Anda di halaman 1dari 18

RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU TABANAN

Jl. Batukaru No 2 Tuakilang Tabanan


Telp (0361) 8311751, Fax (0361) 8940661

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU


TABANAN NOMOR :001/SK/RSUBR.TBN./I/2019
TENTANG

KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RSU BHAKTI


RAHAYU TABANAN
DIREKTUR RSU BHAKTI RAHAYU TABANAN

Menimbang : 1. Bahwa saat ini sasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit berfokus
pada mutu dan keselamatan pasien.
2. Bahwa semua kegiatan pelayanan medik maupun kegiatan lainnya di
rumah sakit mengandung risiko , meskipun tenaga profesional rumah
sakit sudah bekerja secara hati-hati sesuai standar pelayanan yang ada
3. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dibutuhkan adanya
pedoman/panduan/prosedur agar dalam pelaksanaaan kegiatan di rumah
sakit seragam dan dapat dipertanggung jawabkan oleh seluruh staf
profesional di rumah sakit
4. Bahwa berdasarkan uraian diatas dibutuhkan suatu kebijakanyang
mengatur tentang sasaran keselamatan pasien
5. Bahwa kebijakan untuk pelayanan sasaran keselamatan pasien dipandang
perlu untuk diberlakukan dan ditetapkan dengan surat keputusan
Direktur RSU Bhakti Rahayu Tabanan

Mengingat : 1. Undang Undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan


2. Undang Undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang Undang no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1996 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran
5. Peraturan Menteri Kesehatan no. 290 tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan kedokteran
6. PMK No 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal
7. PMK No.11 tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Kebijakan untuk Sasaran Keselamatan Pasien di RSU Bhakti Rahayu


Tabanan
Kesatu : Memberlakukan kebijakan untuk sasaran keselamatan pasien di RS
Bhakti Rahayu Tabanan sebagaimana uraian terlampir dalam surat
keputusan ini, yang terdiri atas enam sasaran yaitu:
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat obatan yang harus diwaspadai (high alert
mecication)
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
5. Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh
Kedua : Kebijakan tersebut akan ditindak lanjuti dengan penyusunan uraian dalam
bentuk pedoman/panduan/Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai
topik.
Ketiga : Seluruh staf profesional Rumah Sakit yang terkait dengan kegiatan sasaran
keselamatan pasien agar mematuhi, melaksanakannya dengan penuh
tanggung jawab secara konsisten dan membuat catatan/dokumentasi
Keempat :
Surat keputusan ini diberlakukan sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di: Tabanan


Pada tanggal, 07 Januari 2019
Direktur RSU Bhakti Rahayu Tabanan

(dr. I Gusti Nengah Suradnya,M.Kes)


NIK: 19480220 201311 038

Kepada Yth :
1. Ketua Komite Medik
2. Para pejabat struktural
3. Para pejabat fungsional
LAMPIRAN I : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
BHAKTI RAHAYU TABANAN
NOMOR: 002/SK/RSUBR.TBN/I/2019
TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR

1. Yang dimaksud dengan identifikasi pasien adalah upaya yang dilakukan


untuk membedakan pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau
mempermudah pemberian pelayanan kepada pasien,sehingga dapat mencegah
kejadian-kejadian potensial cedera.
2. Setiap pasien rawat inap di RSU Bhakti Rahayu Tabanan harus menggunakan
gelang identifikasi yang selalu dipakai selama dalam masa perawatan
dirumah sakit serta mengikuti pasien kemanapun
3. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal tiga identitas
1) Nama lengkap pasien sesuai KTP/KK
2) Tanggal lahir atau
3) Nomor rekam medis
Dilarang penulisan identifikasi pasien dengan nomor kamar pasien atau
lokasi.

Apabila terdapat pengecualian maka RS harus membuat SPO khusus.


4. Pemasangan gelang pasien dengan menggunakan stiker identitas yang berisi
identitas pasien :
a. Nama Lengkap Pasien
b. Nomor Rekam Medis Pasien
c. Tanggal Lahir
d. Alamat Pasien
e. Jenis Kelamin
5. Warna gelang identifikasi
a) GELANG IDENTITAS :
• Biru: Laki-Laki
• Pink: Perempuan
b) GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: RisikoJatuh
• Ungu : Do Not Resucitate
• Orange: Tranfusi
6. Cara identifikasi pasien
a. Pada pertemuan pertama seorang petugas dengan pasien:
1) Secara verbal: Tanyakan nama pasien dan tanggal lahir atau nomor
rekam medis pasien
2) Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari tiga identitas,
cocokkan dengan perintah dokter
b. Pertemuan berikutnya pada hari yang sama dapat lihat secara visual
saja kegelang pasien, dua identitas dari tiga identitas.
7. Pada saat pemasangan gelang identifikasi
a. Jelaskan manfaat gelang pasien
b. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,melepas, menutupi gelang,
dll
c. Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan
atau memberi obat. Atau apabila petugas ingin memberikan pengobatan
tidak menkonfirmasi nama dan mengecek ke gelang.
8. Petugas melakukan identifikasi pada saat
1) Pemberian Obat
2) Pemberian Darah / Produk Darah
3) Pengambilan Darah
4) Pengambilan Spesimen Lain Untuk Pemeriksaan Klinis
5) Sebelum Melakukan Tindakan dan Prosedur.
9. Pasien rawat jalan tidak harus memakai gelang identitas pasien kecuali telah
ditetapkan MRS oleh dokter Jaga IGD
10. Bila dalam satu ruang terdapat pasien dengan nama sama, pada cover luar
folder rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang .harus diberi
tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN IDENTITAS SAMA”
11. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-
KTP bila tidak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila tidak ada
semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir identitas
yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak-kotak huruf yang
disediakan, nama tidak boleh disingkat, tidak boleh salah ketik walaupun
satu huruf
12. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan tangan
hanya boleh bila printer sedang rusak/tidak ada fasilitas untuk itu dan harus
segera diganti bila printer berfungsi kembali.
13. Pada pasien dengan alergi gelang identitas, gelang dapat dipakaikan di baju
pasien diarea yang jelas terlihat. Hal ini harus dicatat pada rekam medis
pasien.
14. Gelang identitas harus dipasang ulang jika baju pasien diganti dan harus
menyertai pasien selama dalam perawatan di rumah sakit.
15. Gelang yang dipasang pada baju pasien harus terlihat jelas di salah satu
lubang kancing baju pasien.
16. Pada pasien dengan kasus luka bakar yang tidak memungkinkan untuk
dipasang gelang identitas pada tangan, kaki, atau baju gelang identitas dapat
digantung di tiang infus atau di bed pasien.
LAMPIRAN 2: SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
BHAKTI RAHAYU TABANAN
NOMOR: 003/SK/RSUBR.TBN/I/2019
TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

1. Pengertian komunikasi efektif adalah penyampaian pesan antar tim kesehatan


baik secara langsung atau tidak langsung (via Telpon) secara jelas,singkat,dan
tidak menimbulkan salah persepsi diantara para pihak yang terkait dalam
komunikasi tersebut.
2. Komunikasi efektif dilakukan :
a. Pelaporan hasil pemeriksaan kritis.
b. Melaksanakan serah terima pasien antar Shift
c. Melaksanakan serah terima pasien antar Ruangan
d. Melaksanakan serah terima pasien antar Rumah Sakit
3. Menerima perintah lisan via telepon
a. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi
b. Tulisan disebut lengkap bilater diri dari jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda
tangan (pada kesempatan berikutnya)
c. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA,
maka nama obat tersebut harus dieja satu persatu hurufnya
d. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound alike.
e. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar” .Konfirmasi tertulis
dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada
kesempatan kunjungan berikutnya .
f. Apabila pemberi perintah menolak untuk tanda tangan pada kolom
verifikasi maka perawat menuliskan keterangan disebelah kolom tersebut.
g. Hasil pemeriksaan diagnostik kritis dicatat dalam catatan terintegrasi
dengan menggunakan metode SBAR.
h. Hasil pemeriksaan penunjang yang kritis didelegasikan ke perawat jaga
atau dokter jaga ruangan untuk dilaporkan ke dokter DPJP kurang dari 1
jam.
Daftar Nilai Kritis

1. Daftar Nilai Kritis Pemeriksaan Laboratorium

BATAS
NO PARAMETER SATUAN BATAS ATAS
BAWAH
HEMATOLOGI DAN KOAGULASI
1 Leukosit mm3 <2000 >30.000
2 Hematokrit % <20 >60
3 Hematokrit (neonates) Vol% <33 >70
4 Trombosit mm3 <40.000 >1.000.000
5 Hemoglobin g/dL <7 >20
6 Hemoglobin (Neonatus) g/dL <9,7 >22
7 APTT Detik - 78
8 PT Detik - >30 atau 3x
control
9 Fibrinogen mg/dL <100 >15
10 Waktu Perdarahan Menit
KIMIA KLINIK
1 Bilirubin mg/dL - >15
2 Bilirubin(Neonatus) mg/dL - >13
3 BUN mg/dL 2 >80
4 Creatinin mg/dL 0,4 2,8
5 Glukosa mg/dL <70 >300
6 Glukosa (Neonatus) mg/dL <30 >325
7 Natrium mEq/L <120 >160
8 Kalium mEq/L <2,8 >6,7
9 Kalium Neonatus mEq/L <2,8 >7.0
10 Clorida mEq/L <80 >115

2. Daftar Nilai Kritis Pemeriksaan Radiologi


a. Foto Thorak dengan Efusi Pleura
b. Foto Thorak dengan gambaran Hematothorak
c. Hasil pemeriksaan USG dengan Ilius
d. Hasil pemeriksaan USG dengan gambaran Appendicitis Akut
e. Foto Rontgen dengan gambaran Fraktur tulang besar (femur)
3. Daftar Nilai Kritis pemeriksaan EKG
a. Hasil EKG dengan gambaran VT
b. Hasil EKG dengan gambaran VF
c. Hasil EKG dengan gambaran AF
d. Hasil EKG dengan gambaran ST elevasi
e. Hasil EKG dengan gambaran ST depresi
4. Daftar Nilai Kritis diagnostik yang dilakukan di tempat tidur pasien
Pasien Dewasa
a. TD sistolik ≤ 90 mmHg
b. Suhu ≤ 35,0oC atau ≥ 39,1oC
c. Heart Rate ≥ 131x/mnt
d. Respirasi ≤ 8x/mnt atau ≥ 25x/mnt
e. SpO2≤ 91%
f. Tingkat Kesadaran : Respon Verbal, Nyeri, Tidak ada respon

Pasien Anak
a. TD sistolik ≤ 80 mmHg
b. Suhu ≤ 35,0oC atau ≥ 39,1oC
c. Heart Rate :
< 28 hari : HR <80x/mnt atau > 200x/mnt
< 1 tahun : HR <90x/mnt atau > 190x/mnt
1-5 tahun : HR <70x/mnt atau > 170x/mnt
6-11 tahun : HR <60x/mnt atau > 160x/mnt

12-16 tahun : HR <60x/mnt atau > 140x/mnt


d. Respirasi :
< 28 hari : RR <20x/mnt atau > 60x/mnt
< 1 tahun : RR <20x/mnt atau > 60x/mnt
1-5 tahun : RR <20x/mnt atau > 60x/mnt
6-11 tahun : RR <20x/mnt atau > 60x/mnt

12-16 tahun : RR <10x/mnt atau > 40x/mnt


e. SpO2≤ 85%
f. Tingkat Kesadaran : Respon Nyeri, Tidak ada respon
LAMPIRAN 3: SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
BHAKTI RAHAYU TABANAN
NOMOR: 004/SK/RSUBR.TBN./I/2019
TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT YANG HARUS


DIWASPADAI (HIGH ALERT)

1. Pengertian Obat High Alert adalah obat-obatan yang memiliki resiko lebih
tinggi untuk menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan
(dosis,interval,dan pemilihannya).
2. Penyimpanan obat-obat High Alert dan Elektrolit konsentrate tersentralisasi di
Instalasi Farmasi,tidak boleh ada di tiap-tiap Unit perawatan.Kecuali Obat
High Alert tersebut termasuk jenis obat-obat Emergensi.
Obat-obat High Alert yang termasuk emergensi :
a. Epinefrin
b. Lidocain
c. Amiodaron
d. Dopamin
Daftar cairan elektrolite konsentrate di Rumah sakit Bhakti Rahayu :
a. MgSO4 20%
b. MgSO4 40%
c. D40%
d. KCL
e. Meylon
f. Natrium Clorida 3%
3. Penempatan obat-obat emergensi yang masuk dalam kategori High Alert
harus tersimpan di lemari yang terkunci dan obat tersebut terpasang Stiker
High Alert.
4. Semua obat-obat High Alert berada dalam pengawasan Instalasi Farmasi.
5. Setiap Obat High Alert yang tidak tertempel Stiker harus dicatat pada
formulir monitoring dan langsung dilaporkan kepada kepala Ruangan.
6. Pengadaan Obat-Obat High Alert dilakukan dengan menggunakan minimal
Stok setiap harinya.
7. Peresepan obat High Alert ditulis oleh dokter yang memiliki wewenang untuk
menulis resep yang tercantum dalam SK direktur.
8. Obat-obat High Alert yang sudah Expire Date dimusnahkan dengan disertai
berita acara pemusnahan barang dan pemusnahan tersebut disaksikan oleh 2
saksi.
9. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA,
Elektrolit Konsentrat, serta panduan penatalaksanaan obat high alert.
10. Setiap staf klinis terkait harus tahu penatalaksanaan obat high alert
11. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
12. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau
nama obat harus di eja perhuruf
13. Sebelum menyuntikkan obat high alert setelah cek 6 tepat, lanjutkan dengan
double check.
14. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
15. Beri stiker high alert pada setiap ampul, vial, atau flash obat high alert yang
akan diserahkan kepada perawat
16. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/rak
tersendiri/khusus
17. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
18. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, double
pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan
dicatat, setiap ganti sift harus tercatat dalam buku serah terima lengkap
dengan jumlahnya dan ditanda tangani
19. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk
memastikan tidak ada salah (double check)
20. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus,
tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan
sesuai ketentuan.
LAMPIRAN 4: SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
BHAKTI RAHAYU TABANAN
NOMOR: 005/SK/RSUBR.TBN./I/2019
TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR,PROSEDUR


YANG BENAR,PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR

(SITE MARKING)

1. Definisi : Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan


satu tanda yang dapat dikenali.Tanda (Marking) adalah petunjuk tempat
lokasi operasi yang akan dilaksanakan dan sedekat mungkin dari tempat
sayatan.
2. Tanda lokasi operasi (site marking) diltandai pada semua organ yang akan
dilakukan sayatan operasi (seluruh tindakan operasi baik organ tunggal, dua
sisi, multiple struktur, multiple level maupun multiple lesi yang
pembedahaannya secara bertahap
3. Pasien yang akan melakukan tindakan operasi sebelum diambil tindakan
pasien harus disite marking terdahulu, site marking harus dibuat oleh
operator/ orang yang melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga
dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
4. Penandaan tempat operasi sudah dilakukan sebelum pasien masuk ke ruang
operasi, pada ruang persiapan/pre op
5. Penandaan dibuat dengan spidol permanen hitam dan tak terhapuskan serta
harus tetap terlihat meskipun dilakukan persiapan draping kulit. Kotak untuk
sisi kiri dengan tanda centang didalamanya √ , lingkar pada sisi kanan
dengan tanda centang didalamnya √ dan disepakati oleh Dokter Spesialis
(berbagai SMF). Pada organ tubuh tunggal site marking dilakukan dengan
penandaan centang (√) pada lokasi operasi
6. Penandaan lokasi operasi digunakan secara konsisten di rumah sakit.
Kebijakan Verifikasi Praoperatif
1) Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2) Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dan dipampang dengan baik
3) Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant yang
dibutuhkan
4) Tahap Time out :
a. Memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
b. Dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
c. Melibatkan seluruh tim operasi

Prosedur Time out juga dilakukan untuk tindakan invasif diluar kamar
operasi seperti cabut gigi, tindakan heacting, bedah ringan yang bisa
dilakukan di klinik.

5) Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)


7. Pada kasus dental (gigi) site marking dilakukan pada rekam medis pasien dan
rontgen panoramik dengan memberikan tanda (√) sesuai dengan ketentuan
yang berlaku pada kasus pemeriksaan gigi.
8. Pada site marking tidak diperkenankan menggunakan tanda (X).
LAMPIRAN 5: SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
BHAKTI RAHAYU TABANAN
NOMOR 006/SK/RSUBR.TBN./I/2019
TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

MENGURANGI RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

1. Pengertian Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan


tangan, baik dengan menggunakan sabun antiseptik di bawah air mengalir
atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol dengan langkah-langkah
yang sistematik sesuai urutan, sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri
yang berada pada tangan.
2. Hand hygiene dilakukan pada 5 moment:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptic
c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan area sekitar pasien
3. Hand hygiene dilakukan dengan 6 langkah
1) Taruh sabun di telapak tangan yang telah basah
2) Gosokan kedua telapak tangan
3) Gosokan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan
sebaliknya
4) Gosok sela-sela jari
5) Gosok seluruh jari ketengah telapak tangan dengan jari saling mengait
6) Gosok ibu jari dengan cara menggosok memutar dengan cara memutar
dengan telapak tangan bergantian
7) Gosokkan jari-jari depan dan bagian belakang dengan gerakan rotasi di
telapak tangan berlawanan dengan arah jarum jam
8) Bilas tangan dengan air mengalir
9) Keringkan dengan kertas tisu atau handuk sekali pakai
10) Tutup kran dengan perantara kertas tisu atau handuk tersebut. Tisu atau
handuk yang telah digunakan harus dibuang atau dicuci, tidak boleh
digunakan ulang.
4. Hand hygiene bisa dengan menggunakan:
1) Hand Wash
2) Hand Rub
5. Setiap petugas kesehatan yang bekerja di RSU Bhakti Rahayu TABANAN
baik Dokter maupun perawat harus melakukan cuci tangan sesuai dengan
ketentuan.
LAMPIRAN 6: SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
BHAKTI RAHAYU TABANAN
SK NOMOR. 007/SK/RSUBR.TBN./I/2019
TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

MENGURANGI RESIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH

1. Yang dimaksud dengan Penilaian Pasien resiko jatuh adalah Prosedur


kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi ulang serta mengambil tindakan
pada pasien yang mempunyai resiko jatuh di berbagai fasilitas layanan
kesehatan di rumah sakit.
2. Etiologi Jatuh Ketidaksengajaaan, Gangguan gaya berjalan, vertigo, serangan
jantung, gangguan kognitif, hipotensi postural dan gangguan visus
3. Setiap pasien yang datang ke IGD harus dilakukan Assesmen awal resiko
pasien jatuh.
4. Setiap pasien yang masuk rawat inap melalui jalur poli atau pasien elektif,
harus dilakukan Assesmen awal resiko jatuh.
5. Pasien yang mempunyai faktor resiko harus dilakukan Skoring dengan
menggunakan skala “Morse” untuk dewasa,“Humty Dumpty” untuk anak-
anak dan “Edmonson” untuk pasien psikiatri
6. Pada pasien rawat inap yang mempunyai nilai skoring beresiko Tinggi harus
dipasangkan gelang resiko jatuh berwarna kuning pada lengan tangan atau
pada baju pasien, dan pita kuning untuk pasien rawat jalan.
7. Pada pasien rawat jalan yang menggunakan pita kuning diprioritaskan untuk
mendapatkan pelayanan tanpa menungu nomor antrean.
8. Pasien yang dinyatakan resiko tinggi harus dipasang plang pengaman bed
pada pasien tersebut.
9. Assesmen Ulang pasien dilakukan sesaat setelah perpindahan antar
unit,adanya perubahan kondisi pasien,adanya kejadian jatuh.
10. Gelang pasien resiko jatuh dibuka saat pasien sudah di skoring ulang dan
hasil skoring menunjukkan resiko ringan
11. Setiap bayi yang baru lahir dianggap mempunyai resiko jatuh yang sangat
tinggi,sehingga perlu dipasang gelang resiko jatuh berupa gelang berwarna
kuning.
12. Pasien rawat jalan dilakukan Assesmen resiko jatuh dengan menggunakan TUG
Test.
13. Setiap pasien rawat jalan yang menggunakan alat bantu jalan seperti Tongkat
maupun kursi roda atau sejenisnya dianggap mempunyai resiko jatuh .

Anda mungkin juga menyukai