Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIC (SNH)

Di Susun Oleh :

NOPALENI MARLINA, S. Kep

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKIT TINGGI

2024
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf
otak istilah stroke biasanya di gunakan secara spesifik untuk menjelaskan
infark serebrum (Nurarif dan Kusuma, 2016 : 258). Stroke adalah
gangguan peredaran darah di otak menyebabkan fungsi darah otak
terganggu yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada tubuh,
tergantung bagian otak mana yang rusak. Bila terkena stroke dapat
mengalami gangguan seperti hilangnya kesadaran kelumpuhan serta tidak
berfungsinya panca indera/nafas berhenti berakibat fatal yaitu penderita
akan meninggal (Pudiastuti, 2015 : 154) Stroke adalah suatu keadaan yang
timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Battica, 2008 : 56)
Dari definisi diatas maka dapat di simpulkan bahwa stroke yaitu suatu
keadaan gangguan peredaran darah di otak yang dapat mengakibatkan
gangguan pada tubuh seperti kelumpuhan.
B. Etiologi
menurut Nugroho, dkk (2016 : 74) beberapa keadaan dibawah ini dapat
menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan oatak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah
b) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis
c) Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus)
d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombosus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat rheumatik heart
desease (RHD)
2) Myokard infark
3) Fibrilasi
Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan -
embolus-embolus kecil
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, dan
mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim
terjadi :
1) Aneurisma berry, biasanya defek kongenital
2) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis
3) Aneurisma myocotik dari veskulitis nekrose dan emboli septis
4) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena
5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah
4. Hypoksia umum
1) Hipertensi yang parah
2) Cardiacpulmonary arrest
3) Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hypoksia setempat
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarchnoid
2) Vasokontriksi arteri otak di sertai sakit kepala migrain.
C. Patofisiologi
Menurut Battica (2008 : 56) setiap kondisi yang menyebabkan perubahan
perubahan perfusi darah pda otak akan menyebabkan keadaan hipoksia.
Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak.
Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit
dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen.
Sedangkan iskemik yng terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel
mati permanen mengakibatkan infark pada otak. Setiap defisit fokal
permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena. Daerah
otak yang terkena akan meggambarkan pembuluh darah otak yang terkena.
Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemikadalah arteri
serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat
tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang
dapat teratasi. Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena
trombus atau emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke
jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan
gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut
infark. Gangguan peredarahan darah otak akan menimbulkan gangguan
pada metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel tidak mampu menyimpan
glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan
oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak.
D. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2008 : 129) klasifikasi dari penyakit stroke adalah
sebagai berikut :
1. Stroke hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadran klien umumnya
menurun. Perdarahan otak dibagi dua yaitu :
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisms) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan
serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma Berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar
parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur pada nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain)
a. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemiayang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya dan Putri (2016 : 259) pada stroke non haemoragik gejala
utamanya adalah timbulnya deficit neurologis secara mendadak atau
subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus
cukup besar.
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas,
kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan sering kali setiap hari,
saat aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali.
Mual dan muntah seringkali terjadi sejak permulaan serangan.
Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65 % terjadi kurang
dari setengah jam, 23 % antara ½ sampai dengan 2 jam dan 12 %
setelah 2 jam, sampai 19 hari).
2. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri
kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat
bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan maningeal. Edema papil
dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikans antaerior atau arteri karotis interna.
Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat dan ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi stroke dapat
berupa :
1) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
2) Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
3) Perubahan mendadak pada status mental
4) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan
memahami ucapan)
5) Ataksia anggota badan
6) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala
F. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2015 : 167) pada stroke berbaring lama dapat
menyebabkan masalah emosional dan fisik, diantaranya :
a. Bekuan darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan, pembengkakan selain itu juga menyebabkan
embolisme paru yaitu ebuah bekuan yang terbentuk dalam satu
arteri yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki, dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat bisa infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal
ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumonia.
d. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi.

Komplikasi lain dari stroke adalah :


a. Ditrimia
b. Peningkatan tekanan intra cranial
c. Kontraktur
d. Gagal napas
e. Kematian

Akibat dari stroke antara lain :

a. 80-90% bermasalah dalam berfikir dan mengingat


b. 80% penurunan parsial/total gerakan lengan dan tungkai
c. 70% menderita depresi
d. 30% mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan
dan kiri.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Battica (2008 : 61) pemeriksaan klinis melalui anamnesis dan
pengkajian fisik (neurologis)
a. Riwayat penyakit sekarang (kapan timbulnya, lamanya serangan,
gejala yang timbul)
b. Riwayat penyakit dahulu (hipertensi, jantung, DM, distrimia ginjal,
pernah mengalami trauma kepala)
c. Riwayat prnyakit keluarga (hipertensi, jantung, DM)
d. Aktivitas (sulit beraktivitas, kehilangan sensasi penglihatan,
gangguan tonus otot, gangguan tingkat kesadaran)
e. Sirkulasi (hipertensi, jantung, distrimia, gagal ginjal kronis)
f. Makanan/cairan (nafsu makan berkurang, mual muntah pada fase
akut, hilang sensasi pengecapan pada lidah, obesitas sebagai faktor
risiko)
g. Neurosensorik (sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala,
penglihatan berkurang atau ganda, hilang rasa sensorik
kontralateral, afasia motorik, reaksi pupil tidak sama)
h. Kenyamanan (sakit kepala dengan intensitas yang berbeda, tingkah
laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan otot)
i. Pernapasan (merokok sebagai faktor risiko, tidak mampu menelan
karena batuk)
j. Interaksi sosial (masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi)
H. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016 : 260) penatalaksaan dari stroke
yaitu:
a. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi rawat darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan
agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini pasien
diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristolid/kolaoid, hindari
pemberian cairan dexstrosa atau salin dalam H 2O. Dilakukan
pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah
perifer lengkap dan jumlah thrombosit.
b. Stadium akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik
maupun penyulit. Juga di lakukan terapi fisik, okupasi, wicara dan
psikologis serta telaah sosila untuk membantu pemulihan pasien.
1) Stroke iskemik
Terapi umum, letakkan kepala pasien posisi 30o, kepala dan
dada pada satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam ,
mobilisasi di mulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit
sampai di dapatkan hasil analisis gas darah.
Terapi khusus, ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian
antiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang di
anjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue
plasminogen activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi,
yaitu sitikolin atau pirasetam (jika di dapatkan afasia).
2) Stroke hemoragik
Terapi umum, pasien stroke hempragik harus di rawat di ruang
ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis
cenderung memburuk. Penatalaksanaan umum sama dengan
stroke iskemik, tukak lambung di atasi dengan antagonis H2
parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton, komplikasi
saluran napas di cegah denagn fisioterapi dan di obati dengan
antibiotik spektrum luas.

Terapi khusus, neuroprotektor dapat di berikan kecuai yang


bersifat vasodilator. tindakan bedah mempertimbangkan usia
dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian
memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm 3,
pada perdarahan subaraknoid, dapat di gunakan antagonis
kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi,
ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah
aneurisma atau malformasi arteri vena (arteriovenous
malformation, AVM)
c. Stadium subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku,
menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik).
Terapi fase subakut antara lain:
1) Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
2) Penatalaksanaan komplikasi
3) Restorasi/rehabiltasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi,
terapi wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi
4) Prevensi sekunder
5) Edukasi keluarga dan discharge planning.
I. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Budiono dan Pertami (2016 : 127) pengkajian keperawatan
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Salah satu teori dikemukakan bahwa pengkajian merupakan tahap awal
dari proses keperawatan dan merupakan proses sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
Menurut Muttaqin (2008 : 135) adapun pengkajian dari stroke adalah
sebagai berikut :
Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami
gangguan bicara yatu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan
pada tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, dan denyut nadi
bervariasi.
B1 (Breathing)
Pada insfeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuenai
pernapasan. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis,
pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks
didapatkan taktilpremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak
didapatkan bunyi napas tambahan.
B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat) ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karean konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol
Sfingter urine eksternal hilang atau berkurang . selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia
urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan paristaltik usus.
B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang
lain. Pada kulit jika klien kekurangan O 2 kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu perlu
juga dikaji tanda-tand dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke mengalami masalah metabolisme fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke
c. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan mobilitas
No. SDKI SLKI SIKI
1 Hambatan mobilitas
fisik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Tentukan batasan pergerakan sendi
3x24 jam maka diharapkan mobilitas fisik klien dan efeknya terhadap efek sendi
berhubungan dengan gangguan
terpenuhi dengan 2. Kolaborasikan dengan ahli terapi
muskuloskeletal Kriteria hasil : fisik dalam mengembangkan dan
1. Klien dapat menggerakkan sendi secara menerapkan sebuah program latihan
mandiri dan terarah 3. Tentukan level motivasi pasien
2. Klien dapat mengembangkan dan untuk meningkatkan atau
menerapkan sebuah program latihan memelihara pergerakan sendi
3. Diharapkan motivasi pasien untuk 4. Monitor lokasi dan kecenderungan
meningkatkan atau memelihara pergerakan adanya nyeri dan ketidaknyamanan
sendi selama pergerakan/aktivitas
4. Diharapkan nyeri berkurang

2 Defisit perawatan diri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Bantuan perawatan diri :
3x24 jam maka diharapkan defisit perawatan diri mandi/kebersihan
berhubungan dengan gejala
klien terpenuhi dengan 1. Fasilitasi tanggung jawab diri
sisa stroke Kriteria hasil : 2. Pengurangan kecemasan
1. Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi 3. Manajemen perilaku
mempertahankan ostomi untuk eliminasi 4. Modifikasi perilaku
2. Perawatan diri mandi : mampu untuk 5. Peningkatan citra tubuh
membersihkan tubuh sendiri secara mandiri 6. Dukungan pengambilan keputusan
dengan atau tanp alat bantu 7. Perencanaan pulang
3. Mampu mempertahankan mobilitas yang 8. Manajemen energi
diperlukan untuk ke kamar mandi dan 9. Peningkatan latihan
menyediakan perlengkapan mandi 10. Peningkatan latihan : peregangan
11. Terapi latihan ambulasi
12. Terapi latihan keseimbangan
13. Terapi latihan pergerakan sendi
14. Terapi latihan kontrol otot
15. Pencegahan jatuh
3 Risiko jatuh berhubungan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan jatuh
3x24 jam maka diharapkan tidak ada resiko jatuh 1. Manajemen pengobatan
dengan gangguan mobilitas
dengan 2. Pengaturan posisi
kriteria hasil : 3. Pengaturan posisi : kursi roda
1. Gerakan terkoordinasi 4. Identifikasi risiko
2. Peningkatan mekanika tubuh 5. pencegahan kejang
3. Diharapkan tidak ada kejadian jatuh 6. Bantuan perawatan diri : eliminasi
4. Pengendalian risiko jatuh 7. Perawatan diri : transfer
5. Lingkungan rumah aman 8. Stimulasi kognitif
6. Perilaku pencegahan jatuh : tindakan 9. Peningkatan komunikasi : kurang
individu atau pemberi asuhan untuk pendengaran
meminimalkan faktor risiko yang dapat 10. Peningkatan kumunikasi : kurang
memicu jatuh dilingkungan individu penglihatan
7. Tidak ada kejadian jatuh 11. Peningkatan latihan
8. Pengetahuan kemanan pribadi 12. Peningkatan latihan : latihan
kekuatan
DAFTAR PUSTAKA

AHA/ASA (American Heart Association/American Stroke Association) : (2017). Data


Penyakit Stroke.
https://www.heart.org/idc/groups/ahamahpublic/@wcm/documents/ucm_479076.pd
f di unduh pada 20 februari 2019

Bakara (2016). “Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Rentang Sendi Pasien
Pasca Stroke” http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/dowload/6450/5289
Diunduh pada 20 maret 2019

Batticaca, Fransisca B (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sistem Gangguan


Persarafan. Jakarta : Selemba Medika

Berman (2009). https://Jurnal.ilmiah.kesehatan.ac.id Diakses januari 2019

Budiono & Pertami (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika

Dinanti (2015). “Pengaruh Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatan Sudut
Rentang Gerak Ekstremitas Atas Pasien Stroke Di RSUD Tugurejo Semarang”
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/viewFile/
465/464 diunduh pada 21 maret 2019

Lukman & Ningsih, Nurna (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Selemba Medika

Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Selemba Medika

Anda mungkin juga menyukai