NAMA KELOMPOK 1 :
ANGGI IRFA DWIYANTI ( PO71200200017 )
BELLA ANISA ( PO71200200049 )
DICKA NANDA PUTRI ( PO71200200003 )
FATHIA ULFA ( PO71200190065 )
IWAN WAHYUDI ( PO71200200053 )
MUHAMMAD HAFIZ PRADANA ( PO71200200015 )
TRI OKTA DARMARIANSYAH ( PO71200200013 )
SITI RAHMAYANI ( PO71200200023 )
LENY ANAPERA ( PO71200200061 )
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat serta
KaruniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulilah tepat pada waktunya yang berjudul " ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KEJANG DEMAM "
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita. semua tentang
Berbagai Konsep kejang dan demam, dilihat dari berbagai aspek kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik. dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harap kan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampai kan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
usaha kita Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat.................................................................................................................. 2
2.1 Definisi................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi................................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi........................................................................................................... 4
2.5 Penatalaksanaan................................................................................................... 5
2.6 Komplikasi............................................................................................................ 6
3.1 Pengkajian............................................................................................................. 8
3.2 Diagnosa................................................................................................................
15
3.3 Intervensi...............................................................................................................
17
3.4 Implementasi.........................................................................................................
21
3.5 Evaluasi..................................................................................................................
24
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................
27
4.1 Kesimpulan............................................................................................................
27
4.2 Saran......................................................................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang terjadi
dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam tinggi dapat
menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu
tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang
demam terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses
ekstrakranium sering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun (Ridha, 2014).
Kejang demam terdiri dari kejang demam simpleks dan kompleks. Kejang demam
sederhana (simple febrile seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure )
biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih dari satu kali 24
jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan untuk
klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi pada kejang demam kompleks sebanyak 91
(60,7%), sedangkan pada kejang demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).
Ada beberapa hal penting yang harus dimiliki seorang perawat dalam penanganan
anak dengan kejang demam diantaranya pengalaman primary survey pada anak dengan
kejang demam, pengetahuan perawat pada anak kejang demam, penanganan kejang demam
yang tepat, memahami kesulitan tindakan penanganan pada anak kejang demam dan cara
mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami kejang demam.Wong (2008), mengatakan
prioritas asuhan pada keperawatan kejang demam adalah mencegah atau mengendalikan
aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas,
meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses
penyakit, prognosis, dan kebutuhan penangannya.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui definisi kejang dan demam pada anak
Untuk mengetahui etiologi kejang dan demam
Untuk mengetahui patofisiologi kejang dan demam
Untuk mengetahui tanda dan gejala kejang dan demam
Untuk mengetahui penatalaksanaan kejang dan demam
Untuk mengetahui komplikasi kejang dan demam
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kejang dan demam
1.3 Manfaat
Agar mengetahui definisi kejang dan demam pada anak
Agar mengetahui etiologi kejang dan demam
Agar mengetahui patofisiologi kejang dan demam
Agar mengetahui tanda dan gejala kejang dan demam
Agar mengetahui penatalaksanaan kejang dan demam
Agar mengetahui komplikasi kejang dan demam
Agar mengetahui asuhan keperawatan kejang dan demam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012). Kejang demam merupakan kejang yang
terjadi pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari,2016). Jadi dapat
disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh
anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses ekstrakranium.
2.2 Etiologi
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu populasi
neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan juga dapat
terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu. Kejang sendiri dapat
juga menjadi masifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan. (Nurarif,2015).
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam atau pada waktu demam lagi.
Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti Uremia, Hipoglikemia, kadar gula darah kurang dari
30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan
lahir rendah atau Hiperglikemia.
Gangguan sirkulasi.
Neoplasma
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapapun, tetapi mereka
merupakan penyebab sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan kemudian ketika
insiden penyakit Neoplastik meningkat (Nugroho,2011)
2.3 Patofisiologi
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada
keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan metabolisme basal 10-15
% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65
% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnyaambang kejang
seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Kejang demam yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi
kejang demam yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnyaaktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
2.5 Penatalaksanaan
Saat timbul kejang maka penderita diberikan diazepam intravena secara perlaan dengan
panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10kg dosisnya 0,5-0,75 mg/kg BB, di
atas 20kg 0,5mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan adalah 0,3 mg/kg BB/kali
pemberian dengan maksimal dosis pemberian 5mg pada anak yang berumur lebih dari 5
tahun. Pemberian tidak bole melebihi 50mg persuntikan. Setelah pemberian pertama
diberikan masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat diberikan injeksi diazepam
secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih kejang maka ditunggu 15 menit
lagi kemudian diberikan injeksi diazepam ketiga dengan dosis yang sama secara
intramuskular.
Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring, pakaian
dilonggarkan, dan pengisapan lender.
Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan.
Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuan dan mempermudah dalam
pemberian terapi intravena.
Pemberian kompres air es untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
Apabila terjadi peningkatan tekanan intracranial maka perlu diberikan obat-obatan untuk
mengurangi edem otak seperti deksametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.
2.6 Komplikasi
Jeda waktu antara awal demam dengan munculnya kejang cukup singkat.
Kejang demam pertama kali terjadi ketika suhu tubuh tidak terlalu tinggi.
Usia anak di bawah 18 bulan ketika mengalami kejang demam pertama.
Memiliki anggota keluarga lain yang juga pernah mengalami kejang demam.
Anak yang menderita kejang demam memiliki risiko menderita epilepsi di kemudian
hari, tetapi risiko ini ada pada anak yang mengalami kejang demam kompleks. Selain
epilepsi, anak penderita kejang demam berisiko menderita kelainan otak atau
ensefalopati. Namun, kasus ini sangat jarang terjadi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus
An. M dengan jenis kelamin laki laki berusia 12 bulan. Masuk rumah sakit pada tanggal 3
september dengan keluhan kejang demam, Ibu klien mengatakan saat dirumah pada tanggal 2
september 2021 sekitar jam 02.00 subuh klien mengalami demam dengan suhu 38°C sampai
jam 05.00 demamnya tidak menurun dan klien mengalami kejang pada saat itu, ibu klien
mengatakan telah memberikan obat penurun panas tetapi demam naik turun. Pada tanggal 3
september 2021 sekitar jam 08.00 pagi klien mengalami demam dengan suhu 39°C dan jam
15.00 klien mengalami kejang. Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 3 september jam
16.00 sore, dengan keluhan demam disertai kejang dua kali. Saat dikaji tanggal 4 september ibu
klien mengatakan klien demam, saat dikaji suhu 38ºC, demam sudah sejak 3 hari yang lalu. Ibu
klien mengatakan klien diberikan obat paracetamol setiap 6 jam. Ibu klien mengatakan klien
kejang sudah 2 kali. Ibu klien mengatakan kejang berlangsung >15 menit. Ibu klien mengatakan
pada saat klien kejang tangannya menggenggam, lalu kejang seluruh tubuh, dan matanya naik
keatas. Ibu klien mengatakan sebelum kejang klien mengalami demam tinggi. Ibu klien
mengatakan tidak mengetahui penyakit anaknya, yang diketahui oleh ibunya hanya demam
biasa. Ibu klien mengatakan merasa khawatir melihat kondisi klien saat ini. Ibu klien terlihat
bingung dan sering bertanya. Ibu Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab terjadinya
kejang pada klien. Ibu klien mengatakan klien kurang selera makan. Ibu klien mengatakan
dalam satu porsi makan klien hanya menghabiskan 2-3 sendok dengan frekuensi makan 3 kali
sehari. Klien tampak menangis dan rewel. Klien tampak gelisah. Klien tampak lemah. Suhu
tubuh klien teraba hangat. Klien terlihat tidak menghabiskan porsi makan. Ibu klien mengatakan
berat badan anaknya sebelum sakit 9 kg dan setelah sakit menjadi 7 kg. Sebelum sakit ibu klien
mengatakan pola tidur klien baik dan tidak ada kesulitan tidur, saat sakit ibu klien mengatakan
saat tidur siang klien sering terbangun karena menangis dan rewel, saat sakit klien juga sering
terbangun saat tengah malam.
3.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 4 september 2021 pada klien An.M dengan kejang
demam kompleks yang dirawat diruang perawatan anak anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah
Jambi, diperoleh data data sebagai berikut :
1. Identitas
Identitas klien
Nama : An.M
Umur : 12 bulan
Jenis kelamin : laki laki
Suku Bangsa : indonesia
Agama : islam
Tanggal masuk : 3 september 2021
Tanggal pengkajian : 4 september 2021
2. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan masuk rumah sakit dengan keluhan demam naik turun selama 3
hari disertai dengan kejang dua kali
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Ibu klien datang kerumah sakit pada tanggal 3 september 2021 jam 16.00 sore, ibu
klien mengatakan saat dirumah pada tanggal 2 september klien mengalami demam
dengan suhu 38 derajat celcius demamnya tidak menurun dan klien mengalami
demam pada saat itu, lalu pada tanggal 3 september klien mengalami demam dengan
suhu 39 derajat celcius disertai kejang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Prenatal care : Ibu klien mengatakan melakukan pemeriksaan kehamilan 9 kali,
ibu klien memeriksa kehamilan di puskesmas, ibu klien mengalami mual muntah
selama 3
bulan. Ibu klien mengatakan mengalami kenaikan berat badan 5 kg. Ibu klien
mengatakan sudah imunisasi TT 2 kali. G2P2A0, klien anak ke 2 dari 2 bersaudara.
(2) Natal : Ibu klien mengatakan melahirkan di klinik, ibu melahirkan secara spontan
dengan bantuan bidan, tidak ada pemberian obat perangsang, dan ibu tidak
mengalami komplikasi.
(3) Post natal : Ibu klien mengatakan saat lahir berat badan anaknya 3200 gram
dengan panjang 49 cm. Ibu klien mengatakan kondisi anaknya pada saat lahir sehat,
dan tidak mengalami penyakit yang lain saat melahirkan. Ibu klien mengatakan tidak
memberikan obat bebas untuk dikonsumsi klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki penyakit menular seperti
TBC dan hepatitis, ibu klien mengatakan ada riwayat penyakit anemia. Penyakit
yang pernah dialami keluarga demam,batuk, dan pilek.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Klien terlihat lemah dengan kesadaran composmentis dengan GCS 15, E4M6V5.
Tinggi badan 72 cm, berat badan setelah sakit 7 kg dan sebelum sakit 9 kg,
lingkar lengan atas 15 cm. lingkar kepala 45 cm, lingkar dada 42, lingkar perut
43 cm.
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 38 derajat celcius
Respirasi : 29 x / menit
Nadi : 95 x / menit
TD : 75 / 40 mmHg
3) Sistem Pernapasan
Lubang simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak terdapat penapasan cuping
hidung tidak terdapat epitaksis, tidak ada pembengkakan, terdapat secret.
Dada : Inspeksi Bentuk dada normo chest, tidak terdapat retraksi dinding
dada,pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi.
Palpasi : Tidak terdapat massa atau benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Terdengar sonor diseluruh lapang paru
Asukultasi: Terdengar suara vesikuler di seluruh lapang paru, tidak terdapat suara
napas tambahan.
4) Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi : Konjungtiva klien anemis, tidak terdapat lesi, mukosa bibir klien pucat.
Palpasi : Arteri carotis teraba kuat, tekanan vena jugularis tidak meninggi.
CRT < 2 detik. Tidak terdapat massa taupun benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Terdengar pekak di ICS 3-4 disebelah kiri
Auskultasi : Terdengar suara S1 "Lup" S2 "Dup"
5) Sistem Pencernaan
Sklera klien tidak ikterik, mukosa bibir kering, tidak terdapat terdapat labioskizis.
Tidak ada stomatitis dan palatoskizis.
Inspeksi : Tidak terdapat lesi dan massa di daerah abdomen
Auskultasi: Terdengar bising usus 10 x/menit
Perkusi : Terdengar bunvi timpani
2) Cairan
Sebelum sakit ibu klien mengatakan klien hanya diberikan ASI dan diselingi air
putih. Ibu klien mengatakan diberikan ASI setiap kali merengek. Air putih diberikan
setiap kali klien minta ± 6 kali, terkadang klien diberi minum air putih setelah makan
setengah gelas sebanyak 110 ml.
Saat sakit, ibu klien mengatakan klien diberikan ASI setiap kali merengek 10 kali
dalam sehari. Ibu klien mengatakan memberikan air putih. menggunakan botol 600
ml, sehari terkadang habis 300 ml.
3) Eliminasi
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan selalu mengganti pampers klien 4-5 kali sehari,
klien BAB 2 kali sehari, dengan warna feses sesuai dengan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh klien, dengan konsistensi lunak, klien BAB dan BAK di pampers,
warna urine kuning jernih dan berbau khas.
Saat sakit, ibu klien mengatakan klien BAB 2-3 kali, dengan konsistensi cair kadang
lunak dan berwarna coklat kekuningan. Klien BAB dan BAK di pampers, dalm
sehari klien ganti pampers 4 kali, warna urine kuning dan berbau khas.
5) Personal Hygiene
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali sehari, di saat pagidan sore
hari, klien mandi dengan bantuan ibunya, alat mandi yang digunakan sabun dan
shampo, klien menggunting kuku 1 minggu sekali.
Saat sakit ibu klien mengatakan belum pernah memandikan atau menyeka anaknya,
klien belum ada menggunting kuku.
ANALISA DATA
DO :
1.Saat dikaji suhu
tubuh pasien 38
derajat celcius
2.Klien tampak
menangis dan
rewel
3.Klien tampak
gelisah Tubuh
pasien teraba
hangat
defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Observasi : 1. untuk
faktor psikologis tindakan 1 x 24 jam 1. identifikasi mengetahui
d.d diharapkan status status nutrisi status nutrisi
DS : nutrisi klien 2. meminta bantuan pasien
1.Ibu klien membaik, dengan orang tua untuk 2. untuk
mengatakan klien kriteria hasil : menginformasikan mengetahui
kurang selera - Berat badan tentang alergi dan alergi dan
makan klien normal intoleran makanan intoleran
2.Ibu klien - Nafsu makan 3. identifikasi makanan pasien
mengatakan meningkat makanan yang 3. untuk
dalam satu porsi disukai pasien mengetahui
makan klien dengan meminta makanan yang
hanya informasi dari disukai pasien
menghabiskan 2- orangtua 4. untuk
3 sendok dengan 4. identifikasi mengetahui
frekuensi makan kebutuhan kalori kebutuhan kalori
3 kali sehari dan jenis nutrien dan jenis nutrien
DO : 5. meminta bantuan pasien
1.Klien terlihat orang tua untuk 5. untuk
tidak memonitor asupan mengetahui
menghabiskan makanan jumlah asupan
porsi makan makanan pasien
6. monitor berat 6. untuk
badan mengetahui
berat badan
pasien
Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi 1.agar
tidur b.d kurang tindakan 1x24 jam 1.identifikasi pola mengetahui pola
kontrol tidur d.d diharapkan pola aktivitas dan tidur tidur klien
Gangguan pola tidur klien kembali dengan meminta 2.agar
tidur b.d kurang membaik, dengan informasi dari mengetahui apa
kontrol tidur d.d kriteria hasil : orang tua yang menjadi
DS : - Keluhan sulit 2.identifikasi faktor penyebab klien
•Sebelum sakit tidur pengganggu tidur kesulitan tidur
ibu klien menurun dengan 3.agar jam tidur
mengatakan klien - Keluhan berkolaborasi klien terartur
tidak kesulitan sering terjaga dengan orang tua 4.agar klien
tidur menurun untuk memantau merasa nyaman
•Saat sakit ibu - Keluhan pola faktor pengganggu
klien mengatakan tidur berubah tidur
saat tidur siang menurun 3.infromasikan
klien sering kepada orangtua
terbangun karna untuk menetapkan
menangis, dan jadwal tidur
klien juga sering terartur
terbangun saat 4.fasilitasi tidur
tengah malam yang nyaman
Do : seperti tempat
•Klien tampak tidur, pencahayaan,
kesulitan tidur kebisingan, dan
selalu didampingi
orangtua agar klien
tidak merasa takut
Evaluasi
Do :
•Klien tampak
kesulitan tidur
Defisit pengetahuan 06/09/2021 Data Subjektif :
b.d kurang terpapar 11.00 Ibu klien mengatakan sudah
informasi d.d paham mengenai informasi
DS : penyakit yang dialami anaknya
•Ibu klien
mengatakan tidak
tahu penyebab Data Objektif :
terjadinya kejang Ibu pasien sudah tampak tidak
pada klien kebingungan lagi
•Ibu klien Asesment :
mengatakan tidak Masalah teratasi
mengetahui penyakit Plan / perenanaan :
anaknya Intervensi dihentikan
DO :
Ibu klien terlihat
bingung dan sering
bertanya
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang terjadi
dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam tinggi dapat
menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh
diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang
demam terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakranium
sering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun
(Ridha, 2014).
Kejang demam terdiri dari kejang demam simpleks dan kompleks. Kejang demam
sederhana (simple febrile seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure ) biasanya
terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih dari satu kali 24 jam (dalam
Nugroho, 2014). Hasil penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis
kejang demam tertinggi terjadi pada kejang demam kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan
pada kejang demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).
4.2 SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana
keperawatan pada pasien dengan kejang demam, pendokumentasian harus jelas dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan kejang demam maka tugas
perawat yang utama hádala sering memantau frekuensi pernapsan anak, memperhatikan posisi
anak, pengaman pada tempat tidur anak.
3. Untuk keluarga diharapkan selalu membantu dan memotivasi klien dalam proses
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/kejang-demam
https://www.halodoc.com/artikel/waspada-komplikasi-yang-disebabkan-kejang-demam
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/DESI_REGINA_PUTRI.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4415/3/BAB%20II.pdf