Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

Masalah Kesehatan
Kejang demam didefinisikan sebagai kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh lebih dari 380C yang terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun dan menjadi
tantangan utama dalam praktik keperawatan anak karena cenderung mengalami
kejadian berulang (Leung et al., 2018).
Kejang demam menurut National Institutes of Health Consensus
Conference (NIHCC)adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, biasanya
terjadi antara usia 6 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam
tanpa adanya bukti-bukti infeksi atau sebab yang jelas di intrakranial.
Kejang disertai demam pada anak yang sebelumnya menderita kejang
tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini.

A. Etiologi/ Faktor Risiko


Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain
adalah demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari
mikroorganisme, respon alergi atau keadaan imun yang abnormal akibat
infeksi, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah riwayat kejang
demam dalam keluarga, usia kurang dari 18 bulan, temperatur tubuh
saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang,
lamanya demam. Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari
adalah adanya gangguan perkembangan neurologis, kejang demam
kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga, lamanya demam. (Debie Anggraini,
2022).

B. Klasifikasi Kejang
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure),
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun
c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun
d. Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
e. Kejang tidak bersifat tonik klonik
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
g. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormal
perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
i. Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam kompleks (Complex Febrile Seizure),
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap-
ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada
tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku.
(Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002)
C. Manifestasi Klinis
1. Kejang demam sederhana, dengan ciri-ciri gejala klini sebagai berikut:
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam kompleks, dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang lama 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

D. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecal
menjadi CO₂ dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalan yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran se neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K) dan sangat
sulit dilalui olel ion natrium (Na) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na rendah,
sedang di luan sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion d dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebu potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membrar diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan T sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang dating mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya diserta
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan ole
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratu
dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dar
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
Pathways

Masalah Keperawatan
1.
2.
3.
4.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG
abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi.
b. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil
seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi
pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang
berumur kurang dari 18 bulan.
c. Darah
Glukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N200 mq/dl)
BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : Kalium (N 3,805,00 meq/dl) dan Natrium (N 135-144 meq/dl)
d. Cairan Cerebo Spinal: Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi
pendarahan penyebab kejang.
e. Skull Ray: Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
f. Tansiluminasi Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala.

Penatalasanaan:
1. Medis
2. Keperawatan/ Proses Asuhan Keperawatan (Diagnosis s.d Intervensi
Keperawatan)

Nursing Care Plan (NCP)

No. Diagnosis SLKI SIKI


Keperawatan (SDKI)

Daftar Pustaka

Debie Anggraini, D. H. (2022). Kejang Demam. SCIENA, 2. Retrieved from


http://journal.scientic.id/index.php/sciena/issue/view/4
Risa Fitriana, D. W. (2021). PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN. Journal of
Telenursing (JOTING).

Anda mungkin juga menyukai