Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MENGAPLIKASIKAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN


KEPERAWATANPDA KLIEN DENGAN KEGAWATDARURATAN
(DEMAM TINGGI)

Dosen Pengampu :

Dwi Utari Widyastuti, SST., M.Kes.

Disusun oleh :

1. Mbarep Ramadhani Maulana (P27820122029)

2. Galuh Indra Laksana (P27820122021)

3. Hammas Rasul Syafarul Khairiansyah


(P27820122022)

TINGKAT 1 SEMESTER 2
PRODI III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOMO
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023 / 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Makalah Mengaplikasikan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Pada Klien Anak (Demam Tinggi) dengan baik dan lancar
tanpa kendala yang berarti. Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk
pemenuhan tugas mata kuliah farmakologi , Kelas Reguler A, Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Ibu Dwi Utari Widyastuti, SST., M.Kes.

3. Teman-teman Anggota Kelompok 19 Kelas Reguler A, Prodi DIII


Keperawatan Soetomo.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis berharap kritik dan saran
demi kesempurnaan pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Akhirnya, Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya masyarakat dan mahasiswa Jurusan Kesehatan Surabaya

Surabaya, 11 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
I.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
I.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

BAB II PEMBAHASAN
2. 1 Definisi Demam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
2.2 Etiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
2.3 Patofisiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.4 Pathway . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
2.5 Manifestasi Klinis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.6 Klasifikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.7 Komplikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.8 Pemeriksaan penunjangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
2.9 Penatalaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1
Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13
3.2 Analisia data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18
3.3 Diagnosa keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
3.4 Intervensi keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
3.5 Implementasi & evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
3.6 Catatan Perkembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .25

2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
4.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .33

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan paling umum
diketahuiserta paling sering terjadi di masyarakat.Demam adalah dimana suhu tubuh
menjadi meningkat,namun masih dapat dikontrol dan mulai menimbulkan
ketidaknyamanan fisik saat mencapai39,5°C. Pertahanan tubuh manusia akan bekerja
baik pada temperatur demam, dibandingkandengan suhu normal. Demam juga akan
memicu pertambahan jumlah leukosit, sehingga pertahanan tubuh untuk melaan
mikroorganisme akan optimal pada saat tubuh demam.
Pada bab ini akan dibahas banyak tentang demam sebagai tanda awal suatu penyakit
yangmempunyai beberapa peranan dalam tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Definisi Demam?
2. Bagaimana Etiologi Daru Demam?
3. Bagaimanakah Patofisiologi dari Demam?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari klien demam?
5. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang klien demam?
6. Bagimana penatalaksanaan pada pasien demam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi demam.

3
2. Mengetahui etiologi dari demam.
3. Mengetahui patofisiologi dari demam.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari klien demam.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang klien demam.
6. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien demam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi demam


Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior, suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu
lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur
keseimbangan antara panas yangdiproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan
hati, dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. suhu oral
normal adalah 35,8°C-37,3°C (96,5°/ 99,2°F). Suhu rektal lebih tinggi sekitar 0,3–
0,5°C (0,5°-1°F).

Tipe demam yang mungkin sering kita jumpai:

1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
danturun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. -ering disertai keluhan
menggigildan berkeringat. $ila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normaldinamakan juga demam hektik.

2. Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badannormal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat

4
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

3. Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi duahari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

4. Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkatdemam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhuseperti semula.

2.2 Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolikmaupun penyakit lain..Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan
karenakelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturansuhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.Penyebab
demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya: pendarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukanantara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaanlaboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.Beberapa hal
khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,

5
tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam. Demam belum
terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalamidemam terus
menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dantetap belum
didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secaraintensif
dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

2.3 Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point.Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh
(responimun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bila adainfeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuhdengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang
berasaldari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang
bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat
penerima(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas dihipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan
asamarakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akanmenimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluhdarah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas
menurun,terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat
asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan
asam amino yang berperandalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan
tubuh. Sedangkan sifat-sifatdemam dapat berupa menggigil atau
krisis/flush.Menggigil: Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari
tingkat normal kenilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan

6
jaringan,zat pirogenatau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam
untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi
dengan mendadakdisingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada
pada nilai rendah,mungkin malahan kembali ke tingkat normal.

2.4 Pathway

7
2.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhul ebih tinggi dari 38°C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil.
6. Dehidrasi.
7. Kehilangan nafsu makan.

2.6 Klasifikasi
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah :
1. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang
demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone,
yaitu :
A. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4
tahun
B. Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari
15 menit.
C. Kejang bersifat umum
D. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul
demam.
E. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
F. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
G. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak

8
melebihi 4 kali
2. Kejang kompleks :Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu
lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434)
biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung
lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam).
Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau
riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

2.7 Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya
terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang
terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu
timbul spastisitas. Kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi. Ada
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a) Pneumonia aspirasi
b) Asfiksia
c) Retardasi mental

2.8 Pemeriksaan Penunjangan


Demam merupakan kondisi dimana suhu tubuh tinggi yang abnormal dan
biasanyadiikuti dengan gejala sakit kepala, badan menggigil, sakit otot, badan
lemah, bahkan membuat penderita mengigau dan kejang. Untuk mengukur suhu
tubuh, biasanya digunakan thermometer, dengan cara meletakkan thermometer pada
lipatan ketiak. Selain itu, pengukuran juga bisadengan cara meletakkan di dalam
mulut, anus, dan vagina. Namun, pengukuran yang terbaik adalah di anus karena
posisinya paling dekat dengan pusat tubuh dan tidak terlalu banyak faktor
pengacau. Perlu diingat bahwa suhu normal pada tubuh kita yang bisa diukur

9
melalui mulut pada pagi hari adalah 36,70 (3,60-37,40°C).
Orang bisa dikatakan mengalami demam tinggi, apabila suhu tubuhnya mencapai
39-41,10°C. Pada kondisi tertentu, biasanya Dokter menyarankan adanya
pemeriksaan penujang pada demam, yakni berupa pemeriksaan laboratorium.
Namun, tidak semua orang yang mengalamidemam pada setiap waktu memerlukan
pemeriksaan darah di laboratorium. sebenarnya, demam bukanlah hal yang perlu
dikhawatirkan karena demam sendiri merupakan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi atau masuknya zat asing ke dalam tubuh. Namun, orang yang
mengalami demam tinggi harus waspada dengan adanya penyakit yang menyerang
tubuh. Oleh karena itu, dengan lebih cepat mengetahui penyebab demam, maka akan
sangat membantu menentukan pengobatan bagi penderita. Beberapa penyakit yang
berkaitan dengan demam adalah demam berdarah, tyfus, malaria, dan beberapa
penyakit infeksi lain seperti hepatitis, infeksi pada ginjal/saluran urine. Semua
penyakit tersebut biasanya yang merupakan penyakit yang memiliki gejala awal
demam tinggi. Apabila pemeriksaan pada penderita mengarah pada gejala penyakit
tersebut, biasanya dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang pada demam,
sebagai berikut:

1. Pada penderita demam berdarah, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium


meliputi hematologi Rutin, inti Dengue IgG & IgM.
2. Pada peyakit tyfus biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi
hematologi Rutin, widal, salmonella, typhi IgM, Gall kultur
3. Pada penyakit malaria, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan malaria.
4. Penderita Hepatitis biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi GOT,
GPT, penanda virus hepatitis, dan lain-lain.

2.9 Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
Mengasi kondisi klien dengan “ Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.

10
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah
anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya
sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
A. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
B. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
C. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
D. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya, minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap
akibat naiknya suhutubuh memperoleh gantinya.
E. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
F. Mengompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu
tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan
untuk menguapkan air pada kain kompres. 8angan menggunakan air es
karena justruakan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak
dapat keluar.)enggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan).

G. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar
terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar
cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yanghangat akan membuat pembuluh darah
tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat
pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas
dari tubuh.

11
2. Obat-obatan antipiretik
antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhudi hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set pointhipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
A. Bayi 6-12 bulan: ½ - 1 sendok sirup parasetamol
B. Anak 1-6 tahun: ¼ - ½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendok teh
sirup paracetamol.
C. Anak 6-12 tahun: ½ - 1 tablet paracetamol 5oo mg atau 2 sendok sirup
paracetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan


denganair atau teh manis. Obat penurun panas ini diberikan 3 kali sehari.
Gunakans sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dansangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonalkronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko
kejangdemam.Ebat/obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri
dari golongan yang bermacam/macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
4ujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat en:im
cyclooIygenase. Asetaminofen merupakan derivat para aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesisdalam
susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10 – 15 mg/kgBb/kali tiap 4
jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90mgr/KgBB/hari. Pada
umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik. Dosis besar jangka

12
lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakan hepar. Pemberiannya
dapat secara per oral maupun rektal. Turunan asam propionat seperti
ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin. Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang
timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang
dibandingkan aaspirin, efek samping hematologis yang berat meliputi
agranulositosis dan anemia aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal
ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis
terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBb/kali tiap 6 – 8 jam. Metamizole
(antatalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. mempunyai
efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya
berupa agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna.
Dosis terapeutik 10 mgr/KgBb/kali tiap 6 – 8 jam dan tidak dianjurkan
untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan
fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai
antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.
Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBb/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya
secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama: An. R
Tempat, tanggal lahir: Sukabumi, 13 Agustus 2011
Umur: 2 Tahun 8 Bulan
Jenis kelamin: Laki – laki

13
Agama: Islam
Diagnasa medis: Kejang demam
Tanggal masuk: 16 Juni 2014 pukul 15.06 Wib
Tanggal di kaji: 17 Juni 2014

Identitas orangtua/penanggung jawab


Nama: Ny. T
Umur: 45 Tahun
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Agama: Islam
Alamat : Bantar muncang, Sekarwangi, Cibadak
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengeluhkan anaknya panas tinggi (39 C)
3. Riwayat Kesehatan
A. Riwaya
Ibu klien anaknya panas tinggi, suhu badan pada saat pertama
dirawat 39 C, panas turun pada saat pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam. Pada saat panas tinggi diserti dengan kejang-
kejang dengan waktu kurang lebih 5 menit.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya blum pernah memiliki
riwayat penyakit yang sama dan belum pernah dirawat di rumah
sakit.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Pada saat dilakukan pengkajian ibu klien mengatakan didalam
keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat yang sama dengan
klien, baik penyakit bawaan ataupun turunan.

14
D. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Purtumbuhan dan perkembangan klien sesuia dengan umurnya.
E. Riwayat imunisasi
Pada saat lahir klien imunisasi HB1 kali, DPT 2 kali pada usia 2,
3, 4 bulan, HB 2 dan 3 pada usia 2, 3 bulan, BCG 1 kali pada usia
1 bulan, polio 4 kali pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan, dancampak
pada usia 9 bulan.
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari
No Kebiasaan Sehari-hari Sebelum sakit Saat Sakit
.
1. Pola Nutrisi :
a. Frekuensi 3x sehari Nasi, 3x sehari Bubur,
b. Jenis lauk pauk lauk pauk,
c. Porsi 1 porsi habis buah 1 porsi habis
d. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2. Pola Eleminasi : Eleminasi
Urin
a. Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
b. Jumlah Tidak tentu Tidak tentu
c. Bau Khas urine (pesing) Khas urine (pesing)
d. Warna Kuning jernih Kuning
Eleminasi Alvi
a. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
b. Jumlah Padat, Lembek,
c. Bau berampas Khas feses berampas Khas feses
d. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
3. Pola istirahat tidur :
a. Jumlah jam tidur siang 2 jam Tidak tentu

15
b. Jumlah jam tidur malam 6-8 jam 5-6 jam
c. Pengantar tidur Di bimbing untuk berdoa Di bimbing untuk berdoa
d. keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
4. Pola personal hygiene :
a. Mandi 2x sehari Di lap air hangat
b. Mengganti pakaian 2x sehari Tidak tentu
c. Toileting Belum diajarkan Belum di ajarkan
d. Tingkat ketergntungan Ketergantungan penuh Ketergantungan penuh

5. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum : pada ekstremitas bawah (sinistra)
terpasang infus line WIDA 2A
Kesadaran : Compos Metris
Tanda tanda vital : Suhu 39 c Nadi 110x/menit Respirasi rate
32x/menit Tekanan darah 110/80 mmHg
b. Antropometi
Berat badan sebelum sakit: 14 kg, saat sakit 15 kg
Tinggi badan: 94 cm
Lingkar kepala: 49 cm
Lingkar dada: 46 cm
LILA : 14 cm
c. Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, distribusi rambut
merata, warna hitam, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
benjolan.
d. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva an anemis, sclera putih,
distribusi bulu mata dan alis mata merata, pupil mengecil pada

16
saat diberi cahaya, kelopak mata tidak cekung.
e. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
peradangan.
f. Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, lidah bersih tidak
kotor.
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri,
gerakan bebas.
h. Telinga
Bentuk simetris kiri dan kanan, dapat mendengar saat perawat
atau keluarga memanggil, tes wiber dan rinne (+), tidak ada
nyeri tekan, telinga bersih.
i. Dada/thorak
Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, pola nafas teratur,
pergerakan dada simetris kiri dan kanan, S1 dan S2 tidak ada
suara tambahan.
j. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada kembung, tidak terdapat
nyeri tekan, kebersihan kulit terjaga, turgor kulit < 3 detik,
bising usus 12x/menit.
k. Genitourania
Berjenis kelamin laki-laki, tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri.
l. Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, CRT < 2
detik, terdapat refleks plantar, kekuatan otot ektremitas atas
5/5, ekstremitas nawah 5/5.

17
6. Data psikologi anak
Klien dapat memberikan respon tersenyum atau menangis kepada
perawat atau keluarganya.
7. Pemeriksaan penunjang
Tanggal/hari Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Senin, 16/6/2014 HB 12,2 Gr% L : 13 – 16
Leukosit 13.200 mm3 4.000 – 11.000
Trombosit 324.000 mm3 150.000 – 400.000
Hemaktrokit 36% 40 – 45

8. Pengobatan / therapy
WIDA 2A 16 tpm Paracetamol 3 x 1 via oral Diazepam 2,7 mg
via IV digunakan bila anak kejang Cefotaxime 2 x 66 mg via IV

3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Ibu klien Proses infeksi Hipertermi
mengatakan anaknya ↓
panas tinggi DO : Merangsang hipotalamus
Teraba panas, suhu 39 ↓
c Penagturan suhu tubuh
terganggu

18
Penaikan suhu tubuh
2. DS : Ibu klien Kejang Resiko cedera
mengatakan anaknya ↓ berulang
demam dan disertai Kerja otot tidak terkendali
dengan kejang-kejang. ↓
DO : Kejang Dapat terjadi trauma
berlangsung lamanya ↓
kurang lebih 5 menit Resiko cidera berulang
3. DS : Ibu klien Hipertemi Kurangnya
mengatakan kurang ↓ pengetahuan dan
paham dengan Kurang pemajanan kecemasan orang tua
penyakit anaknya informasi terhadap penyakit
DO : Keluarga sering ↓
bertanya tentang Kurang pengetahuan
pengobatan dan tentang penyakit
perawatan penyakit ↓
anaknya Kecemasan orangtua

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses
infeksi
2. Resiko ceidera berulang berhubungan dengan kejang
3. Kecemasan orangtua berhubungan dengan pengetahuan terhapat
penyakit.

3.4 Intervensi Keperawatan


Tgl No. Tujuan Intervensi Rasional TTD

19
Dx
17/6/ 1. Tupan : setelah 1. Observasi TTV 2. 1. Mengetahui suhu
14 dilakukan tindakan Berikan kompres tubuh klien
keperawatan selama hangat 2. Kompres hangat
3x24 jam masalah 3. Ajarkan kompres dapat menyebabkan
teratasi. Tupen : yang benar pada fase dilatasi sehingga
setelah dilakukan keluarga dapat menurunkan
tindakan keperawatan 4. Anjurkan kepada suhu tubuh
selama 2x24 jam keluarga 3. Keluaarga dapat
maslah teratasi untuk mandiri dalam
sebagian. Kriteria klien perpakaian yang melakukan kompres
hasil : Suhu tubuh mudah menyerap sehingga pencegahan
dalam batas normal keringat awal terjadinya kejang
36,5-37 c 5. Anjurkan anak demam
agar tidak memakai 4. Memberikan rasa
selimut nyaman, mudah
6. Kolaborasi dengan menyerap keringat,
dokter pemberian dan tidak
antipiretik merangsang terjadinya
dan cairan Infus peningkatan suhu
tubuh
5. Memberikan rasa
nyaman dan
tidak
merangsang terjadinya
peningkatan suhu
tubuh

20
6. Antipiretik dan
pemberian cairan Iv
dapat menurunkan
panas tubuh.
17/6/ 2. Tupan : Setelah 1. Observasi 1. Mengetahui gejala
14 dilakukan tindakan kesadaran klien dan Awal
keperawatan selama aktifitas klien Terjadinya resiko
3x24jam masalah 2. Bantu klien dalam cidera
teratasi. melakukan aktifitas 2. Memenuhi
Tupen : Setelah 3. Ajarkan kepada kebutuhan yang tidak
dilakukan tindakan keluarga penggunaan bisa
keperawatan selama restain dilakukan secara
2x24jam masalah mandiri
teratasi sebagian. 3. Meminimalkan
Kriteria hasil : Klien resiko cidera
tidak cidera dalam
melakukan aktifitas
GCS E4V5M6 Klien
sudah bisa melakukan
aktifitas sesuai
pertumbuhan dan
perkembangannya
18/6/ 3. Tupan : setelah 1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui
14 dilakukan tindakan orangtua tentang kebutuhan keluarga
keperawatan selama penyakit anaknya akan pengetahuan
1x24jam masalah 2. Beri dukunga pada sehingga dapat
teratasi Tupen : keluarga bahwa mengurangi
Setelah dilakukan anaknya kecemasan

21
tindakan keperawatan akan sembuh jika 2. Memberikan
selama 1x30 menit disiplin dalam harapan,
masalah teratasi melakukan perawatan menurunkan
sebagian. Kriteria 3. Beri kesempatan kecemasan, mentaati
hasil : Kecemasan pada anjuran
orangtua berkurang keluarga untuk pengobatan
Keluarga mengungkapkan 3. Mengurangi beban
dapat paham tentang perasaannya psikologi dan
penyakit anaknya 4. Beri pendidikan menyalurkan aspek
kesehatan tenatng emosional secara
perawatan yang efektif dan cepat
diberikan 4. Dapat
meningkatkan
pengetahuan orangtua
sehingga mengurangi
kecemasan

3.5 Implementasi dan Evaluasi

Dx. Tgl/jam Implementasi Evaluasi TTD/Nama


1 17/6/14 S : ibu klien mengatakan
10.30 1. Mengobservasi TTV suhu tubuh anaknya panas
mencakup suhu, nadi, O : klien tampak rewel Suhu
respirasi rate, dan 39 c, R 32x/menit, N
tekanan darah 110x/menit, TD 110/80
2. Memberikan kompres mmHg IV terpasang dikaki

22
11.30 hangat sebelah kanan WIDA 2A 16
3. Mengajararkan tpm
11.40 kompres hangat yang A : masalah belum teratasi
ebnar pada keluarga P : intervensi dilanjutkan
4. Memberi tahu agar
klien tidak dipakaikan
12.15 selimut dan pakaian
yang tebal
5. Berkolaborasi dalam
pemberian antipiretik
dan pemberian cairan
IV
2. 10:40 1. Mengobservasi S : ibu klien mengatakan
kesadaran klien suhu tubuh anaknya panas
12:10 2. Membantu klien dalam O : klien tampak rewel Suhu
melakukan aktifitas 39 c, R 32x/menit, N
110x/menit, TD 110/80
mmHg IV terpasang dikaki
sebelah kanan WIDA 2A 16
tpm
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. 18/6/14 1. Mengobservasi TTV S : ibu klien mengatakan
10:10 mencakup suhu, nadi, badan anaknya tidak terlalu
respirasi rate, dan panas dari sebelumnya O :
tekanan darah klien tampak tenang Suhu
2. Memberikan kompres 37,6 c, RR 28x/menit, N
hangat 90x/menit, TD 100/80

23
3. Berkolaborasi dalam mmHg IV terpasang dikaki
pemberian antipiretik sebelah kanan WIDA 2A 16
dan pemberian cairan tpm
IV A : masalah teratasi
sebagian
P: intervensidilanjutkan
2. 09:00 1. Mengkaji pengetahuan S : ibu klien mengatakan
orangtua tentang kurang paham tentang
penyakit anaknya penyakit anaknya
2. Memberi dukungan O : keluarga sering
kepada keluarga bahwa menanyakan tentang
anaknya akan sembuh jika pengobatan dan perawatan
9:25 disiplin dalam mengikuti penyakit anaknya
perawatan A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. 9/6/14 1. Mengobservasi TTV S : ibu klien mengatakan
08:40 mencakup suhu, nadi, badan anaknya tidak terlalu
respirasi rate, dan tekanan panas dari sebelumnya
darah O : klien tampak tenang
2. Memberikan kompres Suhu 35,7 c, RR 30x/menit,
hangat N 87x/menit, TD 100/80
3. Berkolaborasi dalam mmHg IV terpasang dikaki
pemberian antipiretik dan sebelah kanan WIDA 2A 16
pemberian cairan IV tpm
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

24
2. 09:00 1. Mengobservasi S : ibu klien mengatakan
kesadaran klien anaknya tidak rewel
09:45 2. Membantu klien dalam O : kesadaran klien compos
melakukan aktifitas metris, GCS E4M6V5, klien
dapat menjawab pertanyaan
yang ditanyakan oleh
perawat dan keluarganya
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
3. 10:30 1. memberikan pendidikan S : ibu klien mengatakan
kesehatan paham tentang penyakit
Tentang perawatan yang anaknya
diberikan O : keluarga tidak
menanyakan tentang
pengobatan dan perawatan
penyakit anaknya
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3.6 Catatan Perkembangan

No Tgl Catatan Perkembangan TTD


DX
1. 17/6/ S : ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya panas O :
2014 klien tampak rewel Suhu 39 c, RR 32x/menit, N
110x/menit, TD 110/80 mmHg IV terpasang dikaki

25
sebelah kanan WIDA 2A 16 tpm
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
i:
1. Mengobservasi TTV Respon : Suhu 39 c, RR
32x/menit, N 110x/menit, TD 110/80 mmHg
2. Memberikan kompres hangat Respon : suhu 38,2 c
3. Mengajarkan kompres hangat yang benar pada
orangtua klien
Respon : keluarga klien paham dengan apa yang
diajarkan
4. Memberi tahu agar klien tidak dipakaikan pakaian
yang tebal dan selimut
Respon : ibu klien tidak lagi memakaikan pakaian
yang tebal dan selimut
5. Berkolaborasi dalam pemberian cairan IV (WIDA
2A 16 tpm)
Respon : terpasang IV di kaki kanan klien
E : masalah belum teratasi yang ditandai dengan
DS : ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya masih
teraba panas
DO : klien tampak rewel, suhu 38,2 c R : intervensi 1.
2, dan 5 lanjutkan
2. S : ibu klien mengatakan anaknya masih rewel

26
O : kesadaran klien compos metris, GCS E4M5V5, klien
dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh
perawat dan keluarganya
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutka
I : 1. Mengobservasi keadaan klien Respon : kesadaran
klien penuh (compos metris), GCS E4M5V5, klien
dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh
perawat dan keluarganya
2. Membantu klien dalam melakukan aktifitas
Respon:
E : masalah belum teratasi yang ditandai dengan
DS : ibu klien mengatakan anaknya rewel
DO : kesadaran klien penuh (compos metris)
R : intervensi 1 dan 2 dilanjutkan
1. 18/6/ S : ibu klien mengatakan badan anaknya tidak terlalu
2014 panas dari sebelumnya
O : klien tampak tenang Suhu 37,6 c, RR 28x/menit, N
90x/menit, TD 100/80 mmHg IV terpasang dikaki
sebelah kanan WIDA 2A 16 tpm A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
I : 1. Mengobservasi TTV mencakup suhu, nadi,
respirasi rate, dan tekanan darah Respon : Suhu 37,6 c,

27
RR 28x/menit, N 90x/menit, TD 100/80 mmHg
2. Memberikan kompres hangat Respon : suhu 37,5 c
3. Berkolaborasi dalam pemberian antipiretik dan
pemberian cairan IV
Respon : IV terpasang dikaki sebelah kanan WIDA 2A
16 tpm
E : masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan
DS : ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya tak
teraba panas seperti sebelumnya
DO : suhu tubuh klien 37,5 c
R : intervensi 1, 2, dan 5 dilanjutkan
2. S : ibu klien mengatakan anaknya tidak terlalu rewel
O : kesadaran klien compos metris, GCS E4M5V5, klien
dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh
perawat dan keluarganya
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
I : 1. Mengobservasi kesadaran klien Respon : kesadaran
klien compos metris
3. Membantu klien dalam melakukan aktifitas
Respon :
E : masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan
DS : ibu klien mengatakan anaknya tak lagi rewel
DO : kesadaran klien compos metris

28
R : intervensi 1 dan 2 dilanjutkan
3. S : ibu klien mengatakan kurang paham tentang penyakit
anaknya
O : keluarga sering menanyakan tentang pengobatan dan
perawatan penyakit anaknya
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I : 1. Mengkaji pengetahuan orangtua tentang penyakit
anaknya
Respon : keluarga klien sedikit paham dengan penyakit
anaknya
1. 19/6/ S : ibu klien mengatakan badan anaknya tidak terlalu
2014 panas dari sebelumnya
O : klien tampak tenang Suhu 35,7 c, RR 30x/menit, N
87x/menit, TD 100/80 mmHg IV terpasang dikaki
sebelah kanan WIDA 2A 16 tpm
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I:
1. Mengobservasi TTV mencakup suhu, nadi, respirasi
rate, dan tekanan darah
Respon : Suhu 35.7 c, RR 30x/menit, N 87x/menit, TD
100/80 mmHg
2. Memberikan kompres hangat

29
Respon : suhu 35,7 c 5. Berkolaborasi dalam pemberian
antipiretik dan pemberian cairan IV
Respon : IV terpasang dikaki sebelah kanan WIDA 2A
16 tpm
E : masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan
DS : ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak demam
lagi
DO : suhu tubuh klien 35,7 c
R : intervensi di hentikan klien pulang
2. S : ibu klien mengatakan anaknya tidak rewel
O : kesadaran klien compos metris, GCS E4MdV5, klien
dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh
perawat dan keluarganya
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
I:
1. Mengobservasi kesadaran klien
Respon : kesadaran klien compos metris
2. Membantu klien dalam melakukan aktifitas
Respon :
E : masalah teratasi yang ditandai dengan
DS : ibu klien mengatakan anaknya tak lagi rewel
DO : kesadaran klien compos metris
R : intervensi di hentikan klien pulang

30
3. S : ibu klien mengatakan paham tentang penyakit
anaknya
O : keluarga klien tidak lagi menanyakan tentang
perawatan penyakit anaknya
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
I:
1. Mengkaji pengetahuan orangtua tentang penyakit
anaknya
2. memberikan dukungan kepada keluarga bahwa
anaknya akan sembuh jika disiplin dalam mengikuti
perawatan
Respon : keluarga klien tidak lagi menanyakan tentang
penyakit anaknya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan yang diberikan
Respon : keluarga klien paham dengan apa yang telah
dijelaskan
E : masalah teratasi yang ditandai dengan
DS : ibu klien paham dengan apa yang dijelaskan
DO : keluarga klien tampak paham dengan apa yang
dijelaskan
R : intervensi dihentikan klien pulang

31
BAB IV
PENUTUP

H. Kesimpulan
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas
37,2°C (99,5°F) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di area
preoptik hipotalamus anterior yang dipengaruhi oleh interleukin-1(IL -1).
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi
dengan mekanisme pertahanan hospes. Dimana mekanisme tersebut
menyebabkan perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada
hipotalamus yang dapat disebabkan antaralain oleh infeksi, vaksin, agen
biologis, jejas jaringan, keganasan, obat/obatan, gangguan imunologik -
reumatologik, penyakit peradangan, penyakit granulomatosis, ganggguan
endokrin, ganggguan metabolik, dan bentuk - bentuk yang belum
diketahui atau kurang dimengerti.
Jalur akhir penyebab demam yang paling sering adalah adanya pirogen,
yang kemudiansecara langsung mengubah “set-point” di hipotalamus,
menghasilkan pembentukan panas dankonversi panas. Pirogen adalah
suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat jenis pirogenyaitu pirogen
eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh
yaitu pirogen mikrobial dan pirogen non/mikrobial.

32
B. Saran
Saran penulis untuk makalah ini adalah agar supaya mahasiswa
keperawatan dapat memahami dan mampu membuat asuhan keperawatan
klien dengan Delirium.

DAFTAR PUSTAKA

http://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-
demam-febris

http://artikelkesehatananak.com/pemeriksaan-penunjang-pada-demam.html

http://thousands-fortuna.artikel keperawatan.com/2011/06/demam.html

33

Anda mungkin juga menyukai