Disusun oleh:
DIAN RAHMAYANI
P27905121007
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia
3 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu mencapai >380C). kejang demam dapat terjadi karena proses
anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-
NOC, 2013).
neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar
4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia
1. Faktor-faktor prenatal
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
keturunan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat
HIPERTERMI
KEJANG
Spasme otot Spasme Bronkus
ekstermitas
Penurunan kesadaran
Kekakuan otot
Resiko tinggi pernafas
cedra
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
tahun
abnormalitas perkembangan
9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014)
ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme
epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih
lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
mq/dl)
c. Elektrolit : K, Na
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya
lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala.
H. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah
20 menit.
b. Turunkan panas
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila
d. Pengobatan profilaksis
0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
2. Pencegahan
Dapat digunakan :
– Fero barbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
b. Sirkulasi
dan pernafasan
c. Intergritas Ego
atau penanganan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
f. Kenyamanan
g. Pernafasan
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
b. Integritas Ego
2) Hyperplasia ginginal
2) Kejang umum
5) Kejang parsial
f. Kenyamanan
B. Diagnosa Keperawatan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Kolaborasi pemberian Paracetamol