KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 01/SK/1/2019
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN DAN SPO INDENTIFIKASI PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
Kesehatan.
Rekam Medis.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kedua : Memberlakukan panduan dan SPO indetifikasi pasien pada RSU Mamami.
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diadakan
dalam penetapannya.
Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur.
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 02/SK/1/2019
TENTANG
KEBIJKAN PENERAPAN INDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
DI RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
PANDUAN
IDENTIFIKASI PASIEN
RUMAH SAKIT MAMAMI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
1. Identifikasi pasein adalah proses mencocokan gelang identifikasi pasien pada
perngelngan tangan kiri/kanan, yang didalamnya tercantum nama lengkap,
tanggal lahir dan nomor rekam medis dengan identitas orng yang akan diberikan
pengobatan, dilakukan tindakan/prosedur, diambil darah/spesimen untuk
pemeriksaan klinis, diberikan darah/produk darah, atau mendapatkan tindkan
medis lainnya.
2. Gelang identifikasi pasien adalah alat berupa gelang yang dipasangkan kepada
pasien secra individual yang digunakan sebagai identitas pasien selma dirawat di
rumah sakit.
B. Tujuan
Memastikan identitas pasien dengan benar sebelum pemberian obat darah/produk
darah, pengambilan darah, spesimen untuk pemeriksaan klinis, sebelum memberikan
pengobatan dan sebelum melakukan tindakan medis lainnya.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup
1. Proses identifikasi pasien ini berlaku untuk semua unit rumah sakit yang terkait
dalam memberikan pelanyan kepada pasien, meliputi Unit Rawat Inap, Unit
Gawat Darurat, Unit Lamboraturium, Unit Gizi, Unit Bedah dan Anastesi, Unit
Ruang Duka.
2. Ketetapan mengidentifikasi pasien harus dilakukan petungas terkait sebelum
pemberian obat darah/produk darah, pengambilan darah/spesimen untuk
pemeriksaan klinis, sebelum memeberikan pengobatan, dan sebelum melakukan
tindakan medis lainnya.
B. Klasifikasi Gelang Identifikasi pasien
1. Gelang berwarna biru untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki.
2. Gelang berwarna merah muda (Pink) untuk pasien dengan jenis kelamin
perempuan.
3. Kancing penanda berwarna merah untuk pasien dengan alergi tertentu.
4. Kancing pedanda berwarna kuning untuk pasien dengan resiko jatuh.
5. Kancing penanda berwarna ungu untuk pasien yang tidak ingin diresusitasi.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Tata Laksana Identifikasi
1. Gelang identifikasi pasien yang akan dipasangkan diberi tiga identitas meliputi :
a Nama lengkap pasien
b Tanggal lahir pasien
c Nomor rekam medis pasien
2. Identifikasi pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Verbal yaitu dengan bertanya kepada pasien nama lengkap dan tanggal lahir
sesuia dengan KTP . Apabila pasien tidak bisa bicara atau tidak sadar
dapat ditanyakan kepada keluarga.
b. Visual yaitu dengan melihat gelang identifikasi pasien, ( nama
pasien ,tanggal lahir dan nomor rekap medis) untuk dicocokan dengan
identitas pasien sebelum pemberian obat, darah/produk darah, pengambilan
darah/spesimen untuk pemeriksaan klinis, sebelum memberikan
pengobatan, dan sebelum melakukan tindakan medis lainnya.
B. Tata Laksana Pemansangan Gelang Identitas pasien
1. Jelaskan maksud dan tujuan pengunaan gelang identifikasi pasien yaitu untuk
mencegah keslahan karena keliru pasien sebelum pemberian obat, darah/produk
darah, pengambilan darah/spesimen untuk pemeriksaan klinis, sebelum memberikan
pengobatan, dan sebelum melakukan tindakan medis lainnya.
2. Lakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa pasien dan atau keluarga pasien paham
atas pengunaan gelang identifikasi.
3. Gelan identifikasi pasien dipasangkan di pergelangan tangan kanan/ kiri pasien
dan pastikan gelang terpasang dengan aman dan nyaman.
4. Minta pasien dan atau keluarga untuk mengingatkan petugas apabila petugas tidak
melakukan identifikasi sebelum pemberian obat atau tindakan medis lainnya.
5. Ketika pasien dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya ataupun saat pergantian shift
jaga, perawat yang menerima pasien bertanggung jawab untuk menanyakan kembali
identitas pasien dan menyesuaikan dengan rekam medisnya.
DOKUMENTASI
Dalam melaksanakan identifikasi pasien perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut
1. Identifikasi menggunakan nama, tanggal lahir dan nomor rekam medis harus sama
dengan yang terlampir pada rekam medis pasien
2. Peninjauan ulang panduan identifikasi pasien dilakukan setiap (dua) tahun sekali.
BAB V
PENUTUP
Demikian panduan identifikasi pasien ini dibuat sejalan dengan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit, maka melaksanakan kegiatan identifikasi
pasien dirumah sakit sangat penting. Melalui panduan ini di harapkan dapat menunjang
tercapainya sasaran keselamatan pasien, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap RSU mamami.
Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur.
KEPUTUSN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 08/SK/I/2018
TENTANG
Menimbang :
a. Bahwa untuk melaksanakn ketentuan pasal 43 undang-undang nomor 44
tahun 2009 tentang rumh sakit perlu menetapkan peraturan meteri
kesehatan tentang keselamatan pasien rumah sakit.
b. Bahwa untuk terciptanya budaya keselematan pasien di rumah sakit,
meningkatnya akuntabilitas, menurunnya kejadian tidak diharpakan (KTD ),
dan terlaksananya prorgam-program pencengahan tidak terjadi
pengulangan kejadian yaang tidak diharapkan perlu menetapkan
pemberlakuan panduan dan SPO imdentifikasi pasien di RSU Mamami.
Mengingat :
1. Undang- undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik
Kedokteran.
Kesehatan.
Sakit.
Tenaga Kesehatan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Mamami.
RSU Mamami.
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur.
TENTANG
Menetapkan
Pertama : keputusan Direktur RSU Mamami Nomor 09/SK/I/2018 tentang
Kebijakan penerapan komunikasi efektif di Rumah Sakit Umum
Mamami.
Kedua : Tenaga kesehatan penerima pesan (dokter, apoteker, perawat, analis
gisi) menulis pesan yang diterima dicatatan terintegrasi dan ditandatangani.
Ketiga : pesan verbal ditulis lengkap dan dapat dibaca dengan jelas
Menggunakan singkatan terstandar, alfabet dan simbol yang berlaku
di Rumah Sakit Umum Mamami.
Keempat : Verifikasi pemberian instruksi menandatangani catatan pesan yang
di tulis penerima pesan dlam pada MR 4 dengan stempel
TULBAKON sebagai tanda persetujuan dalam waktu 1x24 jam.
Kelima : Tenaga kesehatan yang melaporkan kondisi pasien kritis kepada
DPJP atau dokter yang merawat dan serah terima pasien
Mengunakan teknik SBAR ( Situation, Background, Assesment,
Recommendation)
Keenam : Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil
Pemeriksaan yang memerlukan penanganan segera dan harus
Dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari jam jam.
Ketujuh : Bila DPJP tidak dapat dihubungi petugas terkait bisa menghubungi
Dokter jaga ( dokter UGD yang merangkap sebagai dokter Rawat
Inap ) perawat rawat inap dan perawat UGD. Pelaporan hasil
pemeriksaan normal ataupun abnormal ke DPJP/dokter yang diminta.
Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur.
PANDUAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Komunikasi dapat difenisikan sebagai proses dimana seorang individu
(komuniktor) menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata untuk
merubah tingkah laku orang lain).
Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai dengan
yang diiginkan komunikator. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan
oleh komunikator sesuai dengan pengalaman yang pernah diperoleh komunikan.
Komuniksi dengan pasien ataupun keluarga pasien harus dibagun dengan baik
sesering mungkin agar dapat mebantu proses penyembuhan . keluarga pasien pin perlu
diberi edukasi agar mengetahui hal-hal yang terkait dengan kesehatan sehingga secara
tidak langsung RSU Mamami dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat.
B. Tujuan
Agar komunikasi dpat berjalan dengan baik dan berdampak efektif, maka
seluruh karyawan di RSU Mamami harus memiliki nilai-nilai etika berkomunikasi
diatantaranya jujur, terbuka, tercercaya, sopan, trasparan, emapati dan memotivasi,
yang bertujuan memberikan panduan teknis bagi pelaksana sebagai bahan acuan
dalam mengembangkan sistem
pengumpulan data/informasi/pesan sesuai dengan kondisi masing-masing untit kerja
dan komunikasi yang cepat, tepat, berkelanjutan, up to date dan dapat dipercaya agar
efektif serta bedamapak pada kepuasan pasien dan keluarga.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup
1. Komunikasi antar pegawai RSU Mamami disetiap unit kerja
2. Komunikasi kepada pasien
3. Komunikasi kepada keluarga pasien
4. Komunikasi dalam menerbitkan majalah, bulletin dan surat kabar.
5. komunikasi pada media online seperti website, House journal online, akun media
sosial dan sebagainya.
6. Komunikasi kepada Pers/ wartawan.
7. Komuniksi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti
LSM, organisasi masyarakat, rekanan, kolega dan istansi lain)
8. Komunikasi kepada pemerintah.
B. Batasan operasional
1. Komunikasi adalah sebagai proses dimna seorang individu (komukator)
menyampaikan stimulasi (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk mengubah
tingkah laku orang lain.
2. Komuniksi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai
dengan yang diinginkan komunikator.
3. Komunikator (sender ) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang
lain untuk mengirimkan suatu pesan /informasi kepada orang lain yang dapat
dimegerti oleh kedua belah pihak.
4. Komunikan (receiver) dalah orang yang menerima pesan/informasi dari
komunikator.
5. Pesan (message) adalh informasi yang disampaikan baik secara langsung
maupun tidak langsung dari komunikator ke komunikan
6. Media (channel) adalah alat yang menjadi penyampai pesan ke komunikator ke
komunikan.
C. Landasan Hukum
1. Undang –undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang- Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Puplik
3. Undang- Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
4. Undang- Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers.
BAB III
A. Proses komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
atau untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara lansung atau tiadak
langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator ) mengatakan sesuatu (pesan) kepada
seoarang (komunikan) , menggunakan saluran tertentu (media ) dan dengan efek
tertentu (feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu menerjemahkan
pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada oarang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
untuk melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
Perintah /instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan yang disampaikan harus ditulis pada berkas rekam medis
(MR.4), dikonfirmasi ulang pada saat DPJP visite, instruksi harus dicek
kembali oleh DPJP kemudian ditandatangani pada kolom cap konfirmasi
TULBAKON
3) Komunikasi ulang (verifiksi ) : instruksi baik lisan dan via alat komunikasi
atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemerikasaan pada kesempatan pertama setelah
pemberian instruksi.
b. Teknik pelaporan Situation , Background, Assesment, Recommendatoin
( SBAR).
1) Sitiation
Tn. Iwan, usia 27 tahun dirawat di ruang melati 1, keluhan : sesak.
2. ). Background
Pasien masuk rumah sakit hari yang lalu dengan riwayat asma, saat ini
pasien gelisa dan meracau.
3) Asessment
4) Recommendation
Kiranya dokter segera datang untuk melihat apakah perlu di pindahkan
keruang intensif atau tundakan inkubasi.
2. Menerima pesan mengecek kembali, yaitu apa yang ada dibalik pesan yang
diterimanya untuk mengerti pesan apa yang sesungguhnya diterima.
3. Gambaran prilaku, ini merupakan gambar individual yang sangat spesifik,
kegiatan pengamatan kepada orang lain tampa membuat keputusan atau
generalisasi tentang latar belakang. Orangnya atau sifatnya.
Teknik mendengar efektif dapat membantu dan memastikan para
komunikator mempunyai informasi yang akurat. Memastikan bahwa kualitas
informasi yang baik tidak hanya merupakan tantangan dalam komunikasi.
Keduanya baik pengirim maupun penerima ingin memastikan bahwa mereka
mempunyai kualitas ketetapan dari informasi yang benar.
BAB IV
DUKUMENTASI
BAB V
PENUTUPAN
Demikian buku panduan komunikasi efektif ini di buat sejalan dengan makin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit, maka
pelaksanaan kegiatan identifikasi pasien rumah sakit sanggatlah penting. Melalui
paduan ini diharapkan dapat menunjang tercapainya sasaran keselamatan pasien,
sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit
Umum Mamami.
DAFTAR PUSTAKA
Uchyana Efendy, Onong, Prof. DR. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 025/SK/1/2018
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN DAN SPO KEBERSIHAN TANGAN
DI RUMAH SAKIT MAMAMI KUPANG
Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
NOMOR : 026/SK/1/2018
TENTANG
KEBIJAKAN KEBERSIHAN TANGAN
DI RUMAH SAKIT MAMAMI KUPANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Mamami kupang nomor
026/SK/I/2018 tentang kebersihan tangan di Rumah Sakit Umum
Mamami kupang
Kedua : Disetiap unit- unit pelayanan harus tersedia fasilitas kebersihan
tangan yang meliputi wastafel, cairan antiseptik,( label cairan
yang berisi MSDS/Material Safety data Sheet, tanggal
kadarluwasa, dan tanggal awal penggunaan), petunjuk dan stiker
kebersihantangn, dan tisu sekali pakai.
Ditetapkan di kupang
Pada tanggal,
Direktur
PANDUAN
HAND HYGIENE
RUMAH SAKIT UMUM MAMAMI
BAB I
DEFINISI
Mencuci tangan : proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari
kulit tangan dengan mengunakan sabun biasa dan air.
Flora trasien : folra yang diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan
lain dan permukaan lingkungannya. Flora residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta
didalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya , bahkan dengan pencucian dan
pembiasaan keras denag sabun dan air bersih.
Air bersih : Air yang secara alami atau kimiawi dibersikan dan disaring sehingga aman
untuk diminum, serta pemakaian lainya (misalnya mencuci tangan dan membersikan instrument
medis ) karen memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air
bersih harus bebas dari mikrroganisme dan memiliki turbiditas redah (jernih tidak berkabut)
Sabun : produk-produk pembersih (batang, cair atau bubuk) yang menurunkan
tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran ,debris dan mikrooganisme
yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepas
juga membunuh mikrooganisme secara mekanik, semetara sabun antispetik selain melepas
juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikrroganisme.
Agen antispetik atau antimikroba ( istilah yang digunakan bergantian): bahan kimia
yang diaplikasikan diatas kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau mebunuh
mikrooganisme (baik sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi
jumlah hitung bakteri total.
Emollient : cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrup dan lasion. Kegunaan emollient untuk melunakan kulit dan
membantu mencegah kerusakan kulit (keretakan, kekeringan,dan iritasi.
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini diterapkan dan dilaksanakan semua pasien, pengunjung, petugas kesehatan, dan
petugas non kesehatan yang berada di lingkungan Rumah Sakit Umum Mamami.
BAB III
TATA LAKSANA
Langkap 3 :
Mulai dengan tangan, gunkan pembersih kuku untuk memberiskan daerah
bawa kuku kedua tangan.
Langkah 4 :
Bersikan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari sela-sela jari, telapak
tangan dan punggung tangan. Cuci setiap jari seakan –akan mempunyai 4
sisi.
Langkah 5 :
Berikutnya scurp daerah pergelangan tangan pada tiap tangan.
Langkah 6 :
Setelah seluruh pergelangan tangan sudah di scrup, bagian tangan bawah
juga di scrup, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku
Ulangi pada lengan satunya , dari lengan menuju siku.
Langkah 7 :
Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan ditahan
lebih tinggi dari siku.
Langkah 8 :
Biarkan sisa air menetes melalui siku, keringkan dengan handuk steril.
Tindakan pencegahan
Semua petugas kamar bedah harus mengingatkan tindakan pencegahan berikut untuk
prosedur cuci tangan:
1. Sekali memulai prosedur cuci tangan, setiap kontaminasi atau ganguan
mengharuskan kita mengulangi kembali semua urutan cuci tangan dari awal.
2. Tidak seorangpun boleh cuci tangan sementara memakai cat kuku/ perhiasan
(misal : cincin)
3. Tidak seorangpun boleh mencuci tangan bila tangannya memakai perban.
4. Air yang mengalir dari siku ke jari-jari tangan bertindak sebagai kontaminan. Air
sehrusnya mengalir ke siku yang dilipat.
5. Prosedur cuci tangan ini besifat rutin, lamanya minimal 5 ½ menit dan aturanya
sama saja setiap kali anda perlu mencuci tangan untuk suatu tindakan bedah.
Faktor waktu itu tidak kurangi untuk setiap kasus bedah.
6. Tangan perlu disikat sebersih mungkin tetapi kulit tidak pernah steril.
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan dan pelaporan kebersihan tangan dilaksanakan oleh tim PPIRS.
b. Tim PPIRS bertanggung jawab untuk melaporkan pengumpulan data
mengenai kebersihan tangan kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Monitoring dan evaluasi
a. Kegiatan monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap hari
b. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh tim PPIRS di masing- masing unit
perawatan.
c. Hal- hal yang dimonitoring dan evaluasi meliputi :
a) Kepatuhan petugas untuk cuci tangan sebelum kontak ke pasien
b) Kepatuhan petugas untuk cuci tangan setelah kontak ke pasien
c) Kepatuhan petugas untuk mencuci tangan setelah terkena cairan tubuh
d) Kepatuhan petugas untuk cuci tangan setelah menyentuh alat medis
e) Kepatuhan petugas untuk mencuci tangan setelah melakukan tindakan
invasi.
3. Dokumen
a. SPO Cuci tangan
b. Formulir monitoring hand nygiene
c. Poster hand hygiene
d. Poster 5 moment
DAFTAR PUSTAKA
A Guide to the implementation of the WHO < ultimodel hand hygiene improvement
strategy, 2009.