Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN GANGGUAN

SISTEM NEUROLOGI KEJANG DEMAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut

Dosen Pengampu : Ns. Jayanti Dwi P, M.Kep.,Sp.A

Disusun Oleh :

1. CAHYO WAHYU UTOMO 2102046


2. ANIS FATIMA 2102047
3. ADITYA CAESAR UTAMA 2102048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR

PURWODADI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat serta karunia Nya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam kami ucapkan kepada nabi
Muhammad SAW. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Purwodadi, 6 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang demam merupakan salah satu kasus tersering yang dijumpai pada anak
dirumah sakit. Kejang demam itu sendiri diketahui sebagai kejang yang didahului oleh
demam (100.4o F, 38oC atau lebih besar) pada anak berusia enam bulan hingga lima tahun
tanpa adanya infeksi pada sistem saraf pusat. Sederhana serta kompleks menjadi klasifikasi
dari kejang demam itu sendiri. Kejang demam sederhana menjadi insiden yang paling umum
dijumpai pada anak. Kejang demam sederhana merupakan kejang yang terjadi tanpa adanya
gerakan fokal yang berlangsung singkat atau kurang dari 15 menit dan umumnya akan
berhenti sendiri serta kejang tidak akan berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks
dapat berlangsung dalam 15 menit atau lebih. Sedangkan kejang demam kompleks sering
kali dikaitkan dengan ditemukan dengan focal neurologic atau kejang fokal serta bisa
kambuh dalam 24 jam dan membuat anak merasa tidak nyaman.1 Anak yang memiliki suhu
38oC bisa mengalami kejang dikarenakan ambang kejang yang cenderung rendah,
sedangkan pada anak yang memiliki ambang kejang yang tinggi kejang akan timbul pada
suhu 40oC atau lebih.2

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas untuk melanjutkan penulisan karya tulis ilmiah ini maka penulis
dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “ Bagaimana Memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Anak Kejang Demam”.

C. Tujuan penelitian

Untuk melakukan tinjauan literatur pada pengetahuan dan perilaku orangtua tentang
penanganan kejang demam pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu 38°C. yang
disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya jadi pada usia 3 bulan-5 tahun

Kejang demum adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >38C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai
dengas 5 tahun.

Kejang demam merupakan gangguan transjen pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam, Keadaan ini merupakan salah sama gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang
terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
setelah usia 5 tahun.(Dona L.Wong,2008)

B. Etiologi

a. Faktor-faktor prenatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
e. Demam
f. Gangguan metabolisme
g. Trauma
h. Neoplasma, toksin
i. Gangguan sirkulasi
j. Penyakit degeneratif susunan saraf
k. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal
C. Klasifikasi Kejang

A. Kejang demam sederhana


1. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung <20 menit
5. Kejang tidak bersifat tonik klonik
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas
perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
9. Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H Nabiel Ridha, 2014)

B. Kejang demam kompleks


Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap-capkan bibir,
mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan
lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily LBetz dan Linda A.Sowden,
2002)

D. Manifestasi Klinis

Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut
- Kejang berlangsung singkat,< 15 menit
- Kejang umum tonik dan atau klonik
- Umumnya berhenti sendiri
- Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut
- Kejang lama >15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
E. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO₂ dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular


b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

F. Pathways

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektro encephalograft (EEG)


Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk
pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak
dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama
pada pasien kejang demam pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala
meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang
berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18
bulan.
c. Darah
 Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N<200 mq/dl)
 BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat
 Elektrolit : K Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium (N 3,80 – 5,00 meq/dl)
Natrium (N 135 – 144 meq/dl)
d. Cairan cerebo spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang
e. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
f. Transiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka
(dibawah 2 tahun) dikamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
H. Penatalksanaan

a. Pengobatan
Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan
melalui intravena.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan – lahan)
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : paracetamol/salisilat 10 mg/kg/dosis
Kompres air PAM/Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebral spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai
sebagai meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten/pada saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten
diberikan diazepam dengan cara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penangan sportif
1. Bebaskan jalan nafas
2. Beri zat asam
3. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Pertahankan tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai