Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di
Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan.[ CITATION Bat08 \l 1033 ]
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua
kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang
dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke
menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh
kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang yang
berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak,
biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah. Ini
memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
[ CITATION Wor15 \l 1033 ]
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita
stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di daerah perkotaan secara
nasional.  Singkawang merupakan kota di Kalimantan Barat dengan prevalensi stroke
yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit
yang ada di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke
yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di
rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah
kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi.[ CITATION Hut15 \l 1033 ]
B. Tujuan
 untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang baik
dilakukan pada klien dengan Stroke.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. [ CITATION
Man07 \l 1033 ]
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.[ CITATION Bat08 \l 1033 ]
Stroke merupakan kelainan otak secara fungsional ataupun struktural yang
disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Doenges 2000 dalam Digiulio, 2014).
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral, dan suatu gangguan neurologis
fokal yang timbul akibat sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah
serebral (Price & Wilson 1994 dalam Masriadi,2016).
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak akibat terhentinya suplai darah
kebagian otak (Smeltzer & Bare 2001 dalam Masriadi, 2016). Stroke adalah sindrom
klinis yang timbul awal mendadak, progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau
global yang berlangsung selama 24 jam. Efek yang akan terjadi yakni biasanya akan
langsung menimbulkan kematian
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit.
Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal
yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai
beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya
terus bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya
pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap

2
B. Klasifikasi  Stroke menurut patologi dan gejala klinisnya, yaitu:

1. Stroke Hemoragik

Stroke Hemoragik adalah perdarahan serebral dan perdarahan subarachnoid,


yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah ke otak pada area otak tertentu.
Biasanya ini terjadi apabila saat melakukan aktivitas, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

Stroke hemoragik merupakan disfungsi neurologis fokal yang akut dan


biasanya disebabkan oleh pendarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, tetapi disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh arteri, vena dan kapiler (Widjaja 1994 dalam Saferi, 2013).

2. Stroke Non Hemoragik (Stroke Infark)

Stroke Non Hemoragik merupakan iskemia atau emboli dan trombosis


serebral, yang terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Dalam hal tersebut tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.

C. Etiologi

Penyebab stroke menurut [ CITATION Ari10 \l 1033 ]:


1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala
neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa keadaan di bawah
ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan
arteri iliaka [ CITATION Hut15 \l 1033 ]. Aterosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding

3
pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2.  Oklusi mendadak pembuluh darah  karena terjadi trombosis.
3. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.

2
Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis
d.  Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b. Fibrilasi Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
c. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.

2.  Haemorhagi
   Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.

3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah, Cardiac
output turun akibat aritmia

4
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

D. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang menyebabkan
keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebakan iskemik otak.
Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat
menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang
terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan
infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena.
Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena.
Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan
arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali
mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam satu
menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.
Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel
neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
metabolisme tergantung dari glukosa  dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju
otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau ke
dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan
degeneratif pembuluh darah yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga
perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi
pada pembuluh darah otak.

5
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan
oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan
merupakan resiko serius yang terjadi sekitar  7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian tertentu,
menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan tekanan cairan
serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut).
Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan
intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi
bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas
mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri
atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan
dan menyebabkan vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan kompikasi yang
mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan infark.
(Batticaca, 2008)

E. Tanda dan Gejala


Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya, seperti:
a.    Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
b.    Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
c.    Tonus otot lemah atau kaku
d.    Menurun atau hilangnya rasa
e.    Gangguan lapang pandang
f.    Gangguan bahasa
g.    Gangguan persepsi dan gangguan status mental

6
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke [ CITATION Sme02 \l 1033 ]
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a. Defisit neurologis mendadak
b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya.
2.   Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak
b.  Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik)
c. Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun)
d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
e. Gangguan penglihatan
f. Gangguan daya ingat
g. Bicara pelo atau cadel
h.  Mual dan muntah
i. Nyeri kepala hebat
j. Gangguan fungsi otak

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan
atau sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan
tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar
protein total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi.

7
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran
darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis
serebral; klasifikasi parsial  dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin,
gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia
darah, dan elektrolit. (Batticaca, 2008)

H. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:
1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien
dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan
secara subkutan atau melalui IV drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk menstabilkan
bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk mengatasi
vasospasme pembuluh darah.

8
2. Pembedahan
a. Karotid  endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri  anatomisis dengan melalui
daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah
yang dipengaruhi (Mansjoer, 2007)

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE

1. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Aceh Besar
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Pendidikan : SLTA
Diagnosa Medis : Stroke
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 01 Desember 2021

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama: pasien datang dengan keluhan tidak bisa menggerakkan tangan dan
kaki kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengatakan tidak bisa menggerakkan tangan
dan kaki kanan,susah untuk melakukan aktivitas, lemas, sulit untuk bicara, pasien
jauh lebih kurus dari sebelum sakit.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya: pasien mengatakan tidak ada penyakit yang sama
sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga: Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengidap penyakit yang sama

a. Pola Fungsional Kesehatan


a. Pola Makan: Nafsu makan berkurang dan makan dibantu oleh keluarga
b. Pola Minum: -
c. Pola Istirahat: -
d. Pola Eliminasi: BAB dan BAK di bantu keluarga
e. Personal Hygiene: dibantu keluarga.
f. Pola Aktivitas dan Latihan: pasien tidak bisa melakukan aktivitas apapun selama
sakit

A. Data Psikologis
Pasien merasa yakin penyakit yang dideritanya adalah cobaan yang harus dihadapi dan
yakin bahwa suatu hari nanti ia akan sehat kembali seperti sedia kala.

10
B. Data Sosial
Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik

C. Data Spiritual
Sebelum sakit pasien sering pergi sholat berjamaah di masjid dekat rumah

D. Pemeriksaan Fisik
A. UMUM
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 38,0 °C
Pernafasan : 20 kali/menit
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
TB : 160 cm
BB sebelum sakit : 70 kg
BB sesudah sakit : 65 kg

B. KHUSUS

Tampak mukosa bibir kering, bibir miring

11
7
ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1 Data Subjektif : Gangguan Kelemahan fisik
- Keluarga pasien mobilitas fisik
mengatakan susah untuk makan
- Kelluarga pasien mengatkan
klien mengeluh lemas, duduh
dibantu orang lain
Data Objektif :
- Pasien bisa menggerakkan
ekstremitas kanan
- Hemi parese Tonus otot
1111 5555
1111 5555

- Pasien terpasang kateter


urine
- TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 380C
RR : 20x/menit
Pasien lemah, bodres total

12
2 Data subjektif Nutrisi kurang Intake yang tidak
- Keluarga pasien dari kebutuhan adekuat
mengatakan nafsu makan pasien tubuh
menurun
- Keluarga pasien lebih kurus
dari sebelum sakit
Data objektif
- Makan habis ½ porsi
- Pasien sulit mengunyah
- Mukosa bibir kering
- KU : sedang, Bu (+)
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 380C
RR : 20x/menit
- BB dan TB tidak terkaji
karena pasien bedrest
- Tonus otot
1111 5555
1111 5555
3 Data Subjektif : Kerusakan Kehilangan tonus
- Keluarga mengatakan komunikasi verbal atau kontrol otot
pasien sulit untuk bicara fasial oral,
Data Objektif : kerusakan otak
- Bicara pada pasien tidak
jelas
- Bibir pasien mencong

DIAGNOSA PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

13
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan tonus/kontrol otot fasial/asal

7
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Kriteria


No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan - Panta - Mengetahu
mobilitas fisik tindakan keperawatan u TTV i keadaan umum
berhubungan dalam waktu 7x24 jam pasien guna
dengan gangguan mobilitas mengetahui
kelemahan di fisik dapat - Ubah adanya
tandai dengan : membaik/teratasi posisi hipertensi
Data Subjektif : dengan kriteria hasil : minimal 2 - Menurunk
- Keluarga - Pasien bisa mika jam an resiko
pasien miki terjadinya
mengatakan - Pasien segar trauma/iskemia
pasien susah - Pasien bisa - Lakuk jaringan,
mika miki duduk tanpa dibantu an ROM dekunitas
- Keluarga - Pasien bisa pada semua - Meminima
pasien menggerakkan ekstremitas lkan atropi otot,
mengatakan ekstremitas kanan meningkatkan
poasien dengan baik sirkulasi,
mengeluh - Kateter urine (-) - Temp membantu
lemas atkan mencegah
- Keluarga bantal kontraktur
mengatakan dibawah - Mencegah
pasien di bnatu aks untuk abduksi bahu
saat duduk melakukna dan flexi siru
Data Objektif : abduksi
- Pasien pada tangan - Meningkat
tidak bisa - Tingg kan aliran balik
mennggerakka ikan tangan vena dan
n ekstremitas dan kaki membantu

14
Diagnosa Tujuan & Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
- Hemipari mencegah
se terjadinya
- Pasien
terpasang
kateter urin
- TTV
TD : 140/80
mmHg,
N : 80 x/menit,
S : 380C,
RR : 20x/menit
- Pasien
lemah
- Diagnosa
brodes total
- GCS : 11

15
Gangguan Setelah dilakukan - Awasi - Untuk
Nutrisi kurang tindakan keperawatan masukan mengatur
dari kebutuhan dalam waktu 7x24 jam makanan apabila pasien
tubuh pasien mampu dan jumlah anoreksia
berhubungan meningkatkan asupan kalori - Untuk
dengan intake nutrisi secara adekuat - Berika meningkatkan
yang tidak dengan kriteria hasil : n makanan nafsu makan
adekuat ditandai - Nafsu makan dalam porsi
dengan : meningkat kecil tapi - Menghilan
Data subjektif : - Berat badan sering gkan rasa tidak
- Keluarga meningkat 0,5 – 1 kg dalam enak dimulut
mengatakan - Porsi makan keadaan sehingga nafsu
pasien tidak habis 1 porsi hangat makan
nafsu makan - Mukosa bibir - Berika meningkat
- Keluarga lembab n perawatan - Mencegah
mengatakan - TTV mulut aspirasi dan
pasien lebih 100 - 130 sebelum menurunkan
TD = mmHg
kurus dari 60 - 90 dan sesudah rasa penuh pada
sebelum sakit N : 60-80 x/menit makan perut sehingga
0
Data objektif : S : 36-37 C dapat
- Makan habis RR : 12-24x/menit - Anjur meningkatkan
½ porsi - GDS < 140 kan makan masukan
- Pasien sulit mmHg pada posisi - Mengatur
mengunyah - Tonus otot duduk pola makan
- Mukosa bibir 5555 5555 pasien dengan
5555 5555
kering pemberian diet
- KU : Sedang, - Kolab yang cocok
BU (+) orasi sehiongga
dengan ahli mempercepat
diet untuk proses
- TTV pemberian penyembuhan

16
TD : 140/80 diet yang - Membantu
mmHg, tepat proses
N : 80 x/menit, penyembuhan
S : 380C,
RR : 20x/menit - Berika
- GDS : 241 % n obat susai
- Tonus otot indikasi
1111 5555
1111 5555

17
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

- Kerusakan kom Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV - Untuk mengetahui


verbal berhubungan keperawatan dalam waktu keadaan umum pasien
dengan kehilang 7x24 jam gangguan - Membantu
- Kaji derajat /tipe
tonus/kontrol otot komunikasi dapat teratasi mengetahui daerah/derajat
disfungsi seperti persulitan
fasial/ural ditandai dengan dengan kriteria hasil : kerusakan serebral yang
biacara atau membuat
: terjadi dan kesulitan dalam
- Pasien bisa bicara pengertian sendiri
Data subjektif : beberapa tahap proses
dengan lancar - Mintalah pasien
bicara
- Keluarga - Suara /kata-kata untuk mengikuti perintah
- Melakukan penilaian
mengatakan pasien sulit jelas saat biacara sederhana (seperti buka
terhadap adanya kerusakan
untuk bicara 100−130 mata atau tunjuk ke pintu
sensorik (afasia sensorik)
Data Objektif : - TD = 60−90 - Bicara dengan nada
- Menfokuskan respon,
mmHg normal dan hindari
- Bicara pasien tidak mencegah pasien terpaksa
- N : 60-100x/menit pengucapan yang
jelas untuk bicara
- RR : 12-24x/menit menyinggung perasaan
- Bibir pasien - Melakukan penilaian
- S : 36-370C pasien
mencong terhadap kerusakan motorik
- Tunjukkan objek dan
- TD (afosia motorik), seperti
minta pasien untuk
TD : 140/80 mmHg, N : 80 pasien mungkin
menyebutkan namanya
x/menit, S : 380C, RR : mengenalinya tapi tidak
- Konsultasikan dengan
20x/menit dapat dapat
rujuk kepada ahli terapi
menyebutkannya.
wicara
- Pengkajian secara

18
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

individu kemampuan bicada


dan sensori motorik dan
kognitif
berfungsi/kebutuhan terapi

19
CATATAN KEPERAWATAN

Diagnosa Evaluasi
S : pasien mengatakan tidak bisa
Gangguan mobilitas fisik melakukan aktivitas
berhubungan Dengan kelemahan O:
• Pasien tidak bisa mennggerakkan
ekstremitas
• Ttv
TD :140/80 mmHg
N : 80 kali/ menit
Rr : 20 kali/ menit
A : Masalah mobilitas fisik belum
teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

Gangguan nutrisi kurang dari S : keluarga mengatakan pasien


kebutuhan tubuh berhubungan tidak nafsu makan
dengan intake yang tidak adekuat O:
• berat badan pasien menurun
TD : 140/80 mmHg
N : 80 kali / menit
BB : 65kg
TB : 160 cm
A : masalah nutrisi belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
Kerusakan komuikasi verbal S : keluarga mengatakan pasien
berhubungan dengan tonus control masih sulit untu berbicara
otot fasial asal O:
• psaien berbicara tidak jelas
Bibir pasien miring
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit stroke diakibatkan perdaarahan diotak dan dapat mengakibatkan kematian
atau cacat seumur hidup. Gangguan peredaran darah diotak dibagi menjadi 2 golongan :
1. Infark iskemik,disebut jga stroke non hemoragik
2. Perdarahan,stroke hemoragik
Perlu di ingat bahwa kedua keadaan ini dapat terjadi bersamaan, yang satu sebagai
akibat yang lainnya. Iskemia merupakan akibat berkurangnya peredaran darah diotak, baik
secara umum maupun setempat(lokal), Iskemik paling sering disebabkan atau ada kaitannya
dengan aterosklerosis. Pencegahan stroke tergantung kepda pencegahan aterosklerosis.
Peran keluarga sangat penting karena keluarga merupakan orang paling dekat dan
paling banyak waktunya bersama sipendarita. Setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh tim
rehabilitasi sebaiknya diberikan penyuluhan terlebaih dahulu kepada klien dan keluarga
klien sehingga terjalin pengertian dan motivasi yang kuat untuk keberhasilan rehabilitasi.
Stroke dapat kambuh,dan sering kambuh. Apabila keadaan seperti itu terulang maka
akan mengakibatkan keadaan yang lebih gawat dari keadaan sebelumnya sampai
menimbulkan cacat yang lebih berat,kelumpuhan permanen,atau bahkan dapat menyebabkan
kematian bagi sipenderita. Oleh karenanya penanganan dan perawatan yang tepat sangat
diperlukan untuk mengurangi komplikasi yang lebih buruk.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya pembahasan stroke dalam makalah ini mahasiswa/i dapat
lebih mengerti dan bisa menerapkan teoridiatas dalam praktek dilapangan serta dapat
mengenal gejala dan penanganan yang tepat bagi sipenderita.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba Medika.

Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalam
www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-stroke-tertinggi%20o
(diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada tanggal 23 September 2018.

Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Organization, W. H. (2015). STEPwise approach to stroke surveillance. Geneva: tersedia dalam


www.who.int/chp/steps/stroke/en/ (diakses pada tanggal 23 September 2018, pukul 19.31 WIB).

Santosa, B. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.

Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai