Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN AKTIVITAS DAN PERGERAKAN TERKAIT DENGAN SISTEM


PERSYARAFAN

RSUD SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :

Nama : Syariifah Nela Tawang Sari

NIM : P1337420119334

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2021
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne,
2002).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri
otak (Sylvia A Price, 2006)
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000)
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin,
2008).

B. Klasifikasi
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
 Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
 Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
 Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND)
 Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
 Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
 Gejala neurologik makin lama makin berat.
 Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
 Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan kausal
 Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang
besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah
yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar
kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh
darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
indikator penyakit aterosklerosis.
 Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau
lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah
yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke
non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan
seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan
timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan
infark serebri.

1. Emboli :
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari
trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada
daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
- Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian
kanan dan bagian kiri atrium atau ventrikel.
- Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis.
- Fibrilasi atrium
- Infarksio kordis akut
- Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
- Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung
miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
- Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
- Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
- Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit
“caisson”).

2. Thrombosis :
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang
menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).

D. Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke
otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya
embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral
yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

E. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi, infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis, nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
II. PATHWAY
III. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
Pengkajian Fokus:
 Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
 Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia.
Dan hipertensi arterial.
 Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
 Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
 Makanan/cairan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia

 Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian
yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang
sama di muka.
 Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
 Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
 Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
 Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
7. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan kesadaran.
V. INTERVENSI

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitorang neurologis
Perfusi jaringan tindakan keperawatan
1.    Monitor ukuran,
serebral  b.d aliran diharapkan suplai aliran
kesimetrisan, reaksi dan
darah ke otak darah keotak lancar
bentuk  pupil
terhambat. dengan kriteria hasil:
2.    Monitor tingkat
-          Nyeri kepala /
kesadaran klien
vertigo berkurang sampai
de-ngan hilang 3.    Monitir tanda-tanda
vital
-          Berfungsinya
saraf dengan baik 4.    Monitor keluhan nyeri
kepala, mual, muntah
-          Tanda-tanda vital
stabil 5.    Monitor respon klien
terhadap pengobatan
6.    Hindari aktivitas jika
TIK meningkat
7.    Observasi kondisi fisik
klien

Terapi oksigen
1.    Bersihkan jalan nafas
dari sekret
2.    Pertahankan jalan nafas
tetap efektif
3.    Berikan oksigen sesuai
intruksi
4.    Monitor aliran oksigen,
kanul oksigen dan sistem
humidifier
5.    Beri penjelasan kepada
klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
6.    Observasi tanda-tanda
hipo-ventilasi
7.    Monitor respon klien
terhadap pemberian oksigen
8.    Anjurkan klien untuk
tetap memakai oksigen
selama aktifitas dan tidur

2 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan 1.      Libatkan keluarga


verbal b.d penurunan tindakan keperawatan, untuk membantu memahami
sirkulasi ke otak diharapkan klien mampu / memahamkan informasi
untuk berkomunikasi lagi dari / ke klien
dengan kriteria hasil:
2.      Dengarkan setiap
-          dapat menjawab ucapan klien dengan penuh
pertanyaan yang diajukan perhatian
perawat
3.      Gunakan kata-kata
-          dapat mengerti sederhana dan pendek dalam
dan memahami pesan- komunikasi dengan klien
pesan melalui gambar
4.      Dorong klien untuk
-          dapat mengulang kata-kata
mengekspresikan
5.      Berikan arahan /
perasaannya secara
perintah yang sederhana
verbal maupun nonverbal
setiap interaksi dengan klien
6.      Programkan speech-
language teraphy
7.      Lakukan speech-
language teraphy setiap
interaksi dengan klien

3 Defisit perawatan diri; Setelah dilakukan 1        Kaji kamampuan


mandi,berpakaian, tindakan keperawatan, klien untuk perawatan diri
makan, diharapkan kebutuhan
2        Pantau kebutuhan
mandiri klien terpenuhi,
klien untuk alat-alat bantu
dengan kriteria hasil:
dalam makan, mandi,
-          Klien dapat berpakaian dan toileting
makan dengan bantuan
3        Berikan bantuan pada
orang lain / mandiri
klien hingga klien
-          Klien dapat mandi sepenuhnya bisa mandiri
de-ngan bantuan orang
4        Berikan dukungan
lain
pada klien untuk
-          Klien dapat menunjukkan aktivitas
memakai pakaian dengan normal sesuai
bantuan orang lain / kemampuannya
mandiri
5        Libatkan keluarga
-          Klien dapat dalam pemenuhan
toileting dengan bantuan kebutuhan
alat
perawatan diri klien

4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan 1        Ajarkan klien untuk


fisik b.d kerusakan tindakan keperawatan latihan rentang gerak aktif
neurovas-kuler selama, diharapkan klien pada sisi ekstrimitas yang
dapat melakukan sehat
pergerakan fisik dengan
2        Ajarkan rentang gerak
kriteria hasil :
pasif pada sisi ekstrimitas
-          Tidak terjadi yang parese / plegi dalam
kontraktur otot dan toleransi nyeri
footdrop
3        Topang ekstrimitas
-          Pasien dengan bantal untuk
berpartisipasi dalam mencegah atau mangurangi
program latihan bengkak
-          Pasien mencapai 4        Ajarkan ambulasi
keseimbangan saat duduk sesuai dengan tahapan dan
kemampuan klien
-          Pasien mampu
menggunakan sisi tubuh 5        Motivasi klien untuk
yang tidak sakit untuk melakukan latihan sendi
kompensasi hilangnya seperti yang disarankan
fungsi pada sisi yang
6        Libatkan keluarga
parese/plegi
untuk membantu klien
latihan sendi

5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1        Beri penjelasan pada


integritas kulit b.d tindakan perawatan klien tentang: resiko adanya
immobilisasi fisik selama, diharapkan luka tekan, tanda dan gejala
pasien mampu luka tekan, tindakan
mengetahui dan  pencegahan agar tidak
mengontrol resiko terjadi luka tekan)
dengan kriteria hasil :
2        Berikan masase
-          Klien mampu sederhana
menge-nali tanda dan
-          Ciptakan lingkungan
gejala  adanya resiko
yang nyaman
luka tekan
-          Gunakan lotion,
-          Klien mampu
minyak atau bedak untuk
berpartisi-pasi dalam
pelicin
pencegahan resiko luka
tekan (masase sederhana, -          Lakukan masase
alih ba-ring, manajemen secara teratur
nutrisi, manajemen
tekanan). -          Anjurkan klien untuk
rileks selama masase
-          Jangan masase pada
area kemerahan utk
menghindari kerusakan
kapiler
-          Evaluasi respon klien
terhadap masase

3        Lakukan alih baring


-          Ubah posisi klien
setiap 30 menit- 2 jam
-          Pertahankan tempat
tidur sedatar mungkin untuk
mengurangi kekuatan
geseran
-          Batasi posisi semi
fowler hanya 30 menit
-          Observasi area yang
tertekan (telinga, mata kaki,
sakrum, skrotum, siku,
ischium, skapula)
4        Berikan manajemen
nutrisi
-          Kolaborasi dengan
ahli gizi
-          Monitor intake
nutrisi
-          Tingkatkan masukan
protein dan karbohidrat
untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen positif
5        Berikan manajemen
tekanan
-          Monitor kulit adanya
kemerahan dan pecah-pecah
-          Beri pelembab pada
kulit yang kering dan pecah-
pecah
-          Jaga sprei dalam
keadaan bersih dan kering
-          Monitor aktivitas dan
mobilitas klien
-          Beri bedak atau
kamper spritus pada area
yang tertekan

6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Aspiration Control


berhubungan dengan tindakan perawatan, Management :
penurunan tingkat diharapkan tidak terjadi
-          Monitor tingkat
kesadaran aspirasi pada pasien
kesadaran, reflek batuk
dengan kriteria hasil :
dankemampuan menelan
-          Dapat bernafas
-          Pelihara jalan nafas
dengan mudah,frekuensi
pernafasan normal -          Lakukan saction bila
diperlukan
-          Mampu
menelan,mengunyah -          Haluskan makanan
tanpa terjadi aspirasi yang akan diberikan
-          Haluskan obat
sebelum pemberian

7 Resiko Injuri Setelah dilakukan Risk Control Injury


berhubungan dengan tindakan perawatan,
-          menyediakan
penurunan tingkat diharapkan tidak terjadi
lingkungan yang aman bagi
trauma pada pasien
kesadaran dengan kriteria hasil: pasien
-          bebas dari cedera -          memberikan
informasi mengenai cara
-          mampu
mencegah cedera
menjelaskan factor resiko
dari lingkungan dan cara -          memberikan
untuk mencegah cedera penerangan yang cukup
-          menggunakan -          menganjurkan
fasilitas kesehatan yang keluarga untuk selalu
ada menemani pasien

8 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Respiratori Status


berhubungan dengan tindakan perawatan, Management
penurunan kesadaran diharapkan pola nafas
-          Pertahankan jalan
pasien efektif dengan
nafas yang paten
kriteria hasil :
-          Observasi tanda-
- Menujukkan jalan nafas
tanda hipoventilasi
paten ( tidak merasa
tercekik, irama nafas -          Berikan terapi O2
normal, frekuensi nafas
normal,tidak ada suara -          Dengarkan adanya 
nafas tambahan kelainan suara tambahan

- Tanda-tanda vital dalam -          Monitor vital sign


batas normal

DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai