Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KGD DAN MANAJEMEN BENCANA

Kegawatdaruratan pada anak dan ginekologi/ obstetri askep kejang demam

Dosen Pengampu : Syahid Amrullah, M.Kep., Ns

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Bima (S19128004)
2. Serlly Tri Annisa (S19128017)
3. Desvira Auliyah (S19128020)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN ANGKATAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT kami ucapkan karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah dengan judul “KGD dan Manajemen Bencana dengan
kegawatdaruratan pada anak dan ginekologi/ obstetri askep kejang demam ” untuk memenuhi
tugas mata kuliah KGD dan Manajemen Bencana.

Terimakasih penulis ucapkan kepada anggota kelompok yang telah berkontribusi secara
finansial maupun non-finansial dalam pembuatan makalah ini. Serta tidak lupa terima kasih
kami ucapkan kepada bapak Syahid Amrullah, M.Kep., Ns, selaku dosen mata kuliah KGD
dan Manajemen Bencana karena berkat bimbingan beliaulah makalah ini dapat terselesaikan
secara tepat waktu.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan laporan ini tentunya masih
banyak kesalahan dan kekurangan yang kami lakukan. Sehingga kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Kubu Raya, 1 April 2021.

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian........................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................................5

A. Pengertian...................................................................................................................5

B. Etiologi.......................................................................................................................6

C. Penanganan.................................................................................................................7

D. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................9

E. Pengkajian..................................................................................................................9

F. Patofisiologi..............................................................................................................12

G. Penatalaksanaan........................................................................................................12

H. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................13

BAB III : PENUTUP..............................................................................................................14

A. Kesimpulan...............................................................................................................14

B. Saran.........................................................................................................................14

Daftar Pustaka........................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran
bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan
yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.
Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
sangat penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil dari masalah yang diuraikan di atas maka dapat dibuat
rumusan masalah adalah “Bagaimana gambaran penyakit penyerta pada kehamilan
dengan status lahir bayi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten”
sebanyak 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta pada
kehamilan dengan status bayi baru lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Delanggu Klaten.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus yang hendak dicapai oleh peneliti ini adalah :
a. Untuk mengetahui penyakit penyerta pada kehamilan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten.
b. Untuk mengetahui jenis tindakan persalinan seperti lahir normal, Sectio Caersare,
vakum.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Hasan & Alatas, dkk, 2002) Kejang demam merupakan kelainan
neurologist yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam (Ngastiyah, 1997). Hingga kini belum diketahui secara
pasti, tetapi dikaitkan faktor resiko yang penting adalah demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis,
dan infeksi saluran kemih. Faktor resiko lainnya adalah riwayat keluarga kejang
demam, problem pada masa neonatus, kadar natrium rendah. Setelah kejang demam
pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-
kira 9% akan mengalami 3X recurrent atau lebih. (Manjoer, , 2000) Sel dikelilingi
oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan
luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dngan
mudah oleh ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+ ) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl- ). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel terdapat keadaan
sebaliknya). Karena perbedaan jenis dan konsentrasi didalam dan diluar sel, maka
disebut potensial membrane. Untuk menjaga keseimbangan potensail membaran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan
sel. . Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat mempengaruhi keseimbangan dari membrane sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium dari membrane
tadi, dengan akibat lepasnya muatan listrik Lepasnya muatan listrik ini demikan besar
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel tetangganya dengan
bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang
yang berbeda, pada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada
suhu 38ºC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi
pada suhu 40ºC atau lebih. Kejang demam yang berlansung singkat tidak berbahaya
dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih
dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
kontraksi otot skelet yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea, asidosis
lactate, hipotensi. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah kejang
berlangsung lama yang dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsy spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
mnenyebabkan kelainan anatomis diotak sehinggga terjadi epilepsy (Hasan & Alatas,
dkk, 2002). Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik,
klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Untuk ini
Livingston membuat kriteria kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion )
2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam (Epilepsy triggered of by fever ) Menurut
Hasan & Alatas, dkk (2002) dengan penanggulangan yang tepat dan cepat,
prognosisnya baik atau tidak perlu menyebabkan kematian. Risiko yang dihadapi
oleh seoarng anak Untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi diotak
diperlukan pungsi lumbal. Pada pasien yang kejang lama pemeriksaan lebih
inntensif seperti pungsi lumbal, darah rutin, gula darah, faal hati, elektrolit, Bila
perlu rontgen kepala, EEG, ensefalografi.
sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor:
1. Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang demam
3. Kejang yang berlangung lama atau kejang fokal

B. Etiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2- 4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus
merupakan kejang demam yang kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada
tahun kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada anak
lakilaki (Manjoer, dkk, 2000). Kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika
Anda terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau
bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari,
merupakan kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya
(Pdpersi,2004). Untuk itu diperlukan adanya penanganan kejang demam yang cepat
dan benar.

C. Penanganan
Penanggulangan kejang demam terdapat 4 faktor yang perlu dikerjakan menurut
Ngastiyah (1997), yaitu:
1. Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam keadaan
status convulsifus, obat pilihan utama adalah diazepam.
2. Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan
perlunya pengobatan penunjang;
a. Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung
b. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi
c. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
d. Diberikan oksigen
e. Semua pakaian ketat dibuka
f. Awasi secara ketat kesadaran
g. Kompres hangat
Menurut Greene, et all (2005) Anak yang mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi
kejang demam, sebaiknya dilakukan:
a. Buka pakaian samapai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia
memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan
b. Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung dari cedera. Basuh
tubuhnya dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kea rah tubuhnya.
Jangan biarkan tubuhnya menjadi terlalu dingin
c. Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, letakkan recovery position
/ gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring miring dan jaga agar kepalanya tetap
menengadah kebelakang. Selimuti tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis
dan tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali.
3. Mencari dan mengobati penyebab
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Riwayat kesehatan.
Riwayat demam disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.
b. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik biasanya didapatkan: Fase iktal: gigi mengatup,
sianosis, pernafasan cepat/ menurun, peningkatan sekresi mucus, peningkatan
nadi, sedangkan post iktal dapat ditemukan apnea. Akibat kejang dapat terjadi
fraktur, kerusakan jaringan lunak/gigi cedera selama kejang. Pada aktivitas dan
kekuatan otot terjadi keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus otot/ kekuatan
otot. Mual, muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Di intergumen
ditemukan : Akral hangat, kulit kemerahan, demam
Diagnosa dan Nursing care Plan (NCP)
a. Diagnosa: Resiko injuri berhubungan dengan kejang/psikomotor,
disorientasi/penurunan status mental
NOC (Nursing Outcomes Classification): Safety status : (Anak terbebas dari
injuri) Kriteria Evaluasi: Tidak terjadi kejang, lidah tidak tergigit, tidak terjadi
fraktur
NIC (Nursing Interventions Classification):
1. Seizure management
a) Baringkan ditempat yang rata
b) Bimbing pergerakan untuk mencegah injury
c) Pertahankan jalan nafas: miringkan kepala
d) Pasang sudip lidah/ tong spatel yang telah dibungkus dengan kasa diantara
gigi untuk mencegah lidah tergigit
e) Buka pakaian yang ketat
f) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien
g) Temani klien saat kejang
h) Hindari penggunaann restrain
i) Monitor vital sign
2. Seizure precaution
a. Atur tempat tidur yang rendah
b. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur
c. Sediakan suction disamping tempat tidur
d. Sediakan ambubag disamping tempat tidur
e. Beritahu pasien/keluarga tentang faktor pencetus kejang & factor resiko yang
meningkatkan injuri dan bagaimana cara menguranginya.
f. Instruksikan pada keluarga untuk sedia obat antipiretik & antikonvulsan sesuai
resep dokter
B. Diagnosa: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan nafas, peningkatan produksi mukus
NOC (Nursing Outcomes Classification) : Respiratory status (Airway
Patency): Klien/anak dapat mempertahankan jalan nafas efektif
Kriteria hasil; Sputum/sekret dapat keluar, tidak ada cyanosis & dypsnoe, RR
dalam rentang normal, suara nafas bersih
NIC (Nursing Interventions Classification):
1. Airway management
a) Buka jalan nafas: miringkan kepala
b) Monitor respirasi dan status oksigenasi
c) Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
d) Auskultasi suara paru
e) Pasang endotrackeal sesuai kebutuhan
f) Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif bila kondisi
memungkinkan
2. Aiway suction
a) Tentukan kebutuhan untuk suction
b) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
c) monitor status oksigenasi klien
d) Lakukan suction secara hati-hati dan lembut bila perlu
C. Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitnya, dehidrasi
NOC : hipertermi teratasi, terjadi keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas Kriteria hasil: Suhu tubuh dalam rentang: 36,5-37C, kulit
tidak kemerahan
NIC (Nursing Interventions Classification):
1. Monitoring vital sign
a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan
b) Pertahankan secara berkesi nambungan monitoring suhu tubuh
c) Monitoring warna kulit, suhu dan kelembutan
d) Monitoring adanya sianosis perifer
e) Identifikasi dari penyebeb perubhan vital sign
2. Penanganan demam
a) Berikan antipiretik jika diperlukan
b) Buka pakaian sampai hanya tinggal celana dalamnya saja.
Pastikan ia memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi
kedinginan
c) Berikan tapid sponge bed dengan air hangat
d) Berikan intake cairan yang adekuat
e) Pasang IV Line untuk memenuhi kebutuhan cairan
f) Berikan sirkulasi udara yang baik
g) Berikan oksigen jika diperlukan
D. Patofisiologi
Pada demam, kenaikan suhu 1 0 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. dengan bantuan
”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dapat
menimbulkan kejang. (Ngastiyah,2005).

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksana Medis

Menurut Livingston (2001) penatalaksanaan medis ada:

a) Menghentikan kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara


intravena jika klien masih kejang.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab Pengobatan rumah profilaksis
intermitten. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Semua pakaian ketat dibuka
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
d) Monitor suhu tubuh, Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC.
f) Berikan Kompres Hangat Mengompres dilakukan dengan handuk atau
washcloth (washlap atau lap khusus badan) yang dibasahi dengan
dibasahi air hangat (30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan.
Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit.
Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk
basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat.
Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi.
Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun
demam. Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat
penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
g) Menaikkan Asupan Cairan Anak Anak dengan demam dapat merasa
tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk makan. Akan
tetapi cairan seperti susu (ASI atau atau susu formula) dan air harus
tetap diberikan atau bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat
diberikan sup atau buah-buahan yang banyak mengandung air.
h) Istirahatkan Anak Saat Demam Demam menyebabkan anak lemah dan
tidak nyaman. Orang tua sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup
istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau
tidur bila anak sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah
atau aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.
(Nita,2004)

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Periksa darah / lab: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b. EEG
c. Lumbal punksi
d. CT-SCAN
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam pada anak sering terjadi pada masyarakat. Banyak keluarga tidak
menyadari . Berbagai kondisi kegawatan dapat terjadi pada kasus kejang demam pada
anak yang tidak segera ditangani. Kegawatan tersebut diantaranya : kegawatan karena
kejang, sesak nafas, suhu yang meninggi dan cedera.

B. Saran
perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan hendaknya menyadari hal hal yang
perlu diajarkan pada keluarga dalam menghadapi anak yang kejang demam. Pada
anak yang sudah kejang demam dan dirawat di Rumah sakit pearawat harus
memahami patofisiologi dan proses penyakit sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang baik. Penggunaan pendekatan proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh karena
proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2000. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat pendidikan Tenaga
Kesehatan. Lumbantobing,SM.2003.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta :
FKUI

Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Ibu Dengan Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Balita di Posyandu Anggrek Tlogomas
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 3(1).

Langging, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan
Sacharin, M Rossa. 2001. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC

Suriadi, dkk 2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

Anda mungkin juga menyukai