Anda di halaman 1dari 42

SK, KEBIJAKAN DAN PANDUAN

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


DI UNIT FARMASI

RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI


JL. W MONGINSIDI NO. 3 KUPANG
TLP. 0113811012/08113811013
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 01/SK/1/2019

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN DAN SPO INDENTIFIKASI PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RSU MAMAMI

Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 43 Undang-undang

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu Menetapkan Menteri

Kesehatan tentang Keselamatan pasien Rumah Sakit.

b. Bahwa untuk terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit,

meningkatnya akuntabilitas, menurunnya kejadian tidak diharapkan

(KTD), dan terlaksananya program- program pencegahan tidak terjadi

pengulangan kejadian yang tidak diharapkan perlu menetapakan

pemberlakuan panduan dan SPO indentifikasi pasien di RSU Mamami.

Mengingat : 1. Undang- undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran.

2. Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang

standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/ 2008 tentang

Rekam Medis.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III2008 tentang

Persetujuan Tindakan Kedokteran.


8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011

tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : Keputusan Direktur RSU Mamami nomor 01/SK/I/2018 Pemberlakuan panduan

dan SPO indentifikasi pasien di RSU Mamami.

Kedua : Memberlakukan panduan dan SPO indetifikasi pasien pada RSU Mamami.

Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diadakan

perbaikan/perubahan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan

dalam penetapannya.

Ditetapkan di kupang

Pada tanggal,

Direktur.

Dr. Thimotius Tarra Behy


RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 02/SK/1/2019

TENTANG
KEBIJKAN PENERAPAN INDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
DI RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI

Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan kenteuan pasal 43 Undang-undang


nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang keselamatan pasian
Rumah sakit.
b. Bahwa untuk terciptanya budaya keselematan pasien di rumah
sakit, meningkatnya akuntabilitas, menurunnya kejadian tidak
diharpakan (KTD ), dan terlaksananya prorgam-program
pencengahan tidak terjadi pengulangan kejadian yaang tidak
diharapkan perlu menetapkan pemberlakuan panduan dan SPO
imdentifikasi pasien di RSU Mamami.
Mengingat : 1. Undang- undang Praktek Kedokteran No 29 pasal 45 ayat (3)
tahun 2008 tentang panduan pemberian informasi dalam rangka
persetujuan tindakan kedokteran.
2. Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis.
3. Permenkes No. 290/MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan
tindakan kedokteran.
4. Permenkes RI No. 755 tahun 2011 tentang penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah sakit.
5. Kep.Menkes RI No.772/MENKES/SK/VI/2002 tentang pedoman
peraturan internal Rumah Sakit
( Hospital by Laws).
6. Pedoman Nasional Keselematan pasien Rumah Sakit
( pacient safety). Departemen kesehatan Repuplik indonesia,
edisi 2, 2006.
7. Setiap petugas haruss bekerja sesuia dengan standar profesi,
standar prosedur oprasisonal yng berlaku, dan etika profesi serta
menghormati hak pasien.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : keputusan Direktur RSU Mamami Nomor 01/PSI/DIR/V/2016 Kebijakan
penerapan indetifikasi pasien dengan benar di rumah sakit umum Mamami.
Kedua : Ukuran gelang indetifikasi pasien ada dua yaitu ukuran besar untuk orang
dewasa dan ukuran kecil untuk bayi dan anak-anak.
Ketiga : Apabila pasien tidak memiliki anggota gerak atau alergi bahan gelang
maka indentitas di kalungkan pada leher pasien menggunakan kalung
berwarna sesuai dengan jenis kelamin pasien.
Keempat : Pada pasien yang meninggal dunia di UGD atau rawat inap dipakaikan dua
gelang indetitas yang sama yaitu satu pada pergelangan tangan dan satu
pada pergelangan kaki.
Kelima : Pada pasien dengan kondisi khusus (ganguan jiwa dan luka bakar) yang tidak
memungkinkan diidentifikasi dengan gelang indetifikasi, maka indentitas
dapat ditempelkan pada pakian (baju) dan ditempelkan pada area yang
terlihat jelas, hal ini harus dicatat direkam medis pasien.
Keenam :Pada kondisi pasien tidak memakai baju, gelang indentifikasi harus
menempel pada badan pasien dengan mengunakan perekat trasparan/
tembus pandang dan lain ini harus dicatat direkam medis pasien.
Ketujuh : Pada pasien dengan kasus tidak diketahui jenis kelaminnya maka pasien
dapat memakai kalung berwarna putih sebagai indentits.
Kedelapan : Apabila pasien menolak dipakaikan gelang indentits maka harus
didokumentasikan dalam rekam medis ( alsan penolakan dan alternatif
indentitas yang digunakan)
Kesembilan : Pasien terminal atau pasien yang menolak resusitasi (DNR), harus
dipasangkan gelang berwarna ungu dan diwajibkan bagi keluarganya untuk
menandatangani lembaran informed consent penolakan resusitasi
Kesepuluh : pasein tidak sadar dan tanpa keluarga, diberi indentitas pasien alfa, pasien
bravo dan seterusnya (sesui kode alfabet) dan identifikasi tetap diupayakn
dari pengantar pasien atau bantua pihak berwajib.
Kesebelas : pasien tidak sadar, pasien anak atau pasien yang mengalami keterbatasan
lainnya, identifikasi dapat ditanyankan pada keluarga pasien dan dicocokan
kembali dengan gelang identifikasi pasien.
Keduabelas : Apabila pencetakan identitas pada gelang identifikasi pasien tidak tersedia
maka penulisan data indentitas pasien dapat dilakukan secar manual dengan
tulisan tangan.
Ketigabelas : Apabila pencetakan label berupa stiker penanda “ PASIEN DENGAN NAMA
YANG SAMA” tidak tersedia maka dapat dilakukan penulisan secara manual
pada rekam medis pasien daan lembaran lain yang digunakan untuk
pelanyanan kesehatan pasien.
Keempatbelas : Apabila bayi baru lahir belum mendapatkan nomor rekam medis dan belum
ada identits maka untuk sementara dapat mengunakan nama ibu (bayi
nyonya) dan nomor rekam medis ibu sampai bayi mendapat nomor RM
permanen dari bagian pendaftaran.
Kelimabelas : Untuk ibu yang melahirkan diberi dua identitas yaitu gelang pertama sesuai
identitas ibu, gelang kedua sesuai jenis kelamin bayi (identitas bayi) dengan
nomor rekam medis bayi.
Keenambelas : pemasangn gelang dilakukan sebelum pasien masuk ruang perawatan dan
sebelum dilakukan tindakan di UGD, ruang bersalin dan kamar operasi.
Ketujuhbelas : kancing penanda resiko jatuh (warna kuning) dipasangkn pada gelang pasien
setelah dilakukan pengkajian baik itu resiko jatuh sedang dan tinggi
sedangkan pasien dengan resiko jatuh rendah tidak dipasangkan kancing
penanda.
Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur.

Dr. Thimotius Tarra Behy


RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

PANDUAN
IDENTIFIKASI PASIEN
RUMAH SAKIT MAMAMI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
1. Identifikasi pasein adalah proses mencocokan gelang identifikasi pasien pada
perngelngan tangan kiri/kanan, yang didalamnya tercantum nama lengkap,
tanggal lahir dan nomor rekam medis dengan identitas orng yang akan diberikan
pengobatan, dilakukan tindakan/prosedur, diambil darah/spesimen untuk
pemeriksaan klinis, diberikan darah/produk darah, atau mendapatkan tindkan
medis lainnya.
2. Gelang identifikasi pasien adalah alat berupa gelang yang dipasangkan kepada
pasien secra individual yang digunakan sebagai identitas pasien selma dirawat di
rumah sakit.
B. Tujuan
Memastikan identitas pasien dengan benar sebelum pemberian obat darah/produk
darah, pengambilan darah, spesimen untuk pemeriksaan klinis, sebelum memberikan
pengobatan dan sebelum melakukan tindakan medis lainnya.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup
1. Proses identifikasi pasien ini berlaku untuk semua unit rumah sakit yang terkait
dalam memberikan pelanyan kepada pasien, meliputi Unit Rawat Inap, Unit
Gawat Darurat, Unit Lamboraturium, Unit Gizi, Unit Bedah dan Anastesi, Unit
Ruang Duka.
2. Ketetapan mengidentifikasi pasien harus dilakukan petungas terkait sebelum
pemberian obat darah/produk darah, pengambilan darah/spesimen untuk
pemeriksaan klinis, sebelum memeberikan pengobatan, dan sebelum melakukan
tindakan medis lainnya.
B. Klasifikasi Gelang Identifikasi pasien
1. Gelang berwarna biru untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki.
2. Gelang berwarna merah muda (Pink) untuk pasien dengan jenis kelamin
perempuan.
3. Kancing penanda berwarna merah untuk pasien dengan alergi tertentu.
4. Kancing pedanda berwarna kuning untuk pasien dengan resiko jatuh.
5. Kancing penanda berwarna ungu untuk pasien yang tidak ingin diresusitasi.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Tata Laksana Identifikasi
1. Gelang identifikasi pasien yang akan dipasangkan diberi tiga identitas meliputi :
a Nama lengkap pasien
b Tanggal lahir pasien
c Nomor rekam medis pasien
2. Identifikasi pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Verbal yaitu dengan bertanya kepada pasien nama lengkap dan tanggal lahir
sesuia dengan KTP . Apabila pasien tidak bisa bicara atau tidak sadar
dapat ditanyakan kepada keluarga.
b. Visual yaitu dengan melihat gelang identifikasi pasien, ( nama
pasien ,tanggal lahir dan nomor rekap medis) untuk dicocokan dengan
identitas pasien sebelum pemberian obat, darah/produk darah, pengambilan
darah/spesimen untuk pemeriksaan klinis, sebelum memberikan
pengobatan, dan sebelum melakukan tindakan medis lainnya.
B. Tata Laksana Pemansangan Gelang Identitas pasien
1. Jelaskan maksud dan tujuan pengunaan gelang identifikasi pasien yaitu untuk
mencegah keslahan karena keliru pasien sebelum pemberian obat, darah/produk
darah, pengambilan darah/spesimen untuk pemeriksaan klinis, sebelum memberikan
pengobatan, dan sebelum melakukan tindakan medis lainnya.
2. Lakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa pasien dan atau keluarga pasien paham
atas pengunaan gelang identifikasi.
3. Gelan identifikasi pasien dipasangkan di pergelangan tangan kanan/ kiri pasien
dan pastikan gelang terpasang dengan aman dan nyaman.
4. Minta pasien dan atau keluarga untuk mengingatkan petugas apabila petugas tidak
melakukan identifikasi sebelum pemberian obat atau tindakan medis lainnya.
5. Ketika pasien dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya ataupun saat pergantian shift
jaga, perawat yang menerima pasien bertanggung jawab untuk menanyakan kembali
identitas pasien dan menyesuaikan dengan rekam medisnya.

C. Tata Laksana Pelepasan Gelang Identifikasi pasien


1. Jelaskan maksud dan tujuan pelepasan gelang identifikasi yaitu karna proses
perawatan pasien di rumah sakit telah selesai (sembuh, meninggal dunia)
2. Lakukan serah terima berkas – berkas dan obat – obatan (bila ada) dan pastikan
urusan administrasi pasien telah selesai
3. Lepaskaan gelang identifikasi pasien, gunting menjadi beberapa bagian kecil dan
buang pada tempet sampah
4. Pada kondisi yang memrlukan pelepasan sementara (karna tindakan medis dan
keperawatan) maka segera setelah prosedur di lakukan, gelang identifikasi yang
baru harus dipasang kembali. Pemasangan gelang di lakukan oleh perawat pada
unitbkerja/petugas diruangan tersebut
5. Pada pasien yang meninggal dunia di UGD atau rawat inap gelang identifikasi
dilepas dikamar jenazah dengan disaksikan keluarga sesaat sebelum diserahkan
kepihak keluarga
6. Pasien yang dirujuk kerumah sakit lain gelang identifikasinya akan dilepas oleh
perawat yang mengirim pasien, dan pelepasan dilakukan setelah adanya serah
terima pasien di rumah sakit yang dituju.
BAB IV

DOKUMENTASI

Dalam melaksanakan identifikasi pasien perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut

1. Identifikasi menggunakan nama, tanggal lahir dan nomor rekam medis harus sama
dengan yang terlampir pada rekam medis pasien
2. Peninjauan ulang panduan identifikasi pasien dilakukan setiap (dua) tahun sekali.
BAB V

PENUTUP

Demikian panduan identifikasi pasien ini dibuat sejalan dengan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit, maka melaksanakan kegiatan identifikasi
pasien dirumah sakit sangat penting. Melalui panduan ini di harapkan dapat menunjang
tercapainya sasaran keselamatan pasien, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap RSU mamami.

Ditetapkan di kupang

Pada tanggal,

Direktur.

Dr. Thimotius Tarra Behy


DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI NO. 1691/ Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit


RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

KEPUTUSN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 08/SK/I/2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN DAN SPO EFEKTIF


DI RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RSU MAMAMI

Menimbang :
a. Bahwa untuk melaksanakn ketentuan pasal 43 undang-undang nomor 44
tahun 2009 tentang rumh sakit perlu menetapkan peraturan meteri
kesehatan tentang keselamatan pasien rumah sakit.
b. Bahwa untuk terciptanya budaya keselematan pasien di rumah sakit,
meningkatnya akuntabilitas, menurunnya kejadian tidak diharpakan (KTD ),
dan terlaksananya prorgam-program pencengahan tidak terjadi
pengulangan kejadian yaang tidak diharapkan perlu menetapkan
pemberlakuan panduan dan SPO imdentifikasi pasien di RSU Mamami.
Mengingat :
1. Undang- undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik

Kedokteran.

2 . Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan.

3. Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang

Tenaga Kesehatan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/

2008 tentang standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/

2008 tentang Rekam Medis.


7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III

2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/

VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : Keputusan Direktur RSU Mamami nomor 01/SK/I/2018

Pemberlakuan panduan dan SPO indentifikasi pasien di RSU

Mamami.

Kedua : Memberlakukan panduan dan SPO indetifikasi pasien pada

RSU Mamami.

Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan

Diadakan perbaikan/perubahan apabila dikemudian hari

Ternyata terdpat kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di kupang

Pada tanggal,

Direktur.

Dr. Thimotius Tarra Behy


RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI


NOMOR 09/SK/I/2018

TENTANG

KEBIJAKAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF


DI RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Menimbang :
a. Bahwa untuk melaksanakn ketentuan pasal 43 undang-undang nomor 44
tahun 2009 tentang rumh sakit perlu menetapkan peraturan meteri
kesehatan tentang keselamatan pasien rumah sakit.
b. Bahwa untuk terciptanya budaya keselematan pasien di rumah sakit,
meningkatnya akuntabilitas, menurunnya kejadian tidak diharpakan (KTD ),
dan terlaksananya prorgam-program pencengahan tidak terjadi
pengulangan kejadian yaang tidak diharapkan perlu menetapkan
pemberlakuan panduan dan SPO imdentifikasi pasien di RSU Mamami.
Mengingat :
1. Undang- undang Praktek Kedokteran No 29 pasal 45 ayat (3) tahun 2008
tentang panduan pemberian informasi dalam rangka persetujuan tindakan
kedokteran.
2. Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
3. Permenkes No. 290/MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran.
4. Permenkes RI No. 755 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah sakit.
5. Kep.Menkes RI No.772/MENKES/SK/VI/2002 tentang pedoman peraturan
internal Rumah Sakit ( Hospital by Laws).
6. Pedoman Nasional Keselematan pasien Rumah Sakit ( pacient safety).
Departemen kesehatan Repuplik indonesia, edisi 2, 2006.
7. Meningkatkan komunikasi yang efektif harus dilakukan saat menerima
instruksi dan atau hasil kritis secara lisan/via telepon dengan mencatat,
membaca ulang dan mengkonfirmasi oleh pemberi perintah dengan
membuhtuhkan nama jelas serta tanda tangan pada MR. 4 disertai cap
TULBAKON dalam waktu kurang dari 24 jam
8. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang beralaku, dan etika profesi serta menghormati
hak pasien.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan kegiatan pekanyan keselamatan
pasien.

Menetapkan
Pertama : keputusan Direktur RSU Mamami Nomor 09/SK/I/2018 tentang
Kebijakan penerapan komunikasi efektif di Rumah Sakit Umum
Mamami.
Kedua : Tenaga kesehatan penerima pesan (dokter, apoteker, perawat, analis
gisi) menulis pesan yang diterima dicatatan terintegrasi dan ditandatangani.
Ketiga : pesan verbal ditulis lengkap dan dapat dibaca dengan jelas
Menggunakan singkatan terstandar, alfabet dan simbol yang berlaku
di Rumah Sakit Umum Mamami.
Keempat : Verifikasi pemberian instruksi menandatangani catatan pesan yang
di tulis penerima pesan dlam pada MR 4 dengan stempel
TULBAKON sebagai tanda persetujuan dalam waktu 1x24 jam.
Kelima : Tenaga kesehatan yang melaporkan kondisi pasien kritis kepada
DPJP atau dokter yang merawat dan serah terima pasien
Mengunakan teknik SBAR ( Situation, Background, Assesment,
Recommendation)
Keenam : Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil
Pemeriksaan yang memerlukan penanganan segera dan harus
Dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari jam jam.

Ketujuh : Bila DPJP tidak dapat dihubungi petugas terkait bisa menghubungi
Dokter jaga ( dokter UGD yang merangkap sebagai dokter Rawat
Inap ) perawat rawat inap dan perawat UGD. Pelaporan hasil
pemeriksaan normal ataupun abnormal ke DPJP/dokter yang diminta.

Ditetapkan di kupang

Pada tanggal,

Direktur.

Dr. Thimotius Tarra Behy


RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

PANDUAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Komunikasi dapat difenisikan sebagai proses dimana seorang individu
(komuniktor) menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata untuk
merubah tingkah laku orang lain).

Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai dengan
yang diiginkan komunikator. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan
oleh komunikator sesuai dengan pengalaman yang pernah diperoleh komunikan.

Komunikasi harus dilaksanakan dengan terencana, terpola, efektif dan sistematis


agar tehindar dari kesalapahaman yang dapat menimbulkan masalah, seperti
ketidakpuasan pelanggan yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum.

Komuniksi dengan pasien ataupun keluarga pasien harus dibagun dengan baik
sesering mungkin agar dapat mebantu proses penyembuhan . keluarga pasien pin perlu
diberi edukasi agar mengetahui hal-hal yang terkait dengan kesehatan sehingga secara
tidak langsung RSU Mamami dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat.

B. Tujuan
Agar komunikasi dpat berjalan dengan baik dan berdampak efektif, maka
seluruh karyawan di RSU Mamami harus memiliki nilai-nilai etika berkomunikasi
diatantaranya jujur, terbuka, tercercaya, sopan, trasparan, emapati dan memotivasi,
yang bertujuan memberikan panduan teknis bagi pelaksana sebagai bahan acuan
dalam mengembangkan sistem
pengumpulan data/informasi/pesan sesuai dengan kondisi masing-masing untit kerja
dan komunikasi yang cepat, tepat, berkelanjutan, up to date dan dapat dipercaya agar
efektif serta bedamapak pada kepuasan pasien dan keluarga.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup
1. Komunikasi antar pegawai RSU Mamami disetiap unit kerja
2. Komunikasi kepada pasien
3. Komunikasi kepada keluarga pasien
4. Komunikasi dalam menerbitkan majalah, bulletin dan surat kabar.
5. komunikasi pada media online seperti website, House journal online, akun media
sosial dan sebagainya.
6. Komunikasi kepada Pers/ wartawan.
7. Komuniksi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti
LSM, organisasi masyarakat, rekanan, kolega dan istansi lain)
8. Komunikasi kepada pemerintah.

B. Batasan operasional
1. Komunikasi adalah sebagai proses dimna seorang individu (komukator)
menyampaikan stimulasi (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk mengubah
tingkah laku orang lain.
2. Komuniksi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai
dengan yang diinginkan komunikator.
3. Komunikator (sender ) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang
lain untuk mengirimkan suatu pesan /informasi kepada orang lain yang dapat
dimegerti oleh kedua belah pihak.
4. Komunikan (receiver) dalah orang yang menerima pesan/informasi dari
komunikator.
5. Pesan (message) adalh informasi yang disampaikan baik secara langsung
maupun tidak langsung dari komunikator ke komunikan
6. Media (channel) adalah alat yang menjadi penyampai pesan ke komunikator ke
komunikan.

C. Landasan Hukum
1. Undang –undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang- Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Puplik
3. Undang- Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
4. Undang- Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers.
BAB III

TATA LAKSANA KOMUNIKASI

A. Proses komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
atau untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara lansung atau tiadak
langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator ) mengatakan sesuatu (pesan) kepada
seoarang (komunikan) , menggunakan saluran tertentu (media ) dan dengan efek
tertentu (feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu menerjemahkan
pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada oarang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
untuk melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.

B. Teknik Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap (attitude change) atau perubahan perilaku (behavior change) atau setidaknya
perubahan opini (opinion change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Dalam
komunikasi efektif , proses penyampaian informasi harus tepat waktu, akurat, jelas, dan
mudah dipahami oleh penerima , sehingga dapat mengurangi tingkat kesalapahaman.
1. Proses komunikasi efektif ad1alah sebagai berikut:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isis pesan dibacakan kembali ( Tulbakon) secara lengkap oleh penerima pesan.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
2. Lima fondasi menbangun komunikasi efektif yaitu :
a. Berusaha benar-benar mengerti orang lain ( emphatetic comunication)
b. Memenuhi kominten/janji
c. Menjelaskan harapan
d. Meninta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan
e. Memperlihatkan intergritas pribadi
3. Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif adalah :
a. Faktpr komunikan
Seseorang atau sekelompok orang dapat menerima pesan dengan baik, jika
berada dalam kondisi sebagai berikut:
1) Mengerti pesan yang disampaikan , baik itu dari bahasa, dialek dan gaya
bahasa jika diperlukan gunakan bahasa daerah.
2) Menyadari bahwa keputusan sesuai dengan tujuan dan bersangkutan
dengan kepentingan pribadinya.
3) Waktu/timing menerima suatu pesan harus tepat.
4) Sikap, nilai, penampilan harus sesuai dengan norma komunikan.
5) Jenis kelompok komunikan harus diperhatikan.
b. Faktor komunikator
Terdpat dua faktor penting dari komunikator agar komunikasi berjalan efektif
yaitu :
1) Kepercayaan pada komunikator ( source credibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan
dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitin menunjukan bahwa kepercayaan
yang besar akan meningkatkan daya perubahan sikap. Dengan lebih
dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan maka lebih besar
kecenderungan komunikan untuk merubah sikap sesuai dengan yang
diinginkan komunikator.
2) Daya tarik komunikator juga kan mempunyai kemmapuan sikap
komunikan dengan menonjolkan atau penampilakan daya tariknya.
Misalnya komunikator menonjolkan kesamaan dirinya dengan
komunikan , bersenda gurau sesuai denagn komunikan, menggiring
komunikan kearah opini yang sama dan memuaskan sehingga
komunikator meraih simpati komunikan. Kesaman yang dapat dibangun
seperti kesamaan ideologi dan kesamaan demografi.
Kemampuan yang tidak kalah penting adalah kemampuan membaca
pikiran/ memahami kepentinganya , kebutuhannya, kecakapannya,
pengalamannya, kemampuan berpikirnya , kesulitannya dan
sebagaianya.
c. Faktor pesan
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan.
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama megerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komnukan dan
menyajikan/menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
tersebut.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan
sesuai situasi kelompok komunikan dalam memberikan tanggapan yang
dikehendaki.
4. Hanbatan komunikasi diantaranya adalah :
a. Gangguan ( barrier)
Menurut sifatnya, gangguan komunukasi terbagi kedalam dua jenis, yaitu
gangguan mekanik dan gangguan semantik. Ganguan mekanik yaitu
gangguan yang disebabkan oleh saluran komunukasi atau kegaduhan
yang bersifat fisik. Contohnya adalah gangguan suara ganda (interferensi)
pesawat radio, kebisingan kendaraan di jalan raya. Gangguan semantik
yaitu gangguan yang berkaitan dengan makna dari pesan tersebut,
biasanya ditimbulkan saat penggunaan bahasa. Contonya secara denotatif
semua orang akan setuju, bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki
empat.secara konotatif banyak yang menganggap anjing sebagai binatang
piaraan yang setia, bersahabat, dan panjang ingatan. Tetapi untuk sebagian
lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang menakutkan dan
berbahaya.
b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat orang selektif dalam menerima pesan .
seseorang yang sedang tersesat di hutan dan beberapa hari tidak
menemukan makanan sediktpun, dan diberi pilihan berlina dan makanan,
maka seseorang tersebut dipastikan akan memilih makanan.
Contoh lain , memberi materi mengenai operasi tulang tidak akan efektif,
tetapi jika memberi materi tentang perawatan luka dan gizi seimbang bagi
keluraga yang sedang menunggu pasein pasca operasi barangkali akan
lebih efektif.
c. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Motivasi seseorang berbeda dari
waktu ke waktu, dari tempat ke tempat. Perbedaan motivasi itu yang dapat
menjadi hambatan komunikasi. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi
maka semakin besar pesan aakan diterima dengan baik. Sebaliknya
komunikan akan mengabaikan suatu komunikan yang motivasinya tidsk
sesuai dengan komunika.
d. Prasangka
Prasangka merupakan suatu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi
karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap
curiga dan menentang komunikator yang hendak meberikan komunikasi.
Contonya prasangka terhadap suatu ras, agama, pendirian politik, kelompok,
pendek kata perangsang yang dalam pengalaman pernh memberi kesan
yang tidak baik. Contohnya seorang politikus yang disuatu tempat
mengemukakan suatu analis yang ternyta meleset akan ditanggapi dengan
penuh prasangka apabila ia kembali berpidato di tempat tersebut.

C. Macam –macam teknik komunikasi efektif


1. Teknik komunukasi efektif antr pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pengiriman pesan antara dua
orang atau kelompok kecil orang, dengan beberapa efek dan umpan balik
seketika.
Komunikasi antar pribadi terjadi secara dialog dan memungkinkan terjadi
feedback dan interasi secara langsung dari komunikan, dibandingakan dengan
bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam
kegiatan mengubah opini, kepercayaan, sikap, dan perilaku komunikan. Dalam
komunikasi antar pribadi , komunikasi efektif tercapai bila terjadi kesamaan
persepsi antara komunikator dengan komunikan.
Komunikasi efektif antar pribadi mempunyai 5 ciri yaitu:
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Dukungan
d. Rasa positif
e. Kesetaraan

Kiat sukses berkomunikasi:

a. Kenali dengan baik lawan bicara


b. Jangan terlalu banyak bicara dan kurang mendegar
c. Jangan merasa dan memperlihatkan bahwa kita lebih tahu daripada lawan
kita bicara.
d. Kenali betul diri sendiri dan kemampuan diri sendiri.

yah… benar Dikonfirmasikan Jadi isi pesannya ini yah pak

komunikator Isi pesan Ditulis Dibacakanan Komunikan

2. Teknik komunikasi efektif antara dokter dan pasien


Pengembangan hubungan dokter –pasien secara efektif yang berlangsung
secara efesien , dengan tujuan utama komunikasi dalam penyampaian informsi
atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja
sama antara dokter dengan pasien .komunikasi yang di lakukan secara verbal dan
non verbal menghasilakan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya ,
peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama –sama dokter mencari alternatif
untuk mengatasi permasalahannya.
a. Dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunukasi yang digunakan:

1). Disiase centered communicatoin style atau doctor centered


communication style yaitu komunikasi berdasarkan kepentingan dokter
dalam usaha menegakkan diagnosis, termaksud penyelidikan dan
penalaran klinik mengenai menganai tanda dan gejala- gejala’

2). Lllness centered communication style atau patient centered


communication style yaitu komnukasi berdasarkan apa yang dirasakan
pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman
unik. Disni termaksud pendapat pasien , kekhawatirannya, harapanya,apa
yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.

b. Kiat komuniksi dalam menyampaikan informasi menurut konsil kedokteran


indonesia yaitu :
1). Tanyakan apakah yang dikhwatirkannya.
2.) Gunakan bahasa yang mudah dimegerti, sesuai tingkat
pemahamannya( usia, latar belakang pendidikan, sosial budaya)
3) Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan istilah
kedokteran. Kalupun harus menggunakannya, beri penjelasan dan
padanan katanya (kalo memang ada).
4) Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian informasi bisa
dilakukan secara bertahap.
5). Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atu kalimat persiapan
atau pendahuluan, misalnya, “boleh saya minta waktu menyampaikan
sesuatu?” untuk melihat apakah dia (yang di ajak berkomunikasi) siap
mendegar berita tersebut.
6) Hindari mengunakan kata – kata yang bersifat mengamcam, seperti “
kalau tidak melakukan anjuran saya, kalau ada
apa – apa jangan datang ke saya ”.
7) Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semanggat atau
menyakinkannya.
8) Ulangi pesan yang penting.
9) Pastika pasien/keluarga mengerti apa yang disampaikan.
10) Menanggapi reaksi pisikologis yang ada, terlihat dari ucapan atau sikap
dan dengan empati. “ saya dapat mengerti jika ibu khawatir ”.
11) Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
12) Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya, jangan monopoli
pembicaraan.
13) Beri nomor telpon yang bisa dihubungi jika sewaktu – waktu diperluhkan.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
mencinptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu
sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar
dan berbicara dan keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Empaty
Communicationin Physician – Patient Encounter
( 2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam
konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut :
a Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan
pasien ( aphysician cognitive capacity to understand patient’s needs ),
b Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien
(an affectivesensitivity to patient’s feelings),
c Kemampuan perilaku dokter dalam
memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien
( a behavioral ability to convey empathy to patient)
3. Teknik komunikasi Efektif antara tenaga kesehatan
Komunikasi dalam menyampaikan informasi antara tenaga kesehatan
membutuhkan perhatian yang utama. Metode yang digunakan untuk komunikasi
tersebut harus dapat digunakan sebagai komunikasi verbal dan non verbal yang
akurat, jelas dan mudah dipahami sehingga tidak terjadi misinterpretasi yang
dapat berpengaruh terhadssp penanganan pasien selanjutnya. Diantaranya
adalah :
a. Komunikasi antara dokter umum dengan dokter spesialis (DPJP)
b. Komunikasi antara dokter spesialis (DPJP) dan dokter spesialis terkait.
c. Komunikasi antara dokter dengan perawat.
d. Komunikasi antara perawat/antar petugas rumah sakit.
4. Tekinik komunikasi Efektif di RSU Mamami
a. Teknik tulis baca, kembali, konfirmasi ulang (TULBAKON)
1) Tulis : perintah harus ditulis secara lengkap oleh petugas-petugas
kesehatan yang meliputi :
a. Tanggal dan jam.
b. Isi perintah.
c. Nama pemberian perintah.
d. Nama pemberih perintah.

Perintah /instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan yang disampaikan harus ditulis pada berkas rekam medis
(MR.4), dikonfirmasi ulang pada saat DPJP visite, instruksi harus dicek
kembali oleh DPJP kemudian ditandatangani pada kolom cap konfirmasi

(stempel “TULBAKON”). Apabila dokter DPJP sedang tidak ada ditempat


maka cap konfirmasi dan lembar TULBAKON dapat ditanda tangani oleh
dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP

TULBAKON

INSTRUKSI VIA TELEPON


dokter yang dihubungi Dihubungi oleh
tanggal verifikasi Paraf Tgl :……
paraf Jam : …..

Nama dr…………………… Nama dr/perawat………………

2) Baca : perintah/instruksi lisan via alat komunikasi/telepon dan laporan hasil


pemeriksaan di baca ulang/ di eja,waspadai
nama –nama obat yang NORUM /LASA (Nama obat rupa mirip /look alike
sound alike ) seperti :
a) Aminopilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
b) Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg

Pemerintah/instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil pemerikasaan,


nama –nama obat atau tindakan yang tidak jelas akan di eja dengan
ejaan alphabet yang sudah di standarisasi:
Huruf Kode Huruf Kode Huruf Kode
Alphabet Alphabet Alphabet
A Alfa J Juliete S Sierra
B Bravo K kilo T Tango
C Charlie L Lima U Uniform
D Delta M Mike V Victor
E Echo N November W Whiskey
F Foxtrol O Oscar X X-ray
G Golf P Papa Y Yankee
H Hotel Q Quebec Z Zulu
I India R Romeo

3) Komunikasi ulang (verifiksi ) : instruksi baik lisan dan via alat komunikasi
atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemerikasaan pada kesempatan pertama setelah
pemberian instruksi.
b. Teknik pelaporan Situation , Background, Assesment, Recommendatoin
( SBAR).
1) Sitiation
Tn. Iwan, usia 27 tahun dirawat di ruang melati 1, keluhan : sesak.

Dokter, tanda- tanda vital : Laju pernapasan : 40 x /menit tekanan darah


130 x
: 90 mmHg, nadi 100 menit , suhu : 37,8 °c.

2. ). Background

Pasien masuk rumah sakit hari yang lalu dengan riwayat asma, saat ini
pasien gelisa dan meracau.

3) Asessment

Pasien tidak stabil dan semakin memburuk dokter.

4) Recommendation
Kiranya dokter segera datang untuk melihat apakah perlu di pindahkan
keruang intensif atau tundakan inkubasi.

D. Pelaporan hasil pemeriksaan kritis


1. Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampain nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu
kurang dari satu jam.
2. Dokter atau petugas menyampaikan hasil kritis ke DPJP, bila tidak bisa dihubungi
maka petugas menghubungi dokter/ perawat dibagian terkait.
3. Dokter/petugas yang melaoprak hasil kritis mencatat nama lengkap,tanggal dan
waktu.
E. Pelapor pemeriksaan Cito
1. Proses permintaan dan penyampaian pemeriksaan tes cito.
2. Pemerikasaan cito adalah pemeriksaan yang harus segera dilakukan dan segera
disampaikan hasilnya, baik hasil normal maupun abnormal misalnya pemeriksaan
analisa gas darah, foto thorak dan lain sebagainya.

F. Alur Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kritis

ANALIS dr. PENANGUNG JAWAB


KOORDINATOR LABORATURIUM
ANALIS

RAWAT INAP RAWAT JALAN & UGD

PERAWAT / BIDAN PERAWAT

DPJP/dr. jaga /konsulen


Jaga DPJP.dr. Poli / Dokter
spesialis

G. M ekanisme Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kritis dan Pemeriksaan Cito


1. Pada 15 menit pertama : perawat harus melaporkan kepada dokter jaga/UGD
2. Pada 15 menit kedua : dokter juga harus melaporkan kepada dokter
konsulen/dokter yang meminta pemeriksaan.
3. Pada 15 menit ketiga : bila belum berhasil, dokter jaga melaoporkan kepada
dokter spesialis lain dengan kualifikasi sama.
4. Pada 15 menit keempat : bila belum berhasil dokter jaga bisa menghubungi
urutan pimpinan sebagai berikut :
a Ketua komite medik
b Direktur /Wakil Direktur Rumah sakit.

TEST CRITICAL RESULT


Hemoglobin < 7 mg /DI
WBC ˃ 50.000k/UI or <1000k/UI (non- oncology
patiens)
Glucosa ˃300mg/dL or <40mg/DI
Calcium ˃300mg/dL or <7,0mg/DI
Hepatitis B antigen POSITIVE

H. Teknik Berbicara Efektif


Teknik berbicara yang efektif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menarik nafas dalam – dalam sebelum memulai berbicara.
2. Mengatur volume bicara lebih keras dari biasanya. Caranya dengan mengatur,
agar suara dapat didengar oleh jajaran orang yang duduk atau berdiri paling
jauh dari tempat kita bicara.
3. Mengunakan kata – kata sehari – hari, yang dikenal oleh pendengar. Orang
akan tertarik pada pembicaraan yang mengunakan kata – kata yang akrab
ditelinganya dari pada kata – kata yang tidak dimengerti ( misalnya istilah –
istilah dalam bahasa asing ).
4. Layangkan pandangan keseluruh pendengar.
I. Teknik Mendengar Efektif
Mendengar adlah hal yang utama dalam berkomunikasi, mendengar dengan
efektif berarti mendengar untuk mengerti apa yang dikatakan dibalik pesan.
Prosesnya adalah :
1. Mendengar efektif dengan menangkap ungkapan non verbal sebaik
isyarat/petunjuk bverbal. Artinya pada saat mendengar dengan efektif
menerima akan mendapatkan umpan balik dengan menguraikan sendiri
melalui kata – katanya tentang pesan yang disampaikan oleh pengirim, dan
mengulang kembali dengan caranya sendiri.

2. Menerima pesan mengecek kembali, yaitu apa yang ada dibalik pesan yang
diterimanya untuk mengerti pesan apa yang sesungguhnya diterima.
3. Gambaran prilaku, ini merupakan gambar individual yang sangat spesifik,
kegiatan pengamatan kepada orang lain tampa membuat keputusan atau
generalisasi tentang latar belakang. Orangnya atau sifatnya.
Teknik mendengar efektif dapat membantu dan memastikan para
komunikator mempunyai informasi yang akurat. Memastikan bahwa kualitas
informasi yang baik tidak hanya merupakan tantangan dalam komunikasi.
Keduanya baik pengirim maupun penerima ingin memastikan bahwa mereka
mempunyai kualitas ketetapan dari informasi yang benar.
BAB IV
DUKUMENTASI

Dalam melaksanakan komunikasi perluh diperhatikan beberapa hal sebagai


berikut :

1. Komunikasi antar pribadi


Komunikasi dilakukan oleh petugas di unit kerja masing masing baik antara
pegawai, maupun antar pegawai RSU Mamami dengan pelanggan.
2. Komunikasi Kelompoik Kecil
Kegiatan kelompok kumunikasi kecil dilakukan di RSU Mamami dalam bentuk
promosi kesehatan, pemberian informasi kesehatan, seminar, kuliah, pelatihan
dan lain sebagainya. Komunikator dapat melakukan kegiatan komunikasi
tersebut di unit kerja masing – masing, atau berkoordinasi dengan unit kerja lain
untuk menunjang kelancaran kegiatan.
Komunikasi merupakan edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan
pelanggan lainnya dilakukan disetiap unit kerja serta harus berkoordinasi dengan
instalasi promosi kesehatan dan pemasaran agar lebih terorganisir dan efektif.
3. Komunikasi Kelompok Besar
Kegiatan komunikasi dalam lingkup kelompok besar di RSU Mamami seperti
apel upacara, peringatan dan perayaan hari – hari besar lainnya harus
berkoordinasi dengan sub bagian Humas dan protokoler serta mendapat
persetujuan RSU Mamami.
4. Komuniksi Massa
Kegiatan komunikasi formal dengan organisasi/instalasi diluar RSU Mamami,
misalnya wawancara/sebagai narasumber di media cetak, media elektronik, dan
lain – lain dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan sebagian
Humas dsan Protokoler.
Apabila masyarakat memerlukan data/informasi/pesan yang
berhubungan dengan layanan publik harus berkoordinasi dengan pejabat
pengola informasi dan data RSU Mamami. Media komunikasi resmi milik Rsu
Mamami seperti surat kabar, majalah, website, situs jejaring sosial, telpon, dan
papan pengumuman dikelola oleh sub bagian Humas RSU Mamami bekerja
sama dengan isntalasi SIMRS & Infokes dengan meminta sumber informasi/
pesan dari berbagai unit kerja di RSU Mamami sedangankan materi komunikasi
untuk media massa didapat dari berbagai narasumber. Marasumber yang
berwenang memberikan pernyataan dalam bentuk ucapan maupun tulisan
adalah anggota/staf RSU Mamami atau narasumber lain atas persetujuan
direktur rumah sakit.
Pedoman ini merupakan paduan teknis mengenai prinsip – prinsip
komunikasi antar petugas di lingkungan RSU Mamami mulai dari pimpinan
sampai staf pelaksanaan termaksud dokter perawat, juga antara petugas dengan
pelanggan internal maupun eksternal
( pasien, keluarga pasien dan masyarakat rumah sakit )
Dengan berkembangnya era teknologi komunikasi dan informasi maka
sebaiknya pedoman ini perlu dievaluasi setelah dua tahun masa berlakunya.

BAB V
PENUTUPAN

Demikian buku panduan komunikasi efektif ini di buat sejalan dengan makin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit, maka
pelaksanaan kegiatan identifikasi pasien rumah sakit sanggatlah penting. Melalui
paduan ini diharapkan dapat menunjang tercapainya sasaran keselamatan pasien,
sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit
Umum Mamami.
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI No. 1691/Menkes/per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien


Rumah Sakit.

M. Haig, Kathleen, Sutton, R.N. Staci., dan Whittington, R. N John, M. D. Maret


2006. SBAR : A Shared Mental Model For Improving Cummunication Between
Clinicians. Joint Commission on Accreditation of Heltcare Organizations Vol. 32 No.
3

Uchyana Efendy, Onong, Prof. DR. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter – pasien. Jakarta.


Mulyana, Deddy, Prof. M.A., PH. D. Komunikasi Efektif. S
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 025/SK/1/2018

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN DAN SPO KEBERSIHAN TANGAN
DI RUMAH SAKIT MAMAMI KUPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI KUPANG

Menimbang : a Bahwa potensi penularan infeksi yang paling besar di


rumah sakit adalah penularan kontak melalui tangan
b Bahwa melalui kebersihan tangan akan meminimalkan
atau menghilangkan
c mikroorganisme, mencegah trasnmisi
d mikroorganisme dari petugas kepasien, dari pasien ke
petugas, dari pasien ke pasien serta lingkungan sekitar
pasien dan sebagai tindakan utama pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
e Berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam butir a dan b
perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Mamami Kupang.
Mengingat : 1. Undang –undang Repuplik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan.
2. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelanyanan kesehatan lainnya, Depkes
RI,2009.

3. Keputusan Menkes RI Nomor


270/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman manajerial
Rumah Sakit dan fasilitas Pelayanan Kesehatan lainya
4. Keputusan Menkes RI Nomor
5. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : kepurusan Direktur Rumah Sakit Umum Mamami kupang nomor
025/SK/I/2018 tentang kebersihan tangan di Rumah Sakit Umum
Mamami kupang
Kedua : Perlu di bentuk panitiia khusus untuk mengelola dan
menanamkan budaya kebersihan tangaan di Rumah Sakit Umum
mamami kupang dalm bentuk panitia yang dalam pelaksanaannya
bertanggung jawab kepada komite PPI

Ketiga : Fasilitas kebersihan tangan disedikan oleh rumah sakit.


Keempat : Pengawasan kepatuhan kebersihan tangan melalui audit
kebersihan tangan yang dilaksanakan oleh infection prevention
Control Nurse (IPCN) dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit
Umum Mamami Kupang.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur

dr. Thimotius Tarra behy


RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 026/SK/1/2018

TENTANG
KEBIJAKAN KEBERSIHAN TANGAN
DI RUMAH SAKIT MAMAMI KUPANG

Menimbang : a. Bahwa potensi penularan infeksi yang paling besar di


rumah sakit adalah penularan kontak melalui tangan
b. Bahwa melalui kebersihan tangan akan meminimalkan
atau menghilangkan
mikroorganisme, mencegah trasnmisi
mikroorganisme dari petugas kepasien, dari pasien ke
petugas, dari pasien ke pasien serta lingkungan sekitar
pasien dan sebagai tindakan utama pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
c. Berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam butir a dan b
perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Mamami Kupang.
Mengingat : 1. Prosedur kebersihan tangan harus di lakukan oleh semua
petugas rumah sakit, pasien dan pengunjung yang
berhubungan langsung dengan pasien.
2. Kebersihan tangan wajib dilaksanakan pada lima saat
sebagai berikut sebelum kontak dengan pasien,sebelum
melaksanakan tindakan aspetik,sesudah terkontaminasi
cairan tubuh pasien , sesudah kontk dengan pasien dan
sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
3. Cairan antiseptik yang digunakan berbahan dasar alkohol
(handrup), antiseptik yang mengandung clorhexidine %
(handwash), dan clorhexidine 4 % (surgical handwash)
pada tindakan operasi.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Mamami kupang nomor
026/SK/I/2018 tentang kebersihan tangan di Rumah Sakit Umum
Mamami kupang
Kedua : Disetiap unit- unit pelayanan harus tersedia fasilitas kebersihan
tangan yang meliputi wastafel, cairan antiseptik,( label cairan
yang berisi MSDS/Material Safety data Sheet, tanggal
kadarluwasa, dan tanggal awal penggunaan), petunjuk dan stiker
kebersihantangn, dan tisu sekali pakai.

Ketiga : Antiseptik yang digunakan saat melakukan kebersihan tangan


Keempat : dengan handrup sebanyak 3-5 cc selama 20-30 detik dan
handwash -3 cc selama 40-60 detik.

Kelima : Sebelum melakukan kebersihan tngn semua perhiasan yang


digunakan (cincin , gelang dan jam tangan ) harus dilepas.
IPCN berperan dalam memberikan role model dan motivasi untuk
Keenam : membudayakan kebersihan tangan.

Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur

dr. Thimotius Tarra Behy


RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Jl.R.W Monginsidi No.3 Kupang Telp 08113811012, 081138110113/381104
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com

PANDUAN
HAND HYGIENE
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI

BAB I
DEFINISI

Mencuci tangan : proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari
kulit tangan dengan mengunakan sabun biasa dan air.
Flora trasien : folra yang diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan
lain dan permukaan lingkungannya. Flora residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta
didalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya , bahkan dengan pencucian dan
pembiasaan keras denag sabun dan air bersih.
Air bersih : Air yang secara alami atau kimiawi dibersikan dan disaring sehingga aman
untuk diminum, serta pemakaian lainya (misalnya mencuci tangan dan membersikan instrument
medis ) karen memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air
bersih harus bebas dari mikrroganisme dan memiliki turbiditas redah (jernih tidak berkabut)
Sabun : produk-produk pembersih (batang, cair atau bubuk) yang menurunkan
tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran ,debris dan mikrooganisme
yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepas
juga membunuh mikrooganisme secara mekanik, semetara sabun antispetik selain melepas
juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikrroganisme.
Agen antispetik atau antimikroba ( istilah yang digunakan bergantian): bahan kimia
yang diaplikasikan diatas kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau mebunuh
mikrooganisme (baik sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi
jumlah hitung bakteri total.
Emollient : cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrup dan lasion. Kegunaan emollient untuk melunakan kulit dan
membantu mencegah kerusakan kulit (keretakan, kekeringan,dan iritasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan dan dilaksanakan semua pasien, pengunjung, petugas kesehatan, dan
petugas non kesehatan yang berada di lingkungan Rumah Sakit Umum Mamami.
BAB III
TATA LAKSANA

1. Tatalaksana mencuci tangan (hand hygiene) dengan air mengalir


Pelaksana memcuci tangan (hand hygiene) dengan menggunakan air yang efektif
membutuhkan waktu sekitar 40-60 detik, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Buka kran dan basahi tangan dengan air
b. Tuangkan sabun secukupnya
c. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
d. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan dan sebaliknya.
e. Gosok kedua telapk tangan denga sela-sela jari
f. Jari- jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokan.
g. Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam gemgaman tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
h. Gosokan dengan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
i. Bilas tangan dengan air bersih menggunakan enam langkah juga.
j. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk kertas/tissue
k. Gunakan handuk kertas/tissue tersebut untk memutar kran sewaktu mematikan kran.
2. Tata laksana mencuci tangan (hand hygiene) menggunakan antiseptik bebasis
alkohol (handrup )
Prosedur ini dimulai dengan menuangkan 3-5 ml handrup ke dalam telapak tangan, dan
kemudian memulai 6 langkah :
a. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
b. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan dan sebaliknya.
c. Gosok kedua telapk tangan dengan sela-sela jari
d. Jari- jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokan.
e. Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam gemgaman tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
f. Gosokan dengan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
Setiap gerakan sebanyak empat kali. Lamanya prosedur sebaiknya selama 20-30
detik.

3. Tata cara mencuci tangan (hand hygiene) bedah


Persiapan
Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk cuci tangan, memakai APD lengkap,
pemakaian baju dan sarung tangan, memastikan bahwa pakian dan sarung tangan
setelah sesuai dengan ukuran dan tipe operasi.
1. Persiapan karyawan
Persiapan sebelum melakukan cuci tangan
a. Rambut telah tertutup atau telah menggunakan APD lengkap (topi, masker,
kacamata, apron, sepatu khusus yang tertutup)
b. Kuku jari tangan pendek , bersih dan bebas dari cat kuku.
c. Cincin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm diatas siku
d. Tidak ada luka dikulit atau kelainan pada kulit yang sedang dalam proses infeksi.
e. Memilih larutan antiseptik yang tepat.
2. Persiapan alat
a. Tempat cuci tangan yang cukup dalam dan lebar untuk mencegah percikan air
keluar dari area cuci tangan.
b. Air mengalir yang memenuhi syarat , yang dapat dikendalikan dengan siku atau
kaki.
c. Sikat halus dan spon yang menggunakan antiseptik.
d. Pemebersih kuku
e. Tempat sampah untuk membuang sikat sekali pakai.

Teknik cuci tangan bedah


Langkah 1 :
 lepaskan semua perhiasan , termaksud cincin dan jam tangan
 basahi tangan dengan air mengalir
 gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk , cuci tangan dan lengan
bawah secara menyeluruh dan bilas.
Langkah 2:
 Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan keseluruh permukaan tangan
dan lengan bawah .

Langkap 3 :
 Mulai dengan tangan, gunkan pembersih kuku untuk memberiskan daerah
bawa kuku kedua tangan.
Langkah 4 :
 Bersikan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari sela-sela jari, telapak
tangan dan punggung tangan. Cuci setiap jari seakan –akan mempunyai 4
sisi.
Langkah 5 :
 Berikutnya scurp daerah pergelangan tangan pada tiap tangan.
Langkah 6 :
 Setelah seluruh pergelangan tangan sudah di scrup, bagian tangan bawah
juga di scrup, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku
 Ulangi pada lengan satunya , dari lengan menuju siku.
Langkah 7 :
 Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan ditahan
lebih tinggi dari siku.
Langkah 8 :
 Biarkan sisa air menetes melalui siku, keringkan dengan handuk steril.
Tindakan pencegahan
Semua petugas kamar bedah harus mengingatkan tindakan pencegahan berikut untuk
prosedur cuci tangan:
1. Sekali memulai prosedur cuci tangan, setiap kontaminasi atau ganguan
mengharuskan kita mengulangi kembali semua urutan cuci tangan dari awal.
2. Tidak seorangpun boleh cuci tangan sementara memakai cat kuku/ perhiasan
(misal : cincin)
3. Tidak seorangpun boleh mencuci tangan bila tangannya memakai perban.
4. Air yang mengalir dari siku ke jari-jari tangan bertindak sebagai kontaminan. Air
sehrusnya mengalir ke siku yang dilipat.
5. Prosedur cuci tangan ini besifat rutin, lamanya minimal 5 ½ menit dan aturanya
sama saja setiap kali anda perlu mencuci tangan untuk suatu tindakan bedah.
Faktor waktu itu tidak kurangi untuk setiap kasus bedah.
6. Tangan perlu disikat sebersih mungkin tetapi kulit tidak pernah steril.
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan dan pelaporan kebersihan tangan dilaksanakan oleh tim PPIRS.
b. Tim PPIRS bertanggung jawab untuk melaporkan pengumpulan data
mengenai kebersihan tangan kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Monitoring dan evaluasi
a. Kegiatan monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap hari
b. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh tim PPIRS di masing- masing unit
perawatan.
c. Hal- hal yang dimonitoring dan evaluasi meliputi :
a) Kepatuhan petugas untuk cuci tangan sebelum kontak ke pasien
b) Kepatuhan petugas untuk cuci tangan setelah kontak ke pasien
c) Kepatuhan petugas untuk mencuci tangan setelah terkena cairan tubuh
d) Kepatuhan petugas untuk cuci tangan setelah menyentuh alat medis
e) Kepatuhan petugas untuk mencuci tangan setelah melakukan tindakan
invasi.
3. Dokumen
a. SPO Cuci tangan
b. Formulir monitoring hand nygiene
c. Poster hand hygiene
d. Poster 5 moment
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di RS dan Fasilitas kesehatan lainnya,


Depkes – Perdalin- JHPIEGO, 2007.

Pedoman pelaksanan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, Depkes, 2004

A Guide to the implementation of the WHO < ultimodel hand hygiene improvement
strategy, 2009.

Anda mungkin juga menyukai