Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASKEP KEJANG DEMAM PADA ANAK

DISUSUN
OLEH:

KELOMPOK 3:
ANNISA NASUTION
RISKY HAFIFAH
NIRWAN ASYMILI
AULA RAHMINA
MAWADDAH NUR
ULVIANA PUTRI

AKADEMI KEPERAWATAN TEUNGKU FAKINAH BANDA ACEH


TAHUN AJARAN
2021/2022

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’ KEPERAWATAN METERNITAS‘’. Adapun
makalah ini membahas mengenai ”KEJANG DEMAM PADA ANAK”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
kami, maka kami dengan senang hati menerima kritikan serta saran–saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Teungku Fakinah.

Banda Aceh, 30 Agustus 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………………...1
B. Tujuan……………………………………………………………………………1
C. Rumusan masalah………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian……………………………………………………………………….2
B. Etiologi………………………………………………………………………….2
C. Patofisiologi……………………………………………………………..............3
D. Klasifikasi……………………………………………………………………….4
E. Manifestasi klinis………………………………………………………………..5
F. Komplikasi………………………………………………………………………5
G. Pemeriksaan penunjang…………………………………………………………6
H. Discharge planning……………………………………………………………...6
I. Penatalaksanaan…………………………………………………………………7
J. Askep kejang demam pada anak………………………………………………..9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….20
B. Saran……………………………………………………………………............20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa menakutkan pada
kebanyakan orang tua karena kejadianya yang mendadak dan kebanyakan orang
tua tidak tau harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal > 38) yang disebabkan oleh suatu proses diluar
otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas , apakah nanti akan
kejang atau tidak .
Dari penelitian , kejang demam sendiri telah terlalu besar yaitu sekitar 2-4%
artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4% yang mengalami kejang.
Kejang demam terjADI pada usia 6 bln- 5 thn dan terbanyak terjadi pada usia 17-
23bln saat menghadapiu sikecil yang sedang kejang sedapat mungkin cobalah
bersikap tenang.

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana bagaimana proses terjadinya kejang demam
secara sistematis, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang
terjadi pada klien yang mengalami kejang demam, serta dapat mengaplikasakanya
dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami kliendengan gejala kejang
demam.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan kejang demam?


2. Apa aja eteologi nya?
3. Bagaimana penatalaksanaan medis nya?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >38°C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial maupun
ekstrakanial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun.
Paling sering pada anak usia 17-23 bulan. Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu :

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


Ciri – ciri kejang ini adalah :
a. Kejang berlangsung singkat
b. Umurnya serangan berhenti sendiri dalam waktu >10 menit
c. Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang ini :
a. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
B. Etiologi

Kejang dibedakan menjadi intrakanial dan ekstrakranial.

Intrakanial meliputi:

a. Trauma (perdarahan) : perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler


b. Infeksi : bakteri, virus, parasite misalnya meningitis

c. Kongenital : disgenesis, kelainan serebri

Ekstrakranial
a. Gangguan metabolic : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan
elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
b. Toksik : intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat

c. Kongenital : gangguan metabolism asam basa atau ketergantungan dan kekurangan


piridoksin

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu :

a. Riwayat kejang dalam keluarga


b. Usia kurang dari 18 tahun

c. Tingginya suhu badan sebelumnya kejang makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang

d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya demam
dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.

C. Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan
listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan
bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai
dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.

3
D. Klasifikasi
Kejang demam dapat di klasifikasikan dalam tiga bentuk :
1. Kejang tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dengan bayi prenatal berat
berlangsung 10 s/d 15 menit, bisa juga lebih.
2. Kejang klonik
Kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,biasanya berlangsung selama
1-2 menit
3. Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit
4. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjasi sebagai akibat
menurunnya curah jantung
5. Gejala bendungan system vena : Hepatomegali dan peningaktan tekanan vena
jugularis.

4
E. Manifestasi Klinis
sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama  sakit
Sering  sewaktu  suhu  tubuh  meningkat  cepat,  tetapi  pada  sebagian  anak,  tanda 
pertama penyakit mungkin kejang dan pada yang lain, kejang terjadi saat demam menurun
(Abraham M. Rudolph, 2006)
1. kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang
bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas
menyeluruh tonik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit
2. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti
proses infeksi atau toksik
3. Mata terbalik ke atas disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan
terulang.

F. Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya & tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit)
yaitu:
1. Kerusakan otak
2. Retardasi mental
3. Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi artrial,
suhu tubuh makin meningkat.

5
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang
berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada keajng demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien
dengan kejang demam meliputi:
a. Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis sering
tidak jelas
b. Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi
kecuali pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan.atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologist karena hamper semuanya menunjukkan gambaran normal. CT
Scan atau MRI direkomendasiakan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi
organic di otak.

H. Discharge Planning
Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan
kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
a. Pencegahan berulang
1. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
2. Pengetahuan kesehatan tentang
a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
b) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada
anak ( 36-37ºC)
c) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai
demam dan jangan menunggu sampai meningkat
d) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami
kejang demam bila anak akan diimunisasi.

6
b. Mencegah cedera saat kejang berlangsung
a) Baringkan pasien pada tempat yang rata
b) Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d) Lepaskan pakaian yang ketat
e) Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

I. Penatalaksanaan
a. Medis
a.) Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian :
- 5mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3tahun
- Atau 5mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 KG
- 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk
menghindari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis,
hentikan penyuntikkan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit
bila anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena
tidak diabsorbsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan – lahan. Kejang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50mg IM dan
pasang ventilator bila perlu.

7
b) Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah
terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1. Antipiretik, parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping
berupa hyperhidrosis. Dan Ibuprofen 10mg.kgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan, berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam
pada saat demam menurun resiko berulangnya kejang.
c) Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproate dengan dosis
asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan
adalah :
1. Kejang lama >15 menit
2. Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
misalnya hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus
3. Kejang fokal
4. Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsy
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
a) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
b) Kejang demam terjasi pada bayi <12 bulan

b. Keperawatan
Perawat memberikan Asuhan Keperawatan dengan Pembebasan jalan nafas
dengan cara kepala dimiringkan, pakaian di longgarkan dan pengisapan lendir,
Pemberian kompres untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Kompres diletakan
pada jaringan penghantar panas, dan Tirah baring.

8
J. ASKEP KEJANG DEMAM PADA ANAK

FORMAT PENGKAJIAN

PENGKAJIAN PASIEN
1. Pengkajian Keperawatan
I. BIODATA
i. Identitas Pasien
Nama : An.a
Tempat/Tanggal lahir : Medan/21-05-2016
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : -
Alamat : Jalan karang bakti gang seram
kelurahan sari rejo medan polonia
Tanggal persalinan : -
Golongan darah : -
Tanggal pengkajian : 20 juni 2017
Diagnosa medis : Demam (febris)

II. KELUHAN UMUM


Orangtua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, badan
lemas dengan T=38,6ºC dan suhu tubuh klien tidak turun-turun

III. RIWAYAT KESEHATAN


Riwayat kesehatan sekarang
 Orangtua klien mengatakan klien sudah 2 hari yang lalu mengalami panas
 Panas muncul setelah klien terkena campak dan semakin hari panasnya
semakin naik
 Setelah dilakukan tindakan medis selama 3 kali 24 jam panas klien turun
secara berangsur-angsur
 Memberikan kompres air hangat kepada klien
 Menganjurkan orangtua untuk banyak memberi air putih pada klien
 Kondisi klien saat dikaji, orangtua klien mengatakan panasnya sudah
tinggi dengan Temp= 38,6ºC

9
Riwayat kesehatan lalu
 Orangtua klien mengatakan bahwa klien sebelumnya pernah terkena
campak dan demam
 Orangtua klien mengatakan klien sudah mendapatkan program imunisasi
lengkap
 Orangtua klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan
sebelumnya
 Orangtua klien mengatakan klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi
Sebelumnya, baik alergi makanan, obat-obatan, zat/ substansi dll.
 Orangtua klien mengatakan sebelumnya memberikan paracetamol syrup
Dirumah

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


 Orangtua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan
tidakan, misalnya bermain
 Orangtua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman
Sejawatnya
 Orangtua klien mengatakan apabila sehat klien sangat aktif, akan tetapi
saat sakit klien cenderung rewel
 Klien cenderung sangat aktif jika sehat.

V. RIWAYAT SPIRITUAL
 Ritual yang biasa dijalankan : -

VI. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum klien
 Tanda – tanda dari distress : klien sangat sering rewel dan
menangis
 Penampilan dihubungkan dengan usia :-
 Ekspresi wajah, mood : wajah klien Nampak pucat,
menangis,
anak tidak terlalu mood dalam
melakukan aktivitas
misalnya, bermain
 Berpakaian dan kebersihan umum : klien mandi 2 hari sekali dan selalu
mengganti pakaiannya oleh orangtua
klien
 Tinggi badan, BB :78 cm, 10,6 kg,
 Gaya berjalan :normal seperti anak-anak pada
umumnya

Tanda – tanda vital sign


 Suhu : 38,6 ºC
 Nadi : 100 kali/menit
 Pernapasan : 30 kali/menit
 Tekanan darah : -

10
Sistem pernapasan

 Hidung : Inspeksi : kesimetrisan (+), adanya secret atau polip (-)


 Leher : inspeksi dan palpasi : pembesaran kelenjer (-), tumor (-)
 Dada : Inspeksi ; bentuk dada (normal), ukuran (sama), gerakan dada ( kiri
dan kanan seimbang, retraksi (-) ; Auskultasi : suara nafas (normal), suara
nafas tambahan (-);palpasi : Clubbing finger (-)

Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi :Conjungtiva (anemia), bibir (pucat), pembesaran jantung (-)
 Palpasi : Arteri carotis (normal), Tekanan vena jugularis (normal)
 Auskultasi : Suara jantung tambahan (-), bising aorta(-), murmur (-)

Sistem pencernaaan
 Inspeksi : sclera (-), bibir (kering), mulut (stomatitis) (-), jumlah gigi (20 buah),
kemampuan menelan(-)gerakan lidah (-)
 Gaster : kembung (-), gerakan peristaltic (-)
 Abdomen
 Inspeksi : tidak ditemukan luka, bentuk simetris
 Palpasi : tidak ditemukan pembesaran di kuadran IIV, tidak ditemukan
nyeri tekan
 Perkusi : suara timpani
 Auskultasi : bising usus (+)
 Anus : kondisi (normal)

Sistem indera
 Mata
 Inspeksi : tidak ditemukan luka, bentuk simetris
 Palpasi : tidak ditemukan pembengkakan, dan nyeri tekan
 Hidung
 Inspeksi : tidak ditemukan luka, bentuk simetris
 Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan
 Telinga
 Inspeksi : tidak ditemukan luka, bentuk simetris
 Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan

Sistem saraf
 Fungsi celebral
 Status mental : daya ingat (+), perhatian (+), Bahasa (+)
 Kesadaran : GCS 8
 Fungsi motorik
 Massa (-)
 Tonus dan kekuatan otot (+3)
 Fungsi sensorik
 Suhu : 38,6ºC
 Nyeri : 3

11
 Fungsi cerebellum
 Koordinasi dan keseimbangan (+)
 Refleks
 Ekstermitas atas : (+4)
 Ekstermitas bawah : (+4)

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI

Nutrisi
- Selera makan : menurun
- Frekuensi makanan dalam 24 jam :2 kali sehari
- Makanan yang disukai : telur mata sapi
- Makanan pantangan : -

Cairan
- Jenis minuman yang
- dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum: tidak menentu

Eliminasi (BAB & BAK)


- Tempat pembuangan : toilet dan pampers
- Frekuensi : tidak diketahui
- Konsistensi : padat

Istirahat tidur
- Apakah cepat tertidur : klien semenjaksakit susah untuk tidur
- Jam tidur : Siang 3 jam danmalam hari jam, namun semenjak sakit pola tidur klien siang
2 jam dan malam hari
5 jam
- Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan : orangtua klien menggendong dan mengajak
jalan-jalan

Personal Hygiene
- Mandi : frekuensi (2 kali sehari), mandi dibantu ibu, caranya : seperti biasanya
- Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu
- Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu
- Gosok gigi : 2 kali sehari

Aktivitas / mobilitas fisik


- Kegiatan sehari-hari : bermain dan belajar mewarnai
- Pengguanaan alat

12
Analisa data

No Diagnosa Penyebab Masalah


keperawatan
01 Data subjektif: Demam Gangguan rasa
-Orangtua klien ↓
nyaman
mengatakan An.a Muntah
rewel ↓
-Orangtua Kurang tidur
mengatakan klien ↓
sulit tidur Gangguan rasa
-Orangtua
nyaman
mengatakan An.a
muntah
Data objektif:
-klien terlihat
menangis terus-
menerus
-klien sering
terbangun
dimalam hari
-klien terlihat
lemas dan pucat

02 Data subjektif: Demam Gangguan


-Orangtua klien (Suhu tubuh diatas kebutuhan nutrisi
mengatakan An.a normal)
Rewel ↓
-Orangtua Muntah
mengatakan klien ↓
tidak nafsu makan Ganguan kebutuhan
-Orangtua nutrisi
mengatakan an.a
Muntah
Data objektif:
-klien terlihat
menangis terus-

13
menerus
-An. A terlihat
muntah saat
setelah makan
-klien terlihat
lemas dan pucat
TTV
T = 38,6°C
RR = 30x/menit
HR = 100x/menit

03 Data Subjektif: Ketidak tahuan Kurangnya


-orang tua klien orang tuatentang pengetahuan orang
mengatakan tidak penyakit anaknya tua tentang
mengetahui penyakit anak nya
penyakit anaknya berhubungan
dengan kurang nya
informasi

14
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah kebutuhan


dasar aman nyaman akibat peningkatan suhu tubuh :
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

3. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi

Perencanaan

Diagnosa Perencanaan
Gangguan rasa Tujuan
-Gangguan rasa nyaman dapat teratasi
nyaman
berhubungan Kriteria hasil
- Klien tidak rewel dan menangis
dengan
- Pola tidur klien mulai sedikit teratasi
peningkatan suhu - muntah mulai teratasi
tubuh
Intervensi Rasional
- Lakukan - Memberikan
pengkajian informasi dalam
masalah menentukan
gangguan rasa rencana
nyaman pasien keperawatan
akibat suhu - Mengetahui
tubuh yang penyebab mual
tinggi muntah
- Kaji mual - Memberikan
muntah yang rasa nyaman dan
dialami pada tenang pada
An.A klien saat
- Berikan Istirahat

15
lingkungan
yang tenang
dan nyaman
pada klien

Gangguan Tujuan
kebutuhan -Gangguan kebutuhan nutrisi dapat teratasi
nutrisi
berhubungan Kriteria hasil
dengan intake - Klien tidak rewel dan menangis
yang tidak - Asupan nutrisi klien mulai teratasi
adekuat - Muntah mulai teratasi
Intervensi Rasional
- Lakukan - Memberikan
pengkajian informasi dalam
masalah menentukan
gangguan rasa rencana
nyaman pasien keperawatan
akibat suhu - Mengetahui
tubuh yang penyebab
tinggi muntah
- Kaji muntah - Memberikan
yang dialami makanan yang
pada klien membuat klien
- Berikan asupan selera makan
nutrisi yang - Dengan minum
adekuat banyak air
- Beri pasien diharapkan
banyak minum cairan yang
air (1500- 2000 hilang dapat
cc/hari) diganti

16
Kurangnya Tujuan
pengetahuan - Pengetahuan bertambah tentang penyakit anak
anya
orang tua
berhubungan kriteria hasil
dengan - Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit
anaknya
kurangnya
- Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses
informasi
keperawatan
- Keluarga mentaati setiap proses keperawatan
Intervensi Rasional
- Kaji tingkat - Mengetahui
pengetahuan sejauh mana
keluarga pengetahuan
- Beri penjelasan yang di miliki.
kepada keluarga - Penyesalan
sebab dan akibat tentang kondisi
kejang demam yang dialami
- Jelaskan setiap dapat
tindakkan membantu
keperawatan menambah
yang akan di wawasan
lakukan keluarga
- Agar keluarga
mengetahui
tujuan
tinddakan

17
Pelaksanaan keperawatan
Hari / No.Dx Implementasi keperawatan Evaluasi
Tanggal (SOAP)

Senin / 19 I - Melakukan S : orangtua klien


pengkajian mengatakan bahwa
juni 2017 an.a terlihat
masalah gangguan
rasa nyaman akibat lemas,pucat, dan
suhu tubuh yang suhu tubuhnya
tinggi terasa panas
- Mengukur TTV
klien O:
- Menganjurkan TD: -
orangtua klien RR: 30x/menit
untuk memberikan HR: 100x/menit
ruangan yang TD: 38,6ºC
nyaman dan tenang
A : Masalah belum
- Memberikan
Teratasi
kompres air hangat
pada klien
P : Intervensi di
Lanjutkan
Selasa / 20 II - Melakukan S : orangtua klien
juni 2017 pengkajian mengatakan bahwa
masalah gangguan an.a terlihat
kebutuhan nutrisi lemas,pucat, badan
akibat peningkatan terasa panas,dan
suhu tubuh anak A tidak selera
- Mengkaji Makan

penyebab muntah
yang dialami klien O:

- Menganjurkan TD: -

orangtua klien RR: 30x/menit

untuk memberikan HR: 100x/menit


TD: 38,6ºC
makanan yang
membuat anak A
A : Masalah belum
selera makan,
Teratasi
seperti:makanan

18
kesukaan
- Menganjurkan P : Intervensi di
orangtua klien lanjutkan
untuk memberikan
banyak minum air
putih pada anak A
(Jumlah air yang
harus dianjurkan
untuk diminum =
900-1000 cc/hari)
Rabu / 21 III - Memberikan S= keluarga pasien
juni 2017 informasi yang mengatakan
cukup tentang kurang begitu
kondisi pasien mengerti tentang
- Menganjurkan penyakit yang di
keluarga untuk derita
melonggarkan
O= keluarga
pakaian dan
tampak bingung
selimut pasien
- Memberikan obat
A= Masalah
penurun panas
teratasi sebagian
yang teratur

P= lanjutkan
intervensi

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu mencapai >38°C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial
maupun ekstrakanial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6
bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan.

b. Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral
yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)

Penyebab dari kejang demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu : Obat – obatan racun,
alkhohol, obat yang diminum berlebihan Ketidak seimbangan kimiawi,hiperkalemia. Demam paling
sering terjadi pada anak balita, Patologis otak akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan
TIK, Eklampsiahipertensi prenatal, toksemia gravidarum Idiopatik penyebab tidak diketahui.

B. Saran
Diharapkan semoga dengan “Makalah tentang Kejang Demam Pada Anak” ini yang
merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman
dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang
makalah ini. tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien tersebut.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami butuhkan, baik itu dari teman-teman
ataupun para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

a) Huda N. Amin.dkk . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-
NIC NOC.Jilid 1. Yogyakarta : Med Action Publishing ; 2013.
b) Asuhan Keperawatan Kejang Demam http://asprasasti.blogspot.com/2011/05/kejang-demam-
pada-anak.html , 15 Februari 2015.
c) Asuhan Keperawatan Kejang Demam. Http://panduankeperawatan.com/asuhan-
keperawatan/asuhan-keperawatan-kejang-demam/ , 15 Februari 2015.
d) Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol.3.Jakarta : EGC ; 2002.

Anda mungkin juga menyukai