pergudangan, penyimpanan dingin, pemrosesan makanan, transportasi, kegiatan militer,
industri perikanan komersial, dan banyak bidang lain yang bekerja di luar ruangan berisiko
mengalami penyakit dan cedera akibat cold stress. 5

Kehilangan panas terjadi karena radiasi, konduksi, konveksi (seperti angin


mempercepat), respirasi, dan penguapan. Radiasi dapat menyebabkan hingga 65% dari
kehilangan panas, dengan konduksi terhitung hingga 15%. (Panas hilang hingga 25 kali lebih
cepat di air dingin.) Kehilangan panas respiratorik dan evaporatif tergantung pada relatif
kelembaban dan suhu lingkungan. Karena itu, mereka yang bekerja di suhu rendah, angin
kencang, dan pakaian basah atau dengan tubuh basah dengan risiko tertinggi untuk
pengembangan penyakit stres dingin dan cedera bahkan saat suhu udara di atas 32 ° F dan
suhu air di bawah 98,6 ° F, mungkin mengalami hipotermia. 5

Chilblain adalah hasil dari kerusakan neuronal dan endotel, sering ke puncak kaki dan
tangan, yang disebabkan oleh paparan dingin yang berulang-ulang.5

Trenchfoot merupakan hasil dari paparan berulang ke lingkungan yang dingin dan
basah di atas 32 ° F. Gejala mungkin termasuk gatal, kesemutan, terbakar, bengkak, atau
melepuh. Frostbite adalah ketika suhu tubuh jaringan jatuh di bawah 32 ° F, seperti yang
dapat terjadi ketika pekerja menyentuh bahan kimia atau logam dingin atau memakai
konstriksi pakaian.5

2.3 PREVALENSI COLD STRESS

Menurut Wulandari dari hasil penelitian pada 66 pekerja di bagian produksi PT. Sari
Segar Laut Indonesia menunjukan bahwa pekerja yang berada pada suhu dingin 16,4-20,1⁰C
selama 4 jam bekerja mengalami penurunan suhu tubuh hingga mencapai hipotermia
sebanyak 30,4% dengan rata-rata penurunan 0,2⁰C. Selain itu selama 8 jam bekerja, pekerja
yang mengalami penurunan suhu tubuh hingga mencapai hipotermia sebanyak 62,4% dengan
rata-rata penurunan 0,7⁰C. Dilihat dari karakteristiknya proporsi terbesar pekerja yang
mengalami penurunan suhu tubuh adalah perempuan, berusia >32 tahun, memiliki masa
kerja. Menurut penelitian Sandsund dkk dari hasil penelitian terhadap 115 nelayan di

14
Norwegia melaporkan kesehatan mereka sendiri sebagai sangat baik atau baik. 53% (n = 80)
dan 55% (n = 83) pernah mengalami kekakuan dan / atau nyeri pada leher / bahu dan lebih
rendah belakang / kecil dari belakang masing-masing selama yang terakhir 12 bulan. Empat
puluh delapan persen (n = 72) menjawab mereka kadang-kadang atau sering merasa
kedinginan di tempat kerja, sementara 39% (n = 58) menjawab bahwa mereka telah
mengalami kehilangan merasa di jari / tangan mereka dan 14% menderita frostbite.11,12

2.4 FAKTOR RISIKO DAN ETIOLOGI COLD STRESS

Faktor resiko yang dapat menyebabkan cidera karena dingin (cold injury) yaitu terkait
agent (suhu dingin), host (manusia), dan lingkungan (angin dingin, kelembaban,durasi
terpajan, jumlah aktivitas, dan pakaian pelindung).13

Beberapa faktor risiko cold injury yang terdapat pada manusia (host) yaitu keadaan
fisik yang buruk, kelelahan, umur (sangat tua atau sangat muda) dimana kurang mampunya
untuk mengatasi suhu dingin, kekurangan asupan kalori, memiliki penyakit baik akut
maupun kronik (penyakit jantung).13

Joseph Ladou mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko hipotermia


ini antara lain adalah suhu udara, kelembapan, kecepatan angin, durasi pajanan, tipe pakaian
(basah) / alat pelindung diri, tipe/jenis pekerjaan yang dilakukan dan dalam hubungannya
dengan energi yang dikeluarkan, usia dan status kesehatan pekerja.13

Risiko terkena hipotermia akan meningkat karena faktor umur, pekerja


terkontaminasi obat-obatan dan alkohol dimana konsumsi alkohol berefek pada gangguan
mekanisme adaptasi tubuh terhadap dingin. Selain itu konsumsi alkohol dapat menyebabkan
vasodilasi peripheral bersamaan dengan vasokontriksi peripheral yang akan meningkatkan
hilangnya panas tubuh sehingga menghambat respon tubuh terhadap dingin.13,14

Selain hal tersebut, resiko terkena hipotermi juga dapat terjadi pada seseorang yang
sedang menerima perawatan medis seperti obat tidur, memiliki kelemahan ginjal, penyakit
syaraf yang mempengaruhi hipotalamus atau kelenjar pituitari serta penyakit jantung yang

15
menyebabkan berkurangnya fungsi kerja jantung, serta diabetes dan hipotiroid yang
membuat orang rentan terhadap dingin. Lamanya pemaparan terhadap suhu rendah dapat
menyebabkan frostbite, hypothermia dan trench foot. 13,14

2.5 PATOFISIOLOGI COLD STRESS

Pada hipotalamus terdapat dua pusat regulasi suhu. Region posterior diaktifkan oleh
dingin dan kemampuan memicu refleks-refleks yang memerantarai produksi dan
penghematan panas. Region anterior diaktifkan oleh panas, memicu reflex-refleks yang
memerantarai pengeluaran panas. Sebagai respon terhadap pajanan dingin, region posterior
hipotalamus memicu peningkatan produksi panas, misalnya dengan menggigil, sekaligus
mengurangi pengeluaran panas yaitu konversi panas melalui vasokonstriksi kulit, terutama
pada bagian akral, dan konduktans suhu tubuh terhadap lingkungan menurun.15

Dengan vasokonstriksi perifer kemampuan isolator kulit dan jaringan subkutan dapat
meningkat sampai enam kali. Vasokonstriksi ini terutama terjadi pada ujung jari tangan dan
kaki. Diperkirakan jumlah darah yang beredar pada jari-jari dapat bervariasi cukup luas dari
0,2120 ml/ menit per 100 gram jaringan, dengan mekanisme suhu jaringan perifer dapat
mendekati suhu lingkungan.16

Mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuh adalah dengan


meningkatkan laju metabolisme, yaitu dengan kontraksi otot (refleks menggigil). Pada
keadaan menggigil terjadi aktivasi sinkron hampir semua kelompok otot bahkan otot
antagonis saling berkontraksi sehingga efisiensi mekanik nol dan energi panas yang
dihasilkan relatif tinggi.16

Dengan mekanisme ini laju metabolik dapat meningkat 2-4 kali dibandingkan dengan
laju metabolik istirahat. Sedangkan kegiatan otot dinamik biasa dapat meningkatkan laju
metabolik sebesar 10 kali lipat atau lebih.16

Van Bergen mengungkapkan terdapat hubungan peningkatan tekanan darah sistolik


dengan durasi bekerja pada suhu dingin. Hal ini dapat menurunkan suhu tubuh internal
16
hingga 77ºF. Bila suhu tubuh turun dibawah 85ºF selama lebih dari 20-30 menit dapat terjadi
gangguan bahkan sampai hilangnya fungsi hipotalamus untuk mengatur suhu. Respon tubuh
terhadap suhu dingin dapat mengaktivasi sistem saraf simpatis dan sekresi katekolamin
meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah melalui peningkatan
denyut jantung dan resistensi pembuluh darah perifer.17

Terdapat dua jenis jejas akibat suhu dingin, yaitu jejas dingin local (trench foot,
frostbite) dan jejas dingin menyeluruh (hipotermi). Trench foot atau kaki parit terjadi akibat
dari pemaparan kaki secara jangka panjang dengan air dan lumpur pada suhu yang dingin
namun tidak membeku. Perubahan dapat juga terjadi pada bagian lain dari tubuh kita. Respon
awal jaringan terhadap air dingin adalah vasokontriksi. Vasokonstriksi yang berkepanjangan
akan mengakibatkan kerusakan iskemik pada otot dan saraf. Setelah beberapa jam kaki
terendam, maka terjadi paralisis vasomotor, yang mengakibatkan dilatasi yang menetap dan
kerusakan terhadap miikro sirkulasi. Jaringan yang bersangkutan akan membengkak (edem)
dan membiru sehingga tidak jarang dapat terjadi blister. Pada akhirnya dapat terjadi
thrombosis biasanya setelah beberapa hari terendam air, dan terjadi ganggren.18

Frosbite terjadi lebih cepat daripada trench foot, dan terjadi pada bagian tubuh yang
terpapar dengan temperatur beku. Kejadian ini bukan merupakan hal yang tidak lazim pada
negara yang mempunyai empat suhu udara. Bilamana seseorang terperangkap pada udara
dingin yang membeku (misalnya dalam badai salju) tanpa persiapan, maka kecelakaan
tersebut dapat terjadi. Vasokonstriksi, vasodilatasi dan oklusi pembuluh darah oleh sel darah
yang teraglutinasi dan thrombi, akan mengakibatkan nekrosis iskemia pada jaringan yang
terpapar hanya dalam beberapa jam saja. Frostbite ditandai adanya pembekuan jaringan yang
terjadi karena pembekuan kristal intraselluler dan oklusi mikrovaskuler sehingga terjadi
anoksia jaringan. Beberapa dari kerusakan jaringan terjadi akibat reperfusion injury setelah
upaya penghangatan tubuh.19

Mekanisme terjadinya jejas dingin menyeluruh (hipotermia generalisata) terjadi


bilamana seluruh tubuh terpapar dengan suhu yang rendah. Hal ini sering terjadi pada
penderita usia lanjut (lansia) di musim dingin, terutama pada gelandangan. Pemaparan
terhadap suhu dingin akan mengakibatkan generalized vasocontriction pada kulit, hal ini

17
terjadi sebagai respons refleks untuk mengkonservasi panas tubuh. Vasokonstriksi organ-
organ dalam terjadi hanya bilamana temperatur “core” menurun. Setelah beberapa waktu
pemaparan, refleks vasokonstriksi pembuluh darah kulit gagal, sehingga terjadi vasodilatasi
yang luas. Vasodilatasi yang menyeluruh ini mengakibatkan penurunan temperatur “core”,
sehingga terjadi pengumpulan darah (pooling) pada pembuluh darah perifer. Keadaan ini
pada gilirannya akan mengakibatkan volume plasma efektif menurun, dan terjadi kegagalan
sirkulasi.18

Respon tubuh terhadap suhu dingin terutama ketika kondisinya yang lembab dapat
terjadi chiblains. Dimana pada keadaan tersebut suhu dingin dapat memicu sel–sel sistem
kekebalan tubuh yang memenuhi pembuluh darah dan akan berpindah ke jaringan intersisial
sehingga menjadi bengkak. Gejalanya berkembang 12 hingga 24 jam setelah terpapar suhu
dingin. Dimana akan timbul gejala pada ekstremitas yang menjadi sangat gatal, kemudian
membengkak dan merah. Dapat juga terbentuk plak kemerahan dan mungkin juga ada pada
kasus yang lebih parah dapat terjadi bula atau bahkan ulserasi.20

2.6 GEJALA DAN PENYAKIT AKIBAT COLD STRESS

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap
kesehatan dapat mengakibatkan kondisi hipotermia (cidera non freezing) dan beberapa
penyakit yang disebut dengan frostbite, chilblains, dan trench foot (cidera freezing).21

Ada 4 faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya cold stress, yaitu temperatur
dingin, kedinginan angin, kelembaban, dan kedinginan air. Faktor ini baik secara sendiri
maupun bersama – sama dengan factor lainnya dapat menyebabkan panas keluar dari tubuh.
Faktor kedinginan angina (wind chill) dapat meningkatkan efek dari cold stress, dimana
kedinginan angin ini adalah perpaduan dari suhu dan kecepatan. Dan ini sangat penting untuk
menentukan risiko dari cold injury.20,21

1. Hipotermia

18
Hipotermia merupakan penurunan suhu inti tubuh dibawah 35°C. keadaan ini dapat
terjadi pada suhu udara 18,3°C ata suhu air hingga 22,3°C. Saat suhu tubuh menurun meski
hanya beberapa derajat dibawah suhu normal yaitu 37°C, tubuh akan mempertahankan suhu
inti tubuhnya. Hipotalamus bertanggung jawab mengatur suhu inti tubuh dalam merespon
suhu baik panas maupun dingin. Pada saat tubuh terpapar dingin, hipotalamus akan
menjalankan sistem pertahanan tubuh untuk melawan dingin dengan vasokonstriksi
peripheral (menurunkan hilangnya panas) dan kontraksi otot seperti menggigil
(meningkatkan produksi panas). Keadaan menggigil ini akan meningkatkan metabolik tubuh,
pernapasan dan detak jantung. Risiko hipotermia lebih besar pada mereka yang kekurangan
gizi, alkohol, septik, syok, atau yang mobilitasnya dibatasi oleh kecacatan atau cedera oleh
karena kurangnya kemampuan menghasilkan panas dari kontraksi otot.21

Gejala akut yang muncul dari penderita hipotermia adalah menggigil,


ketidakmampuan dalam mengerjakan motorik, kelelahan dan kebingungan ringan. Hal ini
terjadi pada saat suhu inti tubuh menurun hingga 35°C. Selama suhu inti tubuh terus
menurun, gejala hipoermia semakin bertambah parah bahkan akan jatuh dalam keadaan tidak
sadar, melambatnya detak jantung, aliran darah dan bernafas. Keadaan ini terjadi ketika suhu
tubuh inti berada dibawah 32°C.21

2. Frostbite

Frostbite adalah bentuk parah dari cedera jaringan akibat dingin terlokalisir yang
terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah -2°C, dimana kristal es terbentuk pada tingkat sel
yang mengakibatkan disfungsi atau penghancuran sel. Tingkat keparahan berkisar dari
hiperemia dengan edema hingga lepuh, perdarahan vesikula, nekrosis jaringan, dan
gangren.21

Pembekuan jaringan pada awalnya mengarah pada pembentukan kristal es


ekstraseluler. Kristal – kristal ini secara langsung merusak membran sel dan mengubah
gradien osmotik di atasnya, menghasilkan dehidrasi intraseluler. Konsentrasi elektrolit
intraseluler meningkat secara dramatis, memicu kematian sel. Ketika suhu jaringan terus
turun, es intraseluler terbentuk. Kristal es ini mengembang menyebabkan kerusakan sel
secara mekanis. Awalnya, tubuh merespon pendinginan jaringan dengan siklus

19
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang bergantian. Dengan vasodilatasi muncul kembali aliran
darah dan dengan demikian terjadilah pencairan parsial dan refreezing yang paling
menyebabkan kerusakan. Setelah siklus pembekuan / pencairan berulang, fase trombotik
progresif terjadi.20

Frostbite dikategorikan menjadi empat derajat. Pada derajat yang pertama (frostnip),
tampak eritema dengan keluhan mati rasa dan kaku di tempat yang terpajan seperti daun
telinga, pipi, bibir, jari tangan dan kaki. Cedera derajat kedua (superficial frostbite)
menyebabkan pembentukan lepuh (bula) dan perubahan warna pada jaringan menjadi putih
pucat. Lepuh ini terisi dengan cairan bening dalam 24 – 36 jam pertama. Pada derajat ketiga
(deep frostbite) ditandai dengan nekrosis total atau kehilangan jaringan yang menyebabkan
rasa baal, otot atau sendi tidak dapat digerakkan.20

3. Trench foot

Merupakan cidera pada kaki yang terjadi akibat paparan terlalu lama pada kondisi
basah dan dengan suhu antara 0 dan 16 °C. Untuk mencegah kehilangan panas, tubuh

20
meresponnya dengan vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan terhentinya
sirkulasi di kaki. Jaringan kulit mulai mati karena kekurangan oksigen dan nutrisi dan
terjadinya penumpukan produk beracun. Gejala yang dapat terjadi berupa kesemutan, mati
rasa, gatal, bengkak dan sakit. Kaki mungkin mulai merah dan berubah biru. Tingkat
keparahan cedera akan tergantung pada derajat dingin, basahnya jaringan, dan berapa lama
seseorang terpapar dengan kondisi tersebut.20

4. Chilblains
Chilblains yang juga dikenal dengan nama medis perniosis lebih umum terjadi pada
orang tua, tetapi dapat juga terjadi pada kelompok masyarakat atau pekerja di lingkungan
yang lebih dingin, terutama ketika iklim lembab. Chilblains terjadi disebabkan oleh adanya
respon tubuh seseorang terhadap suhu dingin terutama ketika kondisinya juga lembab.
Dingin dapat memicu sel –sel sistem kekebalan tubuh memenuhi pembuluh darah, yang akan
berpindah ke jaringan intersisial sehingga menjadi bengkak. Gejala berkembang 12 hingga
24 jam setelah terpapar dingin. Ekstremitas menjadi sangat gatal, kemudian membengkak
dan merah. Dapat juga terbentuk plak kemerahan dan mungkin juga ada pada kasus yang
lebih parah dapat terjadi bula atau bahkan ulserasi.20
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya chilblains antara lain adalah
tekanan dari sepatu ketat yang dapat membatasi sirkulasi pada kaki, pemanasan kulit dingin

21
terlalu cepat misalnya, menggunakan botol air panas atau duduk sangat dekat dengan api
ketika ekstremitas sangat dingin.20

2.7 TATALAKSANA COLD STRESS


1. Hipotermia
Setelah hipotermia didiagnosis, pengobatan yang cepat diperlukan untuk mencegah
kematian. Pakaian basah atau lembab harus dilepaskan secepat mungkin, dan penderita
tersebut harus dipindahkan dari ke lingkungan yang hangat, kering dan terlindung.
Hipotermia ringan paling baik ditangani dengan pemanasan eksternal pasif menggunakan
selimut atau lembaran metaloplastik yang memantulkan panas. Semua pasien dengan
hipotermia harus diasumsikan mengalami dehidrasi dan membutuhkan cairan tambahan.22

Hipotermia merupakan kondisi darurat medis. Selain langkah – langkah untuk


mengobati hipotermia ringan, tanda – tanda vital harus dipantau secara ketat. Denyut nadi
perifer pada pasien hipotermia mungkin sulit untuk diraba. Dalam situasi di mana EKG
menunjukkan irama listrik jantung terorganisir (selain fibrilasi), resusitasi kardiopulmoner
dengan kompresi dada merupakan kontraindikasi, meskipun tidak ada denyut nadi teraba,
karena kompresi dada dapat mengubah ritme perfusi menjadi fibrilasi ventrikel.22

2. Frostbite

22
Penanganan pada cold injury terbagi atas 3 yaitu yang pertama fase penanganan
pertama (sebelum berada di rumah sakit), fase perawatan di rumah sakit, dan fase perawatan
setelah keluar dari rumah sakit.20,22

1. Fase penanganan pertama (sebelum di rumah sakit):


Sebelum ditangani oleh dokter di rumah sakit, perawatan pasien yang berpotensi
mengalami frostbite adalah melindungi bagian yang terpapar dari trauma mekanik
dan menghindari pencairan sampai penghangatan kembali secara definitif dapat
dilakukan. Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit, hal yang dilakukan adalah
melindungi ekstremitas.
2. Gerakan aktif selama penghangatan kembali pada suhu yang lebih tinggi dapat
memperparah cedera dan menghasilkan luka bakar. Penghangatan kembali harus
dilanjutkan selama 15 hingga 30 menit hingga pencairan selesai dan menunjukkan
warna kulit merah dan lentur. Selain itu, pasien hipotermia dapat menunjukkan
diuresis karena penekanan sekresi hormon antidiuretik pada suhu rendah sehingga
membutuhkan cairan intravena.
3. Fase perawatan setelah di rumah sakit
Memberikan analgesia yang memadai, melakukan debridasi dan mencegah kontak
lebih lanjut dengan menggunakan protaglandin dan tromboksan pada lepuhan.
Menjaga agar lepuhan (bula) tidak pecah dan terkontaminasi.

3. Trench foot
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengeluarkan orang tersebut dari lingkungan
yang dingin dan basah, menghangatkan anggota tubuh yang terpapar secara perlahan.
Apabila dilakukan penghangatan secara cepat, dapat membuat kerusakan semakin parah.
Pemberian obat penghilang rasa sakit dapat dilakukan untuk meringankan rasa sakit dan
harus melindungi luka dari tekanan. Langkah – langkah lain termasuk membersihkan dan
mengeringkan kaki secara menyeluruh, mengenakan kaus kaki yang bersih dan kering setiap
hari, tidak memakai kaus kaki saat tidur atau beristirahat.20,22

Dalam kasus yang serius, penderita akan merasa sulit untuk berjalan karena mengalami
pembengkakan, rasa sakit, dan lepuh pada kaki. Mereka harus menghindari berjalan dan
mengangkat kaki karena ini akan membantu mengurangi pembengkakan.22
23
4. Chilblains

Berbagai krim dan lotion yang menenangkan peradangan dapat diberikan untuk
meringankan rasa sakit sampai gejala hilang. Diberikan krim steroid yang digunakan untuk
mengurangi rasa gatal dan nyeri, tetapi hanya disarankan untuk penggunaan jangka pendek.
Hindari menggaruk pada daerah lesi, lepuh kecil atau kerusakan pada kulit harus dibersihkan
dengan air dan dijaga agar tetap bersih dan tertutup dengan kasa yang steril.22

2.8 PENCEGAHAN COLD STRESS


 Tindakan pencegahan organisasi terhadap risiko dingin9,10,23
Pada tahap perencanaan proyek
 Menjadwalkan pekerjaan untuk musim yang lebih hangat (untuk pekerjaan di luar
ruangan)
 Periksa apakah pekerjaan dapat dilakukan di dalam ruangan (untuk pekerjaan di luar
ruangan)
 Memungkinkan lebih banyak waktu per tugas dengan pekerjaan dingin dan pakaian
pelindung
 Menyediakan ruang yang dipanaskan atau penampungan yang dipanaskan untuk
pemulihan
 Menyediakan pelatihan tugas kerja yang kompleks dalam kondisi normal
 Memastikan pengetahuan dan kompetensi staf yang tepat
 Pisahkan barang dan jalur pekerja dan pertahankan zona suhu yang berbeda
 Menyediakan tenaga kerja ekstra untuk mempersingkat dan / atau mengurangi
paparan

Sebelum setiap shift kerja


 Periksa kondisi iklim pada permulaan pekerjaan
 Jadwalkan rejimen istirahat kerja yang memadai
 Memungkinkan kontrol individu intensitas kerja dan pakaian

24
 Menyiapkan jadwal dan stasiun kontrol (di luar ruangan)
 Mengatur sistem komunikasi (di luar ruangan)

Selama shift kerja


 Menyediakan waktu istirahat dan istirahat di tempat penampungan yang dipanaskan
 Sering beristirahat untuk minuman panas dan makanan
 Merawat fleksibilitas dalam hal intensitas dan durasi kerja
 Menyediakan untuk penggantian item pakaian (kaus kaki, sarung tangan dll)
 Menyediakan akses ke pakaian tambahan untuk kehangatan
 Pantau reaksi subjektif (sistem teman) (di luar ruangan)
 Melaporkan secara teratur ke mandor atau pangkalan (di luar ruangan)
 Menyediakan waktu pemulihan yang cukup setelah paparan parah (di luar ruangan)

 Langkah-langkah pencegahan teknis terhadap risiko dingin9,10,23


Alat, peralatan, mesin
 Pilih alat, peralatan, dan mesin yang dimaksudkan dan diuji untuk kondisi dingin
 Pilih desain yang memungkinkan operasi dengan tangan bersarung tangan
 Menyimpan alat, peralatan, dan mesin di ruang yang dipanaskan, sebelum mereka
 Isolasi permukaan pemegang alat
 Melakukan pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan di dalam ruangan

Area kerja
 Melindungi dari kehilangan panas ke permukaan dingin
 Meminimalkan kecepatan udara di zona kerja
 Menjaga tempat kerja bersih dari air, es dan salju
 Tanah pelindung untuk tempat kerja yang tidak bergerak dan berdiri
 Pastikan tanah kokoh sebelum mengangkat benda berat

Permukaan licin

25
 Hindari material yang licin dan material dengan kualitas gesekan yang berbeda di
ruang yang sama
 Memastikan bahwa kemiringan lantai atau tanah cukup untuk mengalirkan air ke
lubang pembuangan
 Mencegah penumpukan salju pada entri dengan tempat perlindungan terbuka
 Menghilangkan es dan salju dari entri, lorong, lantai dan pesawat kerja, mesin
 Pasir dan pertahankan jalan-jalan secara teratur
 Gunakan tanda peringatan, jika permukaannya licin

Penerangan
 Mengukur pencahayaan dan membandingkan rekomendasi berikut
 Menyediakan pencahayaan yang lebih umum atau menggunakan pencahayaan spot
jika diperlukan
 Hindari warna dan pandangan lurus ke mata serta pantulan dari permukaan yang
cerah

Mendaki tangga, bekerja di ketinggian


 Pilih tangga dan tangga yang dimaksudkan dan diuji untuk kondisi dingin
 Memastikan bahwa tangga kokoh dan diperiksa sesuai dengan peraturan
 Periksa kontak ke tanah dan perangkat anti-selip tangga, ingat deklinasi aman
 Menghilangkan es dan salju dari pesawat kerja
 Periksa bahwa jatuh terhalang oleh pagar keamanan yang kuat dan lubang ditutup
 Mencegah gerakan pada area di mana jatuh tidak terhalang
 Gunakan sabuk pengaman atau sabuk pengaman selama bekerja di ketinggian

 Pakaian pelindung, APD dan peralatan lainnya9,10,23


Pakaian
 Pilih pakaian yang memiliki pengalaman baik sebelumnya

26
 Dengan pakaian baru, pilih pakaian yang diuji
 Pilih tingkat isolasi berdasarkan faktor iklim yang diantisipasi dan tingkat aktivitas
 Merawat fleksibilitas dalam sistem pakaian untuk memungkinkan penyesuaian isolasi
yang besar
 Pakaian harus mudah dikenakan dan dilepas
 Mengurangi gesekan internal antar lapisan dengan pemilihan kain yang tepat
 Pilih ukuran pakaian luar untuk memberi ruang bagi penyesuaian lapisan tengah
insulatif
 Gunakan sistem multi-layer
o Lapisan dalam untuk kontrol iklim mikro
o Dalam keringat berat, lapisan penyerap antara lapisan dalam dan tengah
o Lapisan tengah untuk kontrol isolasi
o Lapisan luar untuk perlindungan lingkungan
 Lapisan bagian dalam harus tidak menyerap ke air, jika berkeringat terjadi dalam
pekerjaan
 Lapisan dalam dapat menyerap, jika tidak ada atau tingkat keringat rendah terjadi
dalam pekerjaan
 Lapisan dalam dapat terdiri dari kain dua fungsi, dalam arti serat yang bersentuhan
dengan kulit tidak menyerap dan serat di sebelah lapisan tengah menyerap air atau
kelembaban
 Lapisan tengah harus menyediakan loteng untuk memungkinkan lapisan udara yang
stagnan
 Lapisan tengah dapat dilindungi oleh lapisan penghalang uap
 Pakaian harus memberikan tumpang tindih yang cukup di daerah pinggang dan
punggung
 Lapisan luar harus dipilih sesuai dengan persyaratan perlindungan tambahan, seperti
angin, air, minyak, api, sobek atau abrasi
 Desain pakaian luar harus memungkinkan kontrol bukaan yang mudah dan ekstensif
di leher, lengan, pergelangan tangan dll, untuk mengatur ventilasi ruang interior

27
 Resleting dan pengencang lainnya harus berfungsi juga dengan kondisi salju dan
berangin
 Pakaian harus memungkinkan operasi, juga dengan jari yang dingin dan canggung
 Desain harus memungkinkan postur bengkok tanpa kompresi lapisan dan hilangnya
isolasi

Pakaian tangan
 Sarung tangan memberikan isolasi keseluruhan terbaik
 Sarung tangan atau sarung tangan pengaman harus memungkinkan sarung tangan
tipis untuk dipakai di bawah (ukuran lebih besar)
 Selalu siapkan sarung tangan tebal atau sarung tangan dan sarung tangan tipis
 Sarung tangan tipis yang diinsulasi dan sarung tangan keselamatan luar
 Kenakan pakaian tangan kedap air atau tahan air dalam kondisi basah
 Ganti pakaian tangan basah dengan yang kering
 Sarung tangan luar hanya dilepas saat melakukan pekerjaan presisi
 Eksposur lama yang membutuhkan kerja tangan yang baik, harus dicegat oleh
pemanasan yang sering terjadi
 Pemanas saku atau sumber panas eksternal lainnya dapat mencegah atau menunda
pendinginan tangan
 Selongsong pakaian harus dengan mudah mengakomodasi bagian sarung tangan atau
sarung tangan - di bawah atau di atas
 Pakaian luar harus memudahkan penyimpanan atau memperbaiki pakaian saat dilepas

Alas kaki
 Sepatu bot harus memberikan isolasi tinggi ke tanah (sol)
 Sol akan memungkinkan fleksi saat berjalan
 Sol harus memiliki pola anti-licin dan koefisien gesekan yang optimal untuk
mencegahnya tergelincir
 Pilih ukuran boot sehingga dapat mengakomodasi beberapa lapisan kaus kaki dan sol

28
 Ventilasi sebagian besar alas kaki buruk, sehingga kelembaban harus dikontrol
dengan penggantian yang sering
 Kenakan kaus kaki wol atau campuran wol atau campuran terry, alas liner dan sol
tebal untuk absorbsi kelembapan dan memungkinkan sepatu bot benar-benar kering di
antara shift, perangkat pengeringan alas kaki direkomendasikan
 Pertimbangkan kebutuhan alas kaki tahan air
 Kaki pakaian harus dengan mudah mengakomodasi bagian dari sepatu bot - di bawah
atau di atas

Perlindungan kepala. Penggunaan helm pengaman pada suhu dingin


 Pelindun kepala fleksibel terdiri dari instrumen penting untuk mengendalikan panas
dan kehilangan panas seluruh tubuh
 Pelindung kepala harus tahan angina
 Desain harus memungkinkan perlindungan yang cukup pada telinga dan leher
 Desain harus mengakomodasi jenis peralatan pelindung lainnya (mis., sarung telinga,
kacamata keselamatan)
 Penutup bawah yang tahan angin harus dikenakan di bawah helm pengaman
 Harness helm pengaman disesuaikan untuk mengakomodasi juga penutup bawah

Perlindungan wajah dan pernapasan


 Masker wajah harus tahan angin dan insulatif
 Tidak ada detail logam yang bisa menyentuh kulit
 Pemanasan dan pelembapan udara dapat dicapai dengan masker atau alat pernapasan
khusus

29
APD digunakan dengan pakaian pelindung dingin
 Pastikan sifat kenyamanan dan kompatibilitas APD bila digunakan bersama dengan
dingin pakaian pelindung.

Gunakan pakaian pelindung kimia dalam cuaca dingin


 Penggunaan pakaian berinsulasi di bawah pakaian pelindung bahan kimia
 Pakaian dalam harus permeabel untuk menguapkan keringat yang terbentuk di kulit

30
BAB III

KESIMPULAN

Pendekatan sistematis untuk evaluasi dan solusi masalah terkait dingin di tempat kerja
terdiri dari program tindakan. Yang pertama menilai risiko dingin di tempat kerja dalam
beberapa langkah, antara lain adalah dengan observasi, investigasi spesialis, dan evaluasi pakar.
Kedua dapat dinilai dari penilaian kesehatan, dimana dilakukan pemeriksaan medis dan
pengendalian pekerja yang terdiri dari 3 tahap, yakni tahap pemeriksaan kesehatan menggunakan
kuesioner berbasis medis, tahap kedua dilakukan pemeriksaan kesehatan individual dengan
wawancara dan penyelidikan klinis dari orang yang diduga memiliki masalah kesehatan individu,
dan tahap yang terakhir adalah dilakukan analisis kesehatan khusus. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir angka kejadian cold stress pada pekerja dengan suhu rendah.6,7

Kehilangan panas terjadi karena radiasi, konduksi, konveksi (seperti angin mempercepat),
respirasi, dan penguapan. Karena itu, mereka yang bekerja di suhu rendah, angin kencang, dan
pakaian basah atau dengan tubuh basah berisiko tinggi terjadinya penurunan efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah
terhadap kesehatan dapat mengakibatkan kondisi hipotermia (cidera non freezing) dan beberapa
penyakit yang disebut dengan frostbite, chilblains, dan trench foot (cidera freezing).5,21

Setelah memastikan diagnosis cold stress, pengobatan yang cepat diperlukan untuk
mencegah kematian. Pakaian, sepatu maupun sarung tangan yang basah atau lembab harus
dilepaskan secepat mungkin, dan penderita tersebut harus dipindahkan dari ke lingkungan yang
hangat, kering dan terlindung. Melakukan debridasi dan mencegah kontak lebih lanjut pada
daerah lesi. Serta mengurangi tekanan pada daerah kaki maupun daerah yang terpapar agak
mengurangi pembengkakan ataupun kerusakan jaringan.22

31
DAFTAR PUSTAKA

1. ILO. Kesehatan dan Keselamatan Kerja; Sarana Produktivitas. Pedoman Pelatihan


Untuk Manajer dan pekerja. Modul Lima. Halaman 5. Jakarta: 2013
2. NIOSH. Cold Stress. 1600 Clifton Road Atlanta,GA 30329-4027 USA: 2016
3. Amalia H. Beberapa Factor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Akibat Cold Stress
(Studi Tentang Cold Stress Di PT.Aneka Tuna Indonesia Gempol Pasuruan)
Surabaya: Airlangga Universitas Library 2006.
4. Killham D, Cold Stress : Achilling Effect.Published By The Workers Health And
Safety Center,Toronto 2007.
5. Chalupka S. Cold Stress in the Work Environment.Boston. Harvard School of Public
Health 2009.
6. HOLMÉR I. Evaluation of Cold Workplaces: An Overview of Standards for Assessment of
Cold Stress. Industrial Health. 2009; 47: 228-234
7. HOLMÉR I. Risk Assessment for Cold Work. Journal of the Human-Environmental
System, 2008; 1(11) 1-5. 
8. International Standard ISO 15743. Ergonomics of the thermal environments Cold
workplaces: Risk assessment and management. 1st ed. 2008.
9. Hassi J, Mäkinen TM, Abeysekera J, Holmér I, Huurre M, Påsche A, Raatikka V-P.
Risk assessment and management of cold related hazards in arctic workplaces:
network of scientific institutes improving practical working activities. Institute of
Occupational Health, Cold Work Action Program; Project Report B7, Oulu. 2001.
10. Anttonen H, Pekkarinen A, Niskanen J. Safety at Work in Cold Environments and
Prevention of Cold Stress. Industrial Health. 2009; 47: 254-61
11. Wulandari N.Gambaran Gangguan Kesehatan Pekerja Dengan Paparan Suhu Dingin
Bagian Produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia.Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Denpasar: 2015
12. Mariann S. Work environment and health in the Norwegian fishing fleet - a field
study on board deep-sea fishing vessels. From 15th International Conference on

32
Environmental Ergonomics (ICEE XV) Portsmouth, UK:2015
http://www.extremephysiolmed.com/content/4/S1/A48

13. Rahmawati D K. Pajanan SUhu Dingin dan kejadian Hipotermia pada pekerja Cold
Storage. Digital Repository Universitas Jember: 2017

14. OSHA (Occupational Safety and Health Administration). Cold Stress Guide.
Washington, DC 20210: United States Department of Labor.
https://www.osha.gov/SLTC/emergencypreparedness/guides/cold.html

15. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Keseimbangan Energi dan
pengaturan Suhu Tubuh. Hal 713-16, edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran: EGC 2011.

16. Kukus Y, Supit W, Lintong F. Suhu Tubuh: Homeostasis dan Efek terhadap Kinerja
Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, hal 107-18. Universitas Sam
Ratulangi Manado: 2009.

17. Lopak G N, Lintong F, Moningka M. Hubungan Paparan Suhu dingin terhadap


Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja. Jurnal e-Biomedik,
Volume 5, Nomor 2. Universitas Sam Ratulangi Manado: 2017.

18. Sharkum J, Michael, Ramsay A David. Chapter 4 : Thermal Injury. Forensik


Pathology of trauma. Totowa : Human Press Inc ; 2007.

19. Spector Jordan, Fernandez Wiliam. Chemical, Thermal and Biological ocular
Exposure. Emergency Medicine Clinic of North America. Philadelphia : Boston
University ; 2008.

20. William P and Cheshire Jr. Thermoregulatory disorders and illness related to heat and
cold stress. Autonomic neuroscience: basic and chlinical 196. 2016
21. Chen CJ, Dai YT, Tien Ck et al. Study on the heath hazards of cold stress in the

workplace. Journal of Occupational safety and health. 2010

33
22. Heil K, Thomas R, Robertson G et al. Freezing and Non-freezing cold weather
injuries: a systematic review. Published by Oxford Univercity Press. Vol 117. 2016
23. Occupational Safety and Health Administration. OSHAcademy Course 602 Study
Guide: Heat and Cold Stress Safety. OSHA publications. 2018

34

Anda mungkin juga menyukai